Anda di halaman 1dari 12

Cahaya dan Bunyi

FISIKA SMA
KELAS XII SEMESTER 1

Cahaya dan Bunyi

Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam


menyelesaikan masalah.
Kompetansi Dasar : Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan
cahaya.

Oleh:
Utama Alan Deta
063184034

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
2007

0
Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

PENDAHULUAN

Begitu banyak informasi yang kita peroleh melalui telinga kita dalam bentuk suara dan
mata kita dalam bentuk cahaya. Telinga dan mata merupakan indera yang sangat vital bagi
kehidupan manusia. Orang tidak dapat melihat jika tidak ada cahaya. Seseorang akan
kesulitan berkomunikasi dengan orang lain tanpa adanya bunyi. Oleh karena itu, cahaya dan
bunyi sangat penting dalam kehidupan manusia.

ISI

A. Cahaya
Cahaya merupakan salah satu contoh dari gelombang elektromagnetik. Cahaya
sebagai gelombang dapat mengalami dispersi, interfraksi, difraksi, dan polarisasi.
1. Dispersi Cahaya
Dispersi adalah peristiwa cahaya putih
yang melewati sebuah prisma menjadi spektrum
warna. Dispersi ini terjadi akibat perbedaan
indeks bias masing-masing warna cahaya.
a. Sudut Deviasi
Sudut deviasi adalah sudut yang
Gb. 1 Dispersi Cahaya
dibentuk oleh perpanjangan sinar datang
dan sinar keluar pada prisma. Perhatikan
gambar 2, besarnya sudut deviasi adalah
D = i1 + r2 - 
dengan D adalah sudut deviasi, i1 adalah
sudut datang pada permukaan pertama,
dan r1 adalah sudut bias pada permukaan
kedua, dan  adalah sudut puncak Gb. 2 Pembiasan Cahaya pada Prisma
prisma.
b.
Sudut Dispersi
DU Cahaya putih yang melalui
Dm prisma dapat diuraikan menjadi
merah spektrum warna. Cahaya yang
merupakan gabungan dari beberapa
ungu jenis warna disebut polikromatik,
sedangkan cahaya yang hanya
terdiri dari satu warna disebut
Gb. 3 Sudut Dispersi pada Prisma monokromatik. Sudut dispersi 
menyatakan lebar spektrum yang
ditimbulkan oleh prisma. Besarnya sudut dispersi diperoleh dengan cara
 = (nu – nm) 

1
Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

dengan  adalah sudut dispersi, nu adalah indeks bias warna ungu, nm adalah
indeks bias warna merah, dan  adalah sudut pncak prisma.

2. Interferensi Cahaya
Merupakan perpaduan dari dua gelombang cahaya. Apabila kedua gelombang
bersifat koheren (memiliki frekuensi dan amplitudo sama atau hampir sama serta beda
fase tetap), maka hasil interferensinya memilioki pola teratur dan dapat ditangkap
layar.
a. Interferensi Celah Ganda
Berikut ini adalah gambar skema percobaan Young.

Gb. 4 Skema Percobaan Young untuk Interferensi Celah Ganda


1. Interferensi Maksimum (Terang)
Interferensi maksimum pada celah ganda terjadi ketika kedua gelombang
memiliki fase sama. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
d sin  = n , n = 1, 2, 3, ...
Mengingat d <<1, maka sudut  sangat kecil sehingga secara pendekatan
p
berlaku sin  = tan = , maka persamaan tersebut menjadi
l
pd
 n
l
dengan p adalah jarak terang ke-n dengan terang pusat.
2. Interferensi Minimum (Gelap)
Interferensi minimum pada celah ganda terjadi ketika kedua gelombang
memiliki beda fase 180o. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
d sin  = (n – ½) , n = 1, 2, 3, ...
Dengan pendekatan yang sama seperti di atas persamaan tadi menjadi
pd
= (n – ½) , n = 1, 2, 3, ...
l
dengan p adalah jarak gelap ke-n dengan terang pusat.
b. Interferensi Lapisan Tipis
Peristiwa interferensi
pada lapisan tipis dapat kita
amait pada embun yang
terkena sinar matahari. Pola
interferensi pada lapisan tipis
dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu perbedaan panjang
lintasan optik dan perubahan
fase sinar pantul. Gambar 5

