Article PDF
Article PDF
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio
ABSTRAK
Ralstonia solanacearum merupakan bakteri penyebab penyakit layu pada budi daya tanaman hortikultura
dan dapat menurunkan hasil produksi hingga 90%. Pengendalian Ralstonia solanacearum biasanya dilakukan
menggunakan pestisida sintetik, tetapi penggunaan berlebih dan dalam jangka waktu yang panjang dapat
menyebabkan bakteri menjadi resisten. Perlu adanya pengendalian penyakit yang ramah lingkungan menggunakan
pestisida nabati dengan memanfaatkan senyawa aktif daun majapahit (Crescentia cujete). Uji fitokimia menunjukkan
ekstrak daun majapahit mengandung fenol, tanin, flavonoid, saponin, dan alkaloid yang berpotensi sebagai senyawa
antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh ekstrak daun majapahit dengan berbagai
konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan Ralstonia solanacearum dan untuk menentukan konsentrasi optimal
ekstrak daun majapahit dalam menghambat pertumbuhan bakteri Ralstonia solanacearum secara in vitro. Rancangan
penelitian menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan variasi konsentrasi ekstrak yang digunakan, yaitu
55%, 65%, 75%, 85%, 95%, dan kontrol positif (kloramfenikol 1%), serta kontrol negatif (akuades), masing-masing
dengan 3 kali ulangan. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran. Data yang
diperoleh berupa diameter zona hambat yang dianalisis dengan ANOVA satu arah dan dilanjutkan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun majapahit dapat menghambat pertumbuhan bakteri Ralstonia
solanacearum. Perlakuan dengan konsentrasi 85% dan 95% merupakan konsentrasi yang optimal dalam menghambat
pertumbuhan Ralstonia solanacearum dengan diameter zona hambat sebesar 11,4 ± 0,50 mm dan 12,4 ± 1,32 mm
Kata kunci: ekstrak daun majapahit (Crescentia cujete); Ralstonia solanacearum; zona hambat
ABSTRACT
Ralstonia solanacearum, a bacterium that causes wilt disease, had become one of the difficulties in the cultivation of
horticultural crops because it can decline crops production until 90%. Pathogenic bacteria control is usually conducted using
synthetic pesticides, but long-term and excessive use of synthetic pesticides could lead to bacteria resistance. An environmental
friendly antibacterium is needed using biopesticides by taking advantages from active compounds in the leaves of majapahit plant
(Crescentia cujete). Phytochemical test of majapahit leaves extract showed that it contain phenols, tannins, flavonoids, saponins,
and alkaloids has potential as antibacterial compounds. The purpose of this research was to describe the effect of majapahit leaves
extract with various concentrations and to determine the optimal concentration of majapahit leaves extract to inhibit in vitro
growth of Ralstonia solanacearum. The research design used CRD (Completely Randomized Design). The concentration of
extract used were 55%, 65%, 75%, 85%, 95%, positive control (chloramphenicol 1%), and negative control (distilled water)
with 3 replications. Antibacterial activity tested using well difussion method. The data showed in form of inhibition zone
diameter, and analyzed by one-way ANOVA test and Duncan test. The results showed that majapahit leaves extract was able to
inhibit the growth of Ralstonia solanacearum. The most optimal concentration was 85% and 95% with inhibition zone diameter
of 11,4 ± 0,50 mm and 12.4 ± 1.32 mm.
Key words: majapahit (Crescentia cujete) leaves extract, Ralstonia solanacearum, inhibition zone
.
panen hingga 90% (Nurjanani, 2011) dan transcriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel
menyebabkan kerugian sebesar US$950 juta setiap bakteri tidak dapat terbentuk (Robinson, 1995).
