Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN MIKROBA PROFILAKSIS DAN TERAPI

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUNDA NONI PALEMBANG
NOMOR : /SK-DIR/RSIABN/II/2018

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PENGGUNAAN ANTIMIKROBA DAN PROFILAKSI DAN TERAPI


DIRUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUNDA NONI PALEMBANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUNDA NONI

Menimbang : a. bahwa penggunaan antimikroba bahwa penggunaan antimikroba dalam pelayanan kesehatan seringkali tidak
tepat sehingga dapat menimbulkan pengobatan yang kurang efektif,peningkatan resiko terhadap keamanan
pasien meluasnya resistensi dan tingginya biaya pengobatan;
b. bahwa untuk meningkatkan ketepatan penggunaan antimikroba dalam pelayanan kesehatan perlu suatu panduan
yang sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Noni Palembang;
c. bahwa untuk maksud sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, maka perlu ditetapkannya dengan keputusan
Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Noni Palembang.

Mengingat : 1.Undang-Undang Republik Indonesia No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2.Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3.Undang-undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 tahun 2011 tentang tentang Keselamatan Pasien;
4.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 08 tahun 2015 tentang Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik.
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : PEMBERLAKUAAN PANDUAN PENGGUNAAN ANTIMIKROBA PROFILAKSIS DAN TERAPI DI RUMAH SAKIT IBU
DAN ANAK BUNDA NONI YANG
KESATU : Isi panduan penggunaan antimikroba Profilaksi dan Terapi akan disempurnakan secara tersu menerus oleh tim
pengendalian antimikroba Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Noni Palembang yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan terkini;
KEDUA : Mewajibkan sem,ua tenaga medis menulis resep antimikroba sesuai yang tercantum dalam panduan penggunaan
Antimikroba Profilaksisv dan terapi;
KETIGA : Dengan ditetapkannya keputusan ini maka keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan akan dilakukan perubahan
bilamana ada kekeliruan.

DITETAPKAN DI : Palembang
PADA TANGGAL : 02 Februari 2018
DIREKTUR RSIA BUNDA NONI,

drg. Donarita
NIK. 0010140784
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan buku

Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi (PPAM) Tahun 2018 Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Noni Palembang.

Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi (PPAM) adalah acuan bagi seluruh petugas yang terkait dengan pemberian

antimikroba kepada pasien Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Noni Palembang. Dengan adanya Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis

dan Terapi Tahun 2017 Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Noni Palembang diharapkan terwujud pemberian antimikroba yang sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika.

Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam penyusunan panduan ini, kami menyampaikan terima

kasih atas saran dan kritik yang sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.

Palembang, 02 Februari 2018


Ketua Pengendalian Resistensi Antimikroba
RSIA Bunda Noni
DAFTAR ISI

SK Pemberlakuan Panduan Pengendalian Antimikroba dan Profilaksi Terapi………………….


Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Daftar Singkatan
1.4 Masa Berlaku
1.5 Kelebihan dan Keterbatasan
BAB II INDIKASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
2.1 Alur Rekomendasi Penggunaan Antimikroba Di luar Pedoman Penggunaan Antimikroba Dan Formularium Nasional
2.2 SMF Obstetri dan Ginekologi
2.2.1 Profilaksi Obstetri dan Ginekologi
2.2.2 Infeksi Obstetri dan Ginekologi
2.3 SMF Ilmu Kesehatan Anak
2.3.1 Definisi Infeksi dan penyakit tropik
2.4 Divisi Infeksi dan PenyakitTropik (Jamur)
2.5 Divisi Neonatal
BAB III DAFTAR KASUS DAN ALUR PENANGANAN
BAB IV DOKUMENTASI
BAB V CARA PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah
satuobat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus,dan
antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksiyang disebabkan oleh bakteri. Berbagai
studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak
memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80%
tidak didasarkan pada indikasi (Hadi, 2009).
Penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan
terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap
ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Muncul dan berkembangnya mikroba resisten dapat dikendalikan melalui dua kegiatan utama, yaitu
penerapan penggunaan antimikroba secara bijak, dan penerapan prinsip pencegahan penyebaran mikroba resisten melalui kewaspadaan
standar.
Dalam upaya mengatasi resistensi antimikroba, perlu disusun Panduan Penggunaan Antimikroba di Rumah Sakit sebagai acuan dalam
penerapan penggunaan antimikroba secara bijak.
.

