Anda di halaman 1dari 4

H.

NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan


Negara menurut filsafat Pancasila adalah dari oleh untuk rakyat. Filsafat rakyat adalah
sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan hidup dalam suatu
negara. Oleh karena itu Negara harus sesuai dengan hakikat rakyat. Rakyat adalah sebagai
pendukung pokok dan sebagai asal mula kekuasaan Negara.
Perspektif demokrasi menurut pandangan Torres bahwa demokrasi dipahami dalam dua
aspek formal demokrasi dan substantive demokrasi . Formal demokrasi diartikan sebagai
suatu system pemerintahan. Adapun substantive demokrasi menunjuk pada proses demokrasi,
yang diidentifikasi dalam empat bentuk demokrasi.
Pertama, Protektive democracy yang menunjuk pada perumusan Jeremi Bentham dan James
Mill, yang ditandai oleh…the hegemony of market economy atau kekuasaan ekonomi
pasar, pemilihan dilakukan secara regular sebagai upaya untuk memajukan pasar dan
tirani Negara.
Kedua, developmental democracy ditandai oleh konsepsi … the model of man as possessive
individualist, atau model individu yang posesif, yaitu manusia yang conflicting,
selfinterested consumers and appropriators, konsepsi manusia sebagai manusia yang
mampu mengembangkan kekuasaan dan kemampuannya. Disamping menempatkan
democratic participation sebagai central to self development.
Ketiga, equilibrium democracy atau pluralist democracy, dikembangkan oleh Josep
Schumpeter, berpandangan perlunya deprecites the value of participation and appre-
ciates the functional importance of apathy, atau penyeimbang nilai partisipasi dan
pentingnya apatisme menjadi fungsional bagi demokrasi. Karena partisipasi yang
intensif dipandang tidak efisien bagi individu yang rasional.
Keempat, keterkaitan antara perubahan dan ketidakseimbangan sosial.
Masyarakat tdak dapat mencapai partisipsi yang demokrati tanpa perubahan lebih
dulu dalam keseimbangan dan kesadaran social. Demikian pula sebaliknya
masyarakat tidak dapat mencapai perubahan dalam ketidakseimbangan dan kesadaran
social tanpa peningkatan partisipasi lebih dahulu.
Teori dan konsep pemikiran demokrasi dan praktis demokrasi, seyogyanya dipahami
dalam perspektif dan komprehensif, yaitu meliputi
~ Aspek filosofis, menjadi dasar hakekat ( dasar fundamental demokrasi), merupakan landa -
san substansial demokrasi . Masyarakat yang memiliki filosofi tertentu, akan memiliki
system demokrasi tertentu sesuai dengan landasan ontologism tersebut.
~ Aspek normatif, menyangkut norma – norma sebagai asas dan aturan dalam demokrasi di-
kembangkan berlandaskan dasar filosofi masyarakat.
~ Aspek praksis, yaitu pelaksanaan demokrasi yang berdasarkan norma peraturan perundang-
an yang berlaku dan moralitas masyarakat bangsa. Praksis demokrasi ini tidak dapat
dipisah kan dengan karakteristik suatu masyarakat, bangsa sebagai subjek demokrasi.

Bentuk – bentuk Demokrasi


Menurut Torres dapat dilihat ada dua aspek yaitu pertama, formal democracy dan
kedua substantive Democracy, menunjuk pada bagaimana proses demokrasi itu dilakukan (
Winataputra, 2005 ).