tahun (Supriadi, 2011). Berdasarkan penelitian terkait tentang daun
Pengendalian Ralstonia solanacearum selama majapahit, maka dilakukan penelitian yang
ini dilakukan dengan mengadakan rotasi bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh
tanaman, tumpang sari, dan menyemprot ekstrak daun majapahit (Crescentia cujete L)
menggunakan pestisida sintetik, namun dengan berbagai konsentrasi terhadap
pengendalian tersebut belum berhasil dengan pertumbuhan bakteri Ralstonia solanacearum secara
baik. Rotasi tanaman hanya efektif pada bakteri in vitro dan mengetahui konsentrasi optimal
yang menyerang satu tanaman inang tertentu ekstrak daun majapahit dalam menghambat
(Paath, 2005), sedangkan pestisida sintetik dapat pertumbuhan bakteri Ralstonia solanacearum.
menyebabkan resisten pada bakteri dan residu
pestisida dapat menyebabkan kematian BAHAN DAN METODE
organisme (Miller dan Spoolman, 2013). Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-
Pengendalian dengan cara biologi dan September 2013. Pembuatan ekstrak daun
ramah lingkungan menggunakan pestisida nabati majapahit dilakukan di Laboratorium Fisiologi
sangat diperlukan. Pestisida nabati dengan bahan Universitas Negeri Surabaya sedangkan
baku dari tumbuh-tumbuhan memiliki senyawa pengujian antibakteri ekstrak daun majapahit
metabolit sekunder yang bersifat bioaktif (Crescentia cujete L) terhadap bakteri Ralstonia
sehingga dapat mengendalikan fitopatogen solanacearum dilakukan di Laboratorium Agens
(Paath, 2005). Berdasarkan uji fitokimia yang telah Hayati Unit Proteksi Tanaman Pangan dan
dilakukan, ekstrak daun majapahit (Crescentia Hortikultura Jawa Timur.
cujete L) mengandung senyawa fenol, flavonoid, Penelitian ini terdiri atas beberapa tahap.
tanin, saponin, dan alkaloid. Senyawa-senyawa Tahap awal adalah sterilisasi peralatan
tersebut diketahui bersifat antibakteri. Penelitian menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama
Rinawati (2011) menunjukkan bahwa ekstrak 20 menit. Tahap selanjutnya pembuatan ekstrak
daun majapahit memiliki zona hambat paling daun majapahit. Daun yang digunakan adalah
besar dibandingkan ekstrak buah dan kulit batang daun majapahit dewasa (berwarna hijau tua,
majapahit terhadap bakteri Vibrio alginolyticus berbentuk spatula, ujung meruncing, luas daun
yang merupakan bakteri Gram negatif, yaitu 39-75 cm2) dan sehat (tidak terdapat bercak
sebesar 19,8 mm. Terbentuknya zona hambat kuning dan coklat pada daun) yang diperoleh dari
tersebut karena adanya senyawa metabolit hutan kampus Institut Teknologi Sepuluh
sekunder yang bersifat antibakteri. Nopember. Proses ekstraksi daun majapahit
Mekanisme senyawa antibakteri secara menggunakan sampel sebanyak 6 kg berat basah
umum dengan cara merusak dinding sel, daun majapahit, kemudian dicuci dan
mengubah permeabilitas membran, mengganggu dikeringkan selama dua minggu, selanjutnya
sintesis protein, dan menghambat kerja enzim daun dihaluskan sehingga diperoleh 1 kg serbuk,
(Pelczar dan Chan, 1988). Senyawa yang berperan kemudian serbuk direndam dengan pelarut etanol
dalam merusak dinding sel antara lain fenol, selama 72 jam. Pada 24 jam pertama
flavonoid, dan alkaloid. Dinding sel sebagai perbandingan antara serbuk dan etanol sebesar
komponen pertahanan sel bakteri mengalami 1:3, dalam 1 kg serbuk direndam dalam 3 liter
kerusakan sehingga mengakibatkan senyawa etanol, sedangkan 24 jam ke-2 dan ke-3
metabolit sekunder dapat masuk lebih dalam dan menggunakan perbandingan 1:2, selanjutnya
mengganggu organel lain. Membran sel yang dilakukan penyaringan, dan yang terakhir
terletak tepat di bagian dalam dinding sel dapat pemisahan filtrat dengan menggunakan rotary
dirusak oleh senyawa fenol, flavonoid, dan vacuum evaporator pada suhu 60oC, sehingga
saponin. Beberapa dari senyawa tersebut dapat terbentuk ekstrak kental daun majapahit.
