BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
B. Partisi Ekstrak
Hubungan zat terlarut yang terdistribusi diantara dua pelarut yang
tidak saling bercampur dinyatakan pertama kali oleh “Walter nernst” yang
dikenal dengan hukum distribusi atau partisi “jika solut dilarutkan
sekaligus kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, maka solut
akan terdistribusi diantara kedua pelarut’’. Pada saat setimbang
perbandingan konsentrasi solut berharga tetap pada suhu tetap.”
(Yazid, 2005).
Partisi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut atau dapat pula dikatakan
partisi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair sebagai separating gen,
pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponene-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut cair-cair
merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang
dipisahkan dengan bantuan pelarut, ekstraksi cair-cair tidak dapat
digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena
kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi
padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair
sempurna (Wibawads, 2012).
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik
dan popular, alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu
antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene, karbon
tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam keadaan dua fase pelarut.
Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian,
pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 2008).
BAB III
METODE KERJA
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah
batang pengaduk, cawan porselin, corong kaca, corong pisah,
eksikator, gelas kimia, gelas ukur, gelas piala, hairdryer, labu
erlenmeyer, statif dan klem, timbangan analitik (neraca) dan vial.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
aquadest, ekstrak kental daun tanaman gamal (Gliricidia sepium),
n-butanol, n-heksan dan tissue.
A. prosedur Kerja (Najib dan Malik, 2018)
1. Ekstraksi Cair-Cair (Partisi Cair-Cair)
a. Ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksan
Ekstrak kental ± 1 - 2 g disuspensikan dengan air sebanyak
20 mL, kemudian dimasukkan dalam corong pisah dan
ditambahkan dengan n-heksan sebanyak 20 mL, kojok sampai
merata dengan sesekali membuka kran corong pisah kemudian
diamkan sampai terjadi pemisahan dari fase air dan fase
n-heksan, pisahkan fase air dan fase n-heksan. Kemudian fase air
dimasukkan kembali ke dalam corong pisah dan diekstraksi lagi
dengan n-heksan sebanyak 30 mL dan dilakukan hingga jernih
(sebanyak 3 kali). Ekstrak n-heksan yang diperoleh dari beberapa
kali penyarian disatukan kemudian diuapkan sampai mendapatkan
ekstrak kental dan dimasukkan kedalam eksikator.
b. Ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-butanol
Lapisan air dari hasil ekstraksi dengan n-heksan dimasukkan
dalam corong pisah kemudian diekstraksi dengan n-butanol jenuh
BAB IV
Dalam praktikum ini, terlebih dahulu kita lakukan uji kelarutan sampel
dimana jika sampel larut air maka kita memakai metode ekstraksi cair-cair
tetapi jika sampel tidak larut air maka kita menggunakan ekstraksi padat-
cair. Pada uji sampel ekstrak tanaman daun gamal (Gliricidia sepium) larut
dalam pelarut air sehigga dilakukan ekstraksi secara cair-cair untuk
mengetahui persen kadar ekstrak dari pelarut yang digunakan. Diaman
pada pengerjaan awal ekstrak disuspensikan dengan aquadest setalah
itu, ditambahkan pelarut non polar (n-heksana) hingga tidak ada terbentuk
gumpalan ataupun padatan, alasan digunakan pelarut non polar
n-heksana karena jika pada pengerjaan awal digunakan pelarut polar,
maka dikhawatirkan adanya senyawa nonpolar yang ikut terlarut,
sebagaimana kita ketahui bahwa pelarut polar, selain mampu melarutkan
senyawa yang bersifat polar juga mampu melarutkan senyawa yang
bersifat nonpolar sehingga diperoleh 2 fase yang akan dipisahkan, dan
dilakukan sebanyak 3 kali pemisaha setelah dilakukan 3 kali pemisahan
pada sampel air dan n-heksan maka fase n-heksan diuapkan kemudian
fase air ditambahkan dengan n-butanol jenuh air, alas an digunakan n-
butanol jenuh air yaitu karena jika kita menggunakan n-butanol jenuh air
maka air akan bercampur dengan n-butanol dan tidak terbentuk 2 fase
sementara kita mengingnkan terbentuknya 2 fase tersebut agar kita
memperoleh fraksi n-butanol. Untuk mendapatkan fraksi n-butanol kita
melakukan 3 kali pemisahan.
Adapun hasil cari praktikum yang dilakukan diperoleh bahwa partisi
dengan ekstraksi cair-cair karena sampel
BAB V
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan skrining
fitokimia yaitu daun gamal (Gliricidia sepium)
B. Saran
Adapun saran saya sebaiknya pada saat praktikum berlangsung
kedisiplinan tetap dijaga dan diharapkan asisten selalu mengawasi
praktikannya agar praktikum berjalan dengan lancar, begitupun juga
dengan pereaksi yang akan dipakai seharusnya dicek terlebih dahulu
layak tidaknya digunakan dalam praktikum ini agar hasil yang diperoleh
lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Najib, A dan Malik A., 2018, Penuntun dan Buku Kerja Praktikum
Fitokimia 1, Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia,
Makassar.
Simon and Stewart., 2000, Gliricidia sepium A multi Purpose Forage Tree
Legume.
Seminar Nasional., 2010, ”Keberadaan Kandungan Kumarin dalam Daun
Gamal (Gliricidia Sepium) sebagai Akarisida”, Balai Besar
Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114.
Wibawads, Indra., 2012, Ekstraksi Cair-cair, UGM-press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Sampel
Ditimbang 5 gram
Disuspensikan dengan aquadest 20 mL
Ditambahkan 30 mL n-heksan diaduk hingga tidak terbentuk
gumpalan atau padatan
Dimasukkan kedalam corong pisah kemudian dikocok hingga
terbentuk 2 fase
Dipisahkan fase air dengan fase n-heksan
dilakukan sebanya 3x pemisahan
setelah itu fase n-heksan diuapkan dan fase air ditambahkan
dengan n-butanol tidak jenuh air sebanyak 30 mL
setelah terbentuk 2 fase maka dilakukan pemisahan fase air dan
fase n-butanol
Dilakukan sebanyak 3x pemisahan