Sistem Presidensial : Sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara


langsung, sehingga presiden tepilih mendapatkan mandat langsung dari rakyat.
Dalam system ini kekuasaan eksekutif ( kekuasaan menjalankan pemerintahan ) sepenuhnya
ada ditangan presiden. Presiden adalah kepala eksekutif ( head of government ) dan sekaligus
kepala negara ( head of state ). Presiden adalah penguasa sekaligus sebagai symbol
kepemimpinan negara ( Tim LP3, UMY ).
Diterapkan di negara Amerika dan Indonesia
Sistem Parlementer : menerapkan model hubungan yang menyatu antara kekuasan eksekutif
dan legeslatif. Kepala eksekutif adalah seorang Perdana Menteri. Adapun kepala negara
berada pada seorang ratu atau presiden.
Contoh : Inggris dan India ( presiden )
Demokrasi Perwakilan Liberal
Prinsip yang didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia adalah sebagai
makhluki ndividu yang bebas. Kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam pelak-
sanaan demokrasi.

Pemikiran tentang negara demokrasi oleh Hobbes, Locke dan Rousseau bahwa negara
terbentuk karena adanya pembenturan kepentingan hidup mereka dalam hidup bermasyarakat
dalam culture state. Akibatnya terjadilah penindasan diantara satu dengan lainnya.
Individu – individu dalam suatu masyarakat itu membentuk satu persekutuan hidup bersama
yang disebut negara, dengan tujuan untuk melindungi kepentingan dan hak individu dalam
kehidupan masyarakat Negara. Kadangkala muncul kekuasaan otoriterisme.
Menurut Held ( 1995 : 10 ), bahwa demokrasi perwakilan liberal merupakan suatu
pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi problema keseimbangan antara kekuasaan
memaksa dan kebebasan. Yang senantiasa merupakan suatu manifestasi perlindungan serta
jaminan atas kebebasan individu dalam hidup bernegara. Yaitu : politik, ekonomi, sosial,
keagamaan bahkan kebebasan anti agama.
Konsekwensi dari implementasi system dan prinsip ini adalah berkembang persaingan
bebas, terutama kehidupan ekonomi. Yang lemah akan tenggelam . Akibatnya kekuasaan
kapitalisme yang meguasai berbagai kebijakan negara.
Analisis P.L.Berger bahwa dalam era global dewasa ini dengan semangat pasar bebas yang
dijiwai oleh filosofi demokrasi liberal, maka kaum kapitalisme yang berkuasa. Kapitalisme
telah menjadi fenomena global dan dapat mengubah masyarakat diseluruh dunia baik dalam
bidang sosial, politik maupun kebudayaan ( Berger, 1988 )

Demokrasi Satu Partai dan Komunis


Di negara- negara komunis, seperti, Rusia, Cina, Vietnam dan lainnya.
Marx mengembangkan pemikiran system demokrasi “commune structure” ( struktur
persekutuan ) yaitu masyarakat tersusun atas komunitas – komunitas terkecil untuk mengatur
urusan mereka sendiri, yang akan memilih wakil – wakil untuk unit – unit administratif yang
besar. Dengan istilah delegasi nasional ( Marx, 1970, dalam Held, 1995 ). Susunan ini
dikenal struktur “ piramida” dari “demokrasi delegatif ”.
Menurut pandangan Marxis – Leninis, system demokrasi delegatif harus dilengkapi,
pada prinsipnya dengan suatu system yang terpisah tetapi satu pada tingkat partai komunis.
Transisi menuju sosialisme dan komunisme memerlukan kepemimpinan yang professional
dan kader – kader revolusioner dan disiplin. ( Lenin, 1947, dalam Held, 1995 ).
Partai revolusioner merupakan hal yang esensial, merupakan instrument yang bisa
menciptakan landasan bagi sosialisme dan komunisme ( Held, 1995 : 15 – 17 )

Berdasarkan teori serta praktek pengertian demokrasi secara filosofi bahwa kekuasaan
ada ditangan rakyat.
Demokrasi Deliberatif, berasal dari kata latin deliberatio atau deliberasi ( Indonesia ) artinya
konsultasi, menimbang – nimbang, atau yang lebih populer dalam politik disebut “
musyawarah “. Semua arti leksikal ini harus ditempatkan dalam konteks “ public “ atau
kebersamaan dalam konteks politik ( Habermas, 2009 )( Hardiman, 2009 ; 128 ). Jadi dalam
pelaksanaan demokrasi tidak hanya didasarkan atas prinsip kuantitas matematis belaka,
melainkan dalam berbagai aspek ditentukan dengan musyawarah, dengan berbagai
pertimbangan akan tetapi tetap paradikmanya demi kesejahteraan rakyat. Dalam konteks
tidak hanya bersifat positivistis kuantitatif, melainkan memberikan tempat bagi asas moralitas
musyawarah. Contoh ; Daerah Istimewa Yogyakarta.
Negara kebangsaan yang berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila berarti bahwa
kekuasaan tertinggi adalah ditangan rakyat dan dalam sisitem kenegaraan dilakukan menurut
UUD. Negara kebangsaanyang berkedaulatan rakyat adalah suatu negara demokrasi.
Demokrasi monodualis artinya sebagai makhluk individu memiliki hak dan sebagai makhluk
sosial harus disertai tanggung jawab.
Hak – hak demokrasi (1) disertai tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.(2)
Menjunjung dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta(3) disertai dengan
tujuan untuk mewujudkan suatu keadilan sosial, yaitu kesejahteraan dalam hidup bersama.
Dasar moralitas dalam system demokrasi negara didasari oleh moral Ketuhanan,
kemanusiaan serta persatuan, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan
berkeadilan. Pokok – pokok “ kerakyatan “ yang terkandung dalam sila ke empat dalam
penyelenggaraan negara, sebagai berikut :
1). Manusia Indonesia sebagai warga Negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan
dan hak yang sama.
2). Dalam menggunakan hak – haknya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepen-
tingan Negara dan masyarakat.
3). Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak
dibenarkan memaksakan kehendak kepada orang lain.
4). Sebelum mengambil keputusan terlebih dahulu diadakan musyawarah.
5). Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.
6). Bilamana tidak ditemukan melalui musyawarah dapatlah dilakukan mengambil keputusan
berdasarkan suara terbanyak.
7). Meskipun demikian pemungutan bukan hanya didasarkan atas rasio saja, melainkan juga
berdasarkan moralitas kebersamaan.
8). Musyawarah untuk mencapai mufakat, diliputi oleh suasana dan semangat kebersamaan
( Bandingfkan Suhadi, 1998 ).

Demokrasi Indonesia dan Tujuan Negara Kesejahteraan Rakyat


Tujuan Negara Indonesia dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa “ negara
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia “ sebagai ciri negara
hukum formal dan “ memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “,
sebagai ciri negara hukum material atau welfare state, sedangkan secara umum “ ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial “.
Hal inilah yang merupakan cita – cita ideal filosofis bagi Negara Indonesia ( Assidiqie, 2005)
Dewasa ini reformasi lebih menekankan pada aspek Negara hukum formal, yaitu pada aspek
politik dan hukum. Tujuan negara welfare state tidak banyak mendapatkan prioritas.( Kaelan,
2007 )
Menurut Darwin, Reformasi dewasa ini demokrasi mengalami deficit, yaitu jikalau
perolehan atau manfaat yang diterima masyarakat lebih rendah dibandingkan ongkos
demokrasi , financial yang dikeluarkan dan ditanggung oleh rakyat maupun negara untuk
menggelar pesta demokrasi tersebut. Biaya pemilihan presiden, subsidi partai, pemilihan
bupati, gubernur, legeslatif dll. Belum untuk biaya kampanye. Jadi singkatnya demokrasi di
Indonesia adalah demokrasi biaya tinggi ( high cost democracy ). Maka bukannya tidak
mungkin demokrasi dengan biaya tinggi merupakan akar korupsi. Hal ini jelas tidak sesuai
dengan demokrasi Filsafat Pancasila, yang mendasarkan demokrasi pada Kedaulatan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai