Application of FMEA and AHP to Formulating The Strategy of Yogurt Production Risk
ABSTRAK
Analisa resiko produksi merupakan aspek penting dalam menjamin keberhasilan produk-
si dan bisnis. Riset ini bertujuan menganalisa resiko produksi yoghurt, mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya resiko produksi yoghurt, dan strategi untuk meminimalkan
resiko produksi yoghurt. Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan metode
yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko produksi yoghurt. Analitycal Hierarchy Process
(AHP) digunakan untuk membantu penentuan alternatif strategi dalam meminimalkan resiko
produksi yoghurt. Hasil penelitian menunjukkan resiko tertinggi dari masing-masing variabel.
Resiko tersebut yaitu kualitas susu segar (susu mengandung bakteri patogen), proses produk-
si (kualitas bakteri starter menurun/mati), dan produk jadi (pesaing produk sejenis). Strategi
untuk meminimasi resiko produksi yoghurt yaitu kualitas susu segar (pelatihan intensif bagi
peternak), produk (kemitraan dengan pelaku bisnis lain), dan proses produksi (meningkatkan
perawatan mesin dan peralatan)
Kata kunci : Analitycal Hierarchy Process, Failure Mode and Effect Analysis, Resiko Produksi, Yoghurt
ABSTRACT
Production risk analysis is an important aspect for ensuring the success of the production and busi-
ness. This research aimed to analyze the risks of yoghurt production, identify the factors that influence
the risks of yoghurt production, and formulate the strategies to minimize the risks of yoghurt production.
FMEA method was used to identify risk production and AHP was used to determine alternative strategies
for minimizing the risk of yoghurt production. The results showed there are some the highest risks of each
variable namely: milk contains bacterial pathogens, quality starter bacteria decreased/dead, and competi-
tors that produce similar products. Strategies to manage the risk of the production of yoghurt, namely in-
tensive training for the breeders to ensure the quality of fresh milk, partnership with other business person,
and improving performance machinery and equipment
Keywords: Analitycal Hierarchy Process, Failure Mode and Effect Analysis, Production Risk, Yoghurt
1
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]
yoghurt sendiri meliputi pasteurisasi susu, realibilitas dari produk (Teng dan Ho, 1996).
pendinginan, penambahan bibit kefir, Selanjutnya, dilakukan pembobotan tiap-tiap
inkubasi, penyaringan, dan produk akhir perspektif dengan menggunakan metode
yoghurt. Yoghurt hasil produksi Koperasi Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk me-
XYZ memiki 6 varian rasa yaitu leci, sirsak, nentukan pilihan terbaik dari beberapa alter-
melon, stroberi, anggur, dan jeruk. Kapasi- natif yang akan diambil. Keunggulan AHP
tas produksi yoghurt Koperasi XYZ saat ini yaitu mampu menjelaskan proses pengam-
sebesar 500 liter dengan wilayah distribusi bilan keputusan, karena dapat digambarkan
meliputi Jawa Timur (Malang, Pasuruan, dan secara grafis, sehingga mudah dipahami se-
Sidoarjo) serta Bali. Pada aktivitas produk- mua pihak yang terlibat dalam pengambi-
sinya, resiko kegagalan merupakan faktor lan keputusan (Partovi et al., 1990; Marimin,
yang mempengaruhi kualitas produk yo- 2004). Berdasarkan analisa di atas, maka tu-
ghurt. juan penelitian ini adalah menganalisa resiko
Resiko adalah potensi kejadian yang produksi yoghurt, mengidentifikasi faktor-
dapat merugikan yang disebabkan karena faktor yang menyebabkan terjadinya resiko
adanya ketidakpastian atas terjadinya suatu produksi yoghurt, dan strategi untuk memi-
peristiwa (Yasa et al., 2013). Resiko dalam nimalkan resiko produksi yoghurt.
produksi tidak dapat dihilangkan, akan
tetapi dapat diminimalkan dengan melaku-
kan identifikasi resiko. Identifikasi resiko BAHAN DAN METODE
merupakan proses analisa untuk menemu-
kan secara sistematis dan secara berkes-
inambungan resiko kerugian potensial yang Metode
menantang perusahaan (Barton dan Bobst, Prosedur Penelitian
1988; Tchankova, 2002; Darmawi, 2006; Hsu Prosedur penelitian merupakan
et al., 2015). tahap-tahap yang harus ditetapkan terlebih
Permasalahan yang dihadapi Kope- dahulu secara sistemastis dengan tujuan
rasi XYZ yaitu resiko kegagalan produksi agar penelitian dapat dilakukan dengan
yoghurt yang berdampak negatif bagi peru- terarah dan mempermudah dalam analisa
sahaan. Kegagalan produksi tersebut berupa permasalahan yang ada. Prosedur penelitian
produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi terdiri dari survei pendahuluan, identifikasi
yang telah ditetapkan. Produk yang tidak masalah, studi literatur, penentuan metode
sesuai dengan harapan tersebut dapat dipen- pengumpulan data, identifikasi variabel,
garuhi oleh kualitas bahan baku ataupun penentuan pakar, penyusunan kuesioner,
pada proses produksinya. Dampak yang pengumpulan data, pengolahan dan analisa
ditimbulkan produk cacat/rusak ini yaitu data, penarikan kesimpulan dan saran.
menurunnya daya saing produk ditengah
persaingan yang semakin ketat. Jumlah keru- Identifikasi Variabel
sakan produk yoghurt pada Koperasi XYZ Terdapat dua faktor yang diukur
saat ini mencapai 10% dari total produksi. yaitu faktor resiko dan indikator resiko.
Berdasarkan permasalahan diatas, Pengkajian pengukuran resiko-resiko yang
maka perlu dilakukan penelitian analisa dihadapi dapat dilihat pada Tabel 1.
resiko produksi yoghurt di Koperasi XYZ
untuk meminimalkan resiko. Metode yang Pengolahan Data dengan Metode FMEA
digunakan yaitu Failure Mode and Effects Metode FMEA mengidentifikasi
Analysis (FMEA). FMEA merupakan teknik resiko dengan menggunakan pertimbangan
analisa yang mengkombinasikan teknologi kriteria Severity (S), Occurrence (O), dan
dan pengalaman dalam mengidentifikasi Detection (D). Nilai S merupakan sebuah
kegagalan proses produksi dan merencana- penilaian pada tingkat keseriusan suatu
kan untuk mencegahnya terulang (Teng dan efek atau akibat dari potensi kegagalan pada
Ho, 1996; Santoso, 2007; Ahsen, 2008). Ke- proses yang dianalisa. Nilai O pada analisa
unggulan FMEA yaitu memastikan produk mencerminkan probabilitas atau peluang
akhir sesuai dengan spesifikasi, membantu terjadinya kegagalan yang terjadi, sedangkan
desainer untuk mengidentifikasikan dan nilai D adalah peluang terjadinya kegagalan
mengeliminasi atau mengendalikan cara yang dapat terdeteksi.
kegagalan yang berbahaya, meningkatkan
2
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]
3
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]
mengetahui nilai risk priority number (RPN) peternak. Peternak yang memberikan pakan
berdasarkan kriteria saverity, occurance, konsentrat lebih pada sapinya, susu yang
dan detection. Ranking tertinggi/satu dihasilkan akan memiliki berat jenis yang
akan dijadikan prioritas dalam penentuan lebih tinggi pula. Penilaian berat jenis susu
starategi untuk meminimalkan resiko. Hasil pada Koperasi XYZ yaitu 1.024 pagi hari dan
perhitungan RPN dari masing-masing 1.023 pada sore hari. Adanya penetapan syarat
indikator resiko dapat dilihat pada Tabel 2. nilai berat jenis yang diterima Koperasi XYZ,
menyebabkan beberapa peternak berbuat
Variabel Kualitas Susu Segar curang dengan mencampurkan susu dengan
1. Susu Mengandung Bakteri Patogen bahan tambahan seperti tepung. Menurut
Pada faktor resiko kualitas susu Utami et al. (2014), berat jenis dipengaruhi
segar, resiko tertinggi terjadi pada indikator oleh kandungan yang terlarut didalam susu
susu mengandung bakteri patogen dengan dimana semakin banyak senyawa yang
RPN sebesar 288. Kondisi kandang sapi terdapat dalam susu maka berat jenis susu
pada peternak sangat sempit dan minim akan meningkat.
cahaya sehingga kandang menjadi lembab
dan baunya menyengat. Penggunaan 4. Rasa, Warna, dan Aroma susu
minyak sebgai pelumas dalam pemerahan Kondisi lingkungan yang kotor dan
jarang diganti oleh peternak. Hal tersebut penanganan yang tidak maksimal, menjadi
menyebabkan berkembangnya bakteri penyebab berkembangnya bakteri secara
patogen dan mengontaminasi susu yang cepat. Kerusakan pada susu ditandai dengan
keluar dari puting. Faktor lain yang menunjang perubahan rasa, warna dan aroma yang
pertumbuhan bakteri patogen yaitu milk tidak sesuai standar. Susu segar memiliki
can. Peternak tidak menempatkan milk can rasa khas sedikit manis, bau mudah hilang,
setelah pencucian dalam posisi tertelungkup, dan memiliki warna kekuning-kuningan.
melainkan dalam posisi sebaliknya. Hal ini Pada umumnya susu segar yang belum
menjadikam air sisa pencucian menggenang tercemar tidak mengandung asam laktat
dan mudah terkontaminasi dengan debu (Robinson, 1993; Aritonang, 2010; Milagres
ataupun kotoran. Kontaminasi bakteri pada et al., 2012; de Almeida Júnior et al., 2015).
raw milk umumnya berasal dari tiga sumber, Menurut Nababan et al. (2014), susu yang
yakni dalam puting, di luar puting, dan baik berwarna putih kekuningan dan tidak
dari permukaan peralatan penanganan dan tembus cahaya. Kerusakan susu ditandai
penyimpanan susu (Budiyono, 2009; Hou et dengan perubahaan warna dari warna
al., 2015; Moorby et al., 2016). aslinya dan baunya pun tidak khas seperti
susu segar.
2. Susu Segar Pecah/Menggumpal
Resiko tertinggi kedua ditempati Variabel Resiko Proses Produksi
oleh indikator resiko susu menggumpal 1. Kualitas Bakteri Starter Menurun/Mati
atau pecah yang erat kaitannya dengan Resiko tertinggi ditempati oleh kualitas
bakteri pada susu. Keadaan tersebut terjadi bakteri starter menurun/mati dengan
akibat aktivitas enzim yang menimbulkan RPN sebesar 163. Menurunnya kualitas
reaksi kimia lebih cepat, sehingga terbentuk bakteri starter disebabkan suhu pada mesin
gumpalan pada susu. Enzim tersebut berasal fermentor tidak stabil yang berpengaruh pada
dari mikroba atau sudah ada dalam susu pertumbuhan bakteri. Pengadukan susu yang
secara normal. Menurut Nababan et al. terlalu kuat oleh agitator juga mengakibatkan
(2015), susu pecah menunjukkan bahwa bakteri mati. Pada jangka waktu tertentu
telah terjadi kerusakan dari air susu adalah selama pertumbuhan, mikroba dalam
tinggi. Pecahnya susu disebabkan oleh starter tetap aktif dan mempertahankan
berkembangbiaknya bakteri asam susu, sifat-sifat khasnya (Santoso, 1994; Jackson,
dalam hal ini laktosa diubah menjadi asam 2014). Aktivitas tersebut dapat menurun
laktat. tergantung kecocokan spesies dan varietas
mikroba terhadap kondisi tersebut, hal ini
3. Berat Jenis Susu disebabkan oleh kondisi fisik.
Berat jenis susu yang dihasilkan
peternak pada Koperasi XYZ dipengaruhi 2. Suhu dan Waktu Inkubasi
oleh genetika, pakan dan kesehatan sapi Kurang terkontrolnya suhu dan waktu
4
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]
5
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]
6
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]
7
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]
8
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]
9
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]
10