Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No.

1 [April 2017] 1-10


Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

PENERAPAN METODE FMEA DAN AHP DALAM PERUMUSAN


STRATEGI PENGELOLAAN RESIKO PROSES PRODUKSI YOGHURT

Application of FMEA and AHP to Formulating The Strategy of Yogurt Production Risk

Muchlis Dwi Prasetiyo1, Imam Santoso2*, Siti Asmaul Mustaniroh3, Purwadi4


1, 2, 3
Jurusan Teknologi Industri Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145
4
Jurusan Teknologi Hasil Ternak - Fakultas Peternakan - Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi: email: imam.santoso.ub@gmail.com

ABSTRAK

Analisa resiko produksi merupakan aspek penting dalam menjamin keberhasilan produk-
si dan bisnis. Riset ini bertujuan menganalisa resiko produksi yoghurt, mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya resiko produksi yoghurt, dan strategi untuk meminimalkan
resiko produksi yoghurt. Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan metode
yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko produksi yoghurt. Analitycal Hierarchy Process
(AHP) digunakan untuk membantu penentuan alternatif strategi dalam meminimalkan resiko
produksi yoghurt. Hasil penelitian menunjukkan resiko tertinggi dari masing-masing variabel.
Resiko tersebut yaitu kualitas susu segar (susu mengandung bakteri patogen), proses produk-
si (kualitas bakteri starter menurun/mati), dan produk jadi (pesaing produk sejenis). Strategi
untuk meminimasi resiko produksi yoghurt yaitu kualitas susu segar (pelatihan intensif bagi
peternak), produk (kemitraan dengan pelaku bisnis lain), dan proses produksi (meningkatkan
perawatan mesin dan peralatan)

Kata kunci : Analitycal Hierarchy Process, Failure Mode and Effect Analysis, Resiko Produksi, Yoghurt

ABSTRACT

Production risk analysis is an important aspect for ensuring the success of the production and busi-
ness. This research aimed to analyze the risks of yoghurt production, identify the factors that influence
the risks of yoghurt production, and formulate the strategies to minimize the risks of yoghurt production.
FMEA method was used to identify risk production and AHP was used to determine alternative strategies
for minimizing the risk of yoghurt production. The results showed there are some the highest risks of each
variable namely: milk contains bacterial pathogens, quality starter bacteria decreased/dead, and competi-
tors that produce similar products. Strategies to manage the risk of the production of yoghurt, namely in-
tensive training for the breeders to ensure the quality of fresh milk, partnership with other business person,
and improving performance machinery and equipment

Keywords: Analitycal Hierarchy Process, Failure Mode and Effect Analysis, Production Risk, Yoghurt

PENDAHULUAN Data tersebut menunjukkan terjadi peningka-


tan permintaan akan produk. Meningkatnya
Pertumbuhan produksi industri manu- permintaan tersebut menimbulkan persaingan
faktur besar dan sedang pada triwulan II tahun yang ketat antar industri untuk memenuhi ke-
2015, naik sebesar 2.34% dibandingkan tri- butuhan konsumen.
wulan I tahun 2015. Jenis industri yang men- Koperasi XYZ merupakan salah satu
galami kenaikan terbesar adalah industri ma- industri minuman dengan produk yang di-
kanan dan minuman, naik 9.84% (BPS, 2015). hasilkan berupa yoghurt. Proses produksi

1
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

yoghurt sendiri meliputi pasteurisasi susu, realibilitas dari produk (Teng dan Ho, 1996).
pendinginan, penambahan bibit kefir, Selanjutnya, dilakukan pembobotan tiap-tiap
inkubasi, penyaringan, dan produk akhir perspektif dengan menggunakan metode
yoghurt. Yoghurt hasil produksi Koperasi Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk me-
XYZ memiki 6 varian rasa yaitu leci, sirsak, nentukan pilihan terbaik dari beberapa alter-
melon, stroberi, anggur, dan jeruk. Kapasi- natif yang akan diambil. Keunggulan AHP
tas produksi yoghurt Koperasi XYZ saat ini yaitu mampu menjelaskan proses pengam-
sebesar 500 liter dengan wilayah distribusi bilan keputusan, karena dapat digambarkan
meliputi Jawa Timur (Malang, Pasuruan, dan secara grafis, sehingga mudah dipahami se-
Sidoarjo) serta Bali. Pada aktivitas produk- mua pihak yang terlibat dalam pengambi-
sinya, resiko kegagalan merupakan faktor lan keputusan (Partovi et al., 1990; Marimin,
yang mempengaruhi kualitas produk yo- 2004). Berdasarkan analisa di atas, maka tu-
ghurt. juan penelitian ini adalah menganalisa resiko
Resiko adalah potensi kejadian yang produksi yoghurt, mengidentifikasi faktor-
dapat merugikan yang disebabkan karena faktor yang menyebabkan terjadinya resiko
adanya ketidakpastian atas terjadinya suatu produksi yoghurt, dan strategi untuk memi-
peristiwa (Yasa et al., 2013). Resiko dalam nimalkan resiko produksi yoghurt.
produksi tidak dapat dihilangkan, akan
tetapi dapat diminimalkan dengan melaku-
kan identifikasi resiko. Identifikasi resiko BAHAN DAN METODE
merupakan proses analisa untuk menemu-
kan secara sistematis dan secara berkes-
inambungan resiko kerugian potensial yang Metode
menantang perusahaan (Barton dan Bobst, Prosedur Penelitian
1988; Tchankova, 2002; Darmawi, 2006; Hsu Prosedur penelitian merupakan
et al., 2015). tahap-tahap yang harus ditetapkan terlebih
Permasalahan yang dihadapi Kope- dahulu secara sistemastis dengan tujuan
rasi XYZ yaitu resiko kegagalan produksi agar penelitian dapat dilakukan dengan
yoghurt yang berdampak negatif bagi peru- terarah dan mempermudah dalam analisa
sahaan. Kegagalan produksi tersebut berupa permasalahan yang ada. Prosedur penelitian
produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi terdiri dari survei pendahuluan, identifikasi
yang telah ditetapkan. Produk yang tidak masalah, studi literatur, penentuan metode
sesuai dengan harapan tersebut dapat dipen- pengumpulan data, identifikasi variabel,
garuhi oleh kualitas bahan baku ataupun penentuan pakar, penyusunan kuesioner,
pada proses produksinya. Dampak yang pengumpulan data, pengolahan dan analisa
ditimbulkan produk cacat/rusak ini yaitu data, penarikan kesimpulan dan saran.
menurunnya daya saing produk ditengah
persaingan yang semakin ketat. Jumlah keru- Identifikasi Variabel
sakan produk yoghurt pada Koperasi XYZ Terdapat dua faktor yang diukur
saat ini mencapai 10% dari total produksi. yaitu faktor resiko dan indikator resiko.
Berdasarkan permasalahan diatas, Pengkajian pengukuran resiko-resiko yang
maka perlu dilakukan penelitian analisa dihadapi dapat dilihat pada Tabel 1.
resiko produksi yoghurt di Koperasi XYZ
untuk meminimalkan resiko. Metode yang Pengolahan Data dengan Metode FMEA
digunakan yaitu Failure Mode and Effects Metode FMEA mengidentifikasi
Analysis (FMEA). FMEA merupakan teknik resiko dengan menggunakan pertimbangan
analisa yang mengkombinasikan teknologi kriteria Severity (S), Occurrence (O), dan
dan pengalaman dalam mengidentifikasi Detection (D). Nilai S merupakan sebuah
kegagalan proses produksi dan merencana- penilaian pada tingkat keseriusan suatu
kan untuk mencegahnya terulang (Teng dan efek atau akibat dari potensi kegagalan pada
Ho, 1996; Santoso, 2007; Ahsen, 2008). Ke- proses yang dianalisa. Nilai O pada analisa
unggulan FMEA yaitu memastikan produk mencerminkan probabilitas atau peluang
akhir sesuai dengan spesifikasi, membantu terjadinya kegagalan yang terjadi, sedangkan
desainer untuk mengidentifikasikan dan nilai D adalah peluang terjadinya kegagalan
mengeliminasi atau mengendalikan cara yang dapat terdeteksi.
kegagalan yang berbahaya, meningkatkan

2
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

Pengolahan Data dengan Metode AHP HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode AHP digunakan untuk
membantu pemilihan keputusan dari
beberapa strategi. Strategi tersebut kemudian Analisis Resiko Produksi
dilakukan pembobotan menggunakan Penilaian resiko produksi pada
perbandingan berpasangan. Bobot dengan Koperasi XYZ terdiri dari 3 variabel yaitu
nilai tertinggi merupakan strategi terpilih kualitas susu segar, proses produksi, dan
untuk meminimalkan resiko produksi produk. Variabel tersebut memiliki beberapa
yoghurt. Pengolahan data dengan AHP indikator resiko yang kemudian diberikan
menggunakan software Expert choice. penilaian. Penilaian bertujuan untuk

