Anda di halaman 1dari 9

Idea Nursing Journal Vol. VI No.

2 2015
ISSN : 2087-2879

FAKTOR PREDISPOSISI PENDERITA SKIZOFRENIA


DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA ACEH

Hasmila Sari1, Wildan Sirna2


1
Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala
2
Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala
E-mail: hasmila_sari@yahoo.com

ABSTRAK
Faktor predisposisi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia. Ketika seseorang
menderita skizofrenia maka setiap aspek dalam kehidupannya akan terganggu meliputi aspek biologi,
psikologi, sosiokultural dan lingkungan. Di Indonesia, Provinsi Aceh berada pada urutan tertinggi untuk
kasus skizofrenia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor predisposisi pada penderita
skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif, teknik pengambilan sampel purposive sampling
dengan jumlah sampel 102 orang. Penelitian dilakukan di Poliklinik Rawat Jalan Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh pada tanggal 12-28 Mei 2014 menggunakan kuesioner yang terdiri dari 18
item pertanyaan dengan metode wawancara terpimpin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
predisposisi pada penderita skizofrenia berupa faktor biologi yang disebabkan oleh gangguan
neurotransmiter sebanyak 42 orang (41,2%), faktor psikologi yang disebabkan oleh trauma sebanyak 73
orang (71,6%), dan faktor sosiokultural lingkungan yang disebabkan oleh diintimidasi di sekolah/lingkungan
sosial dan sulit mendapatkan pekerjaan sebanyak 24 orang (23,5%). Rekomendasi ditujukan kepada perawat
Community Mental Health Nursing (CMHN) di puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan
bagi masyarakat agar para orang tua mampu menciptakan keluarga yang harmonis, hangat, dan stabil. Bagi
mereka yang baru memperlihatkan tanda- tanda awal dari skizofrenia dapat dicegah dengan memberikan obat
antipsikotik dan senantiasa memelihara suasana keluarga yang kondusif.

Kata kunci: skizofrenia, faktor predisposisi, biologi, psikologi, sosiokultural.

ABSTRACT
Predisposition factors are the cause factor occuring schizophrenia. At the time a person
suffering from schizophrenia, therefore each aspects in their lives will be disturbed involving
biology, psychology, sociocultural and environment aspects. In Indonesia, Aceh province is on
the highest level of schizophrenia cases. The purpose of the research was to identify description
of predisposition factors in patient with schizophrenia in outpatient polyclinic general mental
health hospital Aceh in 2014. The research used explorative descriptive with purposive sampling
as sampling technique i.e 102 people. The research was conducted in outpatient polyclinic
general mental health hospital Aceh between 12th and 28th may 2014 using a questionnaire
consisting of 18 items with questions guided interview method. The result of the research
showed that predisposition factors among patients with schizophrenia was biology factor
caused by neurotransmitter disturbance i.e. 42 persons (41,2%), psychological factor caused by
trauma i.e. 73 persons (71,6%), and sociocultural factor caused by intimidation at school/social
environment and difficulty to have occupation i.e. 24 persons (23,5%). The recommendation
addressed to nurses Community Mental Health Nursing (CMHN) is expected to provide
counseling for the public to the parents be able to create a harmonious, the family warm, and
stable. For their new showing signs the beginning of schizophrenia can be prevented by giving an
antipsychotic drugs and always maintain the family atmosphere conducive.

Keywords: schizophrenia, predisposition factors, biologic, psychologyc, sociocultural.

PENDAHULUAN jiwa tersebut tidak dianggap sebagai


Gangguan jiwa (Mental Disorder) gangguan yang menyebabkan kematian
merupakan salah satu dari empat masalah secara langsung, namun beratnya gangguan
kesehatan utama di negara-negara maju, tersebut dalam arti ketidaktahuan serta
modern dan industri. Meskipun gangguan invaliditas baik secara individu maupun

12
Idea Nursing Journal Hasmila Sari, dkk

kelompok menghambat pembangunan, angka gangguan jiwa di Aceh disebabkan


karena mereka tidak produktif dan tidak oleh trauma masa konflik bersenjata selama
efisien. Jumlah penderita gangguan jiwa ini hampir 30 tahun dan bencana gempa
terus menunjukkan peningkatan tsunami. Hasil penelitian yang dilakukan
prevalensinya yang salah satunya adalah oleh Yuniarta (2009), didapatkan bahwa
skizofrenia (Hawari, 2009, p.30). jenis faktor psikososial yang terbanyak
Skizofrenia dijumpai di seluruh dunia menyebabkan serangan pertama pada
dengan angka kejadian yang hampir sama. pasien skizofrenia yang dirawat di RSJ Dr.
World Health Organization (WHO) Radjiman Wediodiningrat Lawang periode
memperkirakan bahwa sekitar 24 juta Maret-Mei adalah kekecewaan dengan
orang di seluruh dunia mengidap orang tua dengan jumlah 48 penderita atau
skizofrenia (Olson, 2001 dalam Nevid, sebesar 28.57%. Sedangkan stressor
2005, p.110). Skizofrenia mempunyai psikososial pengiring terbanyak adalah
prevalensi sebesar 1% dari populasi di faktor ekonomi dengan jumlah 51
dunia (rata-rata 0,85%). Angka insiden penderita atau sebesar 30,36%. Dari data
skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per yang diperoleh, juga dapat diketahui bahwa
tahun (Sinaga, 2007, p.12). Riset kesehatan banyak penderita baru skizofrenia adalah
dasar (Riskesdas) tahun 2013 berusia 25-44 tahun, berjenis kelamin laki-
menunjukkan bahwa penderita laki, tidak sekolah dan tidak memiliki
skizofrenia di Indonesia mencapai 1,7% pekerjaan.
per 1000. Prevalensi tertinggi berada di Skizofrenia merupakan salah satu
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh penyakit yang paling membahayakan
yaitu 2,7%. kehidupan penderitanya karena
Gangguan jiwa skizofrenia tidak mempengaruhi setiap aspek dari
terjadi begitu saja. Ada banyak faktor yang kehidupannya. Seorang yang menderita
berperan dalam munculnya gejala-gejala skizofrenia akan mengalami gangguan
skizofrenia. Hingga sekarang banyak teori dalam pembicaraan yang terstruktur, proses
yang dikembangkan untuk mengetahui atau isi pikir dan gerakan serta akan
penyebab skizofrenia. Menurut Stuart & tergantung pada orang lain selama
Laraia (2005, p.396), faktor-faktor hidupnya. Distribusi kunjungan pasien
predisposisi skizofrenia meliputi faktor rawat jalan di BLUD RSJ Aceh tahun 2013
biologi, psikologi, lingkungan dan menunjukkan bahwa dari 13.088 pasien
sosiokultural. Faktor biologi dari gangguan jiwa 81,33% orang diantaranya
skizofrenia dapat dilihat dari segi herediter. mengidap skizofrenia. Wawancara
Menurut Copel (2007, p.116), satu persen pendahuluan yang dilakukan pada awal
masyarakat Amerika Serikat mengalami April 2014 dengan 5 orang pasien di
skizofrenia, dan 10% turunan pertama Poliklinik Rawat Jalan BLUD RSJ Aceh
mengalami skizofrenia sepanjang tentang alasan yang menyebabkan pasien
kehidupan mereka. Jika skizofrenia skizofrenia berkunjung ke RSJ,
didiagnosis pada satu anak kembar diantaranya sebanyak 20% karena
identik, ada kemungkinan 40% sampai 55% penggunaan ganja, 60% karena faktor
dari pasangan kembarannya akan keturunan, 60% karena kerusakan struktur
mengalami skizofrenia. Pada kembar non otak, 40% karena stress di masa konflik, dan
identik, jika salah satu mengalami 40% karena ditinggal oleh orang terdekat
skizofrenia, pasangan kembarnya memiliki mereka. Berdasarkan pertimbangan inilah,
10% sampai 15% kemungkinan untuk peneliti tertarik untuk mengetahui apa saja
mengalami penyakit ini. Namun, ada orang faktor predisposisi pada penderita
lain yang mengalami skizofrenia namun Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan
tidak mempunyai saudara dekat yang Rumah Sakit Jiwa Aceh
memiliki penyakit tersebut. Hal ini
memberikan kesan bahwa ada faktor lain, METODE
seperti psikologi, lingkungan dan Penelitian yang bertujuan untuk
sosiokultural. mendapatkan gambaran tentang faktor
Berdasarkan data dari Serambi predisposisi pada penderita skizofrenia di
Indonesia (November 2013), tingginya Poliklinik Rawat Jalan Badan Layanan
13
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015

Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Jiwa Tabel 1:


(RSJ) Aceh ini menggunakan metode Karakteristik Responden Di Poliklinik Rawat
deskriptif eksploratif. Populasi dalam Jalan Rumah Sakit Aceh Tahun 2014
penelitian ini adalah seluruh distribusi (n = 102)
kunjungan rawat jalan BLUD RSJ Aceh Kategori f %
bulan Desember 2013 yang berjumlah Usia (Depkes, 2009)
1.279 kunjungan. Metode pengambilan Remaja Akhir (17-25 tahun) 21 20,6
sampel menggunakan metode purposive Dewasa Awal (26-35 tahun) 31 30,4
sampling dengan jumlah sampel yang Dewasa Akhir (36-45 tahun) 37 36,2
memenuhi kriteria sebanyak 102 orang. Lansia Awal (46-55 tahun) 92 8,8
Lansia Akhir (56-65 tahun) 2 2,0
Kriteria sampel yang dipilih adalah pasien
Manula (>65 tahun) 2 2,0
Poliklinik Rawat Jalan BLUD RSJ Aceh Jenis Kelamin
yang didiagnosa skizofrenia, bersedia Laki-laki 78 76,5
menjadi responden dan mampu Perempuan 24 23,5
berkomunikasi, telah dinyatakan sembuh Suku
klinis oleh dokter dan lulus semua item tes Aceh 91 89,2
screening dengan menggunakan format Batak 5 4,9
Jawa 6 5,9
Mental Status Examination (MSE).
Pendidikan Terakhir
Alat pengumpulan data pada (Sisdiknas, 2003)
penelitian ini menggunakan modifikasi Pendidikan Dasar 22 21,6
kuesioner Lobban, Barrowclough dan Jones Pendidikan Menengah 59 57,8
(2005, dalam Novitayani, 2013). Sebelum Pendidikan Tinggi 21 20,6
memulai wawancara terpimpin mengenai Pekerjaan
inti dari penelitian, peneliti terlebih dahulu Tidak Bekerja 46 45,1
PNS 7 6,9
melakukan screening awal untuk
Wiraswasta 49 48,0
memastikan bahwa responden kooperatif Lama Menderita
dan tidak mengalami gangguan kognitif Skizofrenia
dengan menggunakan format Mental Status ≤ 10 tahun 63 61,8
Examination yaitu pemeriksaan status > 10 tahun 39 38,2
mental yang membantu dokter dalam Total 102 100
membuat diagnosis psikiatri. Keterkaitan Sumber : Data primer (diolah 2015)
antara komponen-komponen pemeriksaan
dapat membantu dokter mengevaluasi dan Berdasarkan tabel 1, diketahui usia
membedakan gangguan kejiwaan responden rata-rata 36-45 tahun dengan
(Snyderman & Rovner, 2009). Apabila frekuensi terbanyak 37 orang (36,3%), jenis
hasilnya sesuai dengan target maka kelamin laki-laki 78 orang (76,5%), suku
dilanjutkan ke inti penelitian. Etika Aceh 91 orang (89,2%), pendidikan
penelitian terhadap responden penelitian ini menengah 59 orang (57,8%), 49 orang (48%)
meliputi hak klien dihormati jika timbul wiraswasta dan lama responden menderita
respon negatif, privasi dihormati, skizofrenia ≤ 10 tahun adalah 63 responden
anominitas dipertahankan sedangkan (61,8%).
terhadap data dijaga kerahasiaannya, akses
hanya pada peneliti dan jika data tersebut
sudah selesai digunakan maka data
dimusnahkan.

HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 12-28 Mei 2014 di Poliklinik Rawat
Jalan Badan Layanan Umum Daerah Rumah
Sakit Jiwa Aceh terhadap 102 responden
dengan menggunakan alat ukur berbentuk
kuesioner. Hasil penelitian yang didapatkan
adalah sebagai berikut :

14
Idea Nursing Journal Hasmila Sari, dkk

Tabel 2. Gambaran Faktor Predisposisi Jenderal Rehabilitasi Sosial (2011), yang


pada Penderita Skizofrenia di Poliklinik menyatakan bahwa depresi merupakan
Rawat Jalan BLUD RSJ Aceh Tahun 2014 penyebab utama gangguan jiwa.
(n=102) Meningkatnya jumlah penderita depresi berat

