Disusun oleh :
2.4 Narkoba...................................................................................................... 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
Number of people with drug use disorders Prevalence of people who use drugs
Number of people who use drugs Prevalence people with drug use disorders
2
survei penyalahgunaan narkoba di 34 provinsi Indonesia tahun 2017, jumlah
penyalahguna narkoba di Indonesia mencapai 3.376.115 jiwa dengan angka
prevalensi sebesar 1,77% (BNN,2017).
3
Angka prevalensi pada kelompok pakai narkoba relatif sama besar 4,3% antara
SMA dan perguruan tinggi. Angka prevalensi kelompok pakai narkoba di SMA
sebesar 2,4% lebih tinggi dibandingkan perguruan tinggi sebesar 1,8% di tahun
2016 (BNN,2016).
Kasus penyalahgunaan narkoba semakin meningkat pada usia
remaja, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan narkoba. Penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya merupakan permasalahan
kompleks baik dilihat dari faktor penyebab maupun akibat. Penyebabnya
merupakan kompleksitas dari berbagai faktor, dari faktor Fisik dan kejiwaan
pelaku, serta faktor lingkungan baik mikro maupun makro. Serta menimbulkan
dampak yang merugikan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Dilihat secara keseluruhan akibat dari penyalahgunaan narkoba sangat
kompleks dan luas tidak hanya pada pelakunya, tetapi juga menimbulkan
psikologis, sosial dan ekonomis bagi orangtua. Terdapat beberapa faktor
determinan sosial yang mempengaruhi perilaku pencegahan narkoba pada
remaja. Determinan sosial merupakan faktor- faktor penentu secara sosial di
kehidupan masyarakat serta suatu proses yang membentuk perilaku di
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
4
3. Mengetahui peran sarjana kesehatan masyarakat dalam pencegahan
penyalahgunaan narkoba pada remaja
1.4 Manfaat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
mempengaruhi, baik dari faktor internal yang meliputi fisik maupun psikis
seseorang dan faktor eksternal meliputi budaya, sosial ekonomi, politik, dan
pendidikan. Kedua faktor tersebut saling berkaitan dalam mempengaruhi
kesehatan setiap individu. Menurut Henrik L. Blum (1974) terdapat empat
faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan yaitu faktor lingkungan, faktor
perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Berikut bagan
empat faktor menurut Henrik L. Blum (1974).
7
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan
dan perawatan terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah
sakit maupun pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan juga meliputi tenaga kesehatan yang tersedia. Fungsi dari
tenaga kesehatan ini memberikan pelayanan kesehatan, informasi
serta motivasi kepada masyarakat.
4. Faktor keturunan (genetik)
Keturunan merupakan faktor yang sudah ada didalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir. Selain itu, faktor keturunan dapat
juga dikaji dari kondisi balita atau ibu hamil. Pada masa kehamilan
dan balita juga menentukan perkembangan otak anak. Dalam hal ini
ibu memiliki peranan yang penting karena kesehatan balita sangat
tergantung pada kondisi ibunya.
Terdapat sepuluh determinan sosial yang dapat mempengaruhi kesehatan
menurut Kuntari dalam Social Determinan of Health, yaitu:
1. Kesenjangan sosial
Masyarakat dengan kelas sosial ekonomi lemah, biasanya sangat
rentan dan beresiko terhadap penyakit, serta memiliki harapan
hidup yang rendah.
2. Stres
Stres merupaka keadaan psikologis/jiwa yang labil. Kegagalan
menanggulangi stres baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah
dan di lingkungan kerja akan mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Pengucilan sosial
Kehidupan di pengasingan atau perasaan terkucil akan
menghasilkan perasaan tidak nyaman, tidak berharga, kehilangan
harga diri, akan mempengaruhi kesehatan fisik maupaun mental.
4. Kehidupan dini
Kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal
kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat, serta dukungan emosi
8
yang kurang baik pada awal kehidupan akan memberikan dampak
pada kesehatan fisik, mental, dan kemampuan intelektual masa
dewasa.
5. Pekerjaan
Stres di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan
kematian. Syarat-syarat kesehatan di tempat kerja akan membantu
meningkatnkan derajat kesehatan.
