Anda di halaman 1dari 106

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

BABUL RAHMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Disusun sebagai Salah Satu Syarat


untuk Menyelesaikan Matakuliah
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman

Oleh

BABUL RAHMAN
E 281 16 278

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Judul :Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar


Perlindungan Tanaman

Tujuan :Mengetahui Jenis, GejalaSerangandan


Pengendalian dari Hama, Penyakit dan Nematoda
pada Tanaman

Nama : Babul Rahman


Stambuk : E 281 16 278
Kelompok : LIMA (5)
Pragram Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako

Palu, November 2017

Mengetahui,

Koordinato Asisten Asisten Penanggung Jawab

I Made Dwikarya Putra


Wulandari
E 281 15 194 E 281 13 110

Menyetujui,

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Matakuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman

Ir. Burhanuddin Nasir, MP.


Nip.196206181989031001
RINGKASAN

Serangga tergolong dalam phylum Arthropoda, sub-phylum Mandibulata,


class Insecta. Serangga terbagi menjadi tiga bagian ruas yakni kepala (caput)
(yang terdapat sepasang antena, sepasang mata majemuk, tiga buah ocelli, dan
seperangkat alat mulut), tiga ruas membentuk toraks (yang masing-masing
segmen terdapat tiga pasang tungkai, memiliki dua pasang sayap yang melekat
pada segmen ke dua dan ketiga dari toraks yang berfungsi sebagai alat gerak), dan
11 ruas membentuk abdomen (yang itumbuhi oleh spirakel, timpanum, alat
genitalia, dan dilengkapi dengan ovipositor).
Hama yang menyerang tanaman dapat mengakibatkan terjadinya
penyimpangan dan juga ketidak normalan pada tanaman sehingga dapat
menyebabkan kehilangan hasil tanaman. Kerugian pada budidaya tanaman
seringkali diakibatkan oleh Organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga
perlu diadakannya perlindungan tanaman dengan tujuan meminimalisir kerugian
yang disebabkan oleh OPT.
Penyimpanan hasil-hasil pertanian yang dilakukan dengan tidak benar
akan mengakibatkan penurunan kualitas hasil pertanian tersebut. Penurunan hasil
kualitas disebabkan oleh adanya serangan jamur, bakteri, dan hama. Jenis
serangga hama yang menyerang hasil penyimpanan pertanian di dalam gudang
yakni diantaranya dari ordo coleoptera atau sebangsa kumbang. Salah satu cara
dalam pengendalian hama gudang adalah dengan mengetahui jenis hama apa yang
menyerang dan bagaimana cara hama tesebut berkembang biak.
Salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian dari golongan jamur yang
merupakan sekelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi,
sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora,
namun tidak memiliki klorofil. Cendawan atau jamur tidak memiliki akar maupun
batang dan daun, serta tidak memiliki sistem pembuluh seperti pada tumbuhan
tingkat tinggi.
Mikroorganisme tanah yang dapat merugikan tanaman dapat
mengakibatkan tanaman yang menjadi inang mikroba pengganggu tersebut seperti
tanamantumbuh tidak normal, tanaman layu, menguning, kerdil dan sebagainya
maka tanaman tersebut sudah dapat dipastikan bahwa tanaman tersebut
mengalami gangguan baik biotik maupun abiotik.
Nematoda merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat
menguntungkan bagi tanaman maupun ada juga yang dapat merugikan tanaman.
Tubuh nematoda bila diamati di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing
mikroskopis dengan ukur tubuh yang sangat kecil dan berwarna bening.
Nematoda habitatnya terdapat di dalam tanah. Saat nematoda menyerang tanaman
akan menyebabkan tanaman tersebut layu, menguning bahkan dapat menjadi mati
apabila serangan nematoda tersebut sudah parah.
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan

laporan ini dengan judul “Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan

Tanaman”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

mata kuliah Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

Selama pelaksanaan praktikum ini penyusun banyak mendapatkan arahan,

bimbingan, saran serta dorongan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan

praktikum dan penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.

Oleh karenanya, dengan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Burhanuddin Nasir, MP. selaku dosen penanggung jawab

praktikummata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.

2. I Made Dwikarya Putra. Selaku koordinator asisten penanggung jawab

praktikum mata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.

3. Wulandari. selaku asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah

Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.

Akhir kata, Alhamdulillahi Rabbil Alamin semoga Allah SWT

Memberikan imbalan yang setimpal atas kebaikan dan jasa-jasa mereka, serta

tulisan ini mendapat ridho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak.

Palu, November 2017

penyusun
KATA PENGANTAR

Ucapan rasa syukur dan puji tidak bosan-bosan selalu kami panjatkan

kehadirat Allah SWT, karena setiap curahan rahmat serta anugerah-Nya, sehingga

kami mampu merampungkan laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

Adapun penyusunan laporan percobaan ini adalah dengan maksud supaya

dapat mengetahui morfologi serangga, jenis-jenis ordo, jenis-jenis penyakit,

jamur, bakteri dan virus serta mengenal nematoda pada tanaman.

Lewat pencatatan pengamatan ini, beragam tantangan telah penulis

rasakan, oleh sebab itu, selesainya laporan pengamatan ini tentu saja bukan hanya

sekedar kerja keras dari penulis semata-mata. Tetapi karena bantuan dan

dukungan yang diberikan oleh segenap pihak yang terlibat.

Berkaitan dengan perihal ini, penulis disertai keikhlasan hati

menghaturkan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen

penanggungjawab dan para asisten praktikumyang telah selalu membina penulis

untuk penyelesaian laporan ini.

Terkait membuat laporan pengamatan ini, penulis benar benar menyadari

ditemukan banyak keterbatasan yang ada pada laporan ini. Dengan sebab itu,

penulis sungguh-sungguh meminta saran beserta kritik yang membangun dari

segenap pihak agar laporan pengamatan selanjutnya bisa lebih baik lagi dan dapat

berguna bagi khalayak umum.


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
RINGKASAN iv
UCAPAN TERIMAKASIH v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1


1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 5
1.3 ManfaatPraktikum……………………………………………. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Morfologi ......................................................................................... 7


2.1.1 Caput ................................................................................................................ 7
2.1.2 Toraks .............................................................................................................. 7
2.1.3 Abdomen .............................................................................................................................8

2.2 Ordo Serangga ....................................................................................................... 9


2.1.1 Pengenalanordosecaraumum .................................................................... 9
2.1.1.1Ordo Orthoptera .............................................................................. 9
2.1.1.2Ordo Hemiptera ............................................................................. 10
2.1.1.3 Ordo Coleoptera ........................................................................... 11
2.1.1.4Ordo Lepidoptera .......................................................................... 11
2.1.1.5 Ordo Homoptera .......................................................................... 12
2.1.1.6 Ordo Odonata ................................................................................ 13
2.1.1.7 Ordo Diptera.................................................................................. 13
2.1.1.8 Ordo Hymenoptera ...................................................................... 14
2.1.1.9 Ordo Dermaptera ......................................................................... 14
2.1.1.10 Ordo Isoptera .............................................................................. 15
2.1.1.11 Ordo Neuroptera ...................................................................................................... 16
2.1.2 DaurHidup .................................................................................................... 16
2.1.2.1Belalang pedang (Sexava sp.) .................................................... 16
2.1.2.2Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) .................... 18
2.1.2.3Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ....................... 19
2.1.2.4 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ...................... 20
2.1.2.5 Penggerek buah kakao
(Conopomorpha cramerella) .................................................................. 20
2.1.2.6Ulat daun bawang merah (Spodopteraexigua) ..................... 21
2.1.2.7Kutu daun (Aphis sp.) .................................................................. 21
2.1.2.8Lalat buah pada cabe (Bactrocera sp.) ................................... 21
2.1.2.9Capung (Neurothemis sp.) .......................................................... 22
2.1.3GejalaSerangan ............................................................................................ 24
2.1.3.1 Belalang pedang (Sexava sp.)................................................... 24
2.1.3.2Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) .................... 24
2.1.3.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ...................... 24
2.1.3.4Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) .................................................... 25
2.1.3.5 Penggerek buah kakao ................................................................................. 25
(Conopomorpha cramerella) .................................................................. 25
2.1.3.6Ulat daun bawang merah (Spodopteraexigua) ..................... 25
2.1.3.7Kutu daun (Aphis sp.) .................................................................. 26
2.1.3.8Lalat buah pada cabe (Bactrocera. sp) ................................... 26

2.3 Pengenalan Hama Gudang ............................................................................. 27


2.3.1Pengenalanhamagudangsecaraumum .................................................. 27
2.3.1.1Kumbangberas ( Sitophilus oryzae L.) .................................. 27
2.3.1.2Kumbang tepung (Tribolium sp) ............................................ 27
2.3.1.3 Kumbang jagung ( Sitophilus zeamays) .............................. 28
2.3.1.4Kumbang kacang hijau ................................................................................. 28
(Callosobruchuschinensis) ...................................................... 28
2.3.1.5 Kumbang kopra (Necrobiarufipes) ....................................... 29
2.3.2 DaurHidup .................................................................................................... 29
2.3.2.1 Kumbangberas ( Sitophilus oryzae L.) ................................. 29
2.3.2.2Kumbang tepung (Tribolium sp) ............................................ 30
2.3.2.3 Kumbang jagung ( Sitophilus zeamays) .............................. 30
2.3.2.4 Kumbang kacang hijau ................................................................................ 30
(Callocaprochuschenensis) ................................................................... 30
2.3.2.5 Kumbang kopra ( Necrobiar afipes ).................................... 31
2.3.3 GejalaSerangan ........................................................................................... 31
2.3.3.1 Kumbang beras ( Sitophilus oryzae L.) ................................ 31
2.3.3.2 Kumbang tepung (Tribolium sp) ........................................... 31
2.3.3.3 Kumbang jagung ( Sitophilus zeamays) .............................. 32
2.3.3.4 Kumbang kacang hijau ................................................................................ 32
(Callocaprochuschenensis) ................................................................... 32
2.3.3.5 Kumbang kopra ( Necrobiar afipes ).................................... 32

2.4 Pengenalan Penyakit yang diSebabkan oleh Jamur............................. 33


2.4.1Klasifikasi dan Morfologi ......................................................................... 33
2.4.1.1Alternariaporri ............................................................................. 33
2.4.1.2Colletotrichum capsici ............................................................... 33
2.4.1.3 Aspergilus niger .......................................................................... 33
2.4.1.4 Fusarium oxyporum................................................................... 34
2.4.2 DaurHidup .................................................................................................. 34
2.4.2.1Alternariaporri ............................................................................. 34
2.4.2.2 Colletotrichum capsici .............................................................. 35
2.4.2.3Aspergilus niger ........................................................................... 35
2.4.2.4 Fusarium oxyporum................................................................... 35
2.4.3GejalaSerangan ........................................................................................... 36
2.4.3.1Alternariaporri ................................................................................................ 36
2.4.3.2Colletotrichum capsici .................................................................................. 36
2.4.3.3Aspergilus niger ........................................................................... 37
2.4.3.4Fusarium oxyporum ....................................................................................... 37

2.5 Pengenalan Penyakit Disebabkan olehBakteri dan Virus ................. 37


2.5.1Blood Disease Bacterium(BDB) ............................................................. 37
2.5.2Pseudomonas Solanacearum ................................................................... 38
2.5.3Peanut Mottle Virus(PMoV) .................................................................... 38
2.5.4Peanut Strippe Virus(PStV) ..................................................................... 38
2.5.5 Tungro ........................................................................................................... 39
2.5.6Klasifikasi ...................................................................................................... 39
2.5.6.1 Blood Disease Bacterium(BDB)............................................ 39
2.5.6.2 Pseudomonas Solanacearum .................................................. 39
2.5.6.3 Peanut Mottle Virus(PMoV) ................................................... 40
2.5.6.4 Peanut Strippe Virus(PStV) .................................................... 40
2.5.6.5 Tungro ........................................................................................... 40
2.5.7 Daur Hidup................................................................................................... 40
2.5.7.1 Blood Disease Bacterium(BDB)............................................ 40
2.5.7.2 Pseudomonas Solanacearum .................................................. 41
2.5.7.3 Peanut Mottle Virus(PMoV) ................................................... 41
2.5.7.4 Peanut Strippe Virus(PStV) .................................................... 41
2.5.7.5 Tungro ........................................................................................... 41
2.5.8Gejala Serangan ......................................................................................... 42
2.5.8.1 Blood Disease Bacterium(BDB)............................................ 42
2.5.8.2 Pseudomonas Solanacearum .................................................. 43
2.5.8.3 Peanut Mottle Virus(PmoV) ................................................... 43
2.5.8.4 Peanut Strippe Virus(PStV) .................................................... 43
2.5.8.5 Tungro ........................................................................................... 44
2.5.9 Pengendalian Secara Umum ................................................................ 44
2.5.9.1 Blood Disease Bacterium(BDB) ..................................................... 44
2.5.9.2 Pseudomonas Solanacearum ................................................... 44
2.5.9.3 Peanut Mottle Virus(PmoV) ............................................................. 45
2.5.9.4 Peanut Strippe Virus(PStV) ..................................................... 46
2.5.9.5 Tungro ..................................................................................................... 46

2.6 Pengenalan Nematoda ...................................................................................... 47


2.6.1 Sistematika Nematoda Meloidogyne spp........................................... 47
2.6.2 Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp. ............................................................ 48
2.6.3 Morfologi dan Cara menginfeksi tanaman ........................................ 48
2.6.4 Teknik ekstrasi Cematoda Meloidogyne spp ......................................................... 49

BAB III. METODE PRAKTEK


3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................................... 50
3.2 AlatdanBahan......................................................................................................... 50
3.3 CaraKerja ................................................................................................................ 52

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PengenalanMorfologiSerangga .............................................................................. 53


4.1.1 Hasil ............................................................................................................... 53
4.1.2 Pembahasan ................................................................................................. 54

4.2 Pengenalan Ordo-OrdoSerangga ...................................................................... 54


4.2.1 Hasil ................................................................................................................54
4.2.2 Pembahasan ...................................................................................................59

4.3 Pengenalan Hama Gudang .................................................................................. 61


4.3.1 Hasil ................................................................................................................61
4.3.2 Pembahasan ...................................................................................................65

4.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur.................................... 69


4.4.1 Hasil ................................................................................................................69
4.4.2 Pembahasan ...................................................................................................71

4.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh


Bakteri Dan Virus ................................................................................................. 73
4.5.1 Hasil ............................................................................................................... 73
4.5.2 Pembahasan ................................................................................................. 75

4.6 Penegenalan Nematoda ........................................................................................ 78


4.6.1 Hasil ..............................................................................................................78
4.6.2 Pembahasan..................................................................................................79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 83


5.2 Saran ......................................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Morfologi Belalang (Valanga nigricornis) ............................................................ 53