No Pernyataan Ya % Tidak %
1 Keturunan 30 29,4 72 70,6
2 Kuman atau virus 4 3,9 98 96,1
3 Kerusakan struktur otak 35 34,3 67 65,7
4 Gangguan neurotransmitter 42 41,2 60 58,8
5 Alkohol 24 23,5 78 76,5
6 Menggunakan obat-obatan terlarang 38 37,3 64 62,7
7 Stres atau khawatir 67 65,7 35 34,3
8 Nasib yang buruk 57 55,9 45 44,1
9 Permasalahan keluarga responden 13 12,7 89 87,3
Sikap mental responden misalnya, berpikir tentang
10 57 55,9 45 44,1
kehidupan negatif
11 Permasalahan keluarga 14 13,7 88 86,3
Trauma, sesuatu yang mengganggu atau
12 73 71,6 29 28,4
Mengejutkan yang terjadi dalam hidup responden
13 Kematian orang yang dicintai 38 37,3 64 62,7
14 Memikirkan hal-hal yang terlalu banyak 42 41,2 60 58,8
15 Diintimidasi di sekolah/lingkungan sosial 24 23,5 78 76,5
Kurangnya teman-teman atau orang-orang yang
16 16 15,7 86 84,3
peduli kepada responden
17 Sulit mendapatkan pekerjaan 24 23,5 78 76,5
18 Pekerjaan yang terlalu banyak 5 4,9 97 95,1
Sumber : Data primer (diolah 2014)

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan yang mengarah pada tingginya angka bunuh
bahwa faktor predisposisi pada penderita diri karena ketidakmampuan untuk
skizofrenia tidak hanya dipengaruhi oleh satu mengatasi emosi karena lemahnya dukungan
faktor saja, namun ada beberapa faktor sosial atau kurangnya orang-orang yang
yang turut terlibat. Faktor trauma (sesuatu peduli kepada responden sebanyak 16 orang
yang mengganggu atau mengejutkan yang (15,7%). Depresi yang menimbulkan trauma
terjadi dalam hidup responden) sebanyak 73 berkepanjangan bisa mengakibatkan
orang responden (71,6%) berada pada seseorang mengalami gangguan kejiwaan
frekuensi dan persentase tertinggi. Hal dan tentunya dampaknya akan lebih besar
tersebut diakibatkan oleh ketidakmampuan jika tidak diobati sedini mungkin, faktor
responden dalam menyelesaikan konflik yang bisa menyebabkan tingkat depresi
yang dialaminya sehingga mengalami stress tinggi diantaranya utang yang menumpuk,
sebanyak 67 orang (65,7%). Selanjutnya faktor ekonomi atau sulit mendapatkan
responden akan menarik diri, melamun, pekerjaan sebanyak 24 orang (23,5%),
hidup dalam dunianya sendiri yang beban hidup serta kondisi lingkungan yang
lama- kelamaan timbullah gejala-gejala tidak mendukung sebanyak 24 orang
berupa kelainan jiwa. Semakin banyak (23,5%). Faktor yang menyebabkan
responden mengalami suatu kejadian yang seseorang menderita skizofrenia bukan hanya
mengganggu dan mengejutkan sehingga faktor psikologi dan lingkungan saja, namun
tidak mampu mengatasinya, maka risiko faktor biologi seperti keturunan sebanyak 30
perkembangan skizofrenia semakin besar. orang (29,4%) dan adanya gangguan
Responden juga merasa bahwa dirinya neurotransmiter sebanyak 42 orang (41,2%)
memiliki nasib yang buruk sebanyak 57 juga berpengaruh dalam perkembangan
orang (55,9%) yang akan mengarah kepada skizofrenia.
depresi. Hal tersebut berdasarkan Direktorat

