Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada
perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah
berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan
seperti mobil, motor; mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada beberapa
jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai
operasi skala besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan
usahawan dan juga dikalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan
jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih
ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan
meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume
penjualan perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah isi makalah ini, adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Penjualan Angsuran dan apa saja masalah yang
ditimbulkan?
2. Bagaimana pengakuan dari Laba kotor?
3. Bagaimana perhitungan bunga dan angsuran?
4. Bagaimana perhitungan dan pencataan dari penjualan angsuran dengan tukar
tambah?
5. Bagaimana pengakuan dan pencatatan dari adanya pembatalan penjualan
angsuran?
C. Tujuan
Tujuan isi makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan maksud dari penjualan anguran dan masalah yang ditimbulkan.
1
2. Menjelaskan metode pengakuan laba kotor pada penjualan angsuran.
3. Menjelaskan perhitungan bunga dan anguran pada penjualan anguran.
4. Menghitung dan mencatat pertukaran tambah dalam penjualan angsuran.
5. Menghitung dan mencatat pembatalan penjualan angsuran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual beli
angsuran yang isinya antara lain :
a. Perjanjian penjualan bersyarat. Menurut perjanjian ini barang yang dijual secara
kredit langsung diserahkan kepada pembeli akan tetapi penyerahan hak atas
barang tersebut ditunda sampai pembayarannya selesai
b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit. Di dalam sistem ini,
sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan bermontor digunakan sebagai
jaminan kredit bank. Kredit bank tersebut digunakan untuk membayar utang
kepada penjual barang yang bersangkutan. Dengan demikian pembeli berutang
kepada bank bukan kepada penjual barang. Setelah kredit lunas sertifikat atau
BPKB akan diterima dari bank.
c. Menjaminkan kepada pihak ketiga. Bukti pemilikan atas barang yang dijual
diserahkan kepada pihak ketiga, sampai pembayarannya selesai. Setelah
pembayaran selesai bukti pemilikan akan diserahkan kepada pembeli.
d. Perjanjian beli-sewa. Sebelum pembayaran lunas pembayaran dianggap sewa.
Setelah pembayaran lunas baru dianggap sebagai jual-beli. Apabila sebelum
pembayaran lunas pembeli menghentikan pembayaran maka barang yang sudah
diterima harus dikembalikan tanpa ganti rugi
3. Menyediakan Perlindungan Ekonomi kepada Penjual
Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus berfikir
masak-masak sebelum memutuskan untuk membatalkan pembelian angsuran. karena
pembatalan pembelian angsuran berarti kerugian bagi pembeli dan keutungan bagi
pihak penjual. Agar keadaan ini dapat terwujud maka :
a) Uang muka harus cukup besar. Uang muka harus cukup besar bertujuan untuk
melebihi penurunan nilai dari barang baru menjadi barang bekas.
b) Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang. Semakin panjang jangka waktu
angsuran bearti semakin besar penurunan nilai atas barang yang dijual dan semakin
besar peluang untuk menghilangkan jejak bagi pembeli.
c) Angsuran cukup besar. Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai
barang selamajangka waktu angsuran.
4
Masalah akuntansi yang dihadapi dalam penjualan angsuran dapat
dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1) Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.
2) Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran.
3) Masalah yang berhubungan dengan tukar-tambah.
4) Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.
Dasar Kas
Laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila pembayaran dari piutang
penjualan angsuran sudah diterima, dan penerimaan kas tersebut terdiri dari 2
unsur yaitu :
1. Pembayaran atas harga pokok penjualan
5
2. Pembayaran atas laba kotor
Perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran tersebut ada 3
metode, yaitu
a. Harga pokok kemudian laba kotor (Cost recovery method). Dalam metode ini
penerimaan kas pertama diakui sebagai penutup harga pokok penjualan
kemudian setelah harga pokok penjualan terbayarkan, baru penerimaan kas
berikutnya diakui sebagai laba kotor.
b. Laba kotor kemudian harga pokok penjulan. Dalam metode ini pembayaran
angsuran pertama diakui sebagai perolehan laba kotor kemudian setelah laba
kotor semua sudah diterima harga pokonya diperhitungkan.
c. Harga pokok penjualan dan laba kotor secara proporsional. Dalam metode ini
setiap penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran terdiri dari pembayaran
harga pokok penjualan dan laba kotor yang diakui secara proporsional sesuai
dengan perbandingan harga pokok penjualan dan laba kotor.
Soal dari penggunaan masing – masing metode diatas adalah sebagai berikut:
Pada awal tahun 2016 PT Sani Medikal melakukan penjualan angsuran seharga
Rp. 12.500.000, dengan syarat pembayaran sebagai berikut :
1) Uang muka Rp. 2.500.000, dibayar pada saat transaksi penjualan.
2) Sisanya dibayar melalui 4 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun.
3) Harga pokok penjualan Rp. 10.000.000
6
2015 sampai 31 Desember 2019 diakui sebagai pembayaran harga pokok penjualan
angsuran ( total Rp 10.000.000 )
3) Harga pokok penjualan dan laba kotor secara proporsional
Dari contoh di atas dapat dihitung perbandingan harga pokok penjualan dengan
laba kotor yaitu:
Harga
Pembayaran Laba kotor
Tanggal Keterangan pokok
Rp(100%) Rp(20%)
Rp(80%)
1-1-2016 Uang muka 2.500.000 2.000.000 500.000
31-12-2016 Angsuran ke-1 2.500.000 2.000.000 500.000
31-12-2017 Angsuran ke-2 2.500.000 2.000.000 500.000
31-12-2018 Angsuran ke-3 2.500.000 2.000.000 500.000
31-12-2019 Angsuran ke-4 2.500.000 2.000.000 500.000
Jumlah 12.500.000 10.000.000 2.500.000
7
Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem
perhitungan angsuran pokok pinjaman, yaitu :
1) Sistem angsuran tetap. Di dalam perhitungan angsuran pokok pinjaman dengan
sistem ini dengan membagi total pokok pinjaman dengan banyaknya angsuran.
2) Sistem anuitas. Dalam sistem ini terbagi menjadi 3 yaitu:
Sistem bunga tetap dan angsuran pokok pinjaman tetap
Di dalam sistem ini besarnya angsuran pokok pinjaman dan besarnya bunga
untuk setiap priodenya selalu tetap.
Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap
Dalam sitem ini besarnya bunga per periode selalu menurun sedangkan besarnya
angsuran pokok pinjaman tetap, sehingga jumlah angsuran secara keseluruhan selalu
menurun.
Sistem bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat
Dalam sistem ini besarnya angsuran per tahun dihitung dengan menggunakan
pendekatan anuitet. Besarnya jumlah angsuran, bunga dan angsuran pokok pinjaman
dihitung dengan prosedur :
Menghitung besarnya kas yang diterima per priode dengan membagi pokok pinjaman
dengan nilai tunai yang akan diterima setiap periode selama jangka waktu angsuran,
Menghitung bunga, dengan mengkalikan tingkat bunga dengan sisa pokok pinjaman
pada awal priode, dan Menghitung angsuran pokok pinjaman, dengan menjumlahkan
kas yang diterima dengan bunga pada priode tersebut.
D. Tukar Tambah
Dalam hal ini sebagai uang mukanya berupa barang bekas yang serupa dengan
barang yang diangsur pembayarannya. Untuk menarik pembeli biasanya dihargai lebih
barang tersebut sehingga harga jualnya terlalu tinggi oleh karena itu perlu dicatat
berdasarkan nilai realisasi bersihnya saja. Besarnya itu tentunya tidak boleh lebih dari
harga pokok penggantinya.
Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai realisasi bersih
adalah sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran biaya perbaikan sebelum
dijual, biaya pemasaran dan laba normal. Selisih antara nilai bersih dengan nilai yang
disepakati dikelompokkan dalam rekening cadangan kelebihan harga.
8
Contoh :
Pada awal tahun 2012 toko elektronik “Metrika” menjual mesin cuci Electrolux”
secara angsuran sebesar Rp 7.500.000. cara pembayarannya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai uang muka diterima sebuah mesin cuci merk “Yamoto” dengan nilai
yang disepakati sebesar Rp 2.000.000,-
2. Sisanya diangsur sebanyak 10 kali angsuran bulanan, masing-masing Rp
550.000,- mesin cuci yang diterima diperkirakan membutuhkan biaya perbaikan
sebesar Rp 500.000,-. Setelah diperbaiki diperkirakan dapat dijual dengan harga
Rp 2.400.000,-. Dalam penjualan mesin cuci “ Electrolux” perusahaan
memperhitungkan laba normal sebesar 10% dari harga jual. Harga perolehan
mesin cuci “ Electrolux” sebesar Rp 5.600.000.