2. Gejala Serangan Belalang (Valanga nigricornis) Pada Tanaman
Jagung (Zeamays) ...................................................................................................... 53
3 Morfologi Kepik Hijau(Nezara virudula) ............................................................... 55
4. Gejala Serangan Kepik Hijau(Nezara viridula) Pada Tanaman Kacang
hijau(Phaseolus radiatus).......................................................................................... 55

5. Morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta) .................................................... 55


6. Gejala Serangan Walang Sangit(Leptocorixa acuta) padaDaun Jagung
(Zea mays) ...................................................................................................................... 56

7. Larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha Cramerella) .......................... 56


8. Gejala Serangan Larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha
Cramerella)pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) ................................... 56

9. Morfologi Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) ............................. 57

10. Gejala seranganulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) pada Daun
Bawang Merah (Allium oscolonicum) .................................................................... 57

11. Morfologi Kumbang Helem(Coccinella arcuta) ................................................ 57


12. Morfologi Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros.) ............................................ 58

13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros)pada Pohon


Kelapa(Cocos nucifera) ............................................................................................. 58

14. Morfologi Kutu Dauun (Alcurodicus destructor Mask.) .................................. 58

15. Gejala serangan Kutu Dauun (Alcurodicus destructor Mask) pada


Daun Cabai (Aphium graveolens). .......................................................................... 59

16. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae). ................................................. 62


17. Gejala Serangan Kubang Beras (Sitophilus oryzae) pada TanamanPadi
(Oriza sativa). ............................................................................................................... 62

18. Morfologi Kumbang Tepung (Triboliumsp.). ...................................................... 62


19. Gejala Serangan Kumbang Tepung (Triboliumsp) pada Tepung................... 63
20. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) ............................................ 63
21. Gejala serangan Kubang Jagung (Sitophilus oryzae) pada
TanamanPadi (Oriza sativa). .................................................................................... 63

22. Morfologi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis). .................. 64


23. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus
chinensis)pada Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) .............................. 64

23. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rifupes) .................................................. 64


24. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia Rifupes) pada Biji Kopra 65

25. Buah Cabai (Capsicum annum) yang Diduga Terserang Penyakit


Busuk Buah Cabai yang Disebabkan oleh Jamur Colletotrichum
capsici ............................................................................................................................. 69

26. Roti Yang Terserang jamur Aspergilus Niger ..................................................... 70

27. Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang diduga terserang


penyatakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum ............. 70

28. Pada Batang Tanaman Pisang (Musa sp.) yang diduga terserang
penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum ............... 70

29. Pada Daun Tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) yang


diduga terserang penyakit layu yang disebabkan oleh jamur
Alternaria porri ............................................................................................................ 73

30. Buah dan Batang Pisang (Musa paradisiacal) yang Terserang


Penyakit Darah BDB (Blood Disease Bacterium) ............................................. 73

31. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang terserang Layu Bakteri


yang Disebabkan Oleh Pseudomonas solanacearum ........................................ 74

32. Tanaman Kacang Tanah ( Arachi hypogeae L )yang Terserang PStV


(Peanut Stripe Virus). ................................................................................................. 74

33. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L ) yang Terserang PStV


(Peanut Stripe Virus). ................................................................................................. 74

34. Tanaman Padi yang Terserang Virus Tungro(Penyakit Kerdil Hampa) . 75


35. Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.) yang Terserang
Nematoda Meloidogyne spp ..................................................................................... 78

36. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di


bawah mikroskop ......................................................................................................... 78

37. Morfologi Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di


bawah mokroskop ........................................................................................................ 79
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serangga adalah binatang terbanyak di dunia. Serangga mempuyai nama

lain insekta dan hexapoda. Kata insekta atau insect berasal dari kata insecare.

Kata tersebut mengandung dua arti, yaitu in berarti “menjadi” dan secare berarti

“memotong” atau “membagi”. Jadi, insekta berarti binatang yang mempunyai

tubuh terbagi-bagi atau bersegmen-segmen. Sedangkan hexapoda terdiri dari dua

kata hexa dan poda. Hexa mempunyai arti “enam” dan poda mempunyai arti

“kaki” sehingga hexapoda berarti binatang berkaki enam. Golongan binatang

secara berurutan akan terdiri atas beberapa phyila, satu phyila terdiri atas beberapa

klas, demikian seterusnya yang berarti jumlahnya akan terus meningkat dalam

setiap kelompok. Kelompok spesies/ jenis terdiri atas sekitar satu juta nama

(Rahmawati, 2012).

Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme

pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman

dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. gangguan

yang disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan

diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman. Resiko ini

merupakan konsekuensi logis dari setiap perubahan ekosistem yang terjadi akibat

budidaya tanaman. Hama dari jenis serangga merupakan kendala yang dihadapi

oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya

dan hasil produksi pertanian.


Hama tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga dapat menurunkan

produkttifitas tanaman dan menurunkan nilai ekonomis dari hasil produksi

tanaman dan dapat menyebabkan tanaman akan layu dan bahkan mati

(Rahmawati, 2012).

Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan

kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan

hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis

serangga yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat

hama. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas

serangga (insecta), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi

jenis-jenis serangga hama pengganggu tanaman. Hama gudang merupakan hama

yang sering menyerang bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam

penyimpanan dan gejala yang ditimbulkan sangat merugikan. Hama gudang

mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang

di lapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas

yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.Walaupun

hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang

terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya masing-masing

memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang

produk dalam gudang (Rahmawati, 2012).

Umumnya petani tidak dapat membedakan antara tanaman yang terserang

hama dan tanaman yang terserang penyakit. Secara biologi Penyakit tumbuhan

adalah proses fisiologi yang tidak normal dalam badan tumbuhan, yang dapat

menyebabkan kerugian langsung pada petani, karena dapat mengurangi kualitas


dan kuantitas hasil. Penyakit yang menyerang tanaman biasanya menimbulkan

gejala-gejala atau ciri khas sehingga dapat memudahkan untuk mengetahui

penyakit yang menyerang tanaman. Penyakit tumbuhan salah satunya dapat

disebabkan oleh jamur. Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang

menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak,

berkembang biak dengan spora namun tidak memiliki klorofil, tumbuhnya berupa

thallus (belum ada defferensiasi menjadi akar, batang dan daun) serta tidak

mempunyai sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Agar

terhindarnya tanaman dari penyakit yang disebabkan oleh jamur, maka

pengetahuan lebih lanjut tentang jamur harus dikembangkan untuk mendapatkan

pengendalian peyakit yang efektif dan ramah lingkungan dengan eksploitasi agens

hayati (Tjahjadi, 2008).

Penyakit-penyakit yang diderita tanaman disebabkan oleh patogen bakteri

dan virus yang mneyerang tanaman. Adanya penyakit yang diderita tanaman dapat

menyebabkan tanaman tidak bisa memberikan hasil yang baik secara kualitas dan

kuantitas. Sehingga mengakibatkan kerugian hasil panen yang diharapkan oleh

orang yang membudidayakan tanaman tersebut. Bakteri adalah mikroorganisme

bersel satu dengan ukuran sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan

menggunakan mikroskop. Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri,

serta mengambil bahan makanan secara parasitis dengan cara menghisapnya

melalui dinding sel. Bakteri diketahui memiliki empat bentuk, diantaranya

berbentuk batang (baksilus), bulat (kokkus), koma (vibrion), dan spiral (spirilum).

Virus merupakan organisme subselular yang berukuran sangat kecil, lebih kecil

dari bakteri sehingga hanya dapat dilihat menggunakan


mikroskop elektron dan hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup sehingga

virus disebut parasit yang biotroph. Gejala serangan penyakit virus sering tidak

dapat dibedakan dengan gejala kekurangan unsur hara, pengaruh faktor

lingkungan yang ekstrim ataupun pengaruh pencemaran bahan kimia. Yang

membedakan penyakit tanaman karena serangan virus dengan penyakit tanaman

Non-patogenik (yang bukan disebabkan oleh patogen) adalah bahwa penyakit

tanaman yang terserang virus dapat ditularkan pada tanaman yang sehat,

sedangkan tanaman Non-patogenik tidak dapat ditularkan. Agar terhindarnya

tanaman dari penyakit, maka pengetahuan lebih lanjut tentang bakteri dan virus

harus dikembangkan untuk mendapatkan pengendalian peyakit yang efektif

(Triharso, 2005).

Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh

mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan

mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis

tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya

penyakit pada tumbuhan seperti jamur, bakteri, virus dan nematoda. Nematoda

termasuk filum hewan, didalamnya termasuk nematoda parasit tanaman dan

hewan, serta spesies nematoda yang hidup bebas. Nematoda parasit tanaman

merupakan parasit obligat, mengambil nutrisi hanya dari sitoplasma sel tanaman

hidup.

Beberapa nematoda parasit tanaman adalah ektoparasit, hidup di luar

inangnya sehingga menyebabkan kerusakan berat pada akar dan dapat menjadi

vektor virus yang penting. Spesies lain, ada yang hidup di dalam akar, bersifat

endoparasit migratori dan sedentari. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan
juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang

tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit

karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman (Ismawati,

2010).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum Pengenalan Bagian-Bagian Morfologi Serangga

yaitu untuk mengetahui bagian-bagian morfologi serangga dan fungsinya masing-

masing. Kegunaan dari praktikum ini agar praktikan mengetahui bagian-bagian

morfologi serangga dan fungsinya masing-masing.

Tujuan dari praktikum Pengenalan Ordo-Ordo Serangga yaitu untuk

mengetahui ordo-ordo dari setiap serangga dan morfologinya serta dapat

mengetahui gejala tanaman yang terserang serangga. Kegunaan dari praktikum ini

yaitu agar praktikan dapat mengetahui morfologi serangga dan gejala serangan

Yng ditimbulkan akibat hama dan agar memudahkan pengklasifikasikan serangga

hama tersebut.

Tujuan dari praktikum Pengenalan Hama Gudang yaitu untuk mengetahui

jenis-jenis hama yang menyerang pada tempat-tempat penyimpanan hasil

pertanian. Kegunaan praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui

morfologi serangga dan gejala serangga yang ditimbulkan akibat hama gudang.

Tujuan dari praktikum Pengenalan Penyakit Jamur yaitu untuk mengetahui

gejala-gejala penyakit pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur, dan cara

menginokulasi dan mengisolasi pada media PDA. Kegunaan dari prktikum ni agar

praktikan dapat membedakan jenis-jenis jamur pada tanaman inangnya, dan


mengetahui bagaimana cara mengikolasi dan mengisolasi mikroorganisme

khususnya jamur pada media.

Tujuan dari praktikum Pengenalan Penyakit Bakteri dan Virus yaitu untuk

mengetahui ciri morfologi tanaman yang terserang oleh bakteri dan virus pada

tanaman, serta mengetahui dan memahami cara isolasi mikroorganisme terutama

bakteri dan virus secara baik dan benar. Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar

praktikan dapat membedakan ciri morfologitanaman yang terserng oleh bakteri

dan virus, serta dapat melakukan bagaimana cara mengisolasi bakteri.

Tujuan dari prakatikum Pengenalan Nematoda yaitu untuk mengetahui ciri

morfologi, gejala serangan, teknik ekstraksi, dan tekniki pengendalian nematoda

pada tanaman. Kegunaan dari praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui ciri

morfologi, gejala serangan, teknik ekstraksi, dan tekniki pengendalian nematoda

pada tanaman.

1.3 Manfaat Praktikum

Untuk mengetahui jenis ordo-ordo serangga, hamam gudang serta gejala

serangan dan pengendalian hama, penyakit, dan Nematoda pada beberapa jenis

tanaman pertanian.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Morfologi

2.1.1 Caput

Caput merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk

pengumpulan tanaman dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan

syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sklerit.

Sklerit-sklerit ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura yang tampak sebagai alur.

Kutikula pada kepala mengalami penonjolan kearah dalam, membentuk rangka

kepala bagian dalam, yang disebut tentorium (Pracaya, 2007).

2.1.2 Thoraks

Dada (thoraks) terdiri atas tiga segmen yaitu prothoraks (anterior) adalah

bagian depan dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai

depan, mesothoraks (tengah) bagian tengah dari thoraks dan sebagai tempat atau

dudukan bagi sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan dan metathoraks

(posterior) bagian belakang bagi thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi

sepasang tungkai belakang dan sepasang sayap belakang. Karena pada torak

terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura

tidak bersayap). Torak bagian dorsal disebut notum (Pracaya, 2007).


2.1.3 Abdomen

Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat

pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen serangga terdiri dari beberapa

ruas, rata-rata 9 sampai 10 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi

sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang

mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral disebut sternit, dan bagian

ventral berupa membran disebut pleura. Perkembangan evolusi serangga

menunjukkan adanya tanda-tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan

banyaknya ruas abdomen. Serangga betina dewasa yang tergolong apterygota,

seperti Thysanura, memiliki ovipositor yang primitive dimana bentuknya terdiri

dari dua pasang embelan yang terdapat pada bagian bawah ruas abdomen

kedelapan dan kesembilan. Sesungguhnya, terdapat sejumlah serangga yang tidak

memiliki ovipositor, dengan demikian serangga ini menggunakan cara lain untuk

meletakkan telurnya. Jenis serangga tersebut terdapat dalam ordo Thysanoptera,

Mecoptera, Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Serangga ini biasanya akan

menggunakan abdomennya sebagai ovipositor. Beberapa spesies serangga dapat

memanfaatkan abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan telur-

telurnya (Pracaya, 2007).


2.2 Ordo Serangga

2.2.1 Pengenalan ordo secara Umum

2.2.1.1 Ordo orthoptera

Ordo orthoptera berasal dari kata orthos yang artinya ”lurus” dan pteron

artinya “sayap”. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang.

Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena

menebal/mengeras dan disebut Tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar

dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di

bawah sayap depan. Seringkali ini disebut juga belalang (Valanga nigricornis)

(Rioardi, 2009).

Pada ordo ini, alat-alat tambahan lain pada caput antara lain dua buah

(sepasang) mata facet, sepasang antena, serta tiga buah mata sederhana (occeli).

Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas)

pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut

Tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-

tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada

ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). beberapa jenis serangga anggota ordo

Orthoptera antara lain yaitu kecoa (Periplaneta sp.), belalang sembah/mantis

(Otomantis sp.) dan belalang kayu (Valanga nigricornis). Ada mulutnya bertipe

penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang

mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus

maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya (Hansamunahito, 2006).


2.2.1.2 Ordo hemiptera

Ordo hemiptera hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Ordo

Hemiptera atau bangsa kepik memiliki anggota yang besar dan sebagian besar

anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa atau imago),

namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator yang menghisap cairan

tubuh serangga lain, anggota ordo ini umumnya memiliki dua pasang sayap

(beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian

pangkal dan bagian ujung membranus yang disebut Hemelytra. Pada bagian

kepala dijumpai adanya mata facet dan occeli (Hansamunahito, 2006).

Golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap

depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal,

sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis. Metamorfose

bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia :

telur, menjadi nimfa, lalu menjadi dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang

belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut

pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat

pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo hemiptera, rostum tersebut

muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas

memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran,

yakni saluran makanan dan saluran ludah (Rioardi, 2009).


2.2.1.3 Ordo coleoptera

Ordo coleoptera artinya coleos berarti “seludang” dan pteron berarti

“sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti

seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh.

Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui

stadia : telur kemudian larva lalu kepompong (pupa) dan menjadi dewasa (imago).

Alat mulut bertipe penggigit pengunyah, umumnya mandibula berkembang

dengan baik (Rioardi, 2009).

Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat

ditemui pada bagian habitat subcortical (dibawah kulit kayu dan fungi). Anggota

ordo ini ada yang bertindak sebagai hama namun ada pula yang bertindak sebagai

predator bagi serangga lain termasuk hama, memiliki sayap depan yang menebal

serta tidak memiliki vena (Hartati, 2009).

2.2.1.4 Ordo lepidoptera

Ordo lepidoptera berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya

“sayap”. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada

imagonya bertipe mulut menghisap. Metamorfose bertipe sempurna

(Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia yaitu telur kemudian larva

lalu kepompong dan menjadi dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki

thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Tipe alat mulut

seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga

dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut Proboscis, palpus maxillaris dan
mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna

Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang

berwarna-warni. Pada kepala dijumpai alat mulut seranga bertipe pengisap,

sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa

tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya

mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe

sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur-larva-

kepompong-dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun

abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain :

Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah

(Attacus atlas L), Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura) (Rioardi, 2009).

2.2.1.5 Ordo homoptera

Ordo homoptera homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap” serangga

golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari

serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap.

Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui

stadia : telur menjadi nimfa dan menjadi dewasa. Baik nimfa maupun dewasa

umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Alat mulut juga bertipe

pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Ordo

Homoptera atau bangsa wereng dan kutu, anggota ini secara morfologi mirip

dengan anggota ordo hemiptera namun yang membedakannya yaitu pada bagian

sayap depan dan tempat pemuncuan rostumnya. Sayap depan ordo ini memiliki

tekstur yang homogeny biasa keras semua atau membranus semua, sedangkan
sayap belakang bersifat membranus. Anggota ordo Homoptera memiliki

morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya

antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan

rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang

homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang

bersifat membranus (Rioardi, 2009).

2.2.1.6 Ordo odonata

Odonata merupakan serangga purba yang dapat dijadikan model dalam

penelitian filogenetik yang mempelajari garis kekerabatan antara fosil dengan

serangga modern. Fosil serangga menyerupai Odonata yang sangat terkenal

adalah Meganeura yang hidup pada periode karbon yaitu kira-kira 300 juta tahun

yang lalu. Meganeura monyi merupakan serangga terbesar yang diketahui pernah

ada di bumi yaitu panjang bentangan sayapnya mencapai 75 cm (Rioardi, 2009).

Ordo odonata terdiri atas capung (Dragonflies) dan capung jarum

(Damselflies) yang terbagi menjadi tiga subordo yaitu Anisoptera (8 famili),

Zygoptera (17 famili), dan Anisozygoptera (1 famili; 10 famili telah punah).

Spesies Odonata di dunia yang telah terindetifikasi sekitar ± 7.000 spesies.

Banyaknya spesies serangga ini di bumi telah mengilhami para peneliti

melakukan berbagai research yang digunakan untuk kepentingan manusia dengan

model odonata (Rioardi, 2009).

2.2.1.7 Ordo diptera


Serangga anggota ordo diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,

pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu

pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat

keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai

adanya antene dan mata facet. Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang

perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak

berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun

ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe

coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat

predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.)

lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ) (Rioardi, 2009).

2.2.1.8 Ordo hymenoptera

Kata hymenoptera berasal dari bahasa yunani yaitu uman atau hymen

(kulit tipis, membrane) dan ptera (sayap) yang berarti sayap serangga ini tipis

seperti membrane yg halus, sayap depan lebih besar dari satap belakang. Sebagian

besar ordo ini merupakan pemakan serangga lain. Hymenoptera terbagi menjadi

dua subordo yaitu, chalastogastra dan clistogastra. Hymenoptera Mengalami

metamorfosis sempurna, tipe alat mulut mandibulata yang dilengkapi flabellum

sebagai alat pengisapnya. (Rioardi, 2009).

2.2.1.9 Ordo darmaptera


Dermaptera berasal dari bahasa yunani yaitu derma (kulit) dan ptera

(sayap). Kata dermaptera tersebut menunjukan tekstur dan tegmina (penutup

tubuh) dan dasar dari sayap. Dermaptera mudah dikenali dengan ciri ujung

belakangnya seperti sapit serta badannya datar, sempit dan berwarna coklat atau

hitam. Serangga ini banyak terdapat didaerah lembab seperti batang pisang atau

dibawah kulit tanaman yang telah mati. Spesies darmaptera banyak berfungsi

sebagai predator mereka menggunakan capit untuk menangkap lalu memakannya

(Hartati, 2009).

2.2.1.10 Ordo isoptera

Isoptera berasal dari kata isos (sama)dan pteron (sayap). Anai–anai atau

rayap adalah serangga-serangga sosial pemakan selolusa yang berukuran sedang

merupakan ordo Isoptera, secara relatif kelompok kecil dari serangga yang terdiri

kira-kira 1900 jenis di dunia. Mereka hidup dalam masyarakat-masyarakat dengan

organisasi yang tinggi dan terpadu, atau koloni–koloni, dengan individu–individu

yang secara morfologi dibedakan menjadi bentuk–bentuk berlainan atau kasta-

kasta yaitu reproduktif, pekerja, dan serdadu yang melakukan fungsi–fungsi

biologi yang berbeda. Rayap adalah serangga social yang hidup dalam suatu

komunitas yang disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup

lebih lama bila tidak berada dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah

efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing-masing kasta

mempunyai bentuk dan peran yang berada dalam kehidupannya.

Dibandingkan dengan serangga social lainnya dalam hal ini semut, rayap

memiliki beberapa kemiripan. Oleh karena itu, beberapa orang kerap kali
menyebut rayap sebagai ”semut putih”. Namun demikian perbedaan antara

organisme tersebut sesungguhnya cukup banyak, bahkan semut merupakan salah

satu musuh utama rayap (Hartati, 2009).

2.2.1.11 Ordo neuroptera

Kata lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, yaitu lepidos (sisik) dan

ptera (sayap). Jadi, artinya sayap serangga yang bersisik. Ukuran serangga ini ada

yang kecil dan ada yang besar. Jumlah sayapnya ada empat buah dan tertutup

dengan sisik. Antenanya ada yang seperti sikat dan ada yang seperti benang.

Bagian mulutnya saling berhubungan membentuk tabung. Bagian mulutnya

dilengkapi alat untuk mengigit. Selain itu, serangga ini memiliki alat penghisap

yang berbentuk spiral (Pracaya, 2007).

Ordo lepidoptera mencakup ngengat (moth) dan kupu-kupu (butterfly).

Perbedaan kupu-kupu dan ngengat yaitu berdasarkan waktu aktifnya dan ciri

morfologinya. Umumnya, kupu-kupu aktif di siang hari (diurnal), sedangkan

ngengat aktif di malam hari (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap

dengan cara menegakkan sayapnya, sehingga tampak permukaan bawah dari

sayapnya. Ngengat hinggap dengan sayap terlipat horizontal diatas tubuh. Kupu-

kupu biasanya memiliki warna yang indah dan cerah sedangkan ngengat

cenderung gelap (cokelat dan abu-abu).

Antena kupu-kupu berbentuk benang (filiform) dan membesar di

ujungnya, sedangkan hampir semua ngengat memiliki antena seperti bulu burung

atau seperti sisir (Triplehorn dan Johnson, 2005).


2.2.2 Daur Hidup

2.2.2.1 Belalang pedang (Sexava sp.)

Telur berasal dari belalang betina, dan pada masa reproduksi belalang

jantan akan memasukkan spermathopore kedalam ovipositor belalang betina.

Sperma memasuki sel telur melalui saluran halus yang disebut micropyles. Setelah

dibuahi belalang betina akan meletakkan telurnya pada tanaman, mungkin pada

batang, daun, atau pada bunga. Atau ada juga lho belalang betina yang menaruh

telurnya di dalam tanah menggunakan ovipositor untuk memasukkan telur sekitar

1 sampai 2 inci di bawah tanah. Dalam jangka waktu 3 sampai 4 hari belalang

betina akan mengeluarkan semua telurnya, selain itu pada masa bertelur belalang

betina mampu meletakkan ratusan butir telur. Telur-telur itu tersimpan di dalam

tanah sampai berbulan-bulan lamanya, dan akan menetas pada musim panas. Dan

setelah telur menetas menjadi nimfa belalang sudah tidak memperdulikan anaknya

(Rahmawati, 2012).

Tahapan selanjutnya adalah memasuki fase nimfa, yaitu menetas nya telur

belalang menjadi nimfa, dengan bentuk seperti belalang dewasa tetapi berukuran

kecil, belum memiliki sayap, dan alat reproduksi. Selain itu nimfa masih berwarna

putih, tetapi setelah terkena pancaran sinar matahari warnanya akan berubah

menjadi warna khas belalang (cokelat atau hijau). Masa hidup belalang menjadi

nimfa adalah 25 sampai 40 hari.

Dan selama masa pertumbuhan akan berganti kulit sekitar 4 sampai 6 kali

hingga menjadi belalang dewasa dan akan mendapat tambahan sayap fungsional.

Untuk menjadi belalang dewasa dan bersayap, nimfa harus berganti kulit untuk
yang terakhir setelah menjalani fase nimfa selama satu bulan. Setelah 14 hari

menjadi belalang bersayap, maka akan terbentuklah belalang dewasa yang mampu

bereproduksi, hal in dilakukan untuk melestarikan spesies nya agar tidak punah

(Rahmawati, 2012)

2.2.2.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)

Telur helopeltis diletakkan di dalam jaringan tanaman ,baik pada buah

maupun pada ujung-ujung ranting muda. Tetapi pada umumnya telur Helopeltis

diletakkan pada buah. Telur diletakkan dengan alat peletak telurnya (ovipositor)

ke dalam jaringan tanaman sedalam kira-kira 2 sampai 3 m. Pada setiap tempat

terdapat 2 sampai 3 telur. Tempat-tempat telur diletakkan berbekas noda coklat

tua ,dan selain itu juga di tandai dengan keluarnya sepasang benang halus

berwarna putih yang muncul dari setiap ujung telur. Masa inkubasi telur rata-rata

6,4 (6 sampai 7) hari. Setelah menetas, nimfa segera menghisap cairan tanaman

pada bagian tanaman yang masih lunak, misalnya buah, ujung ranting muda, dan

tunas-tunas muda (Rioardi, 2009).

Pada nimfa muda tidak diketemukan ciri khusus, yaitu beberapa tonjolan

yang tumbuh tegak lurus pada punggungnya. Ujung tonjolan tersebut

membengkak seperti gada. Beda antara serangan muda dan dewasa, selain

dicirikan oleh tonjolan, juga belum bersayap.

Gerakan nimfa lamban, dan jarang meninggalkan buah tempat mereka

makan. Rata-rata stadium nimfa berlangsung 11,7 (11 sampai 13) hari. Nimfa

mengalami lima kali pergantian kulit. Nimfa kurang menyukai cahaya matahari

langsung. Untuk itu mereka cenderung bersembunyi di bagian-bagian buah dan


tunas yang terlindung dan gelap. Pada Helopeltis dewasa ditandai dengan

keluaranya sayap, dan sebuah tonjolan tumpul yang tumbuh tegak lurus pada

pungunggnya. Seluruh tubuhnya berwarna hitam, hanya pada bagian abdomen

(ekor) belakang di sebelah bawah yang terdapat warna putih. Serangga terbang

seperti nyamuk. Serangga jantan lebih ramping sedangkan yang betina dicirikan

oleh abdomen yang gemuk. Lama hidup serangga betina rata-rata 17,6 (11 sampai

28) hari, yang jantan rata-rata 22,1 (11 sampai 40) hari. Seekor Helopeltis betina

dapat menghasilkan telur rata-rata 121,9 (67 sampai 229) butir. Lamanya periode

dari saat telur diletakkan sampai Helopeltis dewasa siap meletakkan telurnya

(siklus hidup) berlangsung 21 sampai 27 hari. Sebagaimana sifat mikung, indung

juga menghindari adanya cahaya matahari langsung (Rioardi, 2009).

2.2.2.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)

Siklus hidup kumbang kelapa bervariasi tergantung pada habitat dan

kondisi lingkungannya. Musim kemarau yang panjang dengan jumlah makanan

yang sedikit akan memperlambat perkembangan larva serta ukuran dewasa yang

lebih kecil dari ukuran normal. Satu siklus hidup hama ini dimulai dari telur

sampai dewasa sekitar 6 sampai 9 bulan. Stadia yang merusak adalah pada stadia

kumbang dengan ciri-ciri kumbang berwarna hitam dan bagian bawah dari badan

berwarna cokelat kemerahan.

Cula kumbang kelapa jantan lebih panjang dari betina. Selain pada

tanaman kelapa, kumbang kelapa juga menyerang tanaman kelapa sawit, pinang,

nibung sagu dan jenis tanaman palma lainya. Pada fase telur, jangka waktunya 8

sampai 12 hari, instar pertama jangka waktunya 10 sampai 21 hari, instar kedua
jangka waktunya 12 sampai 21 hari, instar ketiga jangka waktunya 60 sampai 165

hari, purpura jangka waktunya 8 sampai 13 hari, pupa jangka waktunya 17 sampai

28 hari, dewasa betina 274 hari, dewasa jantan 192 hari dan totalnya 115 sampai

260 hari. Kumbang Kelapa betina akan meletakkan telur pada sisa-sisa bahan

organik yang telah melapuk. Kemudian larva tumbuh dan berkembang dengan

adanya sisa-sisa bahan organik tersebut. Salah satu tempat berkembang biaknya

adalah tumpukan batang kelapa, tanaman kelapa mati yang masih berdiri,

tumpukan kayu lapuk, limbah ternak dan limbah saw mill (Rahmawati, 2012).

2.2.2.4 Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)

Telur Oryctes rhinoceros berbentuk bulat dan berwarna putih. Stadia telur

lamanya 8 sampai 12 hari. Larva yang keluar berwarna putih dengan mulut

berwarna merah coklat, kepala berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki.

Larva Oryctes rhinoceros mengalami tiga instar (pergantian kulit) dan

membutuhkan waktu 2 sampai 4 bulan untuk perkembangannya. Variasi waktu

perkembangan larva dipengaruhi oleh jenis makanan dan iklim. Tempat

perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang masih tegak maupun telah mati,

timbunan kulit buah kopi/kakao, ampas tebu, timbunan limbah penggilingan padi,

timbunan pupuk kompos, pupuk kandang dan timbunan serbuk gergaji.

Larva instar terakhir masuk ke tanah sedalam ± 30 cm dan tidak aktif

selama 8 sampai 13 hari (masa prapupa). Pupa berwarna coklat dan terbungkus

kokon yang dibuat dari tanah ataun sisa-sisa serat tanaman. Lama stadia pupa 17

sampai 28 hari (Nyoman, 2005).


2.2.2.5 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)

Siklus hidupnya dimulai dari telur-telur berwarna kuning jingga berbentuk

lonjong pipih dan berukuran 0.5 mm x 0.3 mm, diletakkan satu persatu oleh

ngengat betina pada alur-alur permukaan buah. 6 sampai 7 hari kemudian larva

berwarna kekuningan yang panjangnya 1 mm keluar dari telur, langsung

menggerek ke dalam buah dan tetap tinggal di dalam buah sampai menjelang

berkepompong. Larva membuat liang gerekan di bawah kulit buah dan di antara

biji serta memakan daging buah (Harianto, 2009).

2.2.2.6 Ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua)

Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian

bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan

lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih

tembus pandang. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan urat-

urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang. Pada siang hari ulat bersembunyi

dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari

(Pracaya, 2007).

2.2.2.7 Kutu daun (Aphis sp.)

Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu

dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan.Tahapan pertama

nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena. Tahap
nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen,

mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna

tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh

masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki

tampak lebih gelap daripada warna tubuh (Rioardi, 2009).

2.2.2.8 Lalat buah pada cabe (Bactrocera sp.)

Siklus hidup lalat buah sekitar 20-28 hari, dan selama hidupnya kawin dan

bertelur dapat menghasilkan 1200 butir Kehidupan dan perkembangan lalat buah

dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya suhu, kelembaban dan ketersediaan

inang. Ketiga faktor tersebut cukup terpenuhi di wilayah tropis seperti Indonesia

sehingga sangat mendukung perkembangan populasi lalat buah. Di daerah tropis

lalat buah hanya mendapat gangguan iklim lebih kecil dibandingkan di wilayah

lain. misalnya daerah sedang dan dingin. Selain itu, ketersediaan makanan di

wilayah tropis lebih besar oleh karena itu serangga termasuk lalat buah selalu

mendapat pakan yang cukup. Di musim hujan, populasi lalat buah mencapai

puncaknya (Rioardi, 2009).

2.2.2.9 Capung (Neurothemis sp.)

Capung melakukan proses perkawinan di udara dalam kondisi terbang dan

membutuhkan waktu berjam-jam lamanya. Setelah melakukan perkawinan maka

capung betina akan bertelur. Dan telur-telur itu akan di letakkan atau ditempelkan
pada tumbuhan yang ada di air dan memastikan bahwa wilayah tersebut bebas

dari polusi. Serta terdapat banyak mikroorganisme air yang dapat dijadikan

sebagai sumber makanan larva capung. Induk capung dapat menghasilkan telur

sekitar 100.000 butir telur. Telur capung diselimuti dengan lendir, dan akan terasa

licin jika di pegang, selain itu telur-telur ini akan menetas dalam waktu dua hari

hingga tujuh hari atau tergantung pada iklim suatu tempat, semakin dingin maka

akan memakan waktu yang lebih lama untuk menetas. Telur yang telah menetas

dan menjadi larva akan berkembang dan hidup di wilayah dasar perairan. Larva

menggunakan insang internal untuk bernafas. Meskipun merupakan makhluk air,

larva capung dapat hidup di darat walaupun di pindahkan berjam-jam lamanya.

larva capung akan sering berganti kulit sampai mengalami metamorfosis menjadi

nimfa (Harianto, 2009).

Nimfa capung hidup sebagai karnivora yang ganas, tubuhnya berukuran

besar dan biasa memakan berudu, anak ikan atau bahkan memangsa sesamanya.

Nimfa capung bernafas menggunakan insang yang ada di dalam rektum nya di

ujung perut. Selain itu nimfa capung akan mengalami beberapa kali pergantian

kulit (ekdisis). Tiap tahapan diantara pergantian kulit disebut instar. Tergantung

dari jenis spesies nya, pergantian kulit bisa terjadi 8 sampai 12 kali.

Umur nimfa juga dapat mencapai empat minggu sampai beberapa tahun.

Tetapi sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, bisa

hingga 4 tahun lamanya. Ketika sudah benar-benar berkembang dalam kondisi

lingkungan dan cuaca yang mendukung, nimfa akan menyelesaikan tahap

metamorfosis nya menjadi capung dewasa dan merayap keluar dari air

menggunakan ranting tanaman. Capung ini akan keluar dari kulit nimfa, dan kulit
nimfa ini disebut dengan exuvia. Pada tahap ini capung sangatlah tidak berdaya

dan sering menjadi mangsa untuk aves dan insektivora lainnya. Capung muda ini

memiliki sayap yang belum berkembang dan memiliki kepala dan thoraks yang

telah terlihat pembagiannya, tubuh yang masih lunak dan warna tubuh yang belum

sempurna. Selanjutnya capung muda tersebut hidup di daratan dengan bergerak

menggunakan sayapnya. Setelah dewasa biasanya capung dewasa aka hidup

selama dua bulan sampai empat bulan (Harianto, 2009)

2.2.3 Gejala Serangan

2.2.3.1 Belalang pedang (Sexava sp.)

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh belalang pedang (Sexava sp.)

yaitu memakan daun kelapa, dan daun tanaman lainnya, hingga daun kelapa

menjadi berlubang-lubang (Anonim, 2009).

2.2.3.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)

Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao

yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih

berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding

buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan

rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK

disebabkan oleh enzim heksokinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase

and malic enzyme polymorphisms yang disekresi-kan oleh PBK (Suparno, 2009).

2.2.3.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)


Gejala yang ditimbulkan oleh larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)

yaitu pada batang yang telah ditebang dan sudah lama diatas tanah, maka terlihat

batang tersebut sangat rapuh atau lapuk dan sangat lembab dan jika batang yang

lapuk tersebut dipotong, maka akan terlihat banyaknya larva yang berada pada

batang tersebut dan ditempat tersebut akan sangat lembab, karena pada habitatnya

larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ini hidupnya ditempat yang sangat

lembab dan dipohon kelapa yang telah ditebang (Sosromarsono, 2005).

2.2.3.4 Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang kelapa

(Oryctes rhinoceros) adalah ujung daun kelapa menjadi patah. Gejala serangan

yang ditimbulkan yaitu menyebabkan Pucuk kelapa menjadi rusak, daun yang

mudah menjadi patah, pelepah kelapa menjadi tumbang dan penyerangan dalam

jumlah besar kadang apucuk tanaman akan abusuk dan tanaman kelapa akan mati

(Sosromarsono, 2005).

2.2.3.5 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)

Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao

yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih

berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding

buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan
rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK

disebabkan oleh enzim hek-so-kinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase

and malic enzyme polymorphisms yang disekresikan oleh PBK (Suparno, 2009).

2.2.3.6 Ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua)

Gejala-gejala serangan yang ditimbulkan oleh ulat bawang (Spodoptera

exigua) adalah ditandai dengan adanya lubang pada daun bawang yang pada

akhirnya daun akan patah dan habis. Namun serangan dalam skala besar akan

mengakibatkan gundulnya daun pada semua populasi tanaman. Dan bagian yang

diserang akan berwarna pucat dan kering (Anonim, 2009).

2.2.3.7 Kutu daun (Aphis sp.)

Kutu daun ini merusak penampilan buah tanaman. Kutu muda hidup dan

menghisap cairan kelopak bunga, tunas, atau buah muda. Kutu dewasa

mengeluarkan semacam tepung putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Pada

fase dewasa, kutu daun mengeluarkan sejenis cairan gula yang biasanya cairan

gula tersebut akan didatangi oleh semut hitam. Pengaruh kutu daun, jelaga hitam

dan semut ini membuat penampilan buah jelek walaupun sebenarnya rasa buah

tidak terlalu dipengaruhi. Warna hitam pada daun & tangkai adalah suatu zat yang

dihasilkan oleh hama tersebut. Kalau sudah terlalu hitam akan menutup daun

untuk melakukan fotosintesis, mengakibatkan pohon akan tumbuh menjadi kerdil,

kelopak daun mengecil, sulit untuk berbunga berbuah dan lama kelamaan pohon

bisa mati kering (Caspiati, 2009).


2.2.3.8 Lalat buah pada cabe (Bactrocera. sp)

Gejala serangan yang ditimbulkan pada buah cabai mengalami

pembusukan namun pada buah cabai tidak mengalami pengeringan buah cabai

membusuk namun lembek. Lalat buah (Dacus sp.) banyak dijumpai di berbagai

buah, permukaan tanah dekat tanaman buah-buahan. Lalat sering ditemukan

istrahat pada daun-daun dan bunga-bunga di terik matahari. Secara umum

bertindak sebagai hama yang cukup penting pada buah-buahan seperti jeruk,

jambu, nangka, apel, dll (Anonim, 2009).

2.3 Pengenalan Hama Gudang

2.3.1 Pengenalan Hama Gudang secara Umum

2.3.1.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)

Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan

bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat

enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai

segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas.

Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2

bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang

tubuh kumbang dewasa ± 3,5 sampai 5 mm, tergantung dari tempat hidup

larvanya. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika

bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang

ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).


2.3.1.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)

Kumbang tepung diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum

Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Tenebrionidae, genus

Tribollium, dan spesies Tribollium sp. Kumbang dewasa berbentuk pipih,

berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih

agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan

panjang ± 5 sampai 6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5

mm (Wagianto, 2008).

2.3.1.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)

Kumbang jagung diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum

Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, family Curculionidae, genus

Sitophilus, dan spesies Sitophilus zeamays. Kumbang dewasa berwarna coklat

kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di

bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-

kuningan.

Panjangnya 2,5 sampai 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang.

Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku). Larvanya putih gemuk dan tidak

berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Nonadita, 2008).

2.3.1.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)

Kumbang kacang hijau diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum

Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Bruchidae, genus

Callosobruchus, dan spesies Callosobruchus chinensis. Ukuran tubuh kumbang


Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative

kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh kumbang kacang

Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya

berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian

kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak

gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan dan

memiliki ukuran tubuh sekitar 5 sampai 6 mm (Borror, 2009).

2.1.3.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)

Kumbang kopra diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum

Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Cleridae, genus Necrobia, dan

spesies Necrobia rufipes. Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili

Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang, berwarna cemerlang,

pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antena Clubbed atau kadang

Serrate atau Pectinate. Perbedaan kumbang jantan dan betina dewasa terletak

pada ukuran tubuh, kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dari

betinanya. Pada kumbang betina memiliki embelan ovipositor, memiliki sepasang

ovari, ruas abdomen 8 atau 9, satu sistem saluran telur yang dijalurkan keluar bila

mana hendak bertelur. Sedangkan kumbang jantan, pada ruas abdomen ke 10

memiliki alat kelamin berupa penis, memiliki organ penjepit bagian luar dan

organ penusuk bagian median (Abumutsanna, 2008).

2.3.2 Daur Hidup

2.3.2.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)


Kumbang betina dapat mencapai umur 3 sampai 5 bulan dan dapat

menghasilkan telur sampai 300 sampai 400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir

beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut

sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan

bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur

berlangsung selama ± 7 hari. Larva yang telah menetas akan langsung menggerek

butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan

tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di

dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28 sampai 90 hari,

tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini

tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis

produk yang diserang (Naynienay, 2008).

2.3.2.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)

Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus

hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang

merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang

kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6 sampai 11 kali,

tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6 sampai 7 kali,

ukuran larva dewasa dapat mencapai 8 sampai 11 mm. Menjelang terbentuknya

pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi
imago akan kembali masuk ke material. Seklus hidup dari kumbang ± 35- sampai

42 hari (Wagianto, 2008).

2.3.2.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)

Kumbang betina akan mengunyah lubang kecil di dalam inti biji,

kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya. Kumbang betina dapat bertelur

300 hingga 400 telur selama lebih dari satu bulan. Telur akan menetas dalam

beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Kemudian

menjadi kepompong, selanjutnya menjadi kumbang dewasa. Seluruh siklus hidup

berlangsung dari empat hingga tujuh minggu (Nonadita, 2008).

2.3.2.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)

Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada

permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3

sampai 5 hari.

Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur

yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur

diletakkan. Lama stadia larva adalah 4 sampai 6 hari. Produk yang diserang akan

tampak berlubang (Borror, 2009).

2.3.2.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)

Kumbang betina bertelur hingga 30 telur per harinya di dalam retakan

atau celah yang terluka. Telur membutuhkan antara empat dan enam hari untuk

menetas. Larva akan tumbuh selama 30 hingga 140 hari, menjadi kurang aktif dan

mencari tempat yang gelap untuk menjadi kepompong. Tahapan kepompong


bervariasi antara 6 dan 21 hari. Kumbang dewasa akan segera kawin setelah

tumbuh dari tahapan kepompongnya dan dapat hidup hingga 14 bulan

(Abumutsanna, 2008).

2.3.3 Gejala Serangan

2.3.3.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)

Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang tepung

(Tribolium sp.) adalah pada tepung yang sudah terserang dalam waktu lama

tepung akan menjadi menggumpal dan berwarna agak kekuning-kuningan

(Wagianto, 2008).

2.3.3.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)

Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang tepung (Tribolium sp.)

adalah pada tepung yang sudah terserang dalam waktu lama tepung akan menjadi

menggumpal dan berwarna agak kekuning-kuningan (Wagianto, 2008).

2.3.3.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)

Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) menyerang jagung yang disimpan.

Butir jagung yang diserang berlubang-lubang hingga hancur menjadi bubuk.

Serangga ini juga menyerang bahan lain seperti kopra, gandum, beras, sorgum dan

biji-bijian lain (Maulana, 2009).

2.3.3.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)


Gejala serangan kumbang kacang hijau yaitu pada biji kacang hijau

dikenali dengan adanya lubang-lubang pada butiran kedelai. Biji kedelai yang

terserang kumbang ini juga merupakan tempat berlindung serangga. Kadang-

kadang tampak serangga keluar dari dalam lubang gerekan (Abumutsanna, 2008).