15
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015

PEMBAHASAN sesuai dengan pernyataan yang


1. Gambaran faktor predisposisi (faktor dikemukakan oleh Nevid (2005, p.123)
biologi) pada penderita skizofrenia di yang menyatakan bahwa di dalam otak
Poliklinik Rawat Jalan Badan Layanan manusia terdapat berbagai macam
Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh neurotransmiter yaitu substansi atau zat
tahun 2014 kimia yang bertugas menghantarkan
Berdasarkan hasil penelitian pada impuls-impuls saraf. Ada beberapa
tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa neurotransmiter yang diduga
frekuensi dan persentase tertinggi dari berpengaruh terhadap timbulnya
faktor biologi pada penderita skizofrenia skizofrenia diantaranya adalah
di Poliklinik Rawat Jalan BLUD RSJ neurotransmiter dopamin. Pada
Aceh Tahun 2014 adalah adanya responden-responden dengan skizofrenia
gangguan neurotransmiter sebanyak 42 ditemukan peningkatan kadar dopamin
orang responden (41,2%). di otak secara relatif. Hal ini ditandai
Teori neurotransmiter berhubungan dengan adanya pemberian obat-obat
dengan hipotesis dopamin, serotonin, neuroleptik seperti Thorazine, Mellaril,
glutamat dan asam gamma- dan Prolixin yang berfungsi untuk
aminobutirik. Hipotesis dopamin menghambat reseptor dopamin sehingga
mengatakan bahwa reseptor dopamin mengurangi tingkat aktivitas dopamin.
sangat mempengaruhi simptom positif Timbulnya simptom positif dan
dari skizofrenia (Sinaga, 2007, p.20). negatif pada penderita skizofrenia
Kelebihan atau terlalu sensitifnya dipengaruhi oleh peningkatan kadar
reseptor dopamin, bukan kadar dopamin. Davison (2006, p.464)
dopamin yang tinggi, merupakan menyatakan bahwa, kelebihan
faktor-faktor dalam skizofrenia. aktivitas dopamin yang diduga paling
Reseptor dopamin lebih mungkin relevan dengan skizofrenia terdapat di
merupakan pusat gangguan tersebut dalam jalur mesolimbik dan efek
daripada kadar dopamin itu sendiri. terapeutik obat-obat antipsikotik
Kelebihan aktivitas dopamin yang terhadap simptom-simptom positif
diduga paling relevan dengan terjadi dengan cara menghambat
skizofrenia terdapat di dalam jalur berbagai reseptor dopamin dalam sistem
mesolimbik. Rendahnya aktivitas saraf tersebut sehingga menurunkan
neuron dopamin dalam daerah otak aktivitasnya. Rendahnya aktivitas
tersebut juga dapat menjadi penyebab neuron dopamin dalam daerah otak juga
simtom-simtom negatif skizofrenia dapat menjadi penyebab simptom-
(Davison, 2006, p.464). simptom negatif skizofrenia.
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sutrisna & Aisyah (2011), 2. Gambaran faktor predisposisi (faktor
didapatkan bahwa faktor genetik psikologi) pada penderita skizofrenia
merupakan faktor yang sangat terkait di Poliklinik Rawat Jalan Badan
dengan kejadian skizofrenia. Beberapa Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
polimorfisme yang diduga Jiwa Aceh tahun 2014
meningkatkan risiko gangguan ini Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat
adalah COMT (catechol O metil dilihat bahwa faktor psikologi tertinggi
transferase) gen, terganggunya gen yang menyebabkan skizofrenia di
skizofrenia (DISC1), DTNBP1 Poliklinik Rawat Jalan BLUD RSJ Aceh
(Dystrobrevin binding protein 1) gen, Tahun 2014 adalah trauma sebanyak 73
NRG1 SNP1 & 2 (neuregulin-1 orang responden (71,6%).
polimorfisme nukleotida tunggal 1 & 2) Keadaan yang dapat menimbulkan
gen. gangguan kejiwaan (stres pasca trauma)
Berdasarkan pemaparan diatas antara lain bencana alam, huru-
dapat dinyatakan bahwa adanya peranan hara, peperangan, kebakaran,
dari neurotransmiter merupakan salah perkosaan, kehamilan di luar nikah,
satu faktor yang mempengaruhi aborsi dan lain sebagainya (Hawari
perkembangan skizofrenia. Hal tersebut 2009, p.35). Pada masa kanak, fungsi
16
Idea Nursing Journal Hasmila Sari, dkk

situasi sosial seperti trauma masa kecil, awalnya mengalami keputusasaan dapat
kekerasan, hubungan interpersonal merasa depresi karena suatu keadaan
yang kurang hangat diterima oleh tertentu, yang jika lama-kelamaan tanpa
anak, sangat mempengaruhi pengobatan dan penanganan tertentu
perkembangan neurologikal anak dapat memicu munculnya halusinasi.
sehingga anak lebih rentan mengalami Tekanan hidup yang berkepanjangan
skizofrenia dikemudian hari (Sinaga, serta tidak adanya dukungan dari
2007, p.16). keluarga dapat menjadikan individu
Hasil penelitian yang dilakukan tersebut semakin terpuruk dengan
oleh Sukatwo (2005), menyatakan gangguannya sehingga memicu
bahwa ada korelasi signifikan antara terjadinya skizofrenia.
faktor konflik pribadi dengan kategori
skizofrenia pada responden skizofrenia 3. Gambaran faktor predisposisi (faktor
yang dirawat di kelas 3 RSJD dr RM sosiokultural dan lingkungan) pada
Soedjarwadi Klaten pada bulan Mei penderita skizofrenia di Poliklinik
2004. Hasil penelitian yang Rawat Jalan Badan Layanan Umum
dilakukan oleh Yosep, dkk (2009) Daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh tahun
menyatakan bahwa pengalaman 2014
traumatik penyebab gangguan jiwa Berdasarkan tabel 5.4 dapat
(skizofrenia) pasien di Rumah Sakit disimpulkan bahwa faktor sosiokultural
Jiwa Cimahi menunjukkan adanya dan lingkungan yang tertinggi di
lima tema yang muncul yaitu: cita- Poliklinik BLUD RSJ Aceh Tahun 2014
cita/keinginan tak tercapai/kegagalan, yang memicu terjadinya skizofrenia
kehilangan orang yang dicintai, adalah diintimidasi di
kehilangan pekerjaan, pola asuh otoriter, sekolah/lingkungan sosial dan sulit
dan mendapat tindakan kekerasan. mendapatkan pekerjaan sebanyak 24
Hasil penelitian yang dilakukan orang responden (23,5%).
oleh Yanayir (2012), didapatkan bahwa Skizofrenia adalah suatu penyakit
faktor yang mempengaruhi terjadinya yang mempengaruhi otak dan
skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas menyebabkan timbulnya pikiran,
Pembantu Desa Paringan Kecamatan persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku
Jenangan Kabupaten Ponorogo berupa yang aneh dan terganggu (Videbeck,
faktor kecemasan, depresi, rasa malu 2008, p.348). Umumnya skizofrenia
dan rasa takut pada 63 orang (95,5%) menyerang generasi muda untuk
responden merupakan salah satu faktor pertama kali antara umur 15 sampai 30
yang turut mempengaruhi terjadinya tahun tetapi berkembang ketika usia
skizofrenia. seseorang memasuki 40 tahun.
Berdasarkan referensi diatas dapat Skizofrenia tidak memandang ras,
dikatakan bahwa sejumlah mekanisme kebudayaan, kelas sosial maupun jenis
psikologi telah mempengaruhi orang kelamin (Firdaus, 2005, p.7).
menderita skizofrenia. Ketika dibawah Skizofrenia adalah gangguan mental
tekanan atau situasi membingungkan, yang cukup luas dialami di Indonesia,
termasuk perhatian yang berlebihan yaitu sekitar 99% responden di RS
dapat memunculkan penyakit ini. Jiwa di Indonesia adalah penderita
Banyaknya penderita skizofrenia di skizofrenia (Gunarsa, 2004, p.328).
Aceh disebabkan oleh trauma masa Faktor pencetus dari skizofrenia
konflik bersenjata selama hampir 30 dipengaruhi oleh emotional turbulent
tahun disertai dengan bencana gempa families, stressful life events,
dan tsunami. Kejadian tersebut turut diskriminasi, dan kemiskinan.
memberikan dampak negatif bagi Lingkungan emosional yang tidak
masyarakat sehingga bagi mereka yang stabil juga dianggap
menganggap hal tersebut sebagai mempunyai risiko yang besar pada
ancaman yang besar bagi mereka, maka perkembangan skizofrenia. Pada
gejala-gejala skizofrenia akan muncul penderita skizofrenia dikenal adanya
dalam diri mereka. Seseorang yang down ward drift hipotesis (orang yang
17
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015

