Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MEKANIKA MATERIAL
UJI TARIK

Oleh:
Kelompok II

 Galang Bintang Pramudya


 Hafidz Satrio Widyansah
 Herianto
 Hesy Mardatilla
 Hildan Fahrizal N F
 I Gusti Ramadhan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
KATA PENGHANTAR

Alhamdulillah kami bersyukur kepada Tuhan YME. Berkat karunia-Nya makalah ini
telah kami selesaikan.

laporan ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan juga dapat digunakan sebagai referensi
bagi para pembaca untuk memahami dan mempelajari tentang Uji Tarik

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan lapoaran ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
sebaik mungkin dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini kedepannya. Akhir kata

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 25 Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Uji Tarik ..................................................................................................................... 3
1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji .......................................................................... 4
2. Grip and Face Selection .......................................................................................... 4
3. Sifat-Sifat Mekanik Spesimen Uji Tarik ................................................................. 7
4. Kekuatan luluh………………………………………………………………………………..………………..9

5. Pengukuran Keuletan…………………………………………………………………………..…………….10

6. Modulus Elastisitas………………………………………………………………………………….……….11

7. Ketangguhan………………………………………………………………………………………….…………12

DAFTAR PUSTAKA…………………………...............................................................................14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya .................................................3


Gambar 2 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar. .............................4
Gambar 3 Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik ........................................5
Gambar 4 Contoh kurva uji tarik..............................................................................5

iii
DAFTARTABEL

Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985] ........................ 11

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik, mekanik,
thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat mekanik. Sifat
mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik
merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material,
contohnya untuk dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik
pada suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian
yang dilakukan adalah pengujian tarik.
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan sifat-
sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan konstruksi sebuah
jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban diatasnya. Material juga
harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu
contoh material yang sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum
adalah logam.
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari logam tersebut,
kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam tersebut.
Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel dari
material.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari
material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang mempunyai sifat
mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari material dengan sifat yang kurang
baik dengan cara alloying.Hal ini dilakukan sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan. Uji
tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material
dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian
tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desainproduk karena mengahsilkan data
kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran
sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah
kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi
informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi
bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.

1
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material,
khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik
adalah sebagai berikut:
 Kekuatan tarik
 Kuat luluh dari material
 Keuletan dari material
 Modulus elastic dari material
 Kelentingan dari suatu material
 Ketangguhan.
Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar
kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan
pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan
secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk
dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifat-
sifat logam.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan faktor
metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam jadi,
untuk memenuhi proses selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi hendaknya
mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan regangan kita dapat
mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan
lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap sifat
mekanis dan fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita
dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Uji Tarik

Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian
terhadap bahan tersebut.Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan, yaitu uji tarik (tensile
test), uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan uji geser (shear test).

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil
yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk
karena mengahasilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu
bahan (dalam hal inisuatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang
lengkap yang berupa kurva sepertidigambarkan pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan
hubungan antara gaya tarikan dengan perubahanpanjang. Profil ini sangat diperlukan dalam
desain yang memakai bahan tersebut.

Gambar 1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya

3
Gambar 2 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah
sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material.
Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga
spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian
tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal
yang perlu diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.

1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji

Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau
D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah
atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen
uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.

2. Grip and Face Selection

Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan

4
menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang
kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.

Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan
yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan stándar baku pengujian.

Gambar 3 Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

Gambar 4 Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata


dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang
diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan
2.1 berikut:

s= P/A0

Keterangan ; s : besarnya tegangan (kg/mm2)

5
P : beban yang diberikan (kg)

A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan


linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah
pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.

Keterangan ; e : Besar regangan

L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

Lo : Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan
tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau
titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah
parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus


terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang tidak
menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban
melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis
bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan.
Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar
dengan bertambahnya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus elastisitas.
Persamaannya dituliskan dalam persamaan

Keterangan ; E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),


6
e : regangan

σ : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding
dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai
suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan
pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk
pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah
dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat
pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena
penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat
pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji
akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa sifat
mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:

a. Kekuatan tarik
b. Kuat luluh dari material
c. Keuletan dari material
d. Modulus elastic dari material
e. Kelentingan dari suatu material
f. Ketangguhan.

3. Sifat-Sifat Mekanik Spesimen Uji Tarik

a. Kekuatan tarik

Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat
luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau
kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum
dibagi luas penampang lintang awal benda uji.

7
di mana, Su = Kuat tarik

Pmaks = Beban maksimum

A0 = Luas penampang awal

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji
tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya
dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan
dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan
yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan
logam kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang
biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan
struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih


rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya.
Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan
kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode
identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk
mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan
merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut
berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang
diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan
lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan
kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.

Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung
pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat

8
dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana
deformasi plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan
berbagai kriteria permulaan batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran
regangan dan data-data yang akan digunakan.

1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan
2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan
beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proporsionaladalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional
antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan
dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.
3. Batas elastikadalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga
suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara
pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada
kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi
beban (loading-unloading) yang membosankan.

b. Kekuatan luluh (yield strength)

Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik
adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik
yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993].
Besar tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.

Keterangan ; Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)

Py : Besarnya beban di titik yield (kg)

Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

9
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung
pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan
sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di
mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.

Kekuatan luluhadalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah


kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini
adalah kekuatan luluhditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan
antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva
oleh regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai
regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji
diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban
ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih
panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering
dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau
0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan
untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari
kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.

c. Pengukuran Keliatan (keuletan)

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat
diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran
keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:

1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi
patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan
ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan
logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan
10
d. Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan


keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat
antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar
pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang
tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan,
perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

Dimana, s = tegangan

ε = regangan

Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]

e. Kelentingan (resilience)

Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada


waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya
dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus
kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk
menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh σo. Energi regangan tiap
satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :
11
Uo = ½ σxеx

Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi
pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas
mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus
elastisitas rendah.

f. Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah


plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau
didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan
daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap
satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah.
Ketangguhan (S0) adalh perbandingan antara kekuatan dan kueletan. Persamaan
sebagai berikut.

UT ≈ su ef

atau

Untuk material yang getas

Keterangan; UT : Jumlah unit volume

12
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas penampang
lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang terjadi
pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data yang diperlukan untuk koreksi
seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah sejati sering tidak tepat nilai.

13
DAFTAR PUSTAKA

 http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalam-kehidupan sehari-
hari.html
 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bab%202%20Tarik.pdf
 http://www.infometrik.com/wp-
content/uploads/2009/09/Mengenalujitarik.pdf(Diakses
 http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/03/bab4-mt.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai