Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Bahasa

A P

B D Q S

C R

Bahasa = seperangkat ujaran bermakna yang dihasilkan oleh alat ujar manusia
lisan : lambang bunyi (kinesik, mimik, intonasi, situasi, pelafalan)
tulis : lambang huruf (lengkap, jelas strukturnya, taat EYD)

B. Sejarah Bahasa Indonesia


 berasal dari bahasa Melayu
 bahasa di kerajaan Sriwijaya: bahasa kenegaraan, kebudayaan, perhubungan, dan
perdagangan.
 pemerintah Hindia-Belanda menggunaka bahasa Melayu sebagai bahasa
administrasi pegawai pribumi
 sarjana Belanda menyusun standarisasi bahasa Melayu (Opun Van Ophuijsen)
 sumpah pemuda (bahasa Indonesia)

C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa


1. Kedudukan BI
 lambang kebangsaan nasional
 lambang jati diri atau identitas bangsa
 alat pemersatu
 alat penghubung antardaerah
2. Fungsi BI
 bahasa resmi dalam penyelenggaraan negara/pemerintahan
 bahasa resmi dalam penyelenggaraan pendidikan
 bahasa resmi dalam administrasi pembangunan & bisnis
 bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan & iptek
D. Ragam Bahasa

Resmi
Lisan Jurnalistik
Tidak Resmi Ilmiah
Sastra
Ragam
Resmi Bisnis
Bahasa
Hukum
Tulis dll.
Tidak Resmi

resmi tidak resmi

E. Bahasa yang Baik dan Benar

Bahasa yang baik : digunakan sesuai dengan situasi pemakaiannya


Bahasa yang benar : digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku

 Bahasa yang baik dan benar


 Bahasa yang baik tetapi tidak benar
 Bahasa yang tidak baik tetapi benar
 Bahasa yang tidak baik dan tidak benar
BAB II
EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan = ketentuan atau kaidah yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan-satuan
kata, kelompok kata, atau kalimat, beserta penggunaan tanda baca.

Sejarah = 1) Ejaan Van Ophuysen (1901)


2) Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947)
*3) Ejaan Pembaharuan (1957)
*4) Ejaan Melaju Indonesia/ Melindo (1959)
*5) Ejaan Lembaga Bahasa Kesusasteraan / LBK (1966)
6) Ejaan Yang Disempurnakan/ EYD (1972)
7) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia/ PUEBI (2016)
(* = ejaan yang tidak sempat disahkan oleh Pemerintah Indonesia)

Huruf  konsonan (huruf mati)  kluster (ng, ny, sy, kh)


 vokal (huruf hidup)  diftong (au, ai, oi)

Materi ejaan, BACA PUEBI


BAB III
PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA

A. Pembentukan Kata
= membentuk kata turunan dari kata dasar berdasarkan sistem
pengimbuhan yang berlaku

Sistem pengimbuhan
1) Awalan
meN-  melarang, membawa, menangis
peN-  pelukis, pendidik, pembungkus
di-  dilukis, dididik, dibungkus
ber-  berjanji, berdiri, berbaring
ter-  terlambat, terlaksana, tersenyum
per-  perbaikan
se-  sekampung, sejalan, senada
2) Akhiran
-an  sendirian, tantangan, gerakan
-kan  umumkan, bayarkan, dirikan
-i  jumpai, sukai, miliki
-nya  tingginya, luasnya, jauhnya
3) Sisipan
-er-  gerigi
-el-  geligi, geletar, gelantung
-em-  gemetar, gemuruh
-in-  sinambung, kinerja
4) Gabungan
meN-kan  melaporkan, menaikkan, mencucikan
meN-i  mengunjungi, membohongi, menulisi
peN-an  pelepasan, pendidikan, penciuman
per-an  pertempuran, perbaikan, persamaan
ber-an  bersinggungan, bergandengan, bersalaman
ber-eI-an  bergelantungan
ke-an  ketakutan, kesetiaan, kebersihan
se-nya  seandainya, sebaiknya, semestinya

Sistem pengimbuhan awalan


1. peN- dan meN- menjadi pe- dan me- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang didahului
fonem /r,l,m,n,w,y,ng,ny/
Contoh : peN-/meN- + rawat  perawat, merawat
peN-/meN- + lempar  pelempar, melempar
peN-/meN- + minta  peminta, meminta
peN-/meN- + nama  penamaan, menamai
peN-/meN- + waris  pewaris, mewariskan
meN- + yakin  meyakini
meN- + nganga  menganga
peN-/meN- + nyanyi  penyanyi, menyanyi
2. peN- dan meN- menjadi pem- dan mem- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang
didahului fonem /p,b,f,v/
Contoh: peN-/meN- + pantau  pemantau, memantau
peN-/meN- + babat  pembabat, membabat
peN-/meN- + fitnah  pemfitnah, memfitnah
peN-/meN- + vonis  pemvonis, memvonis

3. peN- dan meN- menjadi pen- dan men- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang
didahului fonem /t,d,c,j,z,sy/
Contoh: peN-/meN- + tadah  penadah, menadah
peN-/meN- + dengar  pendengar, mendengar
peN-/meN- + curi  pencuri, mencuri
peN-/meN- + jual  penjual, menjual
peN- + ziarah  penziarah
meN-kan + syarat  mensyaratkan

4. peN- dan meN- menjadi peng- dan meng- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang
didahului fonem /k,g,h,kh,vokal/
Contoh: peN-/meN- + kacau  pengacau, mengacau
peN-/meN- + ganggu  pengganggu, mengganggu
peN-/meN- + hisap  penghisap, menghisap
peN-/meN- + khitan  pengkhinatan, mengkhitan
peN-/meN- + olah  pengolah, mengolah
peN-/meN- + atur  pengatur, mengatur

5. peN- dan meN- menjadi peny- dan meny- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang
didahului fonem /s/
Contoh: peN-/ meN- + sayang  penyayang, menyanyangi
peN-/ meN- + suruh  penyuruh, menyuruh

6. peN- dan meN- menjadi penge- dan menge- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang
hanya terdiri dari satu suku kata
Contoh: peN-/meN- + bom  pengebom, mengebom
peN-/meN- + tes  pengetes, mengetes
peN-/meN- + cat  pengecat, mengecat

7. fonem /k,p,t,s/ pada awal kata dasar luluh jika mendapat awalan peN- dan meN- kecuali
fonem yang berupa gugus konsonan
/kp. kr, pr, tr, sp, sk, st/
Contoh: peN-/meN- + kikis  pengikis, mengikis
meN-i + klasifikasi  mengklasifikasi
peN-/meN- + kritik  pengkritik, mengkritik
peN-i/meN-i + palsu  pemalsu, memalsu
meN- + produksi  memproduksi
meN- + takut  penakut, menakutkan
meN- + sikat  menyikat
meN- + sponsor  mensponsori
meN- + skema  menskemakan
meN- + stabil  menstabilkan
B. Pemilihan Kata
= memilih kata yang paling tepat untuk digunakan dalam kalimat
sesuai dengan maksud dan situasinya

Syarat
1. Ketepatan
 menentukan kata yang tepat mewakili maksud
 tidak rancu
maksud  pemahaman
penutur/penulis pendengar/pembaca
 contoh:
- Setiap hari ayah pergi ke kantor jam 7.00 pagi.
- Kita mohon maaf karena hari ini tidak bisa ke kantor
- Yogyakarta adalah kota di mana saya pernah bersekolah
- Pintu ini dibuka orang sama kunci palsu
- Kamu datang sendirian, mana isterinya?
- Rumah saya jelas lebih besar dari rumah ayahmu
- Para karyawan di sini belum mengerti tugasnya.

2. Kecermatan
 menentukan kata yang benar-benar diperlukan untuk menyampaikan maksud
 tidak mubadzir
 penyebab terjadinya kerancuan:
a) menggunakan kata bermakna jamak secara berganda
contoh: semua pohon-pohon, beberapa buku-buku
b) menggunakan kata yang mirip fungsi/makna secara berganda
contoh: demi untuk, adalah merupakan, sangat amat…sekali
c) menggunakan kata bermakna saling secara berganda
contoh: saling bermusuhan, saling pukul-memukul
d) menggunakan kata yang tidak diperlukan
contoh: Maksud daripada kedatangan saya adalah …
Rapat ini diadakan untuk membicarakan tentang perbaikan gaji
pegawai

3. Keserasian
 memilih kata yang sesuai dengan konteks atau situasi pemakaian
 konteks = kelaziman menggunakan kata bersinonim
situasi = kelaziman menggunakan kata sesuai dengan sistem nilai masyarakat yang
berlaku
 contoh :
- mantan, bekas
- kelompok, rombongan, kawanan, gerombolan, regu
- mati, meninggal, wafat, tewas, gugur, mampus
- wanita, perempuan, betina
- laki-laki, pria, jantan
- melihat, menatap, menonton, menyaksikan, mengamati, menengok,
memperhatikan, mengintip, melirik, memeriksa
BAB IV
PENYUSUNAN KALIMAT

A. Kalimat
= serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku,
untuk mengungkapkan gagasan secara relatif lengkap, dimulai huruf kapital dan
diakhiri tanda titik/tanda tanya/tanda seru.
Contoh: kuda putih itu
kuda putih itu mengalami kecelakaan
kuda putih itu mengalami kecelakaan di jalan raya

B. Unsur-unsur Kalimat
1. Subyek
(jawaban pertanyaan siapa/apa unsur yang dijelaskan)

2. Predikat
(jawaban pertanyaan mengapa/bagaimana unsur yang dijelaskan; menerangkan
perilaku/keadaan subyek)

3. Objek
(ada pada kalimat verbal yang predikatnya kata kerja intransitif;
bisa dipasifkan)

4. Pelengkap
(ada pada kalimat verbal yang predikatnya kata kerja transitif;
tidak bisa dipasifkan)

5. Keterangan
(menjelaskan predikat; bersifat manasuka)

C. Pola Kalimat
1. S-P-(K)
Contoh : - Permainan itu sangat menarik
- Saya tertidur di kursi
2. S-P-O-(K)
Contoh : - Tadi pagi dia menerbangkan pesawat itu
- Saya mempelajari materi ini sampai tuntas
- Saya mengalami sakit batuk sejak seminggu yang lalu
3. S-P-Pel-(K)
Contoh : - Kemarin saya sakit kepala
- Mereka bersama-sama belajar matematika
4. S-P-O-Pel-(K)
Contoh : - Pemerintah mengirimi korban bencana alam bahan
makanan dengan cepat
(bandingkan: Pemerintah mengirimkan bahan makanan kepada
korban bencana alam dengan cepat)
D. Kalimat Tunggal
= kalimat yang terdiri dari satu pola dasar

E. Kalimat Majemuk
= kalimat yang memiliki lebih dari satu pola dasar

1. Majemuk Setara
- masing-masing klausa berkedudukan sama
- kata hubung pilihan : atau
penggabungan : dan, serta
urutan waktu : lalu, kemudian, setelah itu
pertentangan : tetapi, padahal, sedangkan

2. Majemuk Bertingkat
- klausa yang satu berkedudukan tidak sama dengan klausal lain
- bagian inti : induk kalimat
bagian yang menjelaskan : anak kalimat
- kata penghubung : jika/kalau, seandainya/andaikata,
sebab/karena, ketika/waktu/saat, apabila,
agar/supaya, meskipun/walaupun/sekalipun
- apabila anak kalimat dan kata penghubung di awal kalimat, gunakan koma
apabila induk kalimat dan kata penghubung di tengah kalimat, tanpa koma
Contoh: - Supaya tidak sakit, setiap orang perlu tidur secukupnya.
- Setiap orang perlu tidur secukupnya supaya tidak sakit.

F. Kalimat Efektif
= kalimat yang dapat mewakili maksud penutur/penulis dan dapat dipahami secara tepat
oleh pendengar/pembaca

Syarat
1) Kelengkapan
- memiliki semua unsur yang disyaratkan (S, P, O, Pel, K)
- contoh: (perbaikilah)
 Dalam rapat kemarin menghasilkan lima keputusan penting.
 Kegagalan proyek itu karena ketidakjujuran pemborongnya.
 Dokter itu telah menyuntik lebih dari tiga kali.
 Negara donor yang tergabung dalam CGI meminjami Indonesia.