6. Pengangguran
Pekerjaan merupakan penopang biaya kehidupan. Jaminan
pekerjaan yang mantap akan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan bagi diri dan keluarganya.
7. Dukungan sosial
Hubungan sosial termasuk diantaranya adalah persahabatan serta
kekerabatan yang baik dalam keluarga dan juga di tempat kerja.
8. Penyalahgunaan napza
Pemakaian napza merupakan faktor memperburuk kondisi
kesehatan, keselamat dan kesejahteraan. Napza atau pemakaian
narkoba, alkohol, dan merokok akan memberika dampak buruk
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
9. Pangan
Ketersediaan pangan, pendayagunaan penghasilan keluarga untuk
pangan, serta cara makan berpengaruh terhadap kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat. Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi
berdampak terhadap kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi
Transportasi yang sehat, mengurangi waktu berkendara,
meningkatkan aktivitas fisik yang memadai akan baik bagi
kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi waktu berkendara
dan jumlah kendaraan akan mengurangi polusi pada manusia.
9
1. Policy/ legislation
Intervensi untuk meregulasi ketersediaan dan kontrol :
a. Pelayanan
b. Sumber daya
c. Komoditas
2. Perubahan norma
a. Modifikasi norma yang boleh dan tidak boleh di masyarakat
b. Nilai mengenai gender
3. Community Empowerment (Pemberdayaan masyarakat)
Memampukan masyarakat sesuai dengan potensi masyarakat agar
masyarakat dapat mandiri
4. Community Development (Pengembangan Masyarakat)
Menggali potensi masayarakat untuk mampu memecahkan masalah
mereka
5. Mempermudah akses komoditas
Menghilangkan barier akses komoditas. Misal makanan sehat.
6. Akses pelayanan
a. Menghilangkan barier akses pelayanan
b. Mensubsidi hingga menggratiskan pelayanan
2.4 Narkoba
Narkoba pada awalnya adalah kepanjangan dari narkotika dan obat
berbahaya. Obat berbahaya pada definIsi tersebut adalah obat yang tidak
dijual bebas dan digunakan dalam bidang kedokteran. Narkotika dan
psikotropika jika digunakan dengan benar memberi manfaat yang besar
dalam bidang medis. Narkotika dan psikotropika dalam dunia medis
digunakan sebagai obat bius, obat penenang, dan obat berbagai penyakit
lainnya. Narkotika dan psikotropika tidak selalu berdampak buruk apabila
digunakan sesuai anjuran dokter untuk kebutuhan penyembuhan. Narkoba
akan menjadi berbahaya apabila terjadi penyalahgunaan narkoba. Narkoba
diberi istilah NAPZA dibidang yang merupakan kepanjangan dari
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Sehingga kepanjangan
10
narkoba yang tepat adalah narkotika, psikotropika dan bahan adiktif
lainnya(Partodiharjo, 2010).
Berdasarkan Undang-undang No 35 tahun 2009 narkotika
merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
11
e. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat. Hal ini
membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
f. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
g. Orang tua menjadi contoh yang baik.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
Tingkat pengetahuan remaja sangat mempengaruhi terhadap
perilaku pencegahan remaja dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba
pada remaja karena dengan tingginya pengetahuan maka seseorang akan
dengan mudah mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap
dirinya. Semakin tinggi pengetahuan remaja berarti semakin baik perilaku
pencegahan remaja dalam pencegahan penyalahgunanaan narkoba.
2. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian Firman, dkk (2018) diperoleh hasil bahwa
jumlah siswa yang memiliki sikap positif yaitu 85 responden (91,4%) lebih
besar angkanya dibanding jumlah siswa yang memiliki sikap negatif yaitu
8 responden (8,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
antara sikap terhadap perilaku pencegahan penggunaan Napza.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa siswa yang
memiliki sikap negatif dapat melakukan penyalahgunaan Napza.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Jumaidah & Rindu,
(2017) bahwa responden yang memiliki sikap positif dan perilaku
pencegahannya tidak baik terdapat 16 (53.3%) responden. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan
narkoba.