2.3.3.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)

Telur diletakkan di celah-celah bahan yang tersembunyi. Setelah

menetas, larva membuat liang gerek yang berkelok-kelok pada bahan. Saat

menjelang menjadi kepompong,

larva membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran air

liurnya dan sisa gerekan. Mereka bersifat merusak, baik dalam tahap larva

maupun dewasa, meski demikian tahap larva adalah yang paling merusak

(Abumutsanna, 2008).

2.4 Pengenalan Penyakit yang diSebabkan oleh Jamur

2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi

2.4.1.1 Alternaria porri

Alternaria porri yang menyerang bawang merah (Allium ascolonicum)

diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, divisi Eumycota, ordo Hypales, family

Dematiaceae, genus Alternaria, dan spesies Alternaria porri. Morfologi jamur

Alternaria porri berbentuk konidium berwarna coklat dan seperti gada


terbalik dengan ukuran 145 sampai 370 mm dan mempunyai sekat yang

membujur dan melintang (Hanudin, 2006).

2.4.1.2 Colletotrichum capsici

Colletotrichum capsici diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, divisio

Ascomycota, kelas Sodariomycetes, ordo Phyllachorales, famili Phyllachoraceae,

genus Colletotrichum, dan spesies Colletotrichum capsici. Jamur C. capsici ini

mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya

sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada

inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai

keseluruh bagian tumbuhan (Budi, 2012).

2.4.2.3 Aspergilus niger

Aspergilus niger dikalasifikasikan dalam kingdom Myceteae, divisi

Amatigomycota, kelas Ascomycetes, ordo Eurotiales, genus Aspergillus, spesies

Aspergilus niger. Aspergilus niger ini mempunyai morfologi bulu dasar warna

putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai

hitam. Hifa bersekat dan memiliki banyak inti (multiseluler), kelapa konidia bulat,

berwarna hitam, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar

dengan bertambahnya umur. Konidispora memiliki dinding yang halus, hialin

tetapi juga berwarna coklat (Pracaya, 2007).

2.4.2.4 Fusarium oxyporum

Fusarium oxyporum diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, filum

Ascomycota, kelas Sordariomycetes, ordo Hypocreales, family Nectriaceae, genus


Fusarium, dan spesies Fusarium oxyporum. F. oxysporum , jamur ini mempunyai

ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat parasitoit pada organism

lain serta didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah yang

rendah sekali Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman

yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan

meristem pada ujung akar (Pracaya, 2007).

2.4.2 Daur Hidup

2.4.2.1 Alternaria porri

Daur penyakit dimulai dengan bercak keungu-unguan terdapat pada daun,

konidiofor konidiofor dibentuk satu persatu atau secara berkelompok, konidia

multiseluler dibentuk pada ujung ujung konidiofor. Setiap sel konidium mampu

berkecambah, penyakit disebarkan melalui udara dan perkecambahan maksimum

terjadi pada pukul 8 pagi sampai 2 siang. Perkembangan penyakit sangat

dipengaruhi oleh angin, curah hujan, pengairan dan penyemprotan. Sporulasi

terjadi pada malam hari dengan kelembaban relatif tinggi. Ketika jaringan bawang

rentan, spora jamur berkecambah, tabung kecambah menembus stomata dan

secara langsung bergerak terus sampai ke epidermis (Semangun, 2006).

2.4.2.2 Colletotrichum capsici

Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada

tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu jamur pada buah masuk ke dalam ruang

biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji

buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, nantinya dapat menginfeksi
buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang

tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah

hijau jamur ini menyerang daun dan batang.

Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit,

seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi jamur C. capsici hanya terjadi

melalui luka–luka (Suryanto, 2010).

2.4.2.3 Aspergilus niger

Aspergilus niger secara alamiah ada dimana-mana, terutama pada

makanan, sayuran yang telah basi, pada sampah daun atau tumpukan kompos dan

juga ada di roti yang sudah kadaluwarsa. Konidia biasanya terdapat di udara baik

di dalam maupun di luar ruangan dan sepanjang tahun. Penyebaran melalui

inhalasi konidia yang ada diudara (Laila, 2006).

2.4.2.4 Fusarium oxyporum

Daur hidup jamur Fusarium oxyporum pada tanaman tomat (Solanum

lycopersicum) yaitu jamur mengadakan penginfeksi pada bagian tanah. Tanah

yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. jamur menginfeksi

pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan

berkembang di berkas pembuluh (Semangun, 2006).

Daur hidup dari jamur F. oxysporum yang ada pada tanaman Pisang yaitu

bersumber dari tanah yang berbentuk miselium yaitu berupa benang-benang halus

atau dalam semua bentuk konidiumnya dan memiliki tiga macam spora yakni

antara lain mikrokonidium, makrokonidium, serta klamidiospora (Roma, 2009).


2.4.3 Gejala Serangan

2.4.3.1 Alternaria porri

Gejala serangan dari cendawan Alternaria porri yakni pada daun terdapat

bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Ukuran bercak bervariasi tergantung

pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut, bercak-bercak tampak menyerupai

cincin dengan warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan

yang dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang dapat meluas kebagian atas atau

bawah bercak, dan ujung daun mengering. Permukaan bercak bisa juga berwarna

coklat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab (Pracaya, 2007).

2.4.3.2 Collectotrichum capsici

Gejala serangan awal dari Collectotrichum capsici, yaitu gejala serangan

awal berupa bercak cokelat kehitaman pada permukaan buah, kemudian meluas

dan akhirnya menjadi busuk dan lunak. Pada pusat bercak akan terlihat titik-titik

hitam yang merupakan kelompok seta dan kodium. Pada serangan berat

menyebabkan buah menjadi kering, mengerut, dan berwarna seperti jerami padi.

Pada buah cabai yang terserang Collectotricum caprici gejala yang di timbulkan

yaitu pada kulit buah terdap bercak-bercak hitam, dan pada bagian tengah terdapat

barcak berwana putih (Triharso, 2005).


2.4.3.3 Aspergilus niger

Gejala serangan Aspergilus niger yaitu yang sangat jelas terlihat yaitu

pada roti yang telah kadaluwarsa, saat kita mendapatkan roti yang kadaluawarsa,

maka kita akan mendapatkan seperti serabut-serabut atau juga semacam spora

yang berwarna hijau tua pada roti itulah yang dinamakan Aspergilus niger roti

sehingga roti tidak dapat lagi dikonsumsi (Laila, 2006).

2.4.3.4 Fusarium oxysporum

Gejala serangan Fusarium oxyporum yang mana awalnya tulang-tulang

daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi

layu. Layu total dapat terjadi antara 2 sampai 3 minggu setelah terinfeksi.

Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna

menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka

waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin

pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang

tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini (Irzayanti, 2008).

2.5 Pengenalan Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri dan Virus

2.5.1 Blood Disease Bacterium (BDB)

Ralstonia solanacearum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk

batang dengan ukuran 0,5 sampai 0,7 x 1,5 sampai 2,5 μm, berflagela, bersifat

aerobik, tidak berkapsula, serta membentuk koloni berlendir berwarna putih

(Semangun, 2006).
2.5.2 Pseudomonas solanacearum

Sifat morfologi P. solanacearum berukuran 0,5–0,7 x 1,5–2,5 mikron,

berbentuk batang dengan ujung membualat, tidak membentuk kapsul, tanpa spora,

motil dengan satu flagela polar, isolat yang virulen umumnya flagelnya pendek

dan pergerakan lambat (Fahri, 2008).

2.5.3 PMoV (Peanut Mottle Virus)

PMoV termasuk dalam kelompok Potyvirus, dengan ukuran lebar 12 nm

dan panjang 750 nm, mempunyai benang RNA tunggal yang tersusun atas 9500

nukleotida. Dalam sitoplasma sel-sel daging daun (Mesofil) terdapat badan inklusi

berbentuk cakra (Pinwheel inclusion), melingkar, berkeping-keping dan di

dekatnya terdapat zarah-zarah virus tersebut (Hidayat, 2009).

2.5.4 PStV (Peanut Strippe Virus)

Virus PStV mempunyai zarah-zarah berbentuk batang lentur, mempunyai

panjang 700-750 nm, bertahan terhadap keasaman antar PH 4 sampai 8.

Sedangkan bilur pada daun kacang tanah disebabkan oleh Virus Bilur Kacang

Tanah atau PStV (Peanut Stripe Virus). Zarah virus PStV berbentuk batang lentur

yang panjangnya ± 750 nm, didalam sel tanaman sakit terdapat badan inklusi yang

mirip dengan cakra (Hidayat, 2009).


2.5.5 Tungro

Penyakit kerdil hampa yang menyerang pada tanaman padi disebut juga

Penyakit tungro. Penyakit ini disebabkan oleh dua bentuk partikel

virus tungro yang berasosiasi yakni virus batang (Rice Tungro Bacilliform Virus

atau RTBV) yang berukuran panjang 100-300 nano meter dan lebarnya 30

sampai 35 nano meter, sedangkan virus tungro bulat (Rice Tungro Spherical Virus

atau RTSV), bergaris tengah 30 nano meter (Rahmawati. 2012).

2.5.6 Klasifikasi

2.5.6.1 Blood disease bacterium (BDB)

Blood disease bacterium (BDB) disebabkan oleh bakteri

Ralstonia solanacearum yang diklasifikasikan dalam kingdom Bakteri, filum

Proteobacteria, kelas Beta Proteobacteria, ordo Burkholderiales, famili

Ralstoniaceae, genus Ralstonia, dan spesies Ralstonia solanacearum

(Semangun, 2006).

2.5.6.2 Pseudomonas solanacearum

Pseudomonas solanacearum diklasifikasikan dalam kingdom Bacteria,

filum Proteobacteria, kelas Gama Proteobacteria, ordo Pseudomonadales, famili

Pseudomonadaceae,genus Pseudomonas,dan spesies Pseudomonas solanacearum

(Nur, 2013).
2.5.6.3 PMoV (Peanut mottle virus)

PMoV (Peanut Mottle Virus) diklasifikasikan dalam group IV (+) sense

RNA Viruses, famili Potyviridae, genus Potyvirus, dan spesies

Peanut mottle virus (Hidayat, 2009).

2.5.6.4 PStV (Peanut strippe virus)

PStV (Peanut Mottle Virus) diklasifikasikan dalam group IV (+)

sense RNA Viruses, famili Potyviridae, genus Potyvirus, dan spesies

Peanut stripe virus (Hidayat, 2009).

2.5.6.5 Tungro

RTBV (Rice tungro bacilliform virus) diklasifikasikan dalam group VII

(dsDNA-RT), famili Caulimoviridae, genus Tungrovirus, dan spesies

Rice tungro bacilliform virus (Rahmawati. 2012).

RTSV (Rice Tungro Spherical Virus) diklasifikasikan dalam group IV

((+)ssRNA), famili Sequiviridae, genus Waikavirus, dan spesies

Rice tungro spherical virus (Rahmawati. 2012).

2.5.7 Daur Hidup

2.5.7.1 Blood disease bacterium (BDB)

Siklus hidup bakteri (Rostalnia solanacearum) pada pisang (Musa spp.)

yaitu bakteri dapat bertahan pada akar dan pada tanaman yang mempunyai

hubungan dekat dengan pisang. Adanya luka pada akar akan meningkatkan
infeksi. Pada saat masuk ke dalam akar bakteri berkembang sepanjang akar

menuju ke batang, dan jamur akan berkembang secara meluas dalam jaringan

pembuluh (Hadisutrisno, 2008).

2.5.7.2 Pseudomonas solanacearum

Siklus hidup bakteri Pseudomonas solanacearum pada tanaman tomat

(Lycopersicum esculentum) yaitu mengadakan penginfeksi pada bagian tanah dan

tanaman. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari bakteri ini

bakteri menginfeksi pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu

menetap dan berkembang di berkas pembuluh tanaman (Semangun, 2006).

2.5.7.3 PMoV (Peanut mottle virus)

Daur hidup PMoV (Peanut Mottle Virus) pada kacang tanah

(Arachis hypogeae L.) dapat diketahui dari ditularkannya penyakit oleh kutu

daun Aphis craccivora . Satu sampai tiga ekor kutu telah cukup

untuk menularkan penyakit. Dalam badan kutu, virus hanya dapat

bertahan selama 24 jam karena virus bersIfhat nonpersisten, Selanjutnya kutu

yang mengandung virus sudah dapat menularkan virus ke tanaman sehat jika

dibiarkan mengisap selama 3 menit (Semangun, 2006).

2.5.7.4 PStV (Peanut Strippe Virus)

Daur hidup PStV (Peanut Stripe Virus), penyakit ditularkan secara

mekanis oleh serangga dan dapat terbawa oleh biji tanaman sakit. PStV ditularkan

oleh kutu daun, dengan cara yang sama pada PmoV (Hidayat, 2009).
2.5.7.5 Tungro

Dalam siklus hidupnya, virus tungro dibawa oleh wereng coklat

(Nilaparvata lugens), dengan mengisap tanaman sakit dan menyebarkannya

melalui jaringan tanaman padi. Penularan penyakit pada wereng hijau berlangsung

secara nonpersisten, yaitu segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah mengisap

tanaman, dan menimbulkan tanda serangan setelah 6 sampai 9 hari kemudian

(Rahmawati, 2012).

2.5.8 Gejala serangan

2.5.8.1 Blood Disease Bacterium (BDB)

Biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya

tandan buah. Mula-mula satu atau dua daun (nomor 3 atau 4 dari daun termuda)

berubah warnanya tanpa menunjukkan perubahan-perubahan lain. Dari ibu tulang

daun keluarlah garis kekuningan ke tepi daun. Keadaan ini dapat berlangsung

lama sampai buah hampir menyelesaikan proses pemasakannya.

Tetapi mendadak keadaannya menjadi kritis. Dalam jangka waktu satu

minggu semua daun menguning dan dalam jangka waktu beberapa hari daun-daun

tadi menjadi coklat (Hadisutrisno, 2008).

Disebut penyakit darah karena jika akar atau batang tanaman sakit

dipotong, akan keluar cairan kental yang berwarna merah dari berkass

pengangkutan yang merupakan lendir bakteri (ooze) yang mengadung massa dari

koloni bakteri. perubahan khas pada buah ialah mula-mulanya berkass pembuluh

berwarna kuning atau coklat. perubahan ini meluas ke plassenta dan parenkim
buah. bahkan juga ke berkas pembuluh kulit buah. seterusnya seluruh buah

terserang menguning dan isisnya terlarut sedikit demi sedikit. ruang dalam buah

yang dalam berisi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang

mengandung banyak bakteri. ketika buah dipotong lendir tersebut akan keluar

(Hadisutrisno, 2008).

Apabila batang tanaman yang terinfeksi penyakit dipotong dan ditekan,

maka akan terlihat berkas pembuluh yang berwarna coklat dan mengeluarkan

massa lendir berwana keabuan. Apabila batang yang dipotong tersebut

dimasukkan ke dalam air jernih, maka akan mengeluarkan benang putih halus

yang merupakan massa bakteri (Hadisutrisno, 2008).