Gb. 5 Interferensi pada Lapisan Tipis 2


Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

menunjukkan suatu sinar dengan sudut datang i menuju lapisan tipis dengan
ketebalan d dan indeks bias n sehingga mengalami pemantulan dan pembiasan
dengan sudut bias r. Syarat terjadinya interferensi maksimum (terang) adalah
2nd cos r = (m – ½ ) , m = 1, 2, 3, ...
dan syarat terjadinya interferensi maksimum (terang) adalah
2nd cos r = m , m = 1, 2, 3, ...
c. Cincin Newton
Cincin Newton merupakan
pola interferensi berupa
lingkaran-lingkaran gelap dan
terang secara berurutan. Hal ini
terjadi jika cahaya yang panjang
gelombangnya  datang dalam
arah tegak lurus pada sistem
optik yang terdiri dari sebuah
lensa plan-konveks dengan jari-
jari R yang diletakkan diatas
Gb. 6 Sistem Optik untuk Menghasilkan
kaca plan paralel. Apabila r
Pola Interferensi Cincin Newton
adalah jari-jari lingkaran gelap
dan terang hasil interferensi, maka syarat terjadinya interferensi maksimum
(lingkaran terang) adalah
r12 = (n – 1/2 )  R, n = 1, 2, 3, ...
dengan r adalah jari-jari lingkaran terang ke-n
dan syarat terjadinya interferensi minimum (lingkaran gelap) adalah
r12 = n  R , n = 1, 2, 3, ...
dengan r adalah jari-jari lingkaran gelap ke-n
3. Difraksi Cahaya
a. Difraksi Celah Tunggal
Pada difraksi celah
tunggal ini kita akan
membahas difraksi
Fraunhover, yaitu difraksi
yang dapat diterangkan
dengan menggunakan prinsip
Huygens yang menyatakan
bahwa tiap bagian dari celah
berperan sebagai sebuah
gelombang.
Gambar 7 menunjukkan
bahwa suatu gelombang
Gb. 7 Difraksi Cahaya pada Celah Tunggal cahaya datang pada celah
tunggal yang memiliki lebar
d. Secara umum syarat terjadinya pola difraksi minimum (gelap) pada celah
tunggal adalah
d sin  = n , n = 1, 2, 3, ...
dan pola difraksi maksimum (terang) adalah
d sin  = (n – ½) , n = 1, 2, 3, ...

b. Difraksi Celah Majemuk (Kisi)

3
Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

Kisi adalah peralatan yang memiliki celah sangat banyak dengan lebar celah
dan jarak antar celah yang sama. Sebuah kisi biasanya terdiri dari ribuan celah
berupa garis per centimeter. Jika N menyatakan jumlah garis per centimeter, maka
tetapan kisi d dalam satuan centimeter adalah
1
d=
N
Syarat terjadinya pola difraksi minimum (gelap) pada celah tunggal adalah
d sin  = (n – ½) , n = 1, 2, 3, ...
dan pola difraksi maksimum (terang) adalah
d sin  = n , n = 1, 2, 3, ...
4. Polarisasi Cahaya
Fakta bahwa cahaya
mengalami polarisasi adalah
bukti bahwa cahaya merupakan
gelombang transversal.
Polarisasi adalah peristiwa
terserapnya sebagian arah getar
gelombang sehingga hanya
memiliki satu arah getar
saja.cahaya dapat terpolarisasi
karena pemantulan, pembiasan
Gb. 8 Absorbsi selektif pada bahan dan pemantulan, bias kembar,
polaroid absorbsi selektif, dan hamburan.
Fenomena polarisasi pada
gelombang cahaya ditemukan oleh Erasmus Bartholinus (1625 – 1698) pada tahun
1669. Dalam fenomena ini, cahaya alami yang getarannya ke segala arah (tak
terpolarisasi) tetapi tegak lurus terhadap arah rambatnya ketika melewati sebuah
filter polarisasi, sebagian cahaya tersebut diteruskan sehingga terpolarisasi dan
sebagian cahaya yang lain terserap.