menguraikan fosfolipid menjadi gliserol, asam Rancangan penelitian menggunakan RAL
karboksilat, dan asam fosfat sehingga membran (Rancangan Acak Lengkap) dengan 7 perlakuan
tidak dapat mempertahankan bentuk, akibatnya masing-masing dengan 3 kali ulangan. Variabel
membran bocor, zat-zat dapat keluar masuk sel manipulasi penelitian adalah konsentrasi ekstrak
tanpa kendali sehingga metabolisme terganggu daun majapahit yaitu 55%, 65%, 75%, 85%, 95%,
dan bakteri lisis. Senyawa tanin memiliki serta kontrol positif (kloramfenikol 1%) dan
mekanisme mengkoagulasi dan mendenaturasi kontrol negatif (akuades). Pembuatan konsentrasi
protein, serta dapat menghambat enzim reverse ekstrak daun majapahit dengan mengencerkan
larutan stok 100%. Pada penelitian ini larutan
Dewi dkk.: Aktivitas antibakteri ekstrak daun majapahit 53
stok 100% diperoleh dengan melarutkan 20 g perlakuannya. Hasil analisis ANOVA dengan
ekstrak dalam 20 ml akuades (Cairns, 2009). taraf kepercayaan 5% menunjukkan bahwa
Penelitian ini menggunakan kontrol positif ekstrak daun majapahit dengan berbagai
(kloramfenikol 1%) dan kontrol negatif (akuades) konsentrasi berpengaruh terhadap pembentukan
sebagai pembanding. zona hambat bakteri Ralstonia solanacearum.
Media yang digunakan adalah media Kelman Perlakuan dengan konsentrasi 55% menghasilkan
yang merupakan media semi-selektif untuk zona hambat paling kecil yaitu 8,2 ± 1,26 mm,
bakteri Ralstonia solanacearum. Strain murni sedangkan perlakuan dengan konsentrasi 95%
bakteri Ralstonia solanacearum diperoleh dari dan konsentrasi 85% menghasilkan zona hambat
Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Fakultas yang lebih besar dibandingkan ekstrak lainnya,
Pertanian Universitas Gadjah Mada. Tahap yaitu 12,4 ± 1,32 dan 11,4 ± 0,50 mm. Data tersebut
selanjutnya adalah pembuatan kultur dan dapat dilihat pada Tabel 1.
penghitungan bakteri menggunakan teknik total Berdasarkan uji Duncan, kontrol positif
plate count. Jumlah bakteri yang digunakan dalam (kloramfenikol 1%) berbeda nyata dengan semua
penelitian adalah 106 cfu/ml (EPPO, 2004). perlakuan, begitu juga dengan kontrol negatif
Uji aktivitas antibakteri menggunakan akuades (Tabel 1). Perlakuan dengan konsentrasi
metode difusi sumuran. Pada metode ini kultur 55—95% berbeda nyata dengan kontrol negatif
bakteri uji disiapkan terlebih dahulu dengan sehingga menunjukkan bahwa ekstrak daun
metode pour plate. Media kultur bakteri uji majapahit memiliki kemampuan dalam
kemudian dilubangi sebanyak 3 sampai 4 menghambat pertumbuhan bakteri Ralstonia
sumuran menggunakan pelubang gabus dengan solanacearum. Perlakuan dengan konsentrasi 95%
diameter 6 mm, kemudian sumuran tersebut diisi memiliki zona hambat paling besar, sedangkan
dengan ekstrak daun majapahit sebanyak 50 µl konsentrasi 85% memiliki zona hambat terbesar
menggunakan mikropipet dan diinkubasi pada kedua. Zona hambat pada perlakuan konsentrasi
suhu 28oC selama 24 jam. 95% tidak beda nyata dengan konsentrasi 85%,
Parameter yang diamati berupa zona hambat, sehingga konsentrasi 85% dan 95% merupakan
yaitu daerah di sekitar sumuran yang tidak konsentrasi optimal.