Sikap berhubungan terhadap suatu perilaku karena dipengaruhi oleh
keyakinan bahwa perilaku akan akan membawa kepada hasil baik yang
diinginkan maupun tidak diinginkan. Menurut teori tindakan beralasan
yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein sikap mempengaruhi perilaku
melalui suatu proses pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan,
dan dampaknya terbatas pada tiga. Pertama yaitu perilaku tidak banyak
ditentukan oleh sikap umum, tapi spesifik terhadap sesuatu. Kedua yaitu
perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap namun juga oleh norma
subjektif. Norma subjektif adalah kepercayaan terhadap pendapat orang
lain tentang tindakan yang akan diambil. Ketiga yaitu sikap terhadap
perilaku bersama norma subjektif membentuk intensi atau niat untuk
berprilaku tertentu.
14
3. Lingkungan
15
narkoba tersebut dilakukan melalui pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang biasa disingkat P4GN.
Pelaksanaan P4GN pemerintah telah mengeluarkan Inpres (Instruksi
Presiden) nomor 12 tahun 2011 tentang pelaksanaan P4GN. P4GN
mempunyai arah dan tujuan serta strategi nasional.
2. Akses Pelayanan
Akses pelayanan meliputi akses informasi yang didapatkan masyarakat
terkait upaya pencegahan narkoba. Iklan kampanye anti narkoba melalui
media massa merupakan salah satu strategi yang dimiliki Badan Narkotika
Nasional untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Kegiatan Iklan
layanan kampanye anti narkoba melalui media massa cetak diharapkan
menjadi sumber inspirasi bagi semua orang yang membacanya sehingga
dapat menggerakan semua lini dan instansi di negeri ini untuk terus
mengupayakan pemberantasan narkoba dan mencegah agar narkoba tidak
berkembang dan disalahgunakan anak bangsa. Kegiatan diseminasi melalu
media massa, tidak hanya melalui majalah dan koran, tetapi memanfaatkan
media lain, seperti penyiaran melalui radio dan terkadang mengisi siaran
langsung melalui saluran pesawat televisi, tentunya media tersebut adalah
sarana strategis untuk penyaluran informasi P4GN dilingkungan masyarakat
sehingga diharapkan dapat menutupi kekurangan dari publikasi informasi
P4GN dengan media cetak yang terkendala distribusi keseluruh wilayah.
Kegiatan Iklan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba (P4GN) melalui baliho, spanduk, dan banner
merupakan salah satu upaya untuk mendukung kegiatan Badan Narkotika
Nasional. Diseminasi informasi pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) juga dilakukan di
lingkungan sekolah dimana dalam kegiatan ini mampu mengurangi
penyalahgunaan dan peredaran gelap di sekolah-sekolah
3. Pemberdayaan Masyarakat
Bidang pemberdayaan tak jauh berbeda dengan bidang pencegahan. Bidang
inipun melakukan pencegahan pada lingkungan pendidikan dan pekerja, serta
16
lingkungan masyarakat. Pembentukan satgas dan menggandeng Lembaga
Swadaya Masyarakat dilakukan untuk menyebarkan pengetahuan bagi
masyarakat sekitar terhadap narkoba, kemudian peran bidang ini dalam
melaksanaan test urine yang bertujuan agar setiap orang lebih awas terhadap
narkoba sehingga diketahui apakah ada yang menggunakan narkoba.
Pemberian rekomendasi kepada pecandu menjadi tugas yang diemban pula
oleh bidang ini. Pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk dapat
menanggulangi masalah narkoba secara lebih efektif di dalam kelompok
masyarakat terbatas tertentu, dilakukan pendidikan dan pelatihan dengan
mengambil peserta dari kelompok itu sendiri. Program ini, pengenalan materi
narkoba lebih mendalam lagi, disertai simulasi penanggulangan, termasuk
latihan pidato, latihan diskusi, latihan menolong penderita dan lainlain.
Pemberdayaan masyarakat juga dapat dilakukan di lingkungan sekolah. Hal
ini yang sudah terbentuk pada konselor sebaya serta fungsinya sebagai
pencegahan berbasis pembinaan kecerdasan emosional karena emosi mereka
yang sudah terbentuk.
3.3 Peran Sarjana Kesehatan Masyarakat
Sebagai sarjana kesehatan masyarakat beberapa hal yang bisa dilakukan
terkait pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah sebagai berikut:
1. Advokasi
Melaksanakan kegiatan Advokasi dalam bidang pencegahan dan
peredaran gelap narkoba untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak terkait (stakeholders). Kegiatan advokasi
terkait pencegahan pencegahan dan peredaran gelap narkoba dapat
dilakukan kepada instansi pemerintah dan instansi swasta. Instansi
pemerintah meliputi Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Dinas
Kepemudaan dan Olahraga, Dinas Komunikasi dan Informatika,
Dinas Pengendalian Penduduk, serta Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan anak. Advokasi pada instansi
pemerintahan di daerah dilakukan dengan mengajak seluruh pegawai
pada instansi tersebut untuk berkomitmen bersama dalam mencegah
peredaran gelap narkoba di lingkungan kerja serta keberhasilan
17
kegiatan ini tidak lepas dari sikap kooperatif dari lingkungan kerja
terkait Pelaksanaan kegiatan Advokasi bidang pencegahan peredaran
gelap narkoba pada instansi swasta dengan mengajak seluruh pekerja
pada instansi tersebut untuk berkomitmen bersama dalam mencegah
peredaran gelap narkoba di lingkungan kerja.
2. Bina Suasana
Bina suasana terkait upaya pencegahan narkoba pada remaja dapat
dilakukan dengan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung
meliputi lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Membina
Lingkungan Sekolah untuk menciptakan suasana lingkungan
sekolah yang sehat dengan membina hubungan yang harmonis
antara pendidik dan anak didik. Menciptakan lingkungan
masyarakat yang mendukung upaya pencegahn narkoba dengan
melibatkan semua unsur masyarakat dalam melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan napza.
3. Melakukan Pemberdayaan Masyarakat (Enable)
Upaya pencegahan penyalahgunaann narkoba pada remaja dapat
dilakukan dengan melakukan pemberdayaan pada siswa di
lingkungan sekolah. Upaya menjadikan siswa/pelajar memiliki pola
pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terdapat 3 faktor determinan sosial yang mempengaruhi
perilaku pencegahan narkoba pada remaja yaitu pengetahuan, sikap, dan
lingkungan. Tingkat pengetahuan remaja mempengaruhi perilaku
pencegahan narkoba pada karena dengan tingginya pengetahuan maka
seseorang akan dengan mudah mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan terhadap dirinya. Sikap berpengaruh terhadap perilaku
pencegahan narkoba pada remaja, siswa yang memiliki sikap negatif
dapat melakukan penyalahgunaan narkoba. Lingkungan juga
merupakan faktor deteminan perilaku pencegahan narkoba pada remaja,
mrliputi lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, dan
lingkungan tetangga.
Strategi intervensi terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan
narkoba pada remaja dapat dilakukan melalui adanya kebijakan yang
mengatur pencegahan narkoba. Kedua, akses pelayanan dalah hal
mempermudah akses informasi terkait upaya pencegahan narkoba dan
pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan masyarakat untuk dapat
menyebarkan infomasi terkait pencegahan narkoba. Peran Sarjana
Kesehatan Masyarakat terkait upaya pencegahan narkoba pada remaja
dapat dilakukan melalui upaya advokasi, bina suasana dan
pemberdayaan masyarakat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Firman, Haskas, Y. & Akmal, 2018. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja
terhadap Perilaku Pencegahan Penggunaan NAPZA di SMA 21 Makassar.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(6), pp. 665-669.
Jumaidah & Rindu, 2017. Perilaku Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada
Remaja di Wilayah Kecamatan Sukmaja Depok. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
16(3), pp. 43-49.
Kuntari, T., t.thn. Social Determinnat of Health. s.l.:s.n.
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Partodiharjo, S., 2010. Kenali Narkoba & Musuhi Penyalahgunaannya.
Jakarta: Erlangga.
UNODC, 2018. World Drug Report 2018. Vienna, United Nations publication.
World Health Organization, 2017. What are social determinants of health?
Social determinants of health. Available at:
http://www.who.int/social_determinants/sdh_definition/en/
20