1.2 Tujuan
a. Sebagai acuan bagi klinisi dalam memberikan terapi antimikroba baik profilaksis maupun terapi empiris secara bijak
b. Untuk mencegah terjadinya resistensi antimikroba

1.3 Daftar Singkatan

ACT : Artemisinin Combination Therapy


ADS : Anti Dhipteri Serum
AIDS : Acquired Immunodeficiency Virus
APG : Antegrade Pyelography
Bln : bulan
CD4 : Cluster of Differentiaton 4
CrCl : Creatinin Clearance
E. coli : Escherichia coli
ESBL : Extend Spectrum Beta Lactamase
G : gram
H5N1 : subtype virus influenza
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HSV : Herpes Simplex Virus
IM : Intramuskular
ISK : Infeksi Saluran Kemih
IU : International Unit
IV : Intravena
IVFD : Intravena Fluid Drip
KET : Kehamilan Ectopic Terganggu
Kg : kilogram
mg/kg : miligram/kilogram Berat Badan
mgg : minggu
ml : milliliter
MOW : Metode Operasi Wanita (Tubektomi)
MRSA : Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus
PO : per oral
Pre op : pre operasi
SC : Sectio Caesar
SMF : Staf Medik Fungsional
SMX : Sulfamethoxazole
STD : Sexually Transmitted Disease
TB/TBC : Tuberculosis
TMP : Trimethoprim
TOA : Tubo Ovarian Abscess
UTI : Urinary Tract Infection
μg : microgram

1.4 Masa Berlaku


Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi Edisi II tahun 2017 berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal ditetapkan.

1.5 Kelebihan dan Keterbatasan Panduan


a. Kelebihan
Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi Edisi II tahun 2017 merupakan daftar antimikroba yang telah disepakati
SMF dengan pertimbangan antimikroba secara ilmiah dibutuhkan untuk pelayanan di RSUD Dr Saiful Anwar. Penerapan
penggunaan panduan ini akan selalu dipantau. Hasil pemantauan akan digunakan untuk pelaksanaan evaluasi dan revisi agar sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk menunjang keberhasilan penerapan panduan ini, sekaligus dapat mengidentifikasi
permasalahan potensial dan strategis penanggulangan yang efektif. Hal ini dapat tercapai melalui koordinasi, pemantauan dan
evaluasi penerapan panduan penggunaan antimikroba.
Panduan ini juga ditunjang dengan kebijakan Automatic Stop Order (ASO) yaitu penghentian penggunaan antimikroba yang
diberikan kepada pasien secara otomatis.
Farmasi akan dengan sendirinya menghentikan antimikroba tersebut bila lama terapi yang ditentukan terlewati. Pemesanan
antimikroba juga akan otomatis dihentikan ketika pasien :
 Dipindahkan keatau dari ruang intensif (ICU, PICU/NICU, ICCU, HCU)
 Dipindahkan ke atau dari pelayanan medis lain (misalkan dari bagian Bedah ke Penyakit Dalam)
 Dikirim ke ruang operasi
Apoteker akan mengingatkan dokter dan perawat jika mendapati suatu penggunaan antimikroba yang hampir mencapai batas
pemberian yang aman. Penggunaan akan dilanjutkan setelah dinyatakan secara tertulis oleh dokter yang bersangkutan.
Identifikasi dan komunikasi terkait Automatic Stop Order akan disampaikan 48 jam sebelum batas waktu pemesanan ;
 Apoteker akan mengirim peringatan tentang Automatic Stop Order yang akan dilakukan.
Peringatan akan ditandai dengan stiker yang akan ditempatkan pada Lembar Catatan Perkembangan Pasien Terpadu (CPPT) di rekam
medis.
Contoh stiker Automatic Stop Order