Tabel 1. Kajian dan pengukuran resiko produksi yoghurt


Faktor Resiko Indikator Resiko
1. Susu mengandung bakteri patogen
2. Berat jenis susu tidak sesuai standar
Kualitas Susu
3. Rasa, warna, dan aroma susu tidak normal
4. Susu menggumpal/pecah
1. Proses pasteurisasi susu tidak maksimal
2. Kontaminasi susu dengan lingkungan
Proses Produksi 3. Kualitas bakteri menurun/mati
4. Suhu dan waktu inkubasi kurang terkontrol
5. Mesin dan peralatan tidak bekerja maksimal
1. Kerusakan atau kehilangan saat penyimpanan
2. Pesaing produk sejenis
Produk Jadi
3. Keterlambatan pengiriman produk yoghurt kepada pelanggan
4. Retur produk ke perusahaan

Tabel 2. Hasil perhitungan RPN resiko produksi yoghurt


Faktor Indikator Resiko S O D RPN Peringkat
Resiko
Susu mengandung bakteri pathogen 9 4 8 288 1
Kualitas Susu segar pecah 6 4 8 192 2
susu Berat jenis susu tidak sesuai standar 5 4 8 160 3
Rasa, warna, dan aroma susu tidak normal 7 2 9 126 4
Kualitas bakteri starter menurun/mati 9 3 9 163 1
Suhu dan waktu inkubasi kurang terkontrol 9 2 9 162 2
Proses
Proses pasteurisasi susu tidak maksimal 9 2 8 144 3
Produksi
Mesin dan peralatan tidak bekerja maksimal 9 2 6 108 4
Kontaminasi susu dengan lingkungan 4 3 6 72 5
Pesaing produk sejenis 7 7 7 343 1
Retur yoghurt ke perusahaan 6 6 6 216 2
Produk Keterlambatan pengiriman produk yoghurt 5 5 5 125 3
kepada pelanggan
Kerusakan/kehilangan saat Penyimpanan 3 3 3 27 4
yoghurt

3
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

mengetahui nilai risk priority number (RPN) peternak. Peternak yang memberikan pakan
berdasarkan kriteria saverity, occurance, konsentrat lebih pada sapinya, susu yang
dan detection. Ranking tertinggi/satu dihasilkan akan memiliki berat jenis yang
akan dijadikan prioritas dalam penentuan lebih tinggi pula. Penilaian berat jenis susu
starategi untuk meminimalkan resiko. Hasil pada Koperasi XYZ yaitu 1.024 pagi hari dan
perhitungan RPN dari masing-masing 1.023 pada sore hari. Adanya penetapan syarat
indikator resiko dapat dilihat pada Tabel 2. nilai berat jenis yang diterima Koperasi XYZ,
menyebabkan beberapa peternak berbuat
Variabel Kualitas Susu Segar curang dengan mencampurkan susu dengan
1. Susu Mengandung Bakteri Patogen bahan tambahan seperti tepung. Menurut
Pada faktor resiko kualitas susu Utami et al. (2014), berat jenis dipengaruhi
segar, resiko tertinggi terjadi pada indikator oleh kandungan yang terlarut didalam susu
susu mengandung bakteri patogen dengan dimana semakin banyak senyawa yang
RPN sebesar 288. Kondisi kandang sapi terdapat dalam susu maka berat jenis susu
pada peternak sangat sempit dan minim akan meningkat.
cahaya sehingga kandang menjadi lembab
dan baunya menyengat. Penggunaan 4. Rasa, Warna, dan Aroma susu
minyak sebgai pelumas dalam pemerahan Kondisi lingkungan yang kotor dan
jarang diganti oleh peternak. Hal tersebut penanganan yang tidak maksimal, menjadi
menyebabkan berkembangnya bakteri penyebab berkembangnya bakteri secara
patogen dan mengontaminasi susu yang cepat. Kerusakan pada susu ditandai dengan
keluar dari puting. Faktor lain yang menunjang perubahan rasa, warna dan aroma yang
pertumbuhan bakteri patogen yaitu milk tidak sesuai standar. Susu segar memiliki
can. Peternak tidak menempatkan milk can rasa khas sedikit manis, bau mudah hilang,
setelah pencucian dalam posisi tertelungkup, dan memiliki warna kekuning-kuningan.
melainkan dalam posisi sebaliknya. Hal ini Pada umumnya susu segar yang belum
menjadikam air sisa pencucian menggenang tercemar tidak mengandung asam laktat
dan mudah terkontaminasi dengan debu (Robinson, 1993; Aritonang, 2010; Milagres
ataupun kotoran. Kontaminasi bakteri pada et al., 2012; de Almeida Júnior et al., 2015).
raw milk umumnya berasal dari tiga sumber, Menurut Nababan et al. (2014), susu yang
yakni dalam puting, di luar puting, dan baik berwarna putih kekuningan dan tidak
dari permukaan peralatan penanganan dan tembus cahaya. Kerusakan susu ditandai
penyimpanan susu (Budiyono, 2009; Hou et dengan perubahaan warna dari warna
al., 2015; Moorby et al., 2016). aslinya dan baunya pun tidak khas seperti
susu segar.
2. Susu Segar Pecah/Menggumpal
Resiko tertinggi kedua ditempati Variabel Resiko Proses Produksi
oleh indikator resiko susu menggumpal 1. Kualitas Bakteri Starter Menurun/Mati
atau pecah yang erat kaitannya dengan Resiko tertinggi ditempati oleh kualitas
bakteri pada susu. Keadaan tersebut terjadi bakteri starter menurun/mati dengan
akibat aktivitas enzim yang menimbulkan RPN sebesar 163. Menurunnya kualitas
reaksi kimia lebih cepat, sehingga terbentuk bakteri starter disebabkan suhu pada mesin
gumpalan pada susu. Enzim tersebut berasal fermentor tidak stabil yang berpengaruh pada
dari mikroba atau sudah ada dalam susu pertumbuhan bakteri. Pengadukan susu yang
secara normal. Menurut Nababan et al. terlalu kuat oleh agitator juga mengakibatkan
(2015), susu pecah menunjukkan bahwa bakteri mati. Pada jangka waktu tertentu
telah terjadi kerusakan dari air susu adalah selama pertumbuhan, mikroba dalam
tinggi. Pecahnya susu disebabkan oleh starter tetap aktif dan mempertahankan
berkembangbiaknya bakteri asam susu, sifat-sifat khasnya (Santoso, 1994; Jackson,
dalam hal ini laktosa diubah menjadi asam 2014). Aktivitas tersebut dapat menurun
laktat. tergantung kecocokan spesies dan varietas
mikroba terhadap kondisi tersebut, hal ini
3. Berat Jenis Susu disebabkan oleh kondisi fisik.
Berat jenis susu yang dihasilkan
peternak pada Koperasi XYZ dipengaruhi 2. Suhu dan Waktu Inkubasi
oleh genetika, pakan dan kesehatan sapi Kurang terkontrolnya suhu dan waktu