Perhitungan :
Harga yang disepakati Rp2.000.000
Harga jual mesin cuci “ Yamoto” Rp2.400.000
Biaya perbaikan Rp 500.000
Laba normal 10% x Rp 46.000.000 Rp 240.000
(Rp 740.000)
Taksiran nilai realisasi bersih Rp1.660.000)
Kelebihan harga Rp 340.000
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Untuk mencatat penjualan
Piutang penjualan angsuran Rp 5.500.000
Persediaan Barang Dagang Rp 1.660.000
Cadangan kelebihan harga Rp 340.000
Penjualan Angsuran Rp 7.500.000
9
E. Pembatalan Penjualan Angsuran
Hal ini terjadi karena pembatalan atas penjualan angsuran yang belum dilunasi.
Dengan demikian perusahaan akan menerima kembali barang yang sudah dijual,
menghapus piutang penjualan angsuran yang belum direalisasi, dan juga mengakui
laba/rugi pembatalan penjualan angsuran.
Besarnya laba/rugi pembatalan penjualan angsuran tergantung pada metode
pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran, yang terdiri dari :
a) Metode Accrual
Di dalam metode ini, semua laba penjualan angsuran sudah diakui pada saat
penjualan, sehingga saldo piutang penjualan angsuran menunjukkan besarnya harga
pokok penjualan yang belum diterima pembayarannya. Maka besarnya laba atau rugi
yang diakui dari pembatalan penjualan angsuran adalah sama dengan selisih antara nilai
pasar barang bekas yang diterima dengan saldo piutang penjualan angsuran yang belum
diterima pembayarannya.
Pencatatan transaksi dalam meteode ini dengan :
Persediaa barang dagangan ................................. xxxx
Rugi pembatalan penjualan angsuran ................. xxxx
Piutang penjualan angsuran .......................... xxxx
10
TNRS : Taksiran nilai realisasi bersih barang yang diterima kembali
PPA : Saldo piutang penjualan angsuran
LBBR : Laba kotor yang belum diralisir
Pencatatan transaksi dalam metode ini dengan :
Persediaan barang dagangan .......................................... xxxx
Labar kotor belum direalisir ........................................... xxxx
Piutang penjualan angsuran ......................... xxxx
Laba pembatalan penjualan angsuran ........ xxxx
Contoh :
PT. Mawar menjual barang dagangnya secara angsuran. Pada tahun 2006 terjadi
pembatalan atas penjualan angsuran yang terjadi pada akhir periode sebelumnya.
Informasi penjualan angusran yang dibatalkan adalah sebagai berikut:
1. Penjualan semula Rp 30.000.000
2. Harga pokok penjualan angsuran Rp 22.500.000
3. Tingkat laba kotor 25% dari harga jual
4. Piutang penjualan angsuran yang sudah terkumpul Rp 15.000.000
5. Taksiran nilai realisasi bersih atas harga yang diterima kembali Rp 14.000.000
Laba kotor yang diakui saat penjualan
Perhitungan:
(Dlm ribuan Rp) (Dlm ribuan Rp)
Harga jual 30.000
Piutang yang sudah ditagih 15.000-
Piutang yang belum ditagih 15.000
Taksiran nilai realisasi bersih 14.000-
Rugi pembatalan penjualan angsuran 3.000
Jurnal :
Persediaan barang dagangan 14.000
Rugi pembatalan angsuran 1.000
Piutang penjualan angsuran 15.000
Laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas
11
Perhitungan:
(Dlm ribuan Rp) (Dlm ribuan Rp)
Harga jual 30.000
Piutang yang sudah ditagih 15.000-
Piutang yang belum ditagih 15.000
Laba kotor belum direalisasi
25% x Rp 15.000.000 = 3.750-
Harga pokok penjualan yang belum dibayar 11.250
Taksiran realisasi bersih 14.000
Rugi pembatalan penjualan angsuran 2.750
Jurnal :
Persediaan barang dagangan 14.000
Laba kotor belum direalisasi 3.750
Piutang penjualan angsuran 17.750
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penjualan angsuran adalah penjualan barang dagangan dengan pembayaran secara
berangsur. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan yang akhirnya
meningkatkan laba yang didapatkan, karena metode penjualan ini memberikan kemudahan
kepada konsumen dalam pembayaran barang yang dibelinya, sehingga konsumen tertarik
untuk melakukan pembelian.
