Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Definisi Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis bakteri adalah peradangan pada konjungtiva yang

disebabkan oleh bakteri. Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri: akut

(termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik. Konjungtivitis bakteri akut biasanya

ringan dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14 hari. Pengobatan

dengan salah satu obat antibakteri yang tersedia biasanya menyembuhkan dalam

beberapa hari. Sebaliknya, konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen) yang

disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis dapat

menimbulkan komplikasi mata yang berat jika tidak diobati sejak dini.

Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra atau obtruksi

duktus nasolakrimalis.1

4.2 Klasifikasi Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu dan agen

penyebabnya, antara lain: 1) konjungtivitis hiperakut (purulen) yang disebabkan

oleh Neisseria gonorroeae dan Neisseria meningitidis; 2) konjungtivitis akut

(mukopurulen) yang disebabkan oleh Pneumococcus (Streptococcus pneumoniae

pada iklim sedang dan Haemophilus aegypticus pada iklim tropik); 3)

konjungtivitis subakut yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae pada iklim

sedang; 4) konjungtivitis kronik yang disebabkan oleh Staphilococcus aureus dan

Moraxella lacunata; 5) beberapa mikroorganisme yang jarang menyebabkan

22
23

konjungtivitis, namun dapat menyebabkan konjungtivitis akut, subakut, dan

kronis yaitu Streptococci, Moraxella catarrhalis, Coliform, Proteus,

Corynebacterium diphteriae, Mycobacterium tuberculosis. 1

4.3 Tanda dan Gejala

Umumnya konjungtivitis bakteri bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan

pelebaran pembuluh darah (injeksi) bilateral, eksudat purulen dengan palpebra

saling melekat saat bangun tidur, dan kadang edema palpebra. Infeksi biasanya

mulai dari satu mata dan melalui tangan menular ke sebelahnya. Infeksi dapat

menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman.

Konjungtivitis bakteri hiperakut ditandai oleh eksudat purulen yang

banyak. Setiap konjungtivitis dengan eksudat yang banyak harus segera dilakukan

pemeriksaan laboratorium dan segera diobati. Jika ditunda, dapat terjadi

kerusakan kornea atau dapat terjadi komplikasi sepsis atau meningitis karena

masuknya bakteri ke dalam aliran darah melalui konjungtiva.

Konjungtivitis mukopurulen akut (cararrhal) sering terdapat dalam bentuk

epidemik disebut mata merah atau pinkeye. Penyakit ini sering ditandai dengan

hiperemi konjungtiva akut dan sekret mukopurulen berjumlah sedang. Penyebab

paling sering adalah Streptococcus pneumoniae pada iklim sedang dan

Haemophilus aegypticus pneumoniae pada iklim tropis.

Konjungtivitis subakut yang ditandai dengan eksudat tipis, berair, atau

berawan. Konjungtivitis bakteri kronik terjadi pada pasien dengan obstruksi

duktus nasolakrimalis dan dakriosistitis kronik yang biasanya unilateral. Infeksi

ini juga bisa menyertai blefaritis bakterial kronik atau disfungsi kelenjar meibom.1
24

4.4 Pemeriksaan Penunjang

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakteri, organisme penyebabnya

dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva yang

dipulas dengan pulasan gram atau giemsa. Pemeriksaan ini akan menampilkan

banyak neutrofil polimorfonuklear. Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan

mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika

penyakitnya purulen, bermembran, atau pseudomembran. Studi sensitifitas

antibiotik juga diperlukan, tetapi terapi antibiotik empiris harus segera dilakukan.

Bila uji sensitifitas bakteri sudah didapatkan, terapi dengan antibiotik spesifik

dapat diberikan. 1

4.5 Komplikasi

Blefaritis dapat terjadi pada konjungtivitis, begitu juga parut konjungtiva,

ulcerasi dan perforasi pada kornea.1

4.6 Terapi

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen

mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dapat dilakukan terapi

menggunakan anti-mikroba spektrum luas.1 Jika pengobatan tidak memberikan

hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu

hasil pesemeriksaan mikrobiologiknya.

Bila terjadi penyulit pada kornea dapat diberikan sikloplegik.


25

Pada setiap konjungtivitis purulen yang pulasan gram-nya menunjukkan

diplokokus gram-negatif, neisseria, harus segera dimulai terapi topikal dan

sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1 g yang diberikan dosis tunggal

per intramuskular biasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea

terkena dibutuhkan terapi ceftriaxone parenteral 1-2 g per hari selama 5 hari.

Apabila tidak ditemukan kuman, maka diberikan antibiotik spektrum luas

dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4-5 kali sehari. Apabila tidak

sembuh dalam satu minggu, kemungkinan terjadi resistensi obat.

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtiva harus

dibilas dengan larutan saline agar dapat menghilangkan sekret konjungtiva. Untuk

mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diharapkan menjaga

higiene perorangan. 1

4.7 Prognosis

 Prognosa Ad Sanam : Baik (Tergantung higiene perorangan)

 Prognosa Ad Vitam : Baik

 Prognosa Ad Visam : Baik

 Prognosa Ad Cosmeticam : Baik

Anda mungkin juga menyukai