AUTOMATIC STOP ORDER


Untuk Obat :
……………………………………………………………..
Berakhir pada tanggal : ……………………….

b. Keterbatasan

Panduan ini perlu dilakukan revisi dan penyempurnaan secara berkala sesuai dengan usulan materi dari SMF.
BAB II
INDIKASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA

2.1 Alur Rekomendasi Penggunaan AntimikrobaDiluar Pedoman Penggunaan Antimikroba Dan Formularium Nasional

Resep antimikroba diluar PPA


Dan/atau fomularium Nasional
Konsultasi dengan
Dokter Penanggung Jawab Pasien

Dokter Penanggung Jawab Pasien


konsultasi Ya
dengan PIC Masing-masing SMF

PIC Masing-masing SMF konsultasi


dengan
Komite Pengendalian Resistensi
Antimikroba

Komite Pengendalian resistensi Antimikroba melaksanakan


Kajian Kasus
Antimikroba yang
terintegrasi (dapat secara langsung, Tertulis dan/atau
terpilih dan
Media Elektronik)
direkomendasikan

Antibiotika yang tidak terpilih dan diremonendasikan


Komite Pengendalian Resistensi
Antimikroba memberikan
rekomendasi
ACC kepada KFT
Resep Antimikroba diambil ke Depo
IFRS

Kajian Kasus antara Dokter Penanggungjawab Pasien, PIC


masing-masing SMF dan Komite Pengendalian Resistensi
Antimikroba dapat dilakukan melalui Langsung, Tertulis
dan/atau Media Elektronik

CATATAN :
1. Bila terdapat ketidaksesuaian antara diagnosis, kondisi klinis pasien, hasil kultur
mikrobiologi,
dengan pemilihan antibiotika (PPAM/Formularium Nasional/Formularium Pendamping
RS),
mohon menghubungi PIC SMF masing–masing.
2. Pengambilan spesimen mikrobiologi harap dilakukan sebelum antibiotika pertama
masuk dan
evaluasi tiap 3–5 hari (kondisi klinis, hasil lab. dasar, kultur spesimen)

2.2 SMF Obetetri dan Gynekologi


2.2.1 Profilaksi Bedah Obstetri dan ginekologi

N Keadaan klinik / Rekomenda Dosis Empiris/Pr interval Lama KET


o penyakit / si Dewasa Anak ofilaksi pemberian
tindakan antimikrob
a
1 Operasi Elektif No Antibiotic PROFILAKSIS
bersih
pemasangan
implant
2 Operasi Elektif Bersih Cefazoline IV : 1gram PROFILAKSIS 24 jam 1 hari
Terkontaminasi : SC
elektif Rekonstruksi
tuba
Histerektomi
supravaginal
Kista ovarium
Laparoskopi
(diagnostik/terapetik)
Surgical staging
Vaginoplasty
MOW
3 Operasi Emergency Cefazoline IV : 1gram PROFILAKSIS 24 jam 1 hari
Bersih
Terkontaminasi
SC CITO
KET
Kista Ovarium
Terpuntir Kuret
Abortus (tidak
terinfeksi
4 Operasi Elektif Ceftriaxone IV: 1 gram Empiris 12 jam Sampai ada
Terkontaminasi :
Fistel
kultur
vesico vagina TOA Gentamycin IV: 80 gram Empiris 12 jam Sampai ada
kista terinfeksi kultur
5 Operasi Emergency Ceftriaxone IV: 1 gram Empiris 12 jam Sampai ada
Terkontaminasi :
Kuret
kultur
abortus septik SC Gentamycin IV: 80 gram Empiris 12 jam Sampai ada
partus
kasep Kista/TOA kultur
pecah
2.2.2 Infeksi Obstetri dan Ginekologi

No Keadaan klinik / Rekomendasi Dosis Empiris/Profilaksi interval Lama KET


penyakit / antimikroba pemberian
tindakan
Dewasa Anak
1 Antibiotika terapi Ceftriaxone IV: 1 gram Empiris 12 jam Sampai ada
Partus kasep kultur
dengan infeksi Gentamycin IV: 80 gram Empiris 12 jam Sampai ada
kultur
2 Hamil dengan UTI Ceftriaxone IV: 1 gram Empiris 12 jam Sampai ada
kultur
Gentamycin IV: 80 gram Empiris 12 jam Sampai ada
kultur
3 Flour albus STD Clindamycin PO:300 mg Empiris 8 jam 7 hari

Flour Albus Non Doxyciclin PO: 100gr Empiris 12 jam 7 hari


STD

4 Pelvic Clindamicin PO:300 mg Empiris 8 jam 7 hari


Inflammation Doxyciclin PO:100 gr Empiris 12 jam 7 hari
Disease
Ringan dan
sedang
Pelvic Ceftriaxone IV:1 gr Empiris 12 jam 7 hari
Inflammation
Gentamicin IV:500 mg 24 jam 7 hari
Disease
Berat Metronidazole IV:500 mg 8 jam 7 hari
6 Mastitis Amoxilin- PO: 625 mg Empiris 8 jam 5 hari
clavulanic acid
Eritromycin PO:500mg Empiris 6 jam 5 hari
2.3 SMF Ilmu Kesehatan Anak (IKA)
2.3.1 Divisi Infeksi dan Penyakit Tropik (Bakteri)
No Keadaan Kuman Penyebab Rekomendasi Dosis Empiris/ interval Lama KET
klinik Antimikroba Dewasa Anak Profilaks pemberi
/penyakit / i an
tindakan
1 Diptheria Erytromicin 40mg/kg/hari DEFINITIF 6 jam 10-14Hari
dibagi 4 dosis
Penicillinprocain 50.000-100.00 DEFINITIF 12 Jam 10-14 hari Diftheri berat
Corynebacterium IU/kg/hari dibagi
diptheria 2
2 Pharyngitis Amoxilin 50-75mg/kg/hari Empiris 8 jam 10 HARI
bakterial dibagi 3 dosis
Erytromicin 40mg/kg/hari EMPIRIS 6-12 10 HARI
cantonensis dibagi 4 dosis JAM
3 Pertusis Bordetella pertusis Erytromicin 40mg/kg/hari Empiris 6 jam 14 HARI
dibagi 4 dosis
Claritromycin 15mg/kg/hari Empiris 12 jam 7 HARI
dibagi 2 dosis
Thyphoid Fever Thyphoid Fever Clhorampehnicol 50- DEFINITIF 6 jam 7-10 hari Bila intoleransi
100mg/kg/hari dengan
dibagi 4 dosis chlotamfenikol
secara IV/PO
Ceftriaxone 100mg/kh/hari DEFINITIF 12 jam 5 hari Bila thypoid
IV,IM dibagi 2 berat
dosis
Ciproploxacin 15mg/kg/kali DEFINITIF 12 JAM 10-14 Life threatening,
HARI penggunaan tidak
melebih 2 minggu
4 Tetanus Clostridium tetani Metronidazole 30mg/kg/hari IV DEFINITIF 8 jam 10-14
HARI
5 Sepsis Ampicilin subcutan 200mg/kg Empiris 6 jam 10-14 hari
BB/hari IV
dalam 4 dosis
Gentamicin 5- Empiris 12-24 10-14 hari
7mg/kgBB/hari jam
dibagi 1-2 dosis