4
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

Gambar 1. Struktur hierarki strategi minimasi resiko produksi yoghurt

5
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

inkubasi susu di Koperasi XYZ disebabkan 5. Kontaminasi dengan Lingkungan


oleh faktor alat yang tidak bekerja maksimal. Kontaminasi dapat diakibatkan
Alat tersebut tidak bekerja maksimal akibat kondisi lingkungan produksi di Koperasi
arus listrik yang naik turun. Suhu dan XYZ yang kotor, seperti terdapat sarang
waktu yang dibutuhkan untuk inkubasi laba-laba pada sudut-sudut tembok dan
susu yaitu 45 °C selama 5-6 jam. Karyawan jendela berdebu. Kondisi tersebut secara
terkadang lupa melakukan pengecekan suhu tidak langsung akan berpengaruh terhadap
inkubator sehingga hasil inkubasi kurang shelf life produk. Terdapat karyawan yang
maksimal. Bertambahnya waktu inkubasi, tidak mematuhi penggunaan alat pelindung
aktivitas mikroba semakin meningkat dan diri seperti masker. Hygiene dan sanitasi
jumlah mikroba semakin banyak, sehingga merupakan hal yang penting dan saling
mengakibatkan pH medium menjadi turun. berhubungan dalam proses pengolahan
Hal ini membuktikan terjadinya perubahan makanan. Apabila hygiene dan sanitasi dapat
kimia pada komponen gula menjadi terpenuhi dengan baik, maka makanan yang
komponen asam (Muawanah, 2007; Medeiros disajikan oleh konsumen akan memenuhi
et al., 2015). kualitas yang baik pula, karena konsumen
yang memesan makanan berharap makanan
3. Pasteurisasi Susu yang dipesannya dalam keadaan bersih,
Kurang maksimalnya proses sehat, enak, menarik (Rakhmawati dan
pasteurisasi susu disebabkan oleh elemen Wisnu, 2015).
panas pada mesin PHE tertutupi oleh
kotoran. Hal tersebut diakibatkan proses Variabel Resiko Produk
Clean in Process (CIP) yang kurang sempurna, 1. Pesaing Produk Sejenis
sehingga suhu pemanasan menjadi tidak Hasil perhitungan pada Tabel 2
stabil/menurun. Akibat yang ditimbulkan menunjukkan resiko tertinggi ditempati
yaitu kualitas yoghurt menurun akibat oleh indikator resiko pesaing produk
mesin tidak bekerja optimal. Keandalan sejenis dengan nilai RPN 343. Konsumen
mesin dan fasilitas produksi merupakan cenderung lebih mempercayakan pilihannya
salah satu aspek yang dapat mempengaruhi terhadap produk yoghurt dari perusahaan
kelancaran proses produksi serta produk ternama. Mereka yakin bahwa yoghurt
yang dihasilkan. Keandalan ini dapat dari perusahaan ternama memiliki kualitas
membantu untuk memperkirakan peluang yang jauh lebih baik. Tercapainya kepuasan
suatu komponen mesin untuk dapat bekerja pelanggan maka dapat membentuk penilaian
sesuai dengan tujuan yang diinginkan dalam positif, sehingga mendorong konsumen
periode tertentu (Sayuti et al., 2013). untuk tetap berkeinginan melakukan
keputusan pembelian pada produk tersebut
4. Mesin dan Peralatan Produksi (Djatikusuma dan Getrycia, 2014; Agnihotri
Mesin dan peralatan produksi memiliki et al., 2016; Echchakoui, 2016; Murali et al.,
peran penting dalam berlangsungnya 2016).
proses produksi yoghurt. Kebutuhan
listrik yang lebih tinggi dari kapasitas yang 2. Pengembalian Produk ke Perusahaan
tersedia menyebabkan terhentinya mesin Pengembalian produk yoghurt
produksi. Beberapa mesin yang digerakkan dikarenakan adanya kerusakan produk
menggunakan energi listrik yaitu blending, akibat masa kadaluarsa yang lebih cepat. Hal
PHE, homogenizer, dan fermentor. Menurut tersebut dikarenakan suhu penyimpanan
Muhtadi (2009), kesiapan fasilitas dalam yang kurang maksimal pada outlet
kegiatan operasional lebih baik, karena penjualan. Retur produk ke perusahaan
kerusakan yang terjadi pada peralatan bisa berdampak tingginya biaya kerusakan dan
berkurang karena adanya sistem perawatan terjadinya limit stock. Retur barang dapat
yang baik dan teratur. Pelayanan yang terjadi karena kesalahan produksi yang
sederhana dan teratur dapat mengurangi meliputi label rusak, botol cacat, isi botol
kemacetan produksi, lebih cepat dan murah tidak standar, karton rusak, tutup botol dol,
daripada memperbaiki kerusakan yang terjadi fermentasi lanjutan, dan belum masa
terjadi secara tiba-tiba. kadaluarsa (Flygansvaer et al., 2008; Royan,
2009; Li, 2011).

6
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

3. Keterlambatan Pengiriman Yoghurt pengontrolan secara rutin pada peternak.


Keterlambatan pengiriman di Pengontrolan bertujuan mengetahui bahwa
Koperasi XYZ terjadi karena stok yang tidak peternak benar-benar menerapkan prosedur
selalu tersedia dan kondisi jalan macet saat pemerahan dengan baik dari hasil pelatihan.
pengiriman. Dampak yang ditimbulkan yaitu Peningkatan keahlian karyawan dapat
adanya keluhan pelanggan dan menurunkan memberikan kontribusi yang baik bagi
daya saing produk. Mengatasi hal ini maka perusahaan dan dapat memberikan tingkat
jumlah persediaan harus ditingkatkan efisiensi dalam melakukan suatu pekerjaan
sampai batas yang ekonomis. (Markos dan Sridevi, 2010; Sembiring, 2010).

4. Kerusakan/Kehilangan Saat Penyimpanan Strategi Minimasi Resiko Produk


Pada outlet penjualan, penerapan Strategi kemitraan dengan pelaku
prosedur penyimpanan pada suhu 4 °C bisnis lain diketahui memiliki bobot tertinggi
oleh karyawan terkadang tidak dijalankan yaitu 0.409. Kemitraan adalah bentuk
dengan baik. Ketidaksesuaian suhu tersebut kerjasama usaha antara dua pihak dengan
berdampak pada berkembangnya mikroba saling menguntungkan dan meningkatkan
merugikan, yang menjadikan yoghurt lebih pendapatan sehingga tercapai tujuan usaha.
cepat rusak dan menurun kualitasnya. Kerjasama pemasaran sebagai strategi
Berubahnya warna dan pemisahan dalam memasarkan yoghurt mampu
antara kadar air dan whey merupakan memberikan keunggulan bersaing terhadap
bentuk penurunan kualitas produk. Suhu produk sejenis. Adanya kerjasama dengan
penyimpanan produk yoghurt yaitu 4-5 distributor, agen, retailer, dan sales, akan
°C yang berfungsi untuk menghentikan meningkatkan kualitas pelayanan dan
proses fermentasi (Effendi et al., 2009). produk kepada pelanggan. Konsumen akan
Masa simpan produk makanan pada dengan mudah memperoleh produk yoghurt.
umumnya dipengaruhi oleh beberapa Selain itu, penjualan yoghurt akan meningkat
faktor seperti misalnya paparan cahaya, karena pemasaran produk yang semakin
panas, kelembaban, reaksi enzimatik dan luas dan dikenal konsumen. Supaya tetap
kontaminasi mikroba dan tergantung pula dapat survive di pasar global perlu adanya
dengan kualitas kemasannya (Mataragas et organization network, tidak dalam pengertian
al., 2011; Surono, 2016). bersama-sama dengan perusahaan satu
grup dalam satu hubungan keluarga (induk
Perumusan Strategi dengan AHP dan anak perusahaan), namun dengan
Nilai bobot dari masing-masing jalan menjalin kemitraan usaha dengan
variabel dan strategi dapat dilihat pada perusahaan lain melalui partner relationship
Gambar 1. dengan pemasok (vertikal) dan melalui
strategic alliance dengan mitra bisnis terkait
Strategi Minimasi Resiko Kualitas Susu (horizontal) (Mulyadi, 2007; Kusumasari,
Segar 2012; Ihm, 2015).
Strategi pelatihan intensif peternak
menempati peringkat 1 dengan nilai bobot Strategi Minimasi Resiko Proses
0.440. Hasil perhitungan AHP menunjukkan Strategi meningkatkan perawatan
strategi yang tepat untuk meminimasi resiko mesin dan peralatan menempati peringkat
pada kualitas susu segar yaitu pelatihan pertama dengan bobot 0.603. Menurunnya
intensif peternak. Pelatihan tersebut kualitas/kerusakan pada starter dikarenakan
dilakukan dengan pemberian pengetahuan kondisi fisik yang tidak sesuai. Starter akan
mengenai good farming practices pada peternak berkembang dengan baik apabila suhu dan
secara intensif. Good dairy farming practices waktu inkubasi yang tepat. Menurut Santoso
(GDFP) adalah suatu standarisasi usaha (1994), inkubasi dilakukan pada suhu 45
peternakan sapi perah. Aspek utama dalam °C selama 5 jam, atau 32 °C selama 11 jam.
GDFP yaitu reproduksi ternak, kesehatan Apabila inkubasi dilakukan pada suhu
ternak, hygiene pemerahan, nutrisi (pakan ruang (sekitar 29 °C), memerlukan 14-16 jam.
dan air), kesejahteraan ternak, lingkungan, Pada proses produksi tersebut, digunakan
dan manajemen sosial ekonomi (Tauer, mesin fermentor untuk menginkubasi susu.
2002; Lestari et al., 2015; Weeks et al., 2015). Suhu pada mesin fermentor mengalami
Pelatihan tersebut kemudian dilakukan perubahan akibat performa mesin yang tidak

7
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

maksimal. Perawatan secara berkala akan Ahsen, A, V. 2008. Cost-oriented failure


menunjang kelancaran aktivitas produksi, mode and effects analysis. International
menjaga performa mesin dan menghasilkan Journal of Quality & Reliability Manage-
produk sesuai yang diharapkan. Menurut ment. 25(5):466-476
Muhtadi (2009), pelaksanaan manajemen Aritonang, SN. 2010. Susu dan Teknologi. Swa-
pemeliharaan terhadap mesin-mesin agar gati Press, Cirebon
dapat terjaga sebuah kondisi atau standar Barton, R, Bobst, R. 1988. How to manage the
yang dapat diterima atau dibutuhkan agar risks of technology. Journal of Business
semua fasilitas dalam kondisi siap pakai, Strategy. 9(6):4-7
sehingga mampu menciptakan kegiatan yang BPS. 2015. Pertumbuhan produksi IBS naik
terencana untuk mendapatkan optimalisasi sebesar 5.44% dan IMK naik 4.57%
laba. pada QII-2015 dari QII-2014. Dilihat 9
Juni 2016. <https://www.bps.go.id/
Brs/view/id/1166>
SIMPULAN Budiyono, H. 2009. Analisis daya simpan
produk susu pasteurisasi berdasarkan
kualitas bahan baku mutu susu. Jurnal
Pada variabel kualitas susu segar ter- Paradigma. 10(2): 198-211
dapat empat resiko yaitu susu mengandung Darmawi, H. 2006. Manajemen Resiko. Bumi
bakteri patogen, susu segar pecah, berat jenis Aksara, Jakarta
tidak sesuai standar, dan rasa, aroma, warna de Almeida Júnior, W, L, G, Ferrari, I, S, de
tidak normal. Pada variabel proses produksi Souza, J, V, da Silva, C, D, A, da Costa,
terdiri dari lima resiko yaitu kualitas bak- M, M, Dias, F, S. 2015. Characterization
teri starter menurun/mati, suhu dan waktu and evaluation of lactic acid bacteria
inkubasi kurang terkontrol, proses pasteur- isolated from goat milk. Food Control.
isasi susu kurang terkontrol, mesin dan per- 53:96-103
alatan tidak bekerja maksimal, dan kontami- Djatikusuma, E, S, Getrycia, W. 2014. Anali-
nasi susu dengan lingkungan. Pada variabel sis faktor-faktor yang mempengaruhi
produk terdapat resiko pesaing produk se- keputusan pembelian konsumen pada
jenis, retur yoghurt ke perusahaan, keterlam- produk minuman berisotonik pocari
batan pengiriman produk yoghurt kepada sweat. Dilihat 9 Juni 2016. <http://
pelanggan, dan kerusakan/kehilangan saat eprints.mdp.ac.id/747/1/jurnal%20
penyimpanan. Hasil penilaian resiko produk- 2009200041%20wanda%20getrycia.pdf>
si yoghurt dengan metode FMEA, didapat- Echchakoui, S. 2016. Relationship between
kan resiko tertinggi dari masing-masing vari- sales force reputation and customer
abel. Resiko tersebut yaitu kualitas susu segar behavior: Role of experiential value
(susu mengandung bakteri patogen), proses added by sales force. Journal of Retail-
produksi (kualitas bakteri starter menurun/ ing and Consumer Services. 28:54-66
mati) dan produk (pesaing produk sejenis). Effendi, M, H, Sorini, H, Lusiastuti, A, M.
Berdasarkan perhitungan AHP diperoleh 2009. Peningkatan kualitas yoghurt
tiga alternatif strategi untuk meminimasi dari susu kambing dengan penamba-
resiko dari masing-masing variabel. Alternatif han bubuk susu skim dan pengaturan
strategi tersebut yaitu kualitas susu segar suhu pemeraman. J. Penelit. Med. Ek-
(pelatihan intensif bagi peternak), produk sakta. 8(3):185-192
(kemitraan dengan pelaku bisnis lain), dan Flygansvaer, B, M, Gadde, L, E, Haugland, S,
proses produksi (meningkatkan perawatan A. 2008. Coordinated action in reverse
mesin dan peralatan). distribution systems. International Jour-
nal of Physical Distribution & Logistics
Management. 38(1):5-20
DAFTAR PUSTAKA Hou, Q, Xu, H, Zheng, Y, Xi, X, Kwok, L, Y,
Sun, Z, Zhang H, Zhang, W. 2015. Eval-
uation of bacterial contamination in
Agnihotri, R, Dingus, R, Hu, M, Y, Krush, M, raw milk, ultra-high temperature milk
T. 2016. Social media: Influencing cus- and infant formula using single mol-
tomer satisfaction in B2B sales. Indus- ecule, real-time sequencing technology.
trial Marketing Management. 53:172-180 Journal of Dairy Science. 98(12):8464-8472

8
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

Hsu, P, H, Lee, H, H, Liu, A, Z, Zhang, Z. Muawanah, A. 2007. Pengaruh lama inkuba-


2015. Corporate innovation, default si dan variasi jenis starter terhadap ka-
risk, and bond pricing. Journal of Cor- dar gula, asam laktat, total asam dan
porate Finance. 35:329-344 pH yoghurt susu kedelai. Jurnal Kimia
Ihm, J. 2015. Network measures to evaluate Valensi. 1(1):1-6
stakeholder engagement with non- Muhtadi, M, Z, Z. 2009. Manajemen pemeli-
profit organizations on social net- haraan untuk optimalisasi laba peru-
working sites. Public Relations Review. sahaan. Jurnal Pendidikan Akuntansi
41(4):501-503 Indonesia. 8(1): 35–43
Jackson, RS. 2014. ‘Fermentation’. Dalam Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pen-
Jackson, RS. Wine Science. Academic gendalian Manajemen. Salemba Empat,
Press, Tokyo Jakarta
Kusumasari, B. 2012. Network organisation Murali, S, Pugazhendhi, S, Muralidharan, C.
in supporting post-disaster manage- 2016. Modelling and Investigating the
ment in Indonesia. International Journal relationship of after sales service qual-
of Emergency Services. 1(1):71-85 ity with customer satisfaction, reten-
Lestari, N, F, Makin, M, Firman, A. 2015. tion and loyalty – a case study of home
Hubungan antara penerapan good appliances business. Journal of Retailing
dairy farming practice dengan tingkat and Consumer Services. 30:67-83
pendapatan peternak pada peterna- Nababan, L, A, Suada, I, K, Swacita, I, B, N.
kan sapi perah rakyat (suatu kasus di 2014. Ketahanan susu segar pada pe-
wilayah kerja KPBS pangalengan ka- nyimpanan suhu ruang ditinjau dari
bupaten bandung). Student e-journals. uji tingkat keasaman, didih, dan wak-
4(3):1-16 tu reduktase. Indonesia Medicus Veteri-
Li, Y. 2011. Study on operating performance nus. 3(4):274-282
of listed companies in electronic infor- Nababan, L, A, Suada, I, K, Swacita, I, B, N.
mation industry. Procedia Environmen- 2015. Kualitas susu segar pada peny-
tal Sciences. 10:344-349 impanan suhu ruang ditinjau dari uji
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambil alkohol, derajat keasaman dan angka
Keputusan Kriteria Majemuk. Gramedia katalase. Indonesia Medicus Veterinus,.
Widiasarana Indonesia, Jakarta 4(4): 374-382
Markos, S, Sridevi, M, S. 2010. Employee en- Partovi, F, Y, Burton, J, Banerjee, A. 1990.
gagement: the key to improving per- application of analytical hierarchy
formance. IJBM. 5(12):89-96 process in operations management.
Mataragas, M, Dimitriou, V, Skandamis, P, N, International Journal of Operations &
Drosinos, E, H. 2011. Quantifying the Production Management. 10(3):5-19
spoilage and shelf-life of yoghurt with Rakhmawati, N, Hadi, W. 2015. Peranan hi-
fruits. Food Microbiology. 28(3):611-616 giene dan sanitasi dalam proses pen-
Medeiros, A, C, Souza, D, F, Correia, R, T, P. golahan makanan di hotel brongto
2015. Effect of incubation temperature, yogyakarta. Jurnal Khasanah Ilmu.
heat treatment and milk source on the 6(1):79-87
yoghurt kinetic acidification. IFRJ. Robinson, R, K. 1993. Lactic acid bacteria.
22(3):1030-1036 British Food Journal. 95(4):29-30
Milagres, M, P, Brandão, S, C, C, Magalhães, Royan, FM. 2009. Distributorship Management.
M, A, Minim, V, P, R, Minim, L, A. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
2012. Development and validation of Santoso, H, B. 1994. Teknologi Tepat Guna
the high performance liquid chroma- Susu dan Yoghurt Kedelai. Kanisius, In-
tography–ion exclusion method for donesia
detection of lactic acid in milk. Food Santoso, S. 2007. Seri Solusi Bisnis TI: Total
Chemistry. 135(3):1078-1082 Quality Management (TQM) dan Six Sig-
Moorby, J, M, Ellis, N, M, Davies, D, R. 2016. ma. Elex Media Komputindo, Jakarta
Assessment of dietary ratios of red clo- Sayuti, M, Muhammad, Rifa’i, M, S. 2013.
ver and corn silages on milk produc- Evaluasi manajemen perawatan mesin
tion and milk quality in dairy cows. dengan menggunakan metode reliabil-
Journal of Dairy Science. 99(10):7982- ity centered maintenance pada pt z. MIEJ
7992 Journal. 2(1): 9-13

9
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 18 No. 1 [April 2017] 1-10
Penerapan Metode FMEA dan AHP dalam Perumusan Strategi Pengelolaan Resiko [Prasetiyo dkk.]

Sembiring, J J. 2010. Smart HRD: Perusahaan Utami, K, B, Radiati, L, E, Surjowardojo, P.


Tenang, Karyawan Tenang. Visimedia, 2014. Kajian kualitas susu sapi perah
Jakarta PFH (studi kasus pada anggota kope-
Surono, IS, Sudibyo, A, Waspodo, P. 2016. rasi agro niaga di kecamatan jabung
Pengantar Keamanan Pangan Untuk kabupaten malang). Jurnal Ilmu-Ilmu
Industri. Deepublish, Yogyakarta Peternakan. 24(2):58–66
Tauer, L, W. 2002. Estimating risk-adjusted Weeks, H, L, Frederick, T, W, Hagan, L, M,
interest rates for dairy farms. Agricul- Heyler, K, Hristov PAS, A, N. 2015.
tural Finance Review. 62(1):59-68 Case study: Farm-level evaluation of
Teng, S, H, Ho, S, Y. 1996. Failure mode and implementing nitrogen and phospho-
effects analysis: An integrated ap- rus feeding best management practices
proach for product design and process on Pennsylvania dairy farms. The Pro-
control. International Journal of Quality fessional Animal Scientist. 31(5):573-483
& Reliability Management. 13(5):8-26 Yasa, I, W, W, Sila Dharma, I, G, B, Ketut
Tchankova, L. 2002. Risk identification–basic Sudipta, I, G. 2013. Manajemen resiko
stage in risk management. Environmen- operasional dan pemeliharaan tem-
tal Management and Health. 13(3):290- pat pembuangan akhir (TPA) region-
297 al bangli di kabupaten bangli. Jurnal
Spektran. 1(2): 30-38

10

Anda mungkin juga menyukai