2) Kesejajaran
- sejajar antara gagasan yang diungkapkan dengan bentuk bahasa yang digunakan
- contoh: (perbaikilah)
 Adik memetiki setangkai bunga di taman.
 Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum juga
menyetujuinya.
 Peningkatan disiplin pegawai dapat dilakukan dengan:
a. menyediakan sarana kerja yang memadai
b. atasan memberi contoh atau teladan, dan
c. penciptaan suasana kerja yang menyenangkan.
3) Kenalaran
- ada hubungan yang logis antara bagian-bagian dalam kalimat dengan maksud
penutur/penulis
- contoh : (perbaikilah)
 Terhadap pendapat anda, saya belum jelas.
 Dewan Keamanan PBB mengecam keras terjadinya pembunuhan terhadap 21
warga Palestina yang tewas.

4) Kecermatan
- gunakan unsur kalimat yang benar-benar diperlukan, hindari yang tidak diperlukan
- gunakan kata penghubung secara tepat (intrakalimat atau antarkalimat)
- contoh: (perbaikilah)
 Sebelum rencana kerja ini diajukan, rencana kerja ini sebaiknya dicek terlebih
dahulu.
 Semua bukti-bukti dan sebagian saksi-saksi telah siap diperiksa.
 DIY dikenal dengan kain batiknya. Yaitu batik tulis yang dahulu hanya dipakai
oleh orang-orang yang berduit.
 Saya tidak sependapat dengan mereka, namun demikian saya tidak akan
menentangnya.

5) Kegramatikalan
a) Kejelasan struktur kalimat
Contoh: (perbaikilah)
 Saya akan tanyakan masalah ini kepada dosen.
 Pemerintah memungut dari rakyat.

b) Ketaatasasan penggunaan imbuhan


Contoh :
 Siapa namanya?
 Anak-anak sedang baca buku di perpustakaan

c) Ketetapan penggunaan bentuk pasif


(a) Btk I (tunggal/jamak)  kt. benda + kt. kerja
(b) Btk II (tunggal/jamak)  kt. benda + kt. kerja
(c) Btk III (tunggal/jamak)  kt. kerja + kt. benda

Contoh: (perbaikilah)
 Kata-katamu tidak dipahami olehku.
 Sudah disadari oleh kita bahwa merokok membahayakan kesehatan.
 Tugas ini harus dikerjakan oleh kamu.
 Penghargaan itu akan segera diterima oleh kalian.
 Belum dia sampaikan pesan dari paman untuk ibunya.
 Proyek pembangunan taman kota harus segera mereka selesaikan.

d) Kelengkapan unsur keterangan


Contoh: (perbaikilah)
 Memenuhi panggilan ketua, saya akan datang ke kantor
 Saya akan datang ke kantor memenuhi panggilan ketua
BAB V
PENGEMBANGAN PARAGRAF

Paragraf
= bagian dari suatu karangan yang terdiri atas sejumlah kalimat untuk mengungkapkan satu
satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya.

Penulisan paragraf : - awal kalimat masuk lima atau tujuh spasi


- meliputi sejumlah kalimat Kutipan 1
(satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas)

Ide pokok  kalimat topik/utama fungsi : mengendalikan paragraf/inti paragraf


Ide penjelas  kalimat penjelas  fungsi : mendukung ide pokok

Jenis paragraf berdasarkan penempatan ide pokok

1) P. deduktif  ide pokok di awal paragraf Kutipan 2

2) P. induktif  ide pokok di akhir paragraf Kutipan 3

3) P. deduktif induktif  ide pokok di awal & akhir paragraf


Kutipan 4

4) P. tersirat  ada ide pokok, tetapi tidak ada


kalimat topik/utama Kutipan 5

Contoh paragraf yang tidak baik => Kutipan 6


Syarat paragraf yang baik :

1) Kesatuan  semua ide penjelas di bawah kendali ide pokok,


ide penjelas harus selalu relevan dng ide pokok Kutipan 7

2) Kepaduan  kekompakan antara satu kalimat dengan kalimat


yang lain dalam paragraf tersebut, yang tampak
dari penyampaiannya yang urut dan logis.

3) Kelengkapan  semakin lengkap informasi dalam suatu


paragraf, yang disampaikan melalui
ide/kalimat penjelas, maka semakin baik
paragraf tersebut

 paragraf  paragraf
Kutipan 16 tidak lengkap Kutipan 17 lengkap
Teknik Pengembangan Paragraf
 T. Alamiah  urutan ruang & waktu Kutipan 18

 T. Klimaks/Antiklimaks Kutipan 19
 ide pokok di akhir paragraf (T. klimaks)
ide pokok diawal paragraf (T. antiklimaks)

 T. Perbandingan/Pertentangan Kutipan 20
 menyampaikan persamaan (T. perbandingan)
menyampaikan perbedaan (T. pertentangan)

 T. Analogi
 membandingkan sesuatu yang belum diketahui Kutipan 21
dengan yang sudah diketahui

 T. Contoh
 kalimat penjelas yang mendukung ide pokok
berupa contoh-contoh Kutipan 22

 T. Sebab/Akibat
 ide pokoknya berupa sebab/akibat Kutipan 23

 T. Definisi luas
 ide penjelas merupakan definisi ide pokok Kutipan 24

 T. Klasifikasi
 mengelompokkan berdasarkan persamaan Kutipan 25
LAMPIRAN KUTIPAN

KUTIPAN 1
Pola pengembangan paragraf ialah cara penulis merangkai informasi yang
dihimpunnya menurut karangka dan tuntunan tertentu (1). Informasi dituangkan dalam
kalimat, kemudian kalimat dirangkai secara berurutan dengan wajar dan berpautan dengan
tertib (2). Dalam melaporkan percobaan di laboratorium, misalnya, dengan sendirinya kita
akan merangkai kalimat menurut runtunan waktu (3). Pernyataan yang mengemukakan
langkah pertama disampaikan lebih dulu, kemudian disusul dengan pernyataan tentang
langkah berikutnya, dan seterusnya (4). Sementara itu, pemberian sebuah benda akan
mengikuti pola urutan ruang, dalam hal ini setiap bagian dijelaskan kedudukannya terhadap
bagian yang lain dalam ruang (5).
Di dalam sebuah paragraf, biasanya terdapat lebih dari satu pola susunan pernyataan
atau rincian (1). Suatu kejadian barangkali akan disajikan dengan su-sunan sebab akibat,
sekaligus juga dengan urutan waktu (2). Pola urutan ruang dan waktu biasanya terpakai
dengan wajar sejalan dengan maksud uraian seperti contoh laporan laboratorium dan
pemerian sebuah benda tersebut di atas (3). Sementara itu, pola susunan yang lain merupakan
pilihan penulis dan penggunaannya lebih banyak ditentukan oleh pilihan atau selera penulis
(4).

KUTIPAN 2
Identitas kekuatan manajemen Indonesia sulit dikenal karena gaya manajemen
Indonesia dikembangkan dari dan di dalam aneka ragam budaya suku bangsa yang ada di
Indonesia (1). Hal ini berbeda dengan manajemen Jepang dan Korea Selatan, misalnya (2).
Manajemen Jepang, pada umumnya terlihat dalam skala usaha raksasa yang pelik dan dalam
cara yang serba canggih (3). Manajemen Korea Selatan juga biasa diterapkan pada usaha
berskala besar, namun perusahaannya umumnya milik keluarga (4). Ciri-ciri ini, dengan
berbagai variasi dan bumbu, juga terlihat pada manajemen bisnis yang diterapkan pada
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia (5).

KUTIPAN 3
Mekanisme pasar harus dijaga agar tidak mengganggu penyampaian sinyal-sinyal
pasar kepada unit-unit ekonomi, terutama yang menyangkut biaya dan resiko yang harus
mereka tanggung untuk tindakan mereka (1). Apabila pembayaran cicilan dan bunga akan
membahayakan neraca pembayaran, pasar akan memberi sinyal dalam bentuk naiknya suku
bunga (2). Meningkatnya suku bunga utang komersial Indonesia dari 0,6-0,8% di atas LIBOR
(London Inter-bank Offered Rate) pada pertengahan 1980-an menjadi sekitar 2,5% di atas
LIBOR sekarang ini merupakan hasil reevaluasi pasar uang internasional terha-dap resiko
kredit (country risk) Indonesia yang memburuk (3). Sebaliknya, bila suku bunga di dalam
negeri makin turun, perangsang untuk mencari kredit luar negeri akan berkurang (4). Lalu
lintas utang akan dipengaruhi oleh kebijakan makroekonomi di dalam negeri (5). Dengan
demikian, pemerintah tak perlu lagi melakukan intervensi yang bisa mengurangi hak
seseorang atau perusahaan untuk berutang dari luar negeri (6).
KUTIPAN 4
Aturan mengenai suku bunga bank telah ditetapkan oleh Gubernur Bank Sentral (1).
Ia agaknya sudah bosan memberikan sinyal samar-samar kepada para bankir (2). Berbagai
isyarat agar kalangan perbankan mau memangkas suku bunga seakan-akan dianggap angin
lalu (3). Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang terus-menerus diturunkan otoritas moneter,
tidak juga mendapat respon positif (4). Para bankir tetap memasang suku bunga tinggi (5).
Melihat kondisi yang demikian ini, akhirnya Gubernur Bank Sentral mengeluarkan aturan
tegas bagi mereka (6).

KUTIPAN 5
Setiap hari Ahmad bangun pukul 05.00 (1). Ia melakukan olahraga ringan, berjalan
kaki selama sekitar 45 menit untuk memanaskan tubuhnya (2). Pukul 07.00, setelah
keringatnya kering, ia mandi. (3) Setelah itu, ia makan pagi. (4) Pada pukul 08.00, ia
berangkat ke kantor, hingga pukul 16.00 baru tiba kembali di rumah (5). Sisa waktunya
digunakan untuk beristirahat dan menonton berita di televisi (6).

KUTIPAN 6
Malang terkenal sebagai kota bunga (1). Banyak mahasiswa dari berbagai daerah
datang ke Malang (2). Pada malam ini, udara di Malang sangat dingin (3). Penduduk Malang
sebagian besar berdagang (4). Kota Malang telah dua kali meraih Adipura, yaitu penghargaan
sebagai kota yang bersih dari presiden (5).
KUTIPAN 7
Setiap negara pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari kondisi,
posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing (1). Akan tetapi, tidak setiap wilayah
kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau potensinya cukup untuk
memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang bermukim di wilayah itu (2). Untuk
mengatasinya, dibinalah hubungan internasional yang memungkinkan terbukanya peluang
bagi setiap negara untuk mencukupi kebutuhannya dari negara lain melalui jalan damai (3).
Namun, untuk mencukupi ke-butuhan ini tidak jarang terjadi suatu negara menempuh jalan
kekerasan (4). Oleh sebab itu, masalah utama setiap negara, selain meningkatkan kesejahtera-
an negaranya, juga mempertahankan eksistensinya dengan menjaga kemerde-kaan,
kedaulatan, kesatuan bangsa, dan keutuhan wilayahnya (5).

KUTIPAN 16
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini adalah tidak adanya peminat atau
penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau
burung-burung yang indah.

KUTIPAN 17
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau
penggemar jenis binatang laut seperti halnya penggemar penghuni darat. Tidak ada
penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, tiram, dan mutiara sebagaimana halnya
untuk panda dan harimau. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan
sudah punah. Sangatlah sukar menemukan tiram dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah
mati banyak ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal
yang bisa menyebar dari pantai barat Afrika sampai pantai barat Laut Teduh. Kini, kedua
jenis kepiting itu hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil. Dari mana dana diperoleh
untuk melindungi semua ini?

KUTIPAN 18
Menendang bola dengan sepatu, baru dikenalnya sekitar 1977. Saat itu ia baru lulus
dari STM Negeri 3 Jurusan Elektro. Orang yang pertama kali melatih-nya adalah Halilintar.
Dari sini prestasinya terus menanjak hingga kemudian ia bergabung dengan klub PMC
sampai sekarang. Pada tahun 1984, ia pernah dipanggil untuk memperkuat PSSI ke Merdeka
Games di Malaysia. Sayangnya, waktu dipanggil lagi untuk turnamen di Brunei tahun 1985,
ia gagal memenuhinya, karena kakinya cedera.

KUTIPAN 19
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman sesuai dengan
kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya,
ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian
orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor model tank ini
sampai sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor
semacam ini adalah hasil perusahaan Carterpillar. Disamping Carterpillar, Ford pun tidak
ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak kalah
saing dalam bidang ini. Produksi Jepang yang khas Indonesia terkenal dengan nama padi
traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya.
KUTIPAN 20
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di
muka umum seperti yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota ia paling senang
mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scarf. Lain halnya dengan
Margareth Thatcher. Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, ia melembutkan gaya
berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian seka-ligus dua kali setahun. Ia lebih
cenderung belanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi hanya saat ke
pernikahan, ke pemakaman, dan ke upacara resmi, misalnya, ke parlemen.

KUTIPAN 21
Filsafat dapat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk
pendaratan pasukan infantri. Pasukan infantri ini dibaratkan sebagai ilmu pengetahuan yang
diantaranya terdapat ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan
keilmuan. Setelah itu, ilmiah yang membelah gu-nung dan merambah hutan,
menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengeta-huan yang dapat diandalkan. Filsafat
kemudian menyerahkan daerah yang sudah dimenangkan itu kepada pengetahuan-
pengetahuan lainnya. Setelah penyerahan dilakukan, filsafat pun pergi kembali menjelajah
laut lepas, berspekulasi dan meneratas.

KUTIPAN 22
Dalam rangka mengatasi ketinggalan desa, baik dalam bidang pemba-ngunan maupun
dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan pe-merintah. ABRI masuk desa
(AMD) sudah lama kita kenal. Hasilnya pun lumayan, misalnya perbaikan jalan, pembuatan
jembatan, dan pemugaran kampung. Contoh lain berupa KKN yang dilaksanakan oleh
mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pula dinikmati oleh desa yang bersangkutan,
misalny peningkatan pengetahuan masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam
bidang kesehatan dan gizi, dan lain-lain. Akhir-akhir ini surat kabar juga diusahakan masuk
desa, walaupun hasilnya belum kelihatan. Barangkali, perlu dipikirkan program selanjutnya
seperti bahasa nasional (bahasa Indonesia) masuk desa.

KUTIPAN 23
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. Lebih dari separuh
jalan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan kaki lima. Untuk meng-atasinya, pemerintah
akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dan trotoar. Pagar ini juga berfungsi
sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan berdagang.
Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di
lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.

KUTIPAN 24
Pompa hidrolik ialah sejenis pompa yang dapat bekerja dengan kontinyu tanpa
menggunakan bahan bakar atau energi tambahan dari luar. Pompa ini bekerja dengan
memanfaatkan tenaga aliran air yang berasal dari sumber air, dan mengalirkan sebagian air
tersebut ke tempat yang lebih tinggi. Bagian utama sistem pompa ini ialah pipa pemasukan,
katup udara, ruang udara, dan pipa pengeluaran. Pada dasarnya air dapat dipompakan karena
adanya perubahan energi kinetik air jatuh yang menimbulkan tenaga kerja cukup tinggi dalam
ruang udara, sehingga sanggup mengangkat dan mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi
permukaannya. Desain katup limbah dan katup pemasukan dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat berfungsi bergantian.
KUTIPAN 25
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut adanya beberapa kemampuan,
antara lain, kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan pengembangan atau
penyajian. Yang termasuk kemampuan berbahasa ialah kemampuan menerapkan ejaan,
pemenggalan (pungtuasi), kosa kata, diksi, dan kalimat. Adapun yang dimaksud dengan
kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan
pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan ke dalam
urutan yang sistematik.
BAB VI
PENULISAN KARYA ILMIAH

Ciri :  objektif  tidak memihak


 faktual  apa adanya
 logis  ada hubungan antarbagian
 sistematis  runtut

Sistematika KI
Halaman sampul
awal Daftar isi
Daftar gambar/tabel
Daftar lampiran
Pendahuluan
inti (latar belakang, masalah, dan tujuan
KI
Teks utama (ISI)
Penutup (kesimpulan, saran)
akhir Daftar pustaka
Lampiran

Langkah-langkah :

Topik Kerangka Bahan Draft Hasil


karangan akhir
1 3 4
2 5
Revisi

Keterangan :
1) pembatasan topik dengan mempertimbangkan manfaat, daya tarik, kemampuan
menyelesaikan, dan kesempatan menyelesaikan
2) tujuan, daftar subtopik, seleksi subtopik, susun subtopik
3) pustaka (jurnal, majalah, laporan penelitian), pendapat ahli, pengamatan, eksperimen,
dsb.
4) proses penulisan, konsultasi, judul, ujian
5) siap dibukukan
Langkah menyusun kerangka karangan:
1) menentukan topik
2) membatasi topik
3) merinci topik menjadi beberapa subtopik
4) menyeleksi subtopik
a) sesuai/tidak dengan topik
b) ada/tidak subtopik yang merupakan bagian dari subtopik lain
c) ada/tidak subtopik yang sama dengan subtopik lain tetapi redaksinya berbeda)
5) mengurutkan subtopik
6) merinci subtopik menjadi beberapa subsubtopik
7) menyeleksi subsubtopik
a) sesuai/tidak dengan subtopik
b) ada/tidak subsubtopik yang merupakan bagian dari subsubtopik lain
c) ada/tidak subsubtopik yang sama dengan subsubtopik lain tetapi redaksinya
berbeda)
8) mengurutkan subsubtopik
9) dan seterusnya

Jenis kerangka karangan


a) Berdasarkan kompleksitas rincian teks b) Berdasarkan perumusan teks
 Kerangka sederhana  Kerangka kalimat
 Kerangka rinci  Kerangka topik

LAMPIRAN JENIS KERANGKA KARANGAN

Contoh Kerangka Sederhana


Topik: Perbaikan Lingkungan
Kerangka karangan:
A. Perbaikan lingkungan secara ilmiah
B. Penganekaragaman lingkungan hidup
C. Penggunaan teknologi yang tepat guna

Contoh Kerangka Rinci


Topik: Perbaikan lingkungan
Kerangka Karangan:
A. Perbaikan lingkungan secara ilmiah
1. Pemulihan oleh alam sendiri
2. Pencegahan kerusakan oleh manusia
B. Penganekaragaman lingkungan hidup
1. Penstabilan lingkungan hidup
a. Saling mengadakan kompensasi
b. Manfaat keanekaragaman lingkungan hidup
2. Penganekaragaman kegiatan ekonomi
a. Pertanian dan Perdagangan
b. Industri dan Jasa
C. Penggunaan teknologi tepat guna
1. Penyerapan tenaga kerja
2. Pemenuhan kebutuhan pokok
a. Pangan, Sandang, dan Pemukiman
b. Kesehatan dan Pendidikan
Contoh Kerangka Kalimat
Topik: Perlunya kebijakan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup di negara-negara
berkembang
Kerangka karangan:
A. Masalah lingkungan hidup timbul sebelum abad XX.
1. Kerusakan lingkungan mengakibatkan kehancuran Mesopotamia.
2. Kerusakan lingkungan di Inggris terjadi setelah revolusi industri.
B. Negara-negara maju telah lama menghadapi masalah pencemaran lingkungan.
C. Negara-negara berkembang mulai menghadapi masalah pencemaran lingkungan.
D. Perlunya segera diambil kebijakan oleh negara-negara berkembang untuk menanggulangi
kerusakan lingkungan.

Contoh Kerangka Topik


Topik: Perlunya kebijakan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup di negara-negara
berkembang.
Kerangka karangan:
A. Masalah lingkungan abad XX
1. Kehancuran Mesopotamia
2. Kesulitan Inggris di masa Revolusi Industri
B. Masalah lingkungan hidup di negara maju
C. Masalah lingkungan hidup di negara berkembang
D. Perlunya kebijakan pelestarian lingkungan di negara berkembang.

Anda mungkin juga menyukai