2.5.8.2 Pseudomonas solanacearum

Tanaman yang diserang penyakit ini lebih cepat layu. Tanaman yang

telah terinfeksi, daunnya masih hijau tetapi kemudian tiba-tiba layu, terutama

pucuk daun yang masih muda, dan daun bagian bawah menguning.

Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, daun menggulung ke bawah,

dan kadang-kadang terbentuk akar adventif sepanjang batang tomat. Tanaman

yang terserang biasanya akan roboh dan mati (Semangun, 2006).

2.5.8.3 PMoV (Peanut mottle virus)

PMoV (Peanut mottle virus) dapat dilihat dari belang-belang pada daun

yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak

melekuk, dan tepi daun agak menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu
tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-

cincin klorotis. Olehnya, PMoV sering juga disebut penyakit belang (Semangun,

2006).

2.5.8.4 PStV (Peanut strippe virus)

Gejala serangan PStV (Peanut stripe virus) terlihat dari adanya garis-

garis putus-putus (Diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat,

serta terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali dengan

gejala penyakit belang. PStV sering juga disebut dengan penyakit bilur (Tjahjadi,

2008).

2.5.8.5 Tungro

Gejala serangan awal di lahan biasanya khas dan menyebar secara acak.

Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye

dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah

dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam.

Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami

pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari

malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa)

(Rahmawati,2012).
2.5.9 Pengendalian secara umum

2.5.9.1 (BDB) Blood Disease Bacterium

Penggunaan bibit yang sehat. Beberapa literatur menyebutkan bahwa

bibit yang sehat dapat diperoleh dari rumpun yang terinfeksi, namun untuk

sumber bibit sebaiknya digunakan hanya rumpun yang benar-benar sehat. Bibit

dikembangkan dari pohon induk yang jelas sumbernya dan diketahui bebas dari

BDB. Untuk perbanyakan bibit dengan kultur jaringan sebaiknya dilakukan

pengecekan kesehatan sumber eksplan sebelum diperbanyak (Anaf, 2008).

2.5.9.2 Pseudomonas solanacearum

Pengendalian Pseudomonas solanacearum yang dapat dilakukan adalah

dengan Sanitasi, agar lingkungan kebun agar selalu bersih. Menerapkan sistem

drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu.

Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme

antagonis untuk membunuh bakteri perusak, Isolasi spot, yaitu membungkus

bunga tanaman dengan kain agar tidak di kunjungi oleh serangga penular sampai

selesai pembungaan serta eradikasi/pemusnahan, yaitu menebang semua tanaman

yang ada pada lahan tersebut, dan diganti dengan tanaman yang tahan terhadap

penyakit (Anaf, 2008).

2.5.9.3 PMoV (Peanut Mottle Virus)

Pengendalian PMoV (Peanut Mottle Virus) yaitu dengan varietas Tahan

Penanaman varietas kacang tanah yang tahan terhadap infeksi virus belang kacang

tanah merupakan cara pengendalian yang efektif, murah cocok dengan


pengendalian lain dan mudah diterima petani. Namun sejauh ini belum ditemukan

varietas tanaman kacang tanah yang tahan terhadap serangan PMoV. Namun ada

jenis kacang tanah liar yang sangat tahan terhadap serangan, yaitu Arachis diogoi,

A. helodes, A. globrata. Pendekatan bioteknologi melalui rekayasa genetika untuk

menghasilkan tanaman transgenik diharapkan dapat membantu upaya

pembentukan tanaman yang tahan terhadap serangan infeksi PmoV (Anaf, 2008).

Benih Sehat Bebas Virus. Benih sehat merupakan modal utama dalam

pengendalian serangan virus. Penggunaan benih asalan dari tanaman sebelumnya

yang terserang inveksi PMoV sering menjadi penyabab terjadinya ledakan

penyakit terutama saat populasi vector tinggi. Penggunaan varietas yang tidak

menularkan PMoV melaui benih juga merupakan upaya mengurangi intensitas

serangan PMoV di lapang. Benih yang kecil dan keriput menunjukan presentase

penularan yang lebih tinggi disbanding benih normal. Oleh karena itu penggunaan

benih besar/normal dapat mengurangi sumber inokulum.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan benih bebas virus member

dampak nyata pada daerah yang lingkungannya relatif bersih dari sumber-sumber

inokulum. Tetapi tidak member pengaruh nyata pada daerah endemic atau

terkontaminasi virus seperti di lahan percobaan (Anaf, 2008).

2.5.9.4 PStV (Peanut Strippe Virus)

Di lapang, penyebaran PStV ditentukan oleh kelimpahan dan aktivitas

vector, sehingga logikanya pengendalian vector dengan insektisda dapat menekan

populasi vector yang selanjutnya menekan penyakit. Namun untuk virus- virus
nonpersisten (seperti PStV), penyemprotan insektisida tidak efektif menekan

intensitas virus meskipun dapat mengurangi populasi vector. Insektisida umumnya

tidak mengakibatkan serangga mati secara cepat, sehingga sebelum mati serangga

tersebut masih mampu mengisap dan menularkan virus ke tanaman lain (Anaf,

2008).

2.5.9.5 Tungro

Waktu tanam tepat Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi

populasi wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu.Waktu tanam

diupayakan agar pada saat terjadinya puncak populasi, tanaman sudah memasuki

fase generatif (berumur 55 hari atau lebih).Karena serangan yang terjadi setelah

masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti (Anaf, 2008).

Tanam serempak Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak

dilakukan secara serempak. Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan

inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro,

sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan

keberadaan sumber inokulum (Anaf, 2008).

Menanam varietas tahan Menanam varietas tahan merupakan komponen

penting dalam pengendalian penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu

mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng

hijau.Walaupun terserang, varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal,

sehingga dapat menghasilkan secara normal. Sejumlah varietas tahan yang

dianjurkan untuk daerah NTB antara lain: Tukad Patanu, Tukad Unda,

Bondoyudo dan Kalimas. IR-66, IR-72 dan IR-74.Sejumlah varietas Inpari yang
baru dilepas juga dinyatakan tahan tungro. Hasil penelitian di daerah endemis

membuktikan Tukad Unda cukup tahan dengan intensitas serangan 0,0% sampai

9,14% sedangkan varietas peka IR-64 berkisar 16,0% sampai 79,1%. Penelitian di

Lanrang Sulawesi Selatan juga menunjukkan daya tahan Tukad Patanu terhadap

tungro dengan intensitas serangan 18,20% sedangkan varietas peka Ciliwung

mencapai 75,7% (Anaf, 2008).

2.6 Pengenalan Nematoda

2.6.1 Sistematika Nematoda Meloidogyne spp.

Nematoda Meloidogyne spp. diklasifikasikan dalam kingdom Animalia,

filum Nematoda, kelas Secernentea, ordo Thylenchida, famili Heteroderidae,

genus Meloidogyne, dan spesies Meloidogyne spp. (Mutmainna, 2013).

2.6.2 Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp.

Siklus hidup bakteri (Rostalnia solanacearum) pada pisang (Musa spp.)

yaitu bakteri dapat bertahan pada akar dan pada tanaman yang mempunyai

hubungan dekat dengan pisang. Adanya luka pada akar akan meningkatkan

infeksi. Pada saat masuk ke dalam akar bakteri berkembang sepanjang akar

menuju ke batang, dan jamur akan berkembang secara meluas dalam jaringan

pembuluh (Subagia, 2008).


2.6.3 Morfologi dan Cara Menginfeksi Tanaman

Nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya sekitar 200 sampai

1.000 mikron (1.000 mikron = 1 mm). Namun, ada beberapa yang panjangnya

sekitar 1 cm. Nematoda biasa hidup di dalam atau di atas tanah. Umumnya

nematoda yang hidup di atas tanah sering terdapat di dalam tanah terdapat di

dalam jaringan tanaman di antara daun-daun yang melipat, di tunas daun, di dalam

buah, di batang, atau di bagian tanaman lainnya. Nematoda juga

ada yang hidup di dalam tanaman (endoparasit) dan ada juga yang di luar

tanaman (ektoparasit) (Pracaya, 2007).

Mekanisme penyerangan oleh Meloidogyne spp. dimulai dengan

masuknya nematoda kedalam akar tumbuhan melalui bagian-bagian epidermis

yang terletak dekat tudung akar. Nematoda ini mengeluarkan enzim yang dapat

menguraikan dinding sel tumbuhan terutama terdiri dari protein, polisakarida

seperti pektin sellulase dan hemisellulase serta patin sukrosa dan glikosida

menjadi bahan-bahan lain. Meloidogyne spp. mengeluarkan enzim selulase yang

dapat menghidrolisis selulosa enzim endopektin metal transeliminase yang dapat

menguraikan pektin. Dengan terurainya bahan-bahan penyusun dinding sel ini

maka dinding sel akan rusak dan terjadilah luka. Selanjutnya nematode ini

bergerak diantara sel-sel atau menembus sel-sel menuju jaringan sel yang

kemudian menetap dan berkembangbiak kemudian nematoda tersebut masih

mengeluarkan enzim proteolitik dengan melepaskan IAA (Indole Acetic Acid)

yang merupakan heteroauksin tritopan yang diduga membantu terbentuknya puru

(Mutmainna, 2013).
2.6.4 Teknik Ekstraksi Nematoda Meloidogyne spp.

Cara kerja untuk mengekstraksi nematoda yaitu susun berturut-turut dari

bawah nampan plastik, nampan saringan, kasa dan tisu. Ambil sampel kemudian

ratakan pada tisu yang telah disiapkan tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan

secara perlahan, sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh

tisu dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2 x

24 jam. Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan

disaring dengan menggunakan saringan 200 mesh.

Cuci saringan dengan air bersih menggunakan botol semprot. Kemudian

masukkan suspensi nematoda ke dalam botol dan disimpan dalam lemari

pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk

pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda di bawah

mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan

diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah

mikroskop compound (Pracaya, 2007).


BAB III. METODE PRAKTEK

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum mata kuliah Dasar–dasar Perlindungan Tanaman, tentang

Pengenalan Serangga, Ordo-ordo Serangga, pengenalan hama gudang, pengenalan

penyakit jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus, pengenalan nematode,

bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas

pertanian, Universitas Tadulako. Sedangakan waktu Praktikum dilaksanakan pada

hari kamis tanggal 28 september 2017 sampai 2 november 2017, dimulai dari

pukul 15.00 s/d 17.00 WITA.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum tentang pengenalan bagian-

bagian morfologi serangga, pengenalan ordo-ordo serangga, pengenalan hama

gudang, pengenalan penyakit jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus,

pengenalan nematoda yaitu alat tulis-menulis atau buku gambar A4, papan bedah,

jarum pentul, dan toples, talang, kain kasa, keranjang, cutter, mikroskop,

handsprayer, cawan petri, corong, saringan, buku gambar, Atk, dan camera digital,

aquades.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah belalang

kayu (Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorisa acuta), kepik hijau

(Nezara viridulla), kumbang helm (Coccinella arcuta), ulat grayak

(Spodoptera litura), belalang pedang (Sexava sp) dan gejala serangannya, kepik

penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) dan gejala serangannya, larva kumbang
kelapa (Oryctes rhinoceros) dan gejala serangannya, penggerek buah kakao

(Conophomorpha cramerella) dan gejala serangannya, ulat daun bawang merah

(Spodoptera exigua) dan gejala serangannya, kutu daun (Aphis sp.) dan gejala

serangannya, lalat buah pada cabai (Bactrocera sp) dan gejala serangannya,

capung (Neurothemis sp) dan gejala serangannya, kumbang beras (Sitophilus

oryzaae L) dan gejala serangan, kumbang tepung (Tribolium sp) dan gejala

serangan, kumbang jagung (Sitophilus zeamays) dan gejala serangan, kumbang

kacang hijau (Callosobruchus chinensis L) dan gejala serangan, kumbang kopra

(Necrobia rufipes) dan gejala serangan, daun bawang yang terserang Alterina

porri, buah cabai yang terserang Collectotrichum capsici, roti yang terserang

Aspergilus niger, tanaman tomat yang terserang Fusarium oxyporum, tanaman

pisang yang terserang Fusarium oxyporum, sampel tanaman kacang tanah yang

terserang PMoV (Peamut Mottle Virus), sampel tanaman kacang tanah yang

terserang PStV (Peamut Strippe Virus), tanaman padi yang terserang virus

Tungro, buah pisang yang terserang oleh (BDB) Blood Disease Bacterium, batang

pisang yang terserang oleh (BDB) Blood Disease Bacterium, tanaman tomat yang

terserang Pseudonomas solanacearum, tanaman seledri (Aphium graveolensi L),

dan tissue.

3.3. Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum pengenalan bagian-bagian morfologi serangga,

pengenalan ordo-ordo serangga, pengenalan hama gudang, pengenalan penyakit

jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus, yaitu pertama-tama siapkan bahan

specimen serangga, kemudian letakkan dipapan bedah dan ditusuk memakai


jarum pentul, dan mengamati bagian morfologi serangga satu persatu, kemudian

specimen serangga yang belum mati direndam dalam toples yang berisi alkohol

70%, kemudian spesimen digambar pada buku gambar dan berikan keterangan

pada masing-masing bagian morfologi serangga.

Cara kerja pada praktikum pada Pengenalan Nematoda yaitu siapkan talang,

keranjang, dan kain kasa, Letakkan keranjang diatas talang, setelah itu lapisi

(tutup) keranjang dengan kain kasa atau tissue, kemudian potong kecil-kecil akar

tanaman seledri (Aphium graveolensi L) dengan panjang satu cm dan letakkan

diatas keranjang yang telah dilapisi tissue, setelah itu isi talang tersebut dengan

aquades secukupnya, inkubasi bahan yang telah siap salama 1x24 jam didalam

laboratorium, setelah 1x24 jam didalam laboratorium, tiriskan air rendaman akar

tersebut, kemudian saring air dan masukkan kedalam cawan petri secukupnya.

Kemudian amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x, selanjutnya gambar

morfologi dari nematoda puru akar dan tanaman seledri (Aphium graveolensi L)

yang terserang serta berikan keterangan pada gambar tersebut.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Pengenalan Morfologi Serangga

4.1.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil

sebagai berikut.

Ket:
1. Caput (Kepala)
2. Thorax (Dada)
3. Abdomen (Perut)

Gambar 1: Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)

Ket :
Lubang-lubang pada daun.

Gambar 2: Gejala Serangan Belalang (Valanga nigricornis) pada Tanaman


Jagung (Zea mays)

4.1.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui morfologi

belalang (valanga nigricornis) adalah terdiri dari kepala (caput), mata, antena,

sayap depan, sayap belakang, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang,

ovipositor. Belalang termasuk dalam ordo orthoptera

Ordo ini memliki mulut belalang kayu penggigit dan pengunyah yang

memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla masing-

masing terdapat palpus maxillarisntuya dan labium dengan palpus labialisnya

sehingga belalang kayu akan merusak tanaman dari bagian pinggir (Abdi, 2009).

Gejala yang di timbulkan yaitu lubang-lubang pada daun. Contohnya

pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang menyebabkan daun

berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun

Ordo ini memliki mulut belalang kayu penggigit dan pengunyah yang

memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla masing-

masing terdapat palpus maxillarisntuya dan labium dengan palpus labialisnya

sehingga belalang kayu akan merusak tanaman dari bagian pinggir (Abdi, 2009).

4.2 Pengenalan Ordo-Ordo Serangga

4.2.1 Hasil

Dari pengamatan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang

morfologi serangga beserta pengenalan Ordo-ordo Serangga Hama Tanaman di

peroleh hasil sebagai berikut :


Ket :
1. Antena
2. Caput
3. Thotax
4. Sayap
5. Abdomen

Gambar 3. Morfologi Kepik Hijau(Nezara viridula)

Ket :
Bercak hitam pada
tanaman kacang hijau

Gambar 4. Gejala Serangan Kepik Hijau pada Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus).

Ket :
1. Antena
2. Caput
3. Thotax
4 Sayap
5 Abdomen

Gambar 5. Morfologi Walang sangit (Leptocorixa acuta)


Ket :
Adanya terdapat
bercak-bercak hitam dan
busuk pada bulir padi.

Gambar 6. Gejala Serangan Walang Sangit(Nezera virudulla) Pada daun jagung


(zae mays).

Ket :
1. Caput
2. Abdomen
3. Kaki semu

Gambar 7. Morfologi larva Penggerek Buah Kakao(Conopomorpha Cramerella)

Ket :
Pada buah kakao
mengalami perubahan
bentuk dari biji menjadi
linak dan berwarna hitam
mengeras.

Gambar 8. Gejala Serangan larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha


cramerella) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao)
Ket :
1. Caput
2. Abdomen
3. Kaki semu

Gambar 9. Morfologi Ulat Daun Bawang(Spodoptera exigua).

Ket :
Daun bawang
mengalami luka
yang berwarna
bening atau menipis

Gambar 10. Gejala Serangan Ulat Daun Bawang(Spodoptera exigua) Pada Daun
bawang(Allium Cepa).

Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Elytra

Gambar 11. Morfolgi Kumbang Helm(Megalocaria dilatata).


Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Elytra

Gambar 12. Morfologi Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros.)

Ket :
1. Pelepah kelapa
berlubang
2. Terdapat bintik
sobekan pada
daun kelapa

Gambar 13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros) Pada Pohon


Kelapa(Cocos nucifera)

Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Sayap

Gambar 14. Morfologi Kutu Daun (Alcurodicus destructor Mask)


Ket :
Terdapat bercak-
bercak pada daun cabai.

Gambar 17. Gejala Serangan kutu Daun(Aphis gossypii.)pada Daun Cabai


(Aphium graveolens).

Gambar 15. Gejala Serangan kutu daun (Alcurodicus destructor Mask) pada Daun
Cabai (Aphium graveolens)

4.2.2 Pembahasan

Pengamatan morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Tampak terlihat

antena, caput, toraks, dan abdomen.Walang sangit (Leptocorixa acuta) merupakan

hewan yang mempertahankan dirinya dari gangguan predator lain dengan

mengeluarkan bau yang tidak sedap.Serangan ini terdapat pada tanaman budidaya

terutama pada tanaman padi.

Gejala dari serangan walang sangit (Leptocorixaacuta) yaitu pada daun

tanaman yang di serang terdapat lubang-lubang kecil yang menyerupai gejala

serangan belalang (Hartanti, 2009).

Pada pengamatan Kepik hijau (Nezara viridulla )mempunyai tiga bagian

tubuh utama yaitu caput, thoraks, dan abdomen. Kepik hijau tergolong dalam

serangga yang memeiliki sayap setengah atau perisai, dengan memakan dengan

cara menusuk mengisap.


Gejala dari serangan kepik hijau (Nezara viridulla) yaitu pada buah

tanaman yang terserang menjadi hampa dan batang tanaman menjadi layu

sehingga mengakibatkan tanaman menjadi mati (Saputra, 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan, kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)

memiliki ciri morfologi yaitumempunyai caput, thorax, dan abdomen.Tubuh

Kumbang tersebut berwarna hitam kecoklatan. Gejala serangannya yaitu pada

daun Kelapa (Cocos nucifera) nampak berlubang-lubang.

Pada fase imago, kumbang Oryctes rhynoceros berwarna gelap sampai

hitam sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus.Pada

bagian kepala terdapat satu tanduk dan cekungan dangkal pada permukaan

punggung ruas di belakang kepala.Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu bekas

gigitannya pada daun seperti bekas guntingan (Wijayanto, 2010).

Adapun hasil praktikum pada morfologi Ulat daun bawang merah

(Spodoptera axigua) pada tanaman bawang merah (Allium ascolonicum)

rentangan sayap ngengat panjangnya antara 25–30 mm. Sayap depan berwarna

coklat tua dengan garis-garis yang kurang tegas dan terdapat pula bintik-bintik

hitam. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergaris-garis hitam.

Gejala serangan pada Ulat daun bawang merah (Spodoptera axigua) pada

tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) pada bagian daun tanaman, baik

daun pada tanaman yang masih muda ataupun yang sudah tua.Setelah menetas

dari telur, ulat muda segera melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam

daun bawang, akibatnya ujung daun nampak berlubang/terpotong (Prabowo,

2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, larva penggerek buah kakao, memiliki ciri

morfologi yaitu mempunyai caput,abdomen dan kaki semu.Gejala serangan yang

ditimbulkannya yaitu pada biji buah nampak berwarna hitam, rusak dan plasenta

antara buah satu dengan lainnya saling menempel.

Dari hasil pengamatan praktikum yang kami lakukan morfologi pada

kutuh putih (Alcurodicus destructor Mask.)pada daun cabai (Mangifera indica)

yaitu terdiri dari kami memperoleh morfolgi kutuh putih pada daun mangga yang

terdiri atas tungkai, torax, abdomen, sayap, caput, mata dan mulut.

Morfologi pada kutu daun(Alcurodicus destructor Mask.)pada daun cabai

(Mangifera indica) yaitu berbentuk oval, datar, tertutup lapisan tebal seperti lilin,

sering hinggap di daun dan menghisap cairan sel daun (Prabowo, 2006).

Gejala serangan serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan

bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan berwarna kuning

kecoklatan.Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama caiaran daun habis

dan jaringan di sekililingnya terjadi nekorisis (Andisarwanto, 2010).

4.3 Pengamatan Hama Gudang

4.3.1 Hasil

Dari pengamatan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang

morfologi serangga beserta pengenalan Ordo-ordo Serangga Hama Tanaman di

peroleh hasil sebagai berikut :


Ket :
1. Caput
2. Thorax
3. Abdomen
4. Kaki
5. Sayap

Gambar 16. Morfologi Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)

Ket :
Goresan pada bagian
samping beras, lama
kelamaan akan hancur.

Gambar 17.Gejala Serangan kumbang beras (sithopphilus oryzae) pada Tanaman


padi(oriza sativa)

Ket :
1 Caput
2 Thorax
3 Abdomen
4. Kaki
5. Sayap

Gambar 18. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp)


Ket :
Tepung akan berwarna
kekuningan dan menggumpal.

Gambar 19.Gejala kumbang tepung (Tribolium sp) pada tepung

Ket:
1. Caput
2. Thorax
3. Abdomen
4. Kaki
5. Sayap

Gambar 20. Morfologi Kumbang Jagung ( Sitophilus zeamays)

Ket :
Bulir jagung tampak
berlubang dan mudah pecah.

Gambar 21.Gejala serangan Kumbang Jagung ( Sitophilus zeamays)pada Tanaman


Jagung (Zea mays)
Ket:
1. Caput
2, Thorax
3 Abdomen
4. Kaki
5. Sayap

Gambar 22. Morfologi Kumbang Kacang Hijau ( Callocaprochus chenensis)

Ket :
Biji mengeluarkan
butiran dan berlubang
bahkan termakan hingga
tinggal sebagian.

Gambar 23. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau ( Callocaprochus


chenensis) pada kacan hijau

Ket:
1. Caput
2. Thorax
3. Abdomen
4. Kaki
5. Sayap

Gambar 23. Morfologi Kumbang Kopra ( Necrobia rafipes )


Ket :
Tampak lubang-lubang
kecil dan berbau tidak sedap.

Gambar 24. Gejala Serangan Kumbang Kopra ( Necrobia rafipes ) pada biji kopra

4.3.2 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui morfologi

kumbang beras (Sitophilus oryzae) terdiri dari kepala (caput), mata, sepasang

antena, alat mulut, sayap, tungkai 3 pasang, thorax dan abdomen.

Ciri morfologi dari kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah memiliki

mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan

memiliki bentuk tubuh kecil dan memanjang. Larva biasanya bersembunyi di

dalam padi-padian dan biji lainnya tempat ia menjadi kepompong Tidak berkaki

Dewasa panjang 2-3mm. Lekukan melingkar di rongga dada Bintik kemerahan

pada erytra dan rostrum/moncong (Nonadita, 2008).

Pada pengamatan gejala serangan kumbang beras (Sitophilus oryzae)

seperti yang telah dilakukan, tampak bulir beras (Oryza sativa) berlubang-lubang

akibat dimakan oleh kumbang beras.


Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras (Sitophilus

oryzae) adalah pada butir-butir beras yang terserang akan terdapat goresan pada

bagian-bagian samping beras. Dan apabila tahap serangannya sudah lama maka

butir-butir beras akan menjadi hancur (Nonadita, 2008).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kumbang tepung

(Tribolium sp.) diketahui kumbang tepung memiliki caput, sepasang antena,

memiliki sayap, mata, 3 pasang tungkai, alat mulut, thorax dan abdomen.

Morfologi dari kumbang tepung (Tribolium sp.) adalah memiliki sepasang

mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan

memiliki bentuk tubuh kecil dan memanjang. Dewasa panjang 0,5 mm. 4 pasang

kaki. Putih atau coklat pudar. Bergerak lambat. Larva - 6 kaki dan panjangnya 0,5

mm. Berwarna putih. Melewati dua tahap, tahap anak berkaki 8 (Nonadita, 2008).

Berdasarkan pengamatan gejala serangan yang telah dilakukan oleh

kumbang tepung (Tribolium sp.) tehadap tepung, yaitu diketahui bahwa tepung

yang terserang akan berwarna kekuningan dan menggumpal.

Kumbang tepung juga disebut hama bubuk beras, Tribolium bukan hama

yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada

komoditas beras ditemukan hama (Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga

hama bubuk ini. Hama (Tribolium Sp.) hanya memakan sisa komoditas yang telah

terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk tepung (hama

sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga

terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di rumah

(Nonadita, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan dari kumbang jagung (Sitophilus zeamays)

diketahui memiliki caput, memiliki 3 pasang tungkai, mata, antena, alat mulut,

sayap, thorax, dan abdomen.

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-

4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena,

larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam

satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua

berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap

bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh

kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya

(Naynienay, 2008).

Berdasarkan pengamatan gejala serangan kumbang jagung (Sitophilus

zeamays) pada bulir biji jagung (Zea mays), diketahui bahwa pada bulir jagung

tampak lubang-lubang akibat serangan kumbang jagung.

Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung

yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang

diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang

terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun

karena bercampur dengan air liur hama (Nonadita, 2008).

Dari hasil pengamatan morfologi kumbang kacang hijau (Conopomorpha

cramerella) diketahui morfolognya tersusun atas caput, thorax, abdomen, mata,

antena, alat mulut, 3 pasang tungkai dan sayap.


Morfologi kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki

sepasang mata, antena, thorax, kaki, kepala, tanduk, sayap, abdomen dan

ofipositor. Dan memiliki tubuh yang agak pendek di banding hama gudang yang

lainnya (Nonadita, 2008).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap gejala serangan

kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) terhadap bulir kacang hijau

diketahui bahwa kumbang kacang hijau mengakibatkan kacang hijau berlubang.

Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) yang

ditimbulkan pada biji kacang hijau adalah pada butir-butir buah yang terserang

berlubang-lubang dan mengeluarkan butiran-butiran yang sangat kecil dan kadang

juga biji yang terserang termakan hingga tinggal sebagian (Borror, 2009).

Berdasarkan pengamatan terhadap kumbang kopra (Necrobia rufipes)

diketahui bahwa morfologinya terdiri atas caput, thorax, abdomen, mata, antena, 3

pasang tungkai, alat mulut, dan sayap.

Ciri morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes) adalah memiiki sepasang

mata, antena, thoraks, tanduk kaki, kepala, tanduk, sayap, abdomen dan ofipositor.

Dan memiliki bentuk tubuh lebih panjang dan lebih besar dari hama gudang

lainnya Dewasa 4 - 5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan

metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki

mereka coklat kemerah-merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat

kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua atau hitam (Nonadita, 2008).
Dari hasil pengamatan terhadap gejala serangan kumbang kopra (Necrobia

rufipes) yaitu diketahui bahwa pada kopra yang terserang akan tampak lubang-

lubang kecil dan berbau tak sedap.

Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang kopra (Necrobia rufipes)

adalah pada bagian pinggir kopra yang terserang terlihat goresan-goresan

bekas gigitannya, sehingga kopra menjadi berkurang sedikit demi sedi

kit (Nonadita, 2008)

4.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur

4.4.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman yang terserang

penyakit, diperoleh hasil sebagai berikut:

Ket :
Bercak-bercak hitam
pada permukaan cabai.

Gambar 25. Buah Cabai (Capsicum annum) yang Terserang Jamur


Colletotrichum capsici
Ket :
Permukaan roti akan
berwarna keunguan, jika terlalu
parah akan berwarna kehitam
hitaman.
.

Gambar 26. Roti yang Terserang Jamur Aspergilus Niger

Ket :
· Daun tomat tampak layu,
dan batang tomat yang
terlihat mengkerut.

Gambar 27. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang Terserang


Jamur Fusarium oxysporum.

Keterangan :
· Tampak bercak merah pada
pinggir batang dan tengah
batang tampak bercak hitam.

Gambar 28. Batang Pisang (Musa paradisiaca) yang Terserang Jamur


Fusarium oxysporum.
4.4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada buah cabai (Capsicum

annum) yang terserang jamur Colletotrichum capsici tampak terlihat bercak-

bercak berwarna hitam pada permukaan cabai juga terlihat cabai yang terserang

menjadi mengkerut.

Gejala yang serangan yang disebabkan oleh C. capsici pada tanaman cabai

(Capsicum annum), yaitu buah yang seperti kelihatan mengering pada biji dan

kulit luar pada buah cabai. Karena hanya pada bagian buah yang terserang yaitu

mengalami bercaka dan keriting (Semangun, 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Permukaan roti terlihat

berwarna keunguan, jika terlalu parah akan berwarna kehitam hitaman. Hal ini

disebabkan jamur yang tumbuh di permukaan roti akan menyebabkan perubahan

warna pada roti tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman tomat (Solanum

lycopersicum) yang terserang Fusarium oxysporum tampak daun tanaman tomat

menjadi layu dan menjadi kekuningan serta batang tomat menjadi mengkerut.

Gejala serangan F. oxyporum pada tomat (Solanum lycopersicum) yang

mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun

merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara 2-3 minggu

setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang

berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah

untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui
mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi.

Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini .

(Irzayanti, 2008).

Berdasarkan hasil pengamatan pada batang pisang (Musa paradisiaca) yang

terserang jamurFusarium oxyporum tampak bercak-bercak ungu pada pinggiran

batang dan pada bagian tengah batang tampak bercak kehitaman.

Gejala serangan jamur F. oxyporum pada tanaman pisang (Musa paradisiaca)

yaitu akan terlihat gejala serangan pada pinggiran pada batang pisang yang

mengakibatkan batang pisang akan terlihat kehitaman-hitaman dan terbentuk

benang-benang pada bagian dalam batang pisang. Kemudian disebarkan pada

batang pisang dan akan mengakibatkan batang pisang tersebut akan terjadi

pembusukan pada batang pisang dan kemudian tersebut akan terjadi pembusukan

pada buah pisang (Semangun, 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada daun bawang

merah (Allium ascolonicum) yang terserang jamur Alternaria porri tampak

bercak-bercak berwarna ungu pada daun, ujung daun kekuningan dan daun

tampak layu.

Gejala serangan yang ditimbulkan dari jamur A. porri ini yaitu terjadinya

bercak kecil berwarna putih sampai kelabu dan melekuk. Jika membesar bercak

tampak bercincin dan warna agak keunguan. Tepinya agak keunguan dan

dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang meluas agak jauh ke atas dan ke

bawah becak. Ujung daun yang sakit mengering. Bercak banyak terdapat pada

daun tua (Semangun, 2006).


4.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri Dan Virus

4.5.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan pada Praktikum Pengenalan Penyakit

Tumbuhan yang di sebabkan oleh Bakteri dan Virus, telah di peroleh hasil dengan

sebagai berikut :

Ket :
· Tampak bercak ungu pada
daun yang lama kelamaan
menjadi kekuningan dan
orange.

Gambar29.Daun Bawang Merah (Allium ascolonicum) yang Terserang


Jamur Alternaria porri.

Ket:
1. Berair berwarna
merah pada bagian
tengah buah pisang
2. Terdapat belang
berwarna coklat,
berair dan berbau
busuk

Gambar 30. Buah dan Batang Pisang (Musa paradisiacal) yang Terserang
Penyakit Darah BDB (Blood Disease Bacterium).
Ket :
1. Pada bagian pucuk
terlihat layu dan
daunnya
menguning
2. Pada bagian dalam
batang terlihat
lendir berair.

Gambar 31. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang terserang Layu


Bakteri yang Disebabkan Oleh Pseudomonas solanacearum.

Ket :
Terdapat bercak
berwarna coklat pada
bagian daun yang tidak
beraturan

Gambar 32. Tanaman Kacang Tanah ( Arachi hypogeae L )yang Terserang PMoV
(Peanut motlee Virus).

Ket :
Terdapat bercak
berwarna coklat pada
bagian daun yang
terlihat seperti garis
putus putus.

Gambar 33. Tanaman Kacang Tanah ( Arachis hypogeae L ) yang Terserang PStV
(Peanut Stripe Virus).
Ket :

1. Ujung daun
menguning
terdapat bintik-
binti kitam pada
daun.
2. Tanaman kerdil
dan bulir padi
hampa.

Gambar 34. Tanaman Padi yang Terserang Virus Tungro (Penyakit kerdil Hampa)

4.2 pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman pisang pada gambar 36,

baik pada buah pisang maupun batang pisang yang terserang penyakit darah yang

disebabkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB), menunjukkan adanya cairan

atau getah kental berwarna coklat kemerahan pada buah pisang yang dibelah, serta

menunjukkan adanya bercak berwarna coklat kemerahan, berair dan berbau busuk

pada bagian tengah batang pisang.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB)

pada buah pisang yaitu perkembangan buah menjadi terlambat, dimana pada saat

buah hampir masak buah berwarna kuning coklat dan busuk sedangakan Gejala

serangan yang ditimbulkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB) pada batang

pisang yaitu pada batang pisang terdapat bercak merah dan apabila batang

dipotong akan mengeluarkan cairan yang berwarna coklat kemerahan dan berbau

kurang sedap (Andika, 2006).


Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman tomat yang terserang oleh

Pseudomonas solanecearum yaitu pada bagian pucuk terlihat layu dan pada

daunnya menguning kemudian pada dalam batang terlihat lendir berair.

Gejala serangan penyakit layu bakteri pada tomat, dapat dilihat dari menjadi

layunya beberapa daun terutama pada bagian pucuk tomat dan menguningnya

daun-daun tua (daun-daun sebelah bawah). Dan jika batang, cabang atau tangkai

daun tanaman sakit dibelah, maka akan tampak berkas pembuluh berwarna coklat.

Empulur sering juga berwarna kecoklatan. Pada stadium penyakit yang lanjut, bila

batang dipotong, dari berkas pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lendir

berwarna putih susu. Adanya massa lendir ini dapat dipakai untuk membedakan

penyakit layu bakteri dengan layu fusarium. Oleh karena itu penyakit layu bakteri

sering juga disebut penyakit lendir (Semangun, 2006).

Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman kacang tanah yang terserang

oleh Peanut Mottle VirusPMoV yaitu terdapat bercak-bercak coklat yabg terdapat

di antara tulang daun.

Pada Tanaman kacang tanah, Gejala serangan PMoV (Peanut Mottle Virus)

dapat dilihat dari belang-belang pada daun yang tidak teratur, berwarna hijau tua

dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk, dan tepi daun agak

menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu tanaman masih muda sering

menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotis. Olehnya,

PMoV sering juga disebut penyakit belang (Semangun 2006).

Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman kacang tanah yang terserang

olehPeanut Stripe Virus(PStV) yaitu terdapat bercak-bercak coklat pada tulang

daun sehingga hampir terlihat sama dengan gejala PMov.


Gejala serangan Peanut Stripe Virus (PStV) terlihat dari adanya garis-garis

putus-putus (diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat, serta

terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali dengan gejala

penyakit belang Semangun (2006).

Pada pengamatan terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa) yang terserang

virus Tungro yaitu menunjukkan ciri morfologi adanya bercak berwarna coklat

kehitaman pada batang, daun dan bulir padi serta ukuran tanaman yang kerdil.

Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye

dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah

dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan jumlah

anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang

terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi

(hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan (Semangun 2004).


4.6 Penegenalan Nematoda

4.6.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan pada Praktikum Pengenalan Nematoda pada

Tumbuhan telah di peroleh hasil dengan sebagai berikut :

Keterangan :
1. Terlihat daun
mengkerut dan
terdapat bercak-bercak
kecoklatan
2. Terlihat tangkai daun
menjadi layu
3. Terlihat bintil-bintil
pada akar.

Gambar 35. Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.) yang Terserang


Nematoda Meloidogyne spp.

Ket :
1. Mulut
2. Faring
3. Usus
4. Ovarium
5. kutikula
6. Anus

Gambar 36. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x
di bawah mikroskop.
Ket:

1. Mulut
2. Faring
3 Usus
4 Ovarium
5 kutikula
6 Anus

Gambar 37. Morfologi Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x
di bawah mokroskop.

4.6.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan tanaman seledri (Apium graviolens L.) yang terserang

nematoda Meloidogyne spp. terlihat pada daunnya menjadi layu dan menguning,

tanaman tumbuh tidak normal, dan nampak pada akarnya berbintil-bintil, dan

dapat dilihat pada gambar 41.

Gejala serangannya terlihat pada akar tanaman yang menjadi berbintil-bintil,

sehingga berakibat pada sistem transportasi air dan unsur hara terganggu,

akibatnya akan berpengaruh keseluruh bagian permukaan tanaman, pertumbuhan

menjadi terhambat, daun menguning, dan dalam waktu yang rentan akan

mengakibatkan kematian pada tanaman (Tjahjadi, 2008).

Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang

kasar, bukan halus seperti lempeng. Nematoda biasanya menyukai keadaan

lembab karena kelembaban juga berpengaruh terhadap dar hidup nematode.


Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak pori

dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga

mempunyai kelembapan yang cukup (Hidayat, 2009).

Berdasarkan pada pengamatan, perbedaan Nematoda meloidogyne spp.

jantan dan betina terletak pada bagian tubuh dan ukuran tubuhnya. Nematoda

jantan mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan

ekor. Ukuran nematoda jantan juga lebih panjang dari nematoda betina dan dapat

dilihat pada gambar 36 .

Nematoda jantan mempunyai bentuk seperti cacing kecil. Bagian tubuh

nematoda jantan terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Ukuran tubuh

nematoda jantan memanjang bergerak lambat didalam tanah, nematoda jantan

lebih panjang dibandingkan dengan nematoda betina. Panjang nematoda jantan

bervariasi maksimum 2 mm, kepalanya tidak berlekuk, panjang styletnya hampir

dua kali panjang stylet betina, ekornya pendek dan membulat (Hidayat, 2009).

Bentuk morfologi nematoda betina berdasarkan hasil pengamatan ini

berbeda dengan yang jantan. Nematoda betina mempunyai bagian tubuh yang

terdiri atas kepala, mata, perut, dan stylet. Namun tidak mempunyai ekor seperti

nematoda jantan. Nematoda betina memiliki bentuk tubuh seperti botol.

Bentuk morfologi nematoda betina berbeda dengan yang jantan. Nematoda

betina mempunyai bentuk yang mirip botol dan mempunyai bagian tubuh yang

terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan tidak mempunyai ekor. Nematoda

betina juga mempunyai sifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary)

mempunyai leher pendek dan tanpa ekor (Hidayat, 2009).


Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan lebarnya antara 0,3–0,4 mm, stiletnya

lemah dan panjangnya 12-15 mm melengkung ke arah dorsal serta mempunyai

pangkal knot yang jelas. Dari segi ukuran, nematoda betina mempunyai diameter

yang lebih besar dibanding nematoda jantan (Hidayat, 2009).

Teknik ekstrasi nematoda pada pengamatan ini menggunakan teknik yang

sederhana. Akar dari tanaman yag terserang nematoda dibersihkan, kemudian

menyediakan talang, keranjang, dan kain kasa, lalu keranjang ditutupi dengan kain

kasa dan tissue. Memotong tanaman yang terserang dengan panjang 1 cm lalu

memasukkannya ke dalam keranjang. Memasukkan air aquades secukupnya ke

dalam talang, kemudian didiamkan selama 1x24 jam. Setelah didiamkan 1x24

jam, kemudian menyaring air rendaman akar dalam wadah. Kemudian

menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh pada cawan

petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.

Nematoda bisa diekstrasi dari dalam jaringan tumbuhan dan dari dalam

tanah. Untuk mengekstrasi nematoda yang berasal dari dalam jaringan tumbuhan

yang berupa akar harus dibersihkan terlebih dahulu dan dipotong-potong

menjadibagian-bagian kecil dengan panjang 2-3 cm, dengan menggunakan

pencincang listrik selama 15-30 detik akan menghasilkan campuran nematoda,

campuran tersebut dituangkan keatas saringan.Saringan tetap dibiarkan dalam air

untuk menampung sisa jaringan tumbuhan, nematoda yang bergerak akan

menembus lubang saringan dan dapat dikumpulkan dari air yang berada dibawah

saringan tersebut. (Hutagalung, 2008)

Teknik ekstrasi sederhana juga digunakan dalam mengekstrasikan nematoda

yang berasal dari tanah. Alat-alat yang disediakan yaitu talang, keranjang, dan
kain kasa, cara kerjanya keranjang ditutupi dengan kain kasa dan tissue. Tanah

dimasukkan secukupnya ke dalam keranjang. Lalu memasukkan air aquades

secukupnya ke dalam talang, kemudian didiamkan selama 1x24 jam. Setelah

didiamkan 1x24 jam, kemudian menyaring air rendaman tanah dalam wadah.

Kemudian menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh

pada cawan petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.

Pengekstraksian nematoda yang berasal dari tanah dapat dilakukan dengan

cara metode baskom. Masukkan 100 gr contoh tanah ke dalam baskom Adan

tambahkan air hingga merendamkan contoh tanah. Aduk, kemudian tuang

suspensinya ke dalam baskom plastik B. Endapan contoh tanah yang terdapat

pada baskom A tuangi kembali dengan air dan tuangi lagi suspense tersebut ke

dalam baskom B. Sisa partikel tanah kasar pada baskom A dibuang. Aduk

suspense pada baskom B, kemudian tuang ke dalam baskom A melalui saringan

125 mesh. Kemudian saringan diletakkan ke dalam cawan petri, dan tuangkan

suspensi dari baskom A.

Suspensi dalam cawan petri dibiarkan semalam. Dalam keadaan teraduk,

pipet suspensi nematode sebanyak 10 ml, kemudian tuang ke dalam cawan

penghitung. Pengamatan dapat dilakukan dibawah mikroskop (Hutagalung, 2008).


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bedasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Belalang kayu (Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorisa acuta),

kepik hijau (Nezara viridulla), kumbang helm (Coccinella arcuta), ulat

grayak (Spodoptera litura), lalat buah pada cabe (Dacus sp), kumbang

helm (Oryctes rhinoceros) dan capung (Anisoptera) memiliki morfologi

secara umum yaitu kepala (caput), thoraks, abdomen, mata, mulut, tungkai

dan antena.

2. Belalang pedang (Sexava sp.) merupakan ordo orthoptera, buah kakao

(Helopeltis spp.) merupakan ordo hemiptera, larva kumbang kelapa

(Oryctes rhinoceros) dan kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)

merupakan ordo coleoptera, penggerek buah kakao (Conopomorpha

cramerella) dan ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua) merupakan

ordo lepidoptera, kutu daun (Aphis sp.) merupakan ordo homoptera, lalat

buah pada cabe ( Dacus sp.) merupakan ordo diptera dan capung

(Dragonflies) merupakan ordo odonata.

3. Ciri morfologi dari kumbang beras (Sitophilus oryzae), kumbang tepung

(Tribolium sp.), kumbang jagung (Sitophilus zeamays), kumