OLEH: KELOMPOK X
MUSPIRA 105731111116
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Alla SWT yang telah memberikan
kita berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan
selalu membawa keberkahan, baik dikehidupan didunia ini, lebih-lebih lagi
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua harapan yang ingin kita capai menjadi
lebih mudah dan penuh manfaat.
Kami sangat menyadari, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih banyak kekurangan-kekurangannya, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
yang kadang kala hanya menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakannya lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejalan dengan meningkatnya masyarakat yang memiliki pekerjaan
sebagai karyawan perusahaan, timbul suatu kesadaran bahwa hidup mereka ini
sangat bergantung pada perusahaan di mana mereka bekerja. Pada saat-saat
mereka masih aktif, penghasilan nampaknya bukanlah menjadi persoalan. Namun
demikian, jika suatu saat ketika karyawan tersebut tidak dapat lagi bekerja pada
perusahaan karena sesuatu hal, misalnya karena kecelakaan kerja atau usia lanjut,
maka kontinuitas kehidupan mereka akan terganggu. Persoalan ini apabila dilihat
secara sepintas mungkin adalah persoalan yang sepele. Tetapi jika dilihat dari
skala yang lebih luas, bisa menjadi persoalan yang cukup serius. Misalnya
persoalan hari tua (usia lanjut) atau berhenti bekerja sewaktu waktu secara
langsung atau tidak, pasti ada dibenak mereka. Hal ini mungkin juga berpengaruh
kepada konsentrasi kerja karyawan dan bukan tidak mungkin jika akhirnya
berpengaruh pada tingkat produktivitas karyawan. Antara perusahaan dengan
karyawan sebenarnya merupakan bagian integral yang saling membutuhkan. Di
antara keduanya bisa di kombinasikan suatu kerja sama yang mutualis. Di satu
pihka karyawan membutuhkan ketenangan kerja dan jaminan jaminan mereka,
dan dilain pihak perusahaan membutuhkan tenaga mereka untuk mencapai tujuan
perusahaan tersebut. Antara dua kehendak ini yang seharusnya dipadukan.
Berkenaan dengan hal itu, pemerintah nampaknya menyadari bahwa upaya
pemeliharaan kesinambungan penghasilan pada hari tua perlu mendapatkan
perhatian dan penanganan yang serius. Dalam rangka inilah perlunya
pembentukan suatu lembaga yang diharapkan dapat menunjang upaya-upaya
memenuhi kebutuhan ini. Lembaga tersebut adalah dana pensiun. Dengan adanya
dana pensiun ini memnungkinkan terbentuknya suatu akumulasi dana yang
dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta program hari
tua. Keyakinan akan adanya kesinambungan penghasilan menimbulkan
ketentraman kerja, sehingga akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang
merupakan iklim kondusif bagi peningkatan produktivitas kerja karyawan. Selain
1
itu loyalitas terhadap perusahaan juga akan meningkat, jika loyalitas meningkat
maka pengembangan dan pembinaan karir bagi karyawan yang bersangkutan juga
meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sifat program pensiun?
2. Bagaimanakah akuntansi pensiun?
3. Bagaimanakah penggunaan kertas kerja pensiun?
4. Bagaimanakah pelaporan program pensiun pada laporan keuangan?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana sifat program pensiun
2. Mengetahui bagaimana akuntansi pensiun
3. Mengetahui bagaimana penggunaan kertas kerja pensiun
4. Mengetahui bagaimana pelaporan program pensiun pada laporan keuangan
2
BAB II PEMBAHASAN
3
2. Program Imbalan Pasti
Program ini menetapkan jumlah imbalan yang akan diterima karyawan
pada saat pensiun. Jadi, berapa jumlah imbalan yang akan diterima karyawan
pada saat pensiun nanti sudah ditentukan sebelumnya.
Rumus yang biasanya digunakan menetapkan bahwa imbalan itu
merupakan fungsi dari sekian tahun masa kerja karyawan dan tingkat
kompensasi karyawan ketika ia mendekati pensiun.
Untuk memenuhi komitmen imbalan pasti yang akan timbul pada saat
pensiun, perusahaan harus menentukan iuran yang harus diberikan saat ini
(nilai waktu perhitungan uang). Perusahaan mungkin menggunakan berbagai
pendekatan iuran pensiun yang berbeda. Namun, metode pendanaan harus
menyediakan cukup uang pada saat pensiun untuk memenuhi imbalan yang
ditentukan oleh program tersebut.
Pemberi kerja menanggung risiko dengan program imbalan pasti karena
mereka harus memberi iuran dengan cukup untuk memenuhi biaya atas
imbalan yang telah ditetapkan oleh program tersebut. Beban yang diakui setiap
periode tidak harus sama dengan iuran tunai. Demikian pula, liabilitas
merupakan hal yang kontorversial karena pengukuran dan pengakuannya
berkaitan dengan variabel masa depan yang tidak diketahui. Dengan demikian,
masalah akuntansi yang terkait dengan jenis program ini sangat kompleks.
3. Peran Aktuaris dalam Akuntansi Pensiun
Masalah yang terkait dengan program pensiun melibatkan perhitungan
matematika yang rumit. Oleh karena itu, perusahaan melibtakan aktuaris
(actuaries) untuk memastikan bahwa program pensiun telah sesuai untuk
kelompok karyawan yang tercakup dalam program. Aktuaris adalah individu
yang dilatih melalui program sertifikasi yang panjang dan ketat untuk
menetapkan probabilitas kejadian masa depan dan dampak keuangannya.
Industri asuransi menggunakan aktuaris untuk menilai resiko dan memberi
saran mengenai penetapan premi dan aspek lain dari polis asuransi. Pemberi
kerja sangat bergantung pada aktuaris untuk membantu dalam
mengembangkan, menerapkan, dan mendanai dana pensiun.
4
Akturaris membuat prediksi (disebut asumsi aktuarial) atas tingkat
mortalitas, perputaran karyawan, tingkat bunga dan pendapatan, frekuensi
pensiun dini, gaji masa depan, dan faktor lain yang diperlukan untuk
mengoperasikan program pensiun. Mereka juga menghitung berbagai
pengukuran pensiun yang memengaruhi laporan keuangan, seperti kewajiban
pensiun, biaya jasa tahunan untuk program tersebut, dan baiaya amendemen
untuk program tersebut. Singkatnya, akuntansi untuk program pensiun
imbalan pasti sangat bergantung pada informasi dan pengukuran yang
diberikan oleh aktuaris.
B. Akuntansi Pensiun
Dua masalah yang muncul dalam akuntansi untuk program pensiun adalah :
1. Berapa jumlah kewajiban pemberi kerja dan berapa jumlah kewajiban pensiun
yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan.
2. Berapa beban / biaya pensiun untuk periode tertentu.
1. Pengukuran Liabilitas Pensiun
Kewajiban pensiun (pension obligation) pemberi kerja adalah kewajiban
kompensasi yang ditangguhkan kepada para karyawannya atas jasa-jasa
mereka menurut persyaratan dalam program pensiun. Meskipun pengukuran
kewajiban tersebut tidak sederhana karena ada berbagai alternatif cara
mengukurnya.
Salah satu ukuran dari kewjaiban pensiun adalah mendasarkannya hanya
kepada imbalan telah menjadi hak (vested benefits) kepada karyawan. Imbalan
telah menjadi hak adalah hak atas manfaat yang diterima karyawan meskipun
karyawan tidak bekerja pada perusahaan kedepannya. Sebagian besar program
pensiun memerlukan beberapa tahun masa kerja minimum sebelum karyawan
memperoleh masa kerja vested. Perusahaan menghitung kewajiban imbalan
yang vested (vested benefit obligation) dengan hanya menggunakan imbalan
yang telah menjadi hak pada tingkat gaji terkini.
Cara lain untuk mengukur kewajiban adalah dengan menggunakan masa
kerja yang vested atau belum vested. Atas dasar ini perusahaan menghitung
5
jumlah kompensasi tangguhan untuk semua tahun masa kerja karyawan-vested
ataupun belum vested- dengan tingkat gaji terkini. Pengukuran kwajiban
pensiun ini disebut akumulasi kewajiban imbalan (acumulated benefit
obligation).
Pengukuran ketiga mendasarkan jumlah kompensasi yang ditangguhkan
pada masa kerja yang vested atau belum vested dengan menggunakan gaji di
masa depan. Pengukuran kewajiban pensiun ini disebut kewajiban imbalan
pasti (defined benefit obligation).
Dari ketiga ukuran di atas, pada umumnya profesi akuntan menggunakan
proyeksi kewajiban imbalan pasti-nilai kini (tanpa mengurangi aset program),
yaitu nilai sekarang imbalan yang terjamin dan yang tidak terjamin
diakrualkan sampai dengan tanggal sekarang berdasarkan tingkat gaji masa
depan karyawan. Akan tetapi dimungkinkan juga untuk menggunakan
akumulasi kewajiban tunjangan dalam situasi-situasi tertentu.
2. Kewajiban (Aset) Imbalan Pasti Neto
Liabilitas (aset) imbalan pasti neto (net defined benefit liability (aseet)-
disebut juga status pendanaan (funded status)-adalah defisit atau surplus yang
terkait dengan program pensiun pasti. Defisit atau surplus tersebut diukur
sebagai berikut.
Defisit atau surplus sering disebut sebagai status pendanaan dari program
tersebut.
Jika kewajiban imbalan pasti lebih besar dari aset program, maka program
pensiun mengalami defisit. Sebaliknya, jika kewajiban pensiun pasti kurang
dari aset program, maka program pensiun tersebut memiliki surplus.
Kewajiban (aset) imbalan pasti neto sering disebut sebagai liabilitas pensiun
atau aset pensiun pada laporan posisi keuangan.
6
3. Pelaporan Perubahan Kewajiban (Aset) Imbalan Pasti
IASB mewajibkan perusahaan melaporkan perubahan yang timbul dari
berbagai elemen liabilitas dan aset pensiun di bagian yang berbeda dalam
laporan laba rugi komprehensif, tergantung pada sifatnya. Perusahaan sering
melaporkan hanya sejumlah beban pensiun dalam laporan laba rugi
komprehensif sebelumnya. Laporan tersebut menyediakan segmentasi
tambahan komponen biaya pensiun (components of pension cost) yang
memberikan transparansi tambahan tentang sifat biaya ini. Ketiga komponen
tersebut adalah sebagai berikut.
Biaya jasa. Biaya jasa (service cost) terdiri atas biaya jasa kini dan biaya
jasa lalu. Biaya jasa kini adalah kenaikan nilai kini kewajiban imbalan
pasti yang berasal dari jasa karyawan dalam periode berjalan. Biaya jasa
lalu adalah perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa
karyawan pada periode sebelumnya sebagai akibat dari amandemen
program (misalnya, perubahan terhadap program tersebut).
Bunga neto. Bunga neto dihitung dengan mengalikan tingkat
diskontodengan status pendanaan program (kewajiban imbalan pasti
dikurangi aset program).
Pengukuran kembali. Pengukuran kembali adalah keuntungan dan
kerugian sehubungan dengan kewajiban imbalan pasti (perubahan tingkat
diskonto atau asumsi aktuarial lainnya) dan keuntungan atau kerugian
pada nilai wajar dari aset program (imbal hasil aktual dikurangi
pendapatan bunga yang dimasukkan dalam komponen keuangan).
Komponen ini dilaporkan dalam penghasilan komprehensif lain setelah
dikurangi pajak. Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali ini
memengaruhi laba komprehensif, tetapi bukan laba neto.
a. Biaya Jasa
Untuk menentukan biaya jasa kini dan kenaikan kewajiban imbalan pasti
yang terkait, perusahaan harus:
1. Menerapkan metode penilaian aktuarial
2. Mengatribusikan imbalan pada periode jasa
7
3. Membuat asumsi aktuarial
Dalam menerapkan metode penilaian aktuarial, IASB menyimpulkan
bahwa perusahaan mempertimbangkan tingkat kompensasi masa depan
dalam mengukur kewajiban kini dan beban pensiun berkala jika formula
imbalan program menggabungkannya. Namun demikian, IASB
menunjukkan bahwa kewajiban imbalan pasti memberikan pengukuran
yang lebih realistis atas kewajiban pemberi kerja terhadap program
pensiun berdasarkan kelansungan usaha sehingga perusahaan harus
menggunakannya sebagai dasar untuk menetuka biaya jasa.
b. Bunga neto
Dalam menghitung bunga neto, perusahaan mengasumsikan bahwa
tingkat diskonto, kewajiban imbalan pasti neto, dan aset pensiun yang
ditentukan pada awal. Tingkat diskonto (discount rate) didasakan pada
imbal hasil obligasi berkualitas tinggi dengan persyaratan yang konsisten
dengan kewajiban pensiun perusahaan. Bunga neto dihitung seperti yang
ditunjukkan pada persamaan berikut.
Bunga neto = (kewajiban imbalan pasti x tingkat diskonto) – (aset program x tingkat
diskonto)
8
Dalam beberapa kasus, perusahaan menghitung hasil imbal aktual
tersebut dengan menyesuaikan perubahan aset program yang ditimbulkan
iuran selama tahun berjalan dan imbalan yang dibayarkan sepanjang
tahun. Persamaannya sebagai berikut.
Imbal hasil aktual = (saldo akhir aset program – saldo awal aset program)
– (iuran – imbalan yang dibayarkan)
Dengan cara lain, imbal hasil aset program aktual adalah selisish
antara nilai wajar dari aset program pada awal periode dan akhir periode,
disesuaikan dengan pembayaran iuran dan imbalan.
9
BIAYA JASA LALU
(BEBAN PADA PERIODE BERJALAN)
Amendemen Program Kurtailmen
Pengenalan program Pengurangan yang signifikan
Penarikan program dalam jumlah karyawan yang
Perubahan pada program ditanggung pada program
tersebut.
Akuntansi untuk biaya jasa lalu sangat mudah -membebankan biaya jasa
lalu selama periode amandemen atau kurtailmen. Akibatnya, kenaikan
(penurunan ) yang substansial dalam beban pensiun dan kewajiban imbalan
pasti sering terjadi bila amendemen program atau kurtailmen terjadi. Oleh
karena biaya jasa kini dan biaya jasa lalu berhubungan langsung dengan
imbalan kerja, maka dilaporkan di bagian operasi dari laporan laba rugi
kompherensif.
2. Pengukuran Kembali
Pengukuran kembali umumnya terdiri atas dua jenis :
a. Keuntungan dan kerugian aset program
Keuntungan dan kerugian atas aset peogram (disebut keuntungan
dan kerugian aset -asset gains and losses ) adalah selisih antara tingkat
imbal hasil aktual dengan pendapatan bunga yang dihitung dalam
menentukan bunga neto. Keuntungan aset terjadi bila imbal hasil aktual
melebihi pendapatan bunga. sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Shopbob
Company memiliki aset program pada 1 januari 2013 sebesar €100.000.
Tingkat diskonto untuk tahun ini adalah 6 persen, dan imbal hasil aktual
dsri aset program untuk tahun 2013 adalah €8.000 . pada tahun 2013,
Shopbob harus mencatat keuntungan aset sebesar €2.000, yang dihitung
sebagai berikut.
10
Imbal hasil aktual €8.000
Pendapatan bunga (€100.000×6%) 6.000
Keuntungan aset €2.000
11
Kerugian liabilitas € 60.000
Kerugian Aset 15.000
Rugi kompherensif lain € 75.000
12
Berusaha untuk menyelesaikan kewajiban dengan dasar neto, atau
untuk merealisasikan surplus dalam satu program lainnya secara
bersamaan.
2. Persyaratan dalam catatan atas laporan keuangan
Untuk meningkatkan pemahaman tentang program pensiun, perusahaan
diwajibkan untuk mengungkapkan informasi yang ;
a. Menjelaskan karakteristik program imbalan pasti ada resikonya.
b. Mengidentifikasi dan menjelaskan jumlah dalam laporan keuangan yang
timbul dari program imbalan.
c. Menggambarkan bagaimana program imbalan pasti dapat memengaruhi
jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan perusahaan.
3. Imbalan pascakerja lain
Imbalan pascakerja lain termasuk asuransi jiwa di luar program pensiun,
perawatan medis, gigi, dan mata, jasa hukum dan pajak, dan seterusnya. Oleh
karena manfaat kesehatan adalah imbalan pascakerja lain yang besar, bagian
ini menjelaskan tantang bagaimana perbedaannya dengan program pensiun
tradisional.
Item Pensiun Imbalan kesehatan
13
dari waktu ke waktu.
4. Pengamatan Penutup
Hampir satu hari berlalu tanpa media keuangan menganalisis swcaar
mendalam beberapa masalah terkait program pensiun di seluruh dunia. Ini
tidak mengherankan karena dana pensiun sekarang menahan trilliunan dollar,
euro, pound, dan yen dalam aset. masalh akuntansi yang terkait dengan
program pensiun sangat kompleks.
14
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Program Pensiun adalah perjanjian yang menetapkan bahwa pemberi kerja
memberikan tunjangan kepada karyawan setelah mereka pensiun atas jasa-jasa
yang mereka berikan ketika masih bekerja. Program pensiun didanai (funded) saat
pemberi kerja melakukan pembayaran ke agen pendanaan. Badan tersebut
mengakumulasi aset dana pensiun dan melakukan pembayaran kepada penerima
sebagai imbalan pada saat jatuh tempo.
Dana pensiun harus merupakan entitas hukum dan akuntansi yang terpisah.
Dana pensiun, sebagai entitas terpisah, mengelola pencatatannya sendiri dan juga
menyiapkan laporan keuangan. Pengelolaan catatan dan penyusunan laporan
keuangan untuk dana tersebut dikenal sebagai “akuntansi program imbalan kerja.”
2. Saran
Bagi pelajar maupun mahasiswa terutama yang berada di jurusan
akuntansi sangat penting untuk mendalami ilmu akuntansi mengenai akuntansi
pensiun dan imbalan pascakerja agar dapat mengantisipasi dan mempunyai
keahlian dalam melakukan pencatatan laporan keuangan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Donald, Kieso E. dkk. 2018. “Akuntansi Keuangan Menengah”. Jakarta: Salemba
Empat
16