2.5.8 Divisi Neonatal

No Keadaan Kuman Rekomendasi Dosis Profilaksi/ Interval Lama KET


klinik Penyebab Antimikroba Dewasa anak Empiris Pember
/penyakit / ian
tindakan
Sepsis Unknowncase
Lini I Ampicillin- 150mg/kg/hari Empiris 12 jam 7-14
Subcutan hari
Gentamisin 5 mg/kg/hari EMPIRIS
BAB II
DAFTAR KASUS DAN ALUR PENANGANAN PASIEN

3.1 Daftar Kasus


a. MDRO Non MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak
b. MDRO MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak (single case)
c. MDRO MRSA atau Non MRSA dan DITEMUKAN pasien kontak

3.2 Penatalaksanaan Kasus

I. Case Finding :
A. Dokter
1. Lakukan permintaan kultur spesimen klinik berdasarkan indikasi medis sebelum pemberian antibiotika
2. Lakukan permintaan kultur skrining karier MRSA (swab hidung, swab tenggorok, dan swab luka terbuka bila ada) yang
dilakukan dalam waktu 48 jam masuk rumah sakit (MRS) terhadap pasien :
a. Pasien rujukan
b. Pasien pernah MRS dalam 1 tahun terakhir
c. Pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA

B. Perawat
a. Lakukan pengambilan dan pengiriman spesimen klinik untuk pemeriksaan kultur mikrobiologis sesuai yang tertulis
b. Lakukan pengambilan dan pengiriman sampel swab hidung, swab tenggorok, dan swab luka terbuka (bila ada) untuk
pemeriksaan kultur skrining karier MRSA yang dilakukan dalam waktu 48 jam MRS terhadap :
 pasien rujukan,
 pasien pernah MRS dalam 1 tahun terakhir,
 pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA.
 Tulis “SKRINING MRSA” di pojok kanan atas dari formulir permintaan pemeriksaan (sesuai SPO Komite PPI
tentang Skrining dan Eradikasi MRSA).

C. Instalasi Mikrobiologi Klinik


a. Lakukan kultur spesimen klinik pasien sesuai dengan permintaan dokter sesuai dengan Pedoman Praktek Klinik (PPK)
b. Lakukan kultur skrining karier MRSA terhadap sampel swab hidung, swab tenggorok, dan swab luka terbuka (bila ada)
dari:
 pasien rujukan
 pasien pernah MRS dalam 1 tahun terakhir,
 pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA yang diambil dalam 48 jam MRS sesuai PPK
II. Pelaporan
A. Instalasi Mikrobiologi Klinik
1. Laporkan hasil kultur spesimen klinik yang menunjukkan MDRO (index case) kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke
Komite PPI menggunakan link WhatsApp) segera setelah hasil ditandatangani oleh DPJP SMF Mikrobiologi Klinik
2. Laporkan hasil kultur skrining karier MRSA positif kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke Komite PPI menggunakan
link whatsapp) segera setelah hasil ditandatangani oleh DPJP SMF Mikrobiologi Klinik.

B. Komite PPI
1. Lakukan pencatatan kasus MDRO yang dilaporkan oleh Instalagi Mikrobiologi Klinik baik dari kultur spesimen klinik
maupun kultur skrining karier MRSA
2. Informasikan kasus MDRO pada poin 1 kepada IPCN dan IPCLN untuk seger melakukan investigasi
3. Laporkan kepada Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA)
III. Investigasi
A. Tim PPI (IPCN dan IPCLN)
1. Lakukan telusur terhadap pasien kontak dengan infeksi dan atau kolonisasi MDRO yang sama dengan index case selama
1 minggu terakhir di ruang rawat yang sama
2. Lakukan konsultasi dengan dokter Instalasi Mikrobiologi Klinik untuk konfirmasi poin 1.
3. Laporkan kepada Komite PPI dalam 24 jam

IV. Intervensi
A. MDRO Non MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak :
I. Tim PPI (IPCN dan IPCLN)
1. Lakukan koordinasi dengan kepala ruang dan perawat pelaksana
2. Lakukan cohorting (pemisahan) pasien dengan infeksi dan atau kolonisasi MDRO dari pasien negatif menggunakan
partisi/sketsel atau ruang isolasi
3. Berlakukan kewaspadaan transmisi kontak
4. Sosialisasikan kepatuhan hand hygiene
5. Sosialisasikan prosedur cleaning dan disinfecting ruang rawat sesuai SPO Komite PPI tentang Cleaning dan
Disinfecting Area Pasien dengan Kolonisasi dan atau infeksi MDRO

II. Kepala Ruang


1. hitung jumlah alat pelindung diri (masker, sarung tangan, dan gaun) sesuai kebutuhan terkait kewaspadaan
transmisi kontak serta proses cleaning dan disinfecting area pasien
2. Laporkan kebutuhan alat pelindung diri pada poin 1 kepada Instalasi Laundry dan Sterilisasi Sentral dan Instalasi
Farmasi
3. Lakukan restriksi kegiatan perawatan oleh mahasiswa (koas & mahasiswa perawat) terhadap pasien dengan infeksi
dan atau kolonisasi MDRO

III. Instalasi Laundry dan Sterilisasi Sentral


1. Siapkan kebutuhan gaun terkait kewaspadaan transmisi kontak
2. Siapkan alat dan bahan cleaning dan disinfecting area pasie
IV. Instalasi Farmasi
1. Siapkan kebutuhan masker dan sarung tangan terkait kewaspadaan
transmisi kontak serta untuk cleaning dan disinfecting area pasien
2. Siapkan disinfektan

yang dibutuhkan untuk disinfeksi

area pasien. B. MDRO MRSA dan

TIDAK ditemukan pasien kontak

(single case)

I. Tim PPI
Lakukan poin IV.A.I

1. Lakukan poin IV.A.IV


2. Si
apkan
terapi
eradikasi
pasien
karier
MRSA V.
Dokter
1. Lakukan permintaan kultur skrining karier MRSA (swab hidung dan swab
tenggorok) dari pasien dengan infeksi dan
atau kolonisasi MRSA berdasarkan hasil kultur spesimen klinik
2. Lakukan pengambilan dan pengiriman sampel kultur skrining karier MRSA
(swab hidung dan swab tenggorok) dari pasien dengan infeksi dan atau
kolonisasi MRSA berdasarkan hasil kultur spesimen klinik.

VII. Instalasi Mikrobiologi Klinik


1. Lakukan kultur skrining karier MRSA terhadap sampel swab hidung dan
swab tenggorok dari pasien dengan infeksi dan atau kolonisasi MRSA
berdasarkan hasil kultur spesimen klinik.
2. Laporkan hasilnya kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke Komite PPI
melalui link whatsapp) segera setelah
ditandatangani oleh DPJP SMF Mikrobiologi Klinik.

1. Lakukan tindakan eradikasi terhadap pasien dengan hasil skrining karier


MRSA positif (sesuai SPO Komite PPI tentang Skrining dan Eradikasi MRSA)
meliputi:
a. Pasien mandi dan keramas dengan sabun chlorhexidine gluconate 4% dua
kali sehari selama 7 hari
b. Pemberian mupirocin salep hidung 2% dua kali sehari selama 7
hari (bila hasil kultur swab hidung menunjukkan positif MRSA)
c. Pemberian cotrimoxazole 2x960 mg selama 7 hari (bila kultur
swab tenggorok menunjukkan positif MRSA dan pasien tidak
alergi cotrimoxazole)
d. Bila terdapat luka terbuka dengan hasil kultur luka menunjukkan
positif MRSA maka irigasi luka dengan kombinasi NaCl 0,9% steril dan
chlorhexidine gluconate 1,5% setiap 3 hari sebanyak 7 kali. Bila
terdapat kemajuan hasil terapi maka irigasi dilanjutkan sampai 14 kali.
Catatan: untuk luka di bagian kepala dan atau luka pada pasien
pediatrik perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut.

C. MDRO MRSA atau Non MRSA dan DITEMUKAN pasien kontak


I. Komite PPI (segera setelah mendapat laporan investigasi dari Tim PPI)
1. Laporkan Kejadian Transmisi MDRO di suatu ruang rawat kepada Direktur dan Bidang
Pelayanan Medik beserta rekomendasi
langkah–langkah yang harus ditempuh untuk memutus rantai transmisi meliputi :
a. Tidak menerima pasien baru di ruang rawat tersebut untuk keperluan cleaning
dan disinfecting, serta untuk melindungi pasien baru dari infeksi dan atau
kolonisasi MDRO karena ruang rawat dinyatakan dalam kondisi tidak aman
b. Pelaksanaan cleaning dan disinfecting ruang rawat secara intensif sesuai SPO
Komite PPI, diikuti dengan kultur swab lingkugan ruang rawat setelah proses
cleaning dan disinfecting selesai dilakukan
c. Pemberlakuan kewaspadaan transmisi kontak
d. Untuk MDRO MRSA, dilakukan skrining karier MRSA (kultur swab hidung dan
swab tenggorok) untuk pasien dengan risiko kontak dan petugas kesehatan
termasuk peserta didik dan tenaga outsourcing, serta keluarga terdekat petugas
kesehatan (suami/istri) di ruang rawat tersebut
2. Lakukan sosialisasi dan monitoring proses cleaning dan disinfecting ruang rawat sesuai
SPO Komite PPI
3. Lakukan sosialisasi dan monitoring kewaspadaan transmisi kontak di ruang rawat
4. Bila MDRO adalah MRSA : lakukan tindak lanjut untuk petugas kesehatan dengan
hasil skrining positif karier MRSA sesuai dengan SPO Komite PPI tentang Skrining
dan Eradikasi MRSA :
a. Informasikan kepada petugas kesehatan tersebut dan atasan langsungnya
secara confidential untuk mendapatkan terapi eradikasi dan libur kerja selama
dilakukan terapi eradikasi
b. Laporkan kepada Direktur dan Bidang Pelayanan Medik apabila status ruang
rawat sudah bebas dari MDRO terget berdasarkan hasil kultur mikrobiologis
5. Laporkan kepada Direktur dan Bidang Pelayanan Medik apabila status rawat sudah
bebas dari MDRO target berdasarkan hasil kultur mikrobiologis
II. Bidang Pelayanan Medik (dalam 24 jam)
1. Lakukan rapat koordinasi dengan satuan kerja terdampak, Komite PPI, KPRA,
KPRS, Bidang Penunjang Medik, dan Bidang Keperawatan setelah mendapatkan
laporan kejadian transmisi MRDO dari Komite PPI
2. Tentukan langkah–langkah yang ditempuh manajemen RSSA dan kebutuhan
anggaran terkait kejadian transmisi MDRO berdasarkan rekomendasi Komite PPI
dalam rapat koordinasi tersebut
3. Tentukan alternatif alur pelayanan dan penempatan pasien
4. Kirim surat edaran terkait kejadian transmisi MDRO dan langkah–langkah yang
ditempuh manajemen RSSA kepada pihak– pihak yang berkepentingan yang
ditentukan dalam rapat koordinasi tersebut
5. Lakukan rapat koordinasi dengan satuan kerja terdampak, Komite PPI, KPRA, KPRS,
Bidang Penunjang Medik, dan Bidang Keperawatan untuk mengevaluasi upaya
penanggulangan MDRO yang telah dilakukan dan mengembalikan alur pelayanan
normal
6. Kirim surat edaran apabila ruang rawat dinyatakan aman untuk menerima pasien
baru dan menjalankan pelayanan normal setelah menerima laporan dari Komite
PPI

Anda mungkin juga menyukai