ditumbuhi bakteri dan menunjukkan bahwa Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa kontrol
ekstrak dapat menghambat pertumbuhan negatif tidak menghasilkan zona hambat. Kontrol
Ralstonia solanacearum. Data berupa zona hambat positif (kloramfenikol 1%) menghasilkan zona
dianalisis menggunakan ANOVA satu arah hambat paling besar diantara perlakuan lainnya.
kemudian dilanjutkan dengan Uji Duncan untuk Perlakuan dengan konsentrasi 95% memiliki zona
mengetahui perlakuan paling baik. hambat paling besar dan 85% memiliki zona
hambat terbesar kedua dibandingkan dengan
HASIL konsentrasi ekstrak lainnya. Pada Gambar 1 zona
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun hambat terlihat berwarna coklat karena difusi
majapahit dengan berbagai konsentrasi terhadap ekstrak daun majapahit (Crescentia cujete L) pada
pertumbuhan bakteri Ralstonia solanacearum agar.
menunjukkan hasil yang bervariasi pada setiap
Tabel 1. Diameter zona hambat ekstrak daun majapahit (Crescentia cujete L) dengan berbagai konsentrasi terhadap
bakteri Ralstonia solanacearum
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
Ekstrak Daun Majapahit
55% 8,2 ± 1,26b
65% 9,2 ± 0,58bc
75% 10,0±1,52cd
85% 11,4±0,50de
95% 12,4 ± 1,32e
Kontrol positif (kloramfenikol 1%) 29,9 ± 0,50f
Kontrol negatif (akuades) 0a
Keterangan:
Notasi abcdef merupakan hasil dari uji Duncan dengan taraf kepercayaan 5% apabila notasi uji Duncan sama
menunjukkan tidak beda nyata dan bila notasi berbeda menunjukkan perbedaan nyata.
54 LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari 2014: 51–57
A B C D E
F G F G F G
Gambar 1. . Zona hambat ekstrak daun majapahit terhadap bakteri Ralstonia solanacearum (A) Konsentrasi 55% (B)
Konsentrasi 65% (C) Konsentrasi 75% (D) Konsentrasi 85% (E) Konsentrasi 95% (F) Kontrol negatif (G) Kontrol positif
(2011) dan Ogbuagu (2008), memperoleh hasil Dinding sel yang rusak mengakibatkan
bahwa buah majapahit mengandung senyawa senyawa metabolit sekunder dapat masuk lebih
fenol, flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, dalam dan merusak membran bakteri. Senyawa
cardenolid, dan antraquinon. Berdasarkan hasil fenol dan turunannya mudah membentuk
uji fitokimia yang telah dilakukan, ekstrak daun kompleks protein melalui ikatan hidrogen
majapahit mengandung senyawa fenol, flavonoid, (Harborne, 1987). Ion H+ dari kompleks tersebut
saponin, tanin, dan alkaloid. merusak gugus polar (gugus fosfat) membran
Pembentukan zona hambat ekstrak daun bakteri sehingga molekul fosfolipid terurai
majapahit juga dipengaruhi oleh jenis bakteri uji. menjadi gliserol, asam karboksilat, dan asam
Bakteri Ralstonia solanacearum merupakan bakteri fosfat. Hal ini menyebabkan fosfolipid tidak bisa
Gram negatif yang memiliki peptidoglikan tipis mempertahankan bentuk membran (Gilman et al.,
yakni 5—10% (Pelczar dan Chan, 2008). Membran 1991 dalam Sari dan Shofi, 2011). Disisi lain
luar Gram negatif terdiri atas tiga lapis, yaitu senyawa flavonoid memiliki mekanisme
lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, dan fosfolipid, membentuk senyawa kompleks protein, antara
terdapat porin yang terbentuk dari protein. Porin protein yang dapat larut, protein ekstraseluler,
merupakan saluran yang dapat dilalui beberapa dan dinding sel (Robinson, 1995). Kompleks
molekul (Lamothe et al., 2007). Membran luar ini tersebut menyebabkan terganggunya integritas
berfungsi sebagai penghalang terhadap antibiotik, membran sel bakteri (Dwijoseputro, 2005).