terkena skizofrenia akan bergeser ke 4. Keterbatasan Penelitian


kelompok sosial ekonomi rendah atau Saat melakukan pengumpulan data
gagal keluar dari kelompok sosial masih terdapat berbagai kelemahan dan
ekonomi rendah). Social drift kekurangan, walaupun telah diupayakan
hypothesis menyatakan bahwa seorang semaksimal mungkin dengan berbagai
yang menderita skizofrenia akan usaha untuk membuat hasil penelitian
bergantung kepada lingkungan ini dapat menjadi sempurna. Adapun
sekitarnya, kehilangan pekerjaan, dan beberapa keterbatasan penelitian ini
berkurangnya penghasilan (Sinaga, antara lain: (1) uji kuesioner seharusnya
2007, p.16). juga dilakukan di tempat yang homogen
Hasil penelitian yang dilakukan dengan tempat penelitian (Poliklinik
oleh Erlina, dkk. (2010), menyatakan Rumah Sakit Jiwa), namun
bahwa faktor yang paling dominan dikarenakan poliklinik Rumah Sakit
mempengaruhi kejadian skizofrenia Jiwa hanya satu maka uji kuesioner
pada responden rawat jalan di Rumah dilakukan di Poliklinik Puskesmas Ulee
Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Kareng Banda Aceh pada 10 orang
Sumatera Barat adalah faktor status responden yang memiliki karakteristik
ekonomi dengan Odds Ratio (OR) = hampir sama dengan hasil memenuhi
7.482 (95% confidents interval (CI); syarat valid dan reliabel, (2) Penelitian
2,852 - 19,657), p = 0,000. Penelitian ini hanya melihat karakteristik
lain yang dilakukan oleh Amin (2007), skizofrenia secara umum dan tidak
didapatkan bahwa responden yang mengklasifikasikan berdasarkan jenis-
tinggal di perkotaan yang menderita jenis skizofrenia tertentu sehingga ada
penyakit skizofrenia sebanyak 155 kemungkinan menimbulkan gejala-
orang (82.4%). Berdasarkan hasil gejala yang berbeda pada pasien, (3)
analisis multivariat menunjukan bahwa Data yang diperoleh hanya berdasarkan
penderita yang tinggal di perkotaan informasi dari pasien, tidak disertai
mempunyai resiko 3,22 kali untuk dengan data sekunder seperti data dari
mengalami penyakit skizofrenia keluarga dan dokumentasi status pasien
dibandingkan dengan yang tinggal di sebelumnya.
pedesaan, setelah dikontrol dengan
tingkat pendidikan, yaitu dengan OR= KESIMPULAN
3,22 (CI; 1,99 – 5,46). Penyebab pasti dari skizofrenia masih
Berdasarkan teori dan sejumlah belum jelas. Pendapat umum saat ini
penelitian terkait diatas, dapat adalah bahwa gangguan ini disebabkan
disimpulkan bahwa faktor lingkungan oleh interaksi yang kompleks antara
juga diyakini berkontribusi pada berbagai faktor diantaranya faktor
perkembangan skizofrenia. Sulitnya predisposisi dan faktor presipitasi. Berbagai
mendapatkan pekerjaan dan kurangnya faktor predisposisi yang diduga berperan
kemampuan untuk mempertahankan dalam insiden skizofrenia diantaranya
aktivitas yang diarahkan oleh diri sendiri faktor biologi (genetik, neurobiologi,
juga membuat klien sulit membina neurotransmiter dan virus), faktor
hubungan interpersonal. Perbedaan psikologi, faktor sosiokultural dan
budaya dan tingkatan ekonomi serta lingkungan. Diharapkan kepada para tenaga
kecenderungan untuk mengikuti trend kesehatan jiwa agar dapat meningkatkan
yang ada di daerah mereka juga berperan peran masyarakat dalam pencegahan
pada perkembangan skizofrenia. Ketika skizofrenia melalui strategi preventif
mereka tidak mampu untuk mengikuti diantaranya dengan memberikan
arus budaya yang ada, maka mereka penyuluhan dan informasi kepada
cenderung akan menarik diri dari masyarakat agar mampu menciptakan
lingkungan sosial dan mengalami keluarga yang harmonis, hangat, dan stabil.
hambatan dalam mengelola Bagi mereka yang baru memperlihatkan
kemampuan emosionalnya. tanda-tanda awal dari skizofrenia
sebaiknya segera ditangani dengan tindakan
kuratif dan rehabilitatif untuk mempercepat
18
Idea Nursing Journal Hasmila Sari, dkk

kesembuhannya. with schizophrenia in The Psychiatric


Hospital Banda Aceh, Indonesia.
KEPUSTAKAAN Unpublished Thesis. Prince of
Amin, M. (2007). Peran daerah tempat Songkla University.
tinggal terhadap penyakit
skizofrenia pada penderita gangguan Riskesdas. (2013). Riset kesehatan dasar.
jiwa yang dirawat inap di RS dr. Dikutip pada tanggal 29 November
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera 2013, dari
Selatan tahun 2007. Universitas http://terbitan.litbang.depkes.go.id.
Indonesia. Dikutip pada tanggal 30
Maret 2014, dari http://lontar.ui.ac.id Serambi Indonesia. (2013, November 8).
Islam dan pencegahan gangguan
Copel, L. C. (2007). Kesehatan jiwa dan jiwa. Banda Aceh.
psikiatri: pedoman klinis perawat.
Edisi 2. Jakarta: EGC. Sinaga, B. R. (2007). Skizofrenia &
diagnosis banding. Jakarta: Balai
Davison, G. C. (2006). Psikologi abnormal. Penerbit Fakultas Kedokteran
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Universitas Indonesia.

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2005).


(2011, Juli 28). Depresi Penyebab Principles and practice of
Utama Gangguan Jiwa. Workshop psychiatric nursing. 8th edition. St
Penanganan Orang Dengan Louis: Mosby.
Kecacatan Mental Eks Psikotik.
Dikutip pada tanggal 1 Juli 2014, dari Sukatwo. (2005). Hubungan Antara
http://rehsos.kemsos.go.id. Faktor Konflik Pribadi dengan
Kategori Skizoprenia Pada
Erlina, dkk. (2010). Determinan terhadap Responden Rawat Inap Di Bangsal.
timbulnya skizofrenia pada responden Vol. 2, No. 2. Universitas
rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammadiyah Semarang. Dikutip
HB Saanin Padang Sumatera Barat. pada tanggal 18 Juni 2014, dari
Dinas Kesehatan Padang Pariaman. https://pbing.unimus.ac.id.
Vol. 2, No.2. Dikutip pada tanggal
18 Juni 2014, dari Sutrisna, E. & Aisyah, R. (2011). Marker
http://jurnal.ugm.ac.id. Genetik dan Mekanisme Molekuler
Penyakit Skizofrenia. Fakultas
Firdaus, J. (2005). Schizophrenia. Farmasi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta: Dozz. Surakarta. Vol. 3, No. 1. Dikutip pada
tanggal 18 Juni 2014, dari
Gunarsa, S. D (2004). Dari anak sampai http://publikasiilmiah.ums.ac.id/
usia lanjut: bunga rampai psikologi
anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Snyderman, D. & Rovner, B. W. (2009).
Mental status examination in primary
Hawari, D. (2009). Pendekatan holistik pada care: A review. American Family
gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: Physician. 80(8):809-814. Dikutip
Balai Penerbit FKUI. pada tanggal 15 April 2014, dari
http://www.aafp.org/afp/2009/1015/p
Nevid, J. S. (2005). Psikologi abnormal. 809.html.
Edisi Kelima. Jilid 2. PT. Gelora
Aksara Pratama. Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar
keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Novitayani, S. (2013). The effect of Illness
Representation Based Education Yanayir, D. (2012). Karakteristik faktor-
Program (IRBEP) on medication faktor yang mempengaruhi terjadinya
adherence among muslim patients
19
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015

skizofrenia di wilayah kerja


Puskesmas Pembantu Desa Paringan
Kecamatan Jenangan Kabupaten
Ponorogo. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Dikutip
pada tanggal 6 Maret 2014, dari
http://lib.umpo.ac.id/.

Yosep, I. dkk. (2009). Pengalaman


traumatik penyebab gangguan
jiwa (skizofrenia) pasien di Rumah
Sakit Jiwa Cimahi. Universitas
Padjajaran. Dikutip pada tanggal 1
Juli 2014, dari
http://perpustakaan.litbang.depkes.go.i
d.

Yuniarta, A. (2009). Gambaran stresor


psikososial terhadap serangan
pertama penderita skizofrenia di RSJ
dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
periode bulan maret-mei. Universitas
Muhammadiyah Malang. Dikutip
pada tanggal 30 November 2013, dari
http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/117
42

20

Anda mungkin juga menyukai