B. Bunyi
Bunyi merupakan gelombang
longitudinal. Bunyi dapat merambat
melalui medium padat, cair, dan gas. Tanpa
medium, bunyi tidak bisa merambat. Bunyi
dapat dipantulkan, dibiaskan, dan dapat
mengalami interferensi. Jika gelombang
bunyi mengenai suatu bidang perintang,
Gb. 9 Perambatan Bunyi di Udara sebagian bunyi diserap oleh bidang itu dan
sebagian lagi dipantulkan tergantung keras
lunaknya bidang pemantul.
1. Infrasonik Audiosonik, dan Ultrasonik
Berdasarkan jangkauan frekuensinya, bunyi dikelompokkan menjadi 3 bagian
yaitu Infrasonik, Audiosonik, dan Ultrasonik. Bunyi Infrasonik memiliki frekuensi di
bawah 20 Hz. Bunyi Audiosonik memiliki jangkauan frekuensi yang masih dapat
didengar oleh telinga manusia yakni antara 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bunyi Ultrasonik
memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz. Contoh kegunaan dari bunyi ultrasonik adalah
sebagai alat deteksi (RADAR), untuk mengukur kedalaman laut, dan mendeteksi janin
dalam rahim ibu.
2. Efek Dopler

4
Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

Ketika kita mendekati sebuah mobil ambulans bergerak mendekati kita, maka
Vs kita mendengar nada bunyi sirine makin tinggi. Sebaliknya jika mobil bergerak
menjauh, maka nada bunyi sirine semakin rendah.
Apabila sumber bunyi dan pendengar bergerak saling mendekati, maka frekuensi
ang terdengar lebih besar daripada frekwensi sumber bunyi. Begitupula sebaliknya,
ketika sumber bunyi dan pendengar bergerak saling menjauh, maka frekuensi
terdengar lebih kecil daripada frekuensi sumber bunyi. Peristiwa ini dinamakan Efek
Dopler, yang pertama kali dipikirkan oleh Christian Johann Doppler (1803 – 1855).

Gb. 10 Efek Doppler


Sumber : http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/hframe.html

Secara umum, persamaan frekuensi Doppler dirumuskan sebagai berikut.


 v  vp 
f p    f s
 v v s 
dengan fp merupakan frekwensi bunyi yang didengar oleh pendengar (Hz).
fs merupakan frekwensi sumber bunyi (Hz).
v adalah kecepatan rambat bunyi di udara (ms-1).
vs merupakan kecepatan sumber bunyi relatif terhadap pendengar (ms-1).
vp merupakan kecepatan pendengar relatif terhadap sumber bunyi (ms-1).
Tanda + untuk pendengar mendekati sumber bunyi atau sumber bunyi
menjauhi pendengar
Tanda - untuk pendengar mendekati sumber bunyi atau sumber bunyi
menjauhi pendengar
3. Cepat Rambat Gelombang
a. Cepat Rambat Gelombang Transversal pada
Dawai

Gb. 11 Percobaan Melde untuk Menentukan Cepat Rambat Gelombang Transversal Dawai
Gambar 11 menunjukkan sebuah sonometer, yaitu peralatan yang digunakan
oleh Melde dalam pewrcobaannya untuk menentukan cepat rambat gelombang
transversal pada dawai. Percobaan dilakukan dengan mengganti-ganti beban (gaya
m
tegangan dawai) dan jenis dawai (   ). Berdasarkan hasil percobaan Melde
l

5
Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

dapat disimpulkan bahwa cepat rambat gelombang dalam dawai (v) sebanding
dengan akar kuadrat gaya tegangan dawai dan berbandig terbalik dengan akar
kuadrat massa per satuan penjang dawai dapat dirumuskan sebagai berikut.
F Fl
v 
 m
m
Karena   dan v = A l, maka diperoleh
v
F
v
A

b. Cepat Rambat Bunyi


Cepat rambat bunyi tergantung pada sifat-sifat medium rambat. Pada
umumnya, cepat rambat bunyi dalam medium padat lebih besar daripada dalam
medium cair maupun gas.
1. dalam Zat Padat
Cepat rambat bunyi dalam zat padat bergantung pada modulus Young dan
massa jenis zat padat.
E
v

dengan v adalah cepat rambat bunyi (ms-1)
E adalah modulus Young (Nm-2)
 adalah massa jenis zat padat (kg m-3)
2. dalam Zat Cair
Cepat rambat bunyi dalam zat cair bergantung pada modulus Bulk dan
massa jenis zat cair.
B
v

dengan v adalah cepat rambat bunyi (ms-1)
B adalah modulus Bulk (Nm-2)
 adalah massa jenis zat padat (kg m-3)
3. dalam Gas
Cepat rambat bunyi dalam gas bergantung pada suhu dan jenis gas.
RT
v 
M
dengan v adalah cepat rambat bunyi (ms-1)
 adalah konstanta Laplace
R adalah konstanta gas umum (J mol-1K-1)
T adalah suhu gas (K)
M adalah massa molekul
relatif gas
4. Sumber Bunyi
Gelombang bunyi dihasilkan oleh sesuatu yang
bergetar yang disebut sumber bunyi.
a. Senar sebagai Sumber Bunyi
Alat musik seperti gitar menggunakan
dawai sebagai alat getar. Nada yang
dihasilkan oleh senar gitar dapat diubah-

Gb. 12 Pola Gelombang


Stasioner pada Dawai yang 6
(063184028)Berbagai
Utama Alan DetaMenghasilkan
Frekuensi dengan s = simpul
dan p = perut
Cahaya dan Bunyi

ubah dengan cara menekan senarnya pada posisi tertentu. Berikut ini adalah
gambar pola gelombang resonansi pada senar.

1. Nada dasar f0 (harmonik pertama)


v v
l = ½ λ0 maka f 0  
0 2l
2. Nada atas pertama f1 (harmonik kedua)
v v v
l = λ1 maka f1    2 
1 l  2l 
3. Nada atas kedua f2 (harmonik ketiga)
v v v
3 f    3 
l 2 maka 2 2 2  2l 
2 l
3
Nada terrendah yang dihasilkan oleh sumber bunyi disebut nada dasar atau
harmonik pertama. Perbandingan frekuensi-frekuensi diatas adalah
f0 : f1 : f2 : ... = 1 : 2 : 3 : ...
F Fl
Karena v   , maka besarnya frekuensi nada dasar adalah
 m
1 F
f0  . Persamaan ini disebut dengan hukum Marsene. Berdasarkan
2l A
uraian tersebut, untuk pola gelombang pada senar berlaku
∑p = (n + 1), ∑s = (n + 2), dan ∑s = ∑p +1
l = (n + 1) ½ λ fn = (n + 1) f0
n 1 F
maka f 0 
2l 
dengan p adalah perut, s adalah simpul dan n = 1, 2, 3, ... berturut-turut
menyatakan notasi nada dasar, nada atas pertama, nada atas kedua, dan seterusnya.
b. Pipa Organa sebagai Sumber Bunyi
Pipa organa adalah alat yang menggunakan kolom udara sebagai sumber
getar. Contoh dari pipa organa adalah seruling. Ada dua jenis pipa organa, yakni:
1. Pipa Organa Terbuka
Pipa organa terbuka
merupakan alat tiup berupa tabung
yang kedua ujung penampangnya
terbuka. Pola gelombang yang
a. dihasilkan tampakNada
padadasar
gambar
f0 (harmonik
13 pertama)

l = ½ λ0, maka
v v
f0  
b. Nada atas pertama
0 2l f1 (harmonik kedua)
l = λ1, maka
Gb. 13 Pola Gelombang
Stasioner pada Pipa Organa v v
c.Terbuka yang Menghasilkan f1  pertama
Nada atas 
 12l f2 (harmonik kedua)
Berbagai Frekuensi dengan s =
simpul dan p = perut

7
Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

3 v v
l 2 , maka f 2  
2 2 2l
Berbeda dengan pola gelombang pada senar yang selalu terjadi simpul
pada kedua ujungnya, pada pipa organa terbuka selalu terjadi perut. Namun,
hubungan panjang l terhadap panjang gelombang λ pada pipa organa terbuka
sama dengan pada senar sehingga perbandingan frekuensinya pun sama.
f0 : f1 : f2 : ... = 1 : 2 : 3 : ...
Persamaan tadi selanjutnya dikenal dengan hukum I Bernoulli.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk pola gelombang pada pipa organa
terbuka berlaku hubungan sebagai berikut.
∑s = (n + 1), ∑p = (n + 2), dan ∑p = ∑s +1
l = (n + 1) ½ λ fn = (n + 1) f0
dengan p adalah perut, s adalah simpul dan n = 1, 2, 3, ... berturut-turut
menyatakan notasi nada dasar, nada atas pertama, nada atas kedua, dan
seterusnya.
2. Pipa Organa Tertutup
Pipa organa tertutup merupakan alat tiup berupa tabung yang salah satu
ujung penampangnya tertutup. Pola gelombang yang dihasilkan tampak pada
gambar 14
a. Nada dasar f0 (harmonik pertama)
.l = ¼ λ0, maka
v v
f0  
0 4l
b. Nada atas pertama f1 (harmonik kedua)
........
3 ,
1 l
4
maka v  v 
f1   3 
c. Nada atas pertama f2 (harmonik kedua) 1  4l 