enzim pencernaan, dan kondisi kekeringan, Senyawa saponin yang bersifat detergen
namun tidak bisa menjadi penghalang terhadap bekerja dengan membentuk suatu kompleks
semua substansi (Tortora et al., 2007). dengan sterol yang terdapat pada membran,
Faktor primer rusaknya dinding sel dimulai sehingga menyebabkan kerusakan membran
dari lipopolisakarida (LPS) dan porin. Senyawa (Barile et al., 2006). Senyawa saponin juga
antibakteri bekerja dengan cara menembus LPS berinteraksi dengan membran fosfolipid sel yang
(lipopolisakarida). Molekul-molekul yang bersifat bersifat impermeabel terhadap senyawa-senyawa
hidrofilik akan mudah melewati LPS lipofilik sehingga menyebabkan integritas
dibandingkan molekul hidrofobik (Tortora et al., membran menurun, morfologi membran sel
2007). Bakteri Gram negatif memiliki sisi berubah, dan akhirnya dapat menyebabkan
hidrofilik yaitu karboksil, asam amino, dan membran sel rapuh dan lisis (Bangham dan
hidroksil. Pada Gram positif tidak memiliki LPS, Horne, 2006 dalam Yani, 2004). Rusaknya
sehingga tidak ada fungsi penghalang jadi membran sel bakteri mengakibatkan membran
molekul antibakteri yang bersifat hidrofilik dan plasma pecah, sel kehilangan sitoplasma,
hidrofobik akan mudah menembusnya (Tortora et transport zat terganggu, dan metabolisme
al., 2007). terhambat sehingga bakteri mengalami hambatan
Mekanisme kerja antibakteri dari masing- pertumbuhan bahkan kematian sehingga
masing senyawa metabolit sekunder berbeda- menyebabkan sel bakteri lisis (Tortora et al., 2007).
beda. Senyawa metabolit sekunder menghambat Senyawa tanin memiliki mekanisme
pertumbuhan bakteri dimulai dengan merusak mengkoagulasi dan mendenaturasi protein (Yulia,
dinding sel. Senyawa flavonoid dapat menembus 2006). Tanin berikatan dengan protein
peptidoglikan yang bersifat polar karena membentuk ion H+, mengakibatkan pH menjadi
flavonoid juga bersifat polar, sedangkan disisi lain asam sehingga protein terdenaturasi. Kondisi
senyawa fenol merusak dinding bakteri dengan asam menginaktif enzim pada bakteri dan
memutuskan ikatan peptidoglikan (Pelczar dan menyebabkan metabolisme terganggu dan
Chan, 1988). Robinson (1995) juga menjelaskan kerusakan sel bahkan kematian. Tanin dapat
bahwa mekanisme penghambatan bakteri oleh menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA
senyawa fenol diduga dengan mengganggu topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
komponen penyusun peptidoglikan sel bakteri, terbentuk (Robinson, 1995).
sehingga lapisan sel tidak terbentuk secara utuh. Senyawa fenol dan turunannya juga bekerja
Senyawa alkaloid bekerja dengan menghambat mengendapkan protein sel bakteri. Fenol
sintesis dinding sel (Lamothe et al., 2009). berinteraksi terhadap sel bakteri melalui adsorpsi
Ketidakstabilan pada dinding sel menyebabkan sehingga mengakibatkan terjadinya ikatan
fungsi permeabilitas selektif, fungsi hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks
pengangkutan aktif, dan pengendalian susunan protein-fenol dengan ikatan lemah dan segera
protein dari sel bakteri menjadi terganggu mengalami penguraian diikuti penetrasi fenol ke
menyebabkan sel bakteri menjadi kehilangan dalam sel sehingga menyebabkan denaturasi
bentuk dan lisis (Pelczar dan Chan, 1988). protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan
56 LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari 2014: 51–57