Permasalahan pada Angsuran terbagi menjadi 2 (dua) yaitu masalah non akuntansi
dan masalah akuntansi. Masalah non akuntansi adalah menghadapi kemungkinan terjadinya
kerugian karena adanya pembeli yang tidak melaksanakan kewajibannya, untuk
menghadapi semacam itu perusahaan perlu berhati-hati dalam penjualannya. Pembeli perlu
diseleksi terlebih dahulu dan membuat perjanjian yang mengikat kedua belah pihak untuk
melaksanakan kewajibannya. Dan Masalah Akuntansi adalah Masalah yang berhubungan
dengan pengakuan laba kotor, masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga
dan angsuran, tukar-tambah dan pembatalan penjualan angsuran.
B. Saran
13
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum definisi penjualan dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang
dilakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari
produsen kepada konsumen sebagai sasarannya. Penjualan merupakan salah satu fungsi
pemasaran yang sangat penting bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan
Penjualan terdiri dari beberapa jenis, antara lain adalah penjualan tunai, penjualan
keuntungan atau laba dari produk yang dihasilkan oleh produsen dengan pengelolaan
yang baik. Dalam pelaksanaannya, penjualan sendiri tidak akan dapat dilakukan tanpa
adanya pelaku yang bekerja didalamnya seperti agen, pedagang dan tenaga pemasaran.
barang kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual dengan memberikan
komisi. Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau pengamanat,
sedangkan pihak yang menerima barang disebut consignee atau komisioner. Adapun
pengertian penjualan konsinyasi menurut beberapa ahli, antara lain menurut Halim
(2015:65)
pihak lain, yaitu consignee/komisioner untuk dijual kepada pihak luar dan
14
“Konsinyasi adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki
15
8
dititipkan kepada pihak lain dalam rangka penjualan dimasa mendatang atau
untuk tujuan lain, hak atas barang tersebut tetap melekat pada pihak
kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur
dalam perjanjian”.
pemilik barang (konsinyor) dengan cara menitipkan barang kepada pihak kedua
(consignment out) dan barang-barang yang diterima oleh consignee disebut barang
8
9
9
10
yang menitipkan barang disebut konsinyor, dan pihak yang menerima barang
pencatatan akuntansi konsinyasi adalah akun konsinyasi keluar, yaitu akun yang
digunakan oleh pihak konsinyor, sedangkan konsinyasi masuk, yaitu akun yang
1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat, maka
diterimanya itu.
penyerahan barang kepada pembeli diikuti dengan berpindahnya hak atas barang
11
12
perpindahan hak atas barang tersebut. Perbedaan antara transaksi penjualan biasa
1. Tidak ada pendapatan dan juga laba kotor yang diakui pada saat barang
terjadi pada saat barang dagangan tersebut dijual oleh komisioner kepada
pihak ketiga, yang berarti juga hak atas barang berpindah dari pengamanat
1. Barang konsinyasi yang ada pada konsinyi tidak boleh dicatat dalam
persediaanya.
konsinyor.
pihak luar.
13
14
persediaanya.
sejak saat pengiriman sampai dengan terjual menjadi tanggung jawab pihak
consignor.
pengamanat. Hak milik barang konsinyasi tersebut baru akan pindah dari
kepada pihak ketiga, sedangkan untuk penjualan reguler, hak milik atas
barang akan berpindah kepada pembeli pada saat terjadi transaksi penjualan
apabila:
14
15
menguntungkan.
bersangkutan.
15
16
barang tertentu, misalnya produk yang cepat menjadi using atau kuno, tetapi
barang-barang tersebut.
3. Resiko Kerugian yang Lebih Kecil Dalam Hal Komisioner Menderita Pailit.
terjual dan hak untuk menerima hasil penjualan barang pada saat komisioner
barang komisi yang ada di tangan komisioner. Keadaan ini berbeda kalau
1. Merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memperluas daerah
d) Fluktuasi harga barang tersebut sangat besar sehingga dealer tidak mau
membelinya.
16
17
2. Barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada pihak
3. Harga barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat, hal
Pengawasan harga ini akan sulit jika menggunakan sistem penjualan melalui
4. Jumlah barang yang dijual dan persediaan barang yang ada di gudang
17
18
Barang yang tidak terjual atau menjadi usang atau kuno, rusak atau menurun
konsinyasi.
3. Apabila terdapat barang konsinyasi yang rusak dan terjadi fluktuasi harga,
konsinyasi.