....... 5 , maka
Gb. 14 Pola Gelombang
l2
4
Stasioner pada Pipa Organa v v
Tertutup yang Menghasilkan f2   5 
Berbagai Frekuensi dengan s = 2  4l 
Perbandingan frekuensi-
simpul dan p = perut
frekuensi di atas adalah.
f0 : f1 : f2 : ... = 1 : 3 : 5 : ...
Persamaan tersebut selanjutnya dikenal dengan hukum II Bernoulli.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk pola gelombang pada pipa organa
terbuka berlaku hubungan sebagai berikut.
∑s = ∑p = (n + 1)
l = (2n + 1) ¼ λ fn = (2n + 1) f0
dengan p adalah perut, s adalah simpul dan n = 1, 2, 3, ... berturut-turut
menyatakan notasi nada dasar, nada atas pertama, nada atas kedua, dan
seterusnya.
 Lab Mini
Diskusikan dengan kelompokmu cara menentukan cepat rambat
bunyi dengan prinsip resonansi pada pipa organa tertutup!

8
Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

Disediakan sebuah garputala, tabung kaca yang kedua ujung


permukaannya terbuka, dan sebuah ember berisi air. Tentukan besar cepat
rambat bunyi di udara!

Menentukan Cepat Rambat Bunyi dengan Prinsip Resonansi pada Pipa


Organa Tertutup

5. Energi Gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat melalui suatu medium, maka energi
total yang dipindahkan oleh gelombang sama dengan energi mekanik getaran, yaitu :
1 2 1
E kA  m 2 A2  2 2 mf 2 A2
2 2
a. Intensitas Gelombang Bunyi
Intensitas gelombang bunyi didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan
per satuan luas persatuan waktu atau daya per satuan luas yang tegak lurus pada
arah cepat rambat gelombang.
P
I   2 2 vf 2 A 2
A
dengan I adalah Intensitas gelombang bunyi (W m-2); P adalah daya gelombang
(W); A adalah luas penampang medium (m2);  adalah massa jenis medium; f
adalah frekuensi gelombang (Hz); dan A adalah amplitudo gelombang (m).
Jika terdapat n buah sumber bunyi yang identik, maka intensitasnya adalah
Itotal = I1 + I2 + I3 + ...
b. Taraf Intensitas Bunyi
Taraf intensitas bunyi (TI) didefinisikan sebagai logaritma perbandingan
antara intensitas bunyi dengan intensitas ambang. Intensitas ambang pendengaran
adalah Intensitas bunyi terrendah yang masih dapat didengar oleh telinga manusia
(10-12 W m-2).
I
TI = 10 log
I0
Satuan taraf intensitas adalah desibel. Bila terdapat n buah sumber bunyi
identik yang memiliki taraf intensitas TI, maka taraf intensitas total TItotal adalah
TItotal = TI + 10 log n
Jika taraf intensitas bunyi di suatu titik yang berjarak r1 dari sumber bunyi
adalah TI1, dan yang berjarak r2 adalah TI2, maka
r2
TI2 = TI1 – 20 log
r1

9
Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

Tugas
Carilah informasi tentang bunyi dan cahaya serta penerapannya dalam kehidupan dengan
download melalui internet

Rangkuman
Cahaya merupakan gelombang transversal. Cahaya sebagai gelombang dapat
mengalami dispersi, interfraksi, difraksi, dan polarisasi. Dispersi adalah peristiwa cahaya
putih yang melewati sebuah prisma menjadi spektrum warna. Cahaya yang merupakan
gabungan dari beberapa jenis warna disebut polikromatik, sedangkan cahaya yang hanya
terdiri dari satu warna disebut monokromatik. Interferensi cahaya merupakan perpaduan
dari dua gelombang cahaya yang koheren. Difraksi cahaya adalah pembelokan
gelombang cahaya yang disebabkan oleh penghalang berupa celah. Polarisasi cahaya
adalah peristiwa terserapnya sebagian arah getar gelombang cahaya sehingga hanya
memiliki satu arah getar saja
Bunyi merupakan gelombang longtudinal. Bunyi dapat merambat melalui medium
padat, cair, dan gas. Tanpa medium, bunyi tidak bisa merambat. Bunyi dapat dipantulkan,
dibiaskan, dan dapat mengalami interferensi. Berdasarkan jangkauan frekuensinya, bunyi
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu Infrasonik, Audiosonik, dan Ultrasonik. Bunyi
Infrasonik memiliki frekuensi di bawah 20 Hz. Bunyi Audiosonik memiliki jangkauan
frekuensi yang masih dapat didengar oleh telinga manusia yakni antara 20 Hz sampai
20.000 Hz. Bunyi Ultrasonik memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz.
Apabila sumber bunyi dan pendengar bergerak saling mendekati, maka frekuensi
ang terdengar lebih besar daripada frekwensi sumber bunyi. Begitupula sebaliknya, ketika
sumber bunyi dan pendengar bergerak saling menjauh, maka frekuensi terdengar lebih
kecil daripada frekuensi sumber bunyi. Peristiwa ini dinamakan Efek Dopler, yang
pertama kali dipikirkan oleh Christian Johann Doppler (1803 – 1855).
Cepat rambat bunyi tergantung pada sifat-sifat medium rambat. Pada umumnya,
cepat rambat bunyi dalam medium padat lebih besar daripada dalam medium cair maupun
gas. Contoh dari sumber bunyi yakni senar dan pipa organa.
Ketika merambat, gelombang menghasilkan energi. Intensitas gelombang bunyi
didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan per satuan luas persatuan waktu atau daya
per satuan luas yang tegak lurus pada arah cepat rambat gelombang. Taraf intensitas bunyi
(TI) didefinisikan sebagai logaritma perbandingan antara intensitas bunyi dengan
intensitas ambang. Intensitas ambang pendengaran adalah Intensitas bunyi terrendah yang
masih dapat didengar oleh telinga manusia (10-12 W m-2).

LEMBAR EVALUASI SISWA

1. Jarak antara kedua celah ke layar pada percobaan Young masing-masing adalah 1,5
mm dan 2 m. Apabila panjang gelombang yang digunakan adalah 300 nm, tentukanlah :
a. jarak antara gelap keempat dengan terang pusat,
b. jarak antara garis terang kedua dengan garis terang keempat.
2. Warna merah dengan panjang gelombang 6750 Å orde keempat berhimpit dengan
warna ungu orde keenam. Dari suatu pola difraksi yang menggunakan kisi. Tentukan
panjang gelombang warna ungu tersebut!

10
Utama Alan Deta (063184028)
Cahaya dan Bunyi

3. Sebuah kapal mengukur kedalaman sebuah palung laut dengan menggunakan pulsa
ultrasonik. Pulsa dikirimkan ke dasar palung, dan pulsa pantulan terdeteksi 6,2 sekon
kemudian. Berapa kedalaman palung tersebut jika kecepatan bunyi di dalam air laut 1500
m/s?
4. Sebuah sumber bunyi 1 kHz digunakan untuk menunjukkan efek Doppler. Seberapa
cepat sumber bunyi ini digerakkan mendekati pendengar yang diam agar frekuensi yang
terdengar menjadi 10 % lebih tinggi? (Diketahui kecepatan bunyi di udara 340 m/s)
5. Sebuah sumber bunyi memiliki taraf intensitas 20 dB. Jika 40 buah sumber bunyi yang
sama berbunyi secara serentak, tentukan taraf intensitas yang dihasilkan!

DAFTAR PUSTAKA

Foster, Bob. 2003. Terpadu Fisika SMU Kelas 1 Semester 2. Jakarta : Erlangga
http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/hframe.html
Kamajaya. 2005. Fisika SMA Kelas XII Semester 1. Jakarta: Grafindo
Kanginan, Marthen. 2005. Fisika SMA Kelas XII Semester 1. Jakarta: Erlangga
Supriyanto. 2006. Fisika SMA untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga

11
Utama Alan Deta (063184028)

Anda mungkin juga menyukai