Perjanjian Konsinyasi
menyerahkan dan pihak yang menerima dalam hal-hal lain yang mencakup syarat
kredit yang harus diberikan oleh pihak konsinyi kepada pelanggan, biaya-biaya
yang harus dikeluarkan oleh pihak komisioner harus diganti oleh pihak konsinyor,
komisi atau laba yang harus diberikan kepada pihak konsinyi, pemeliharaan dan
pengiriman uang dan penyelesaian keuangan oleh pihak konsinyi, dan laporan
1. Jumlah dan macam barang yang sudah dibayar oleh pihak komisioner dan
19
20
Dalam hal ini, besar komisi yang akan diperoleh oleh komisioner akan
komisi atas hasil penjualan barang konsinyasi yang akan diberikan kepada
pihak komisioner.
Selain itu, kerugian atas piutang ini akan ditanggung oleh pihak komisioner,
dan sanksi atas kerugian piutang ini biasanya berupa pemblokiran barang-
Dalam hal ini ditentukan persyaratan yang diberikan oleh pengamanat atas
2 (dua) metode pencatatan yang dapat digunakan oleh pihak konsinyi (consignee)
pencatatannya terpisah antara laba atas penjualan konsinyasi dan laba dari
penjualan reguler.
pencatatan yang dapat digunakan oleh pihak pengamanat maupun oleh pihak
21
22
Akuntansi konsinyasi
untuk pengamanat
Metode laba tidak terpisah
Gambar 2.1
konsinyasi.
pemindahan hak milik atas barang yang dikirim tersebut sehingga barang
pengamanat.
23
24
pencatatan, yaitu:
barang yang tersedia untuk dijual. Penyerahan barang dicatat harga pokok
kendati harga jual atau harga tertentu lainnya ditetapkan pada barang-barang
konsinyor tidak menyusun ayat jurnal untuk transaksi pihak konsinyi sampai
25
26
pada perkiraan pihak konsinyor oleh pihak dilaporkan oleh pihak konsinyi.
konsinyasi akan di debit untuk mencatat harga pokok barang yang dikirim
Tabel 2.1
26
27
Kas xxx
3 Kas xxx
pencatatan HPP)
dilakukan dengan tidak memisahkan laba antara penjualan reguler dan penjualan
27
28
dibebani dengan beban konsinyasi tanpa pemisah antara beban konsinyi dan
oleh pihak konsinyi sampai pihak konsinyor menerima laporan dari pihak
konsinyi.
penjualan konsinyasi, maka perkiraa kas di debit sebesar uang kas yang
perpetual, maka ayat jurnalnya dibuat untuk persediaan akhir dan untuk
konsinyasi.
28
29
tersebut dijual kepada pihak ketiga, perlu diadakan pencatatan harga pokok
tersebut hanyalah berpindah tempat saja. Hanya saja dalam hal ini perlu
konsinyasi. Jadi, laba atau rugi karena adanya penjualan konsinyasi tidak
barang konsinyasi akan di debit untuk mencatat harga pokok barang yang
dikirim dan akan di kredit untuk mencatat harga pokok barang yang dijual
29
30
Tabel 2.2
Kas xxx
3 Kas xxx
pencatatan HPP)
Salah satu alasan komisioner mau menerima barang dari pihak pengamanat
sebelumnya, bahwa barang titipan milik pengamanat tidak boleh diakui sebagai
milik komisioner, karena pada penjualan konsinyasi pada saat pengiriman barang
30
31
perjanjian.
31
32
transaksi barang titipan dengan menggunakan metode laba terpisah dari laba atas
Sisi Debit
Sisi Kredit
harus membuat rekening barang komisi. Rekening ini akan di debit untuk
33
34
semua beban yang ditanggung oleh konsinyor, dan akan di kredit untuk
Tabel 2.3
komisi memorandum)
34
35
prosedur akuntansi dengan metode laba terpisah. Perbedaan yang ada hanya pada
yang berhubungan dengan barang titipan akan dicatat ke dalam rekening nama
Sisi Debit
pengamanat.
Sisi Kredit
penjualan.
konsinyasi.
35
36
pengamanat berkurang.
37
38
Tabel 2.4
komisi memorandum)
Penjualan xxx
Pembelian
oleh konsinyor)
Laku Terjual
ada yang belum terjual sampai dengan pembuatan laporannya kepada pihak
consignor. Apabila hal ini terjadi, maka pihak consignor harus melakukan
38
39
penyesuaian terhadap semua beban yang telah dikeluarkan (baik oleh consignor
maupun oleh consignee) yang melekat pada barang tersebut. sehingga nilai
persediaan akhir barang tersebut adalah sebesar harga pokoknya ditambah dengan
tersebut.
39
40
Tabel 2.5
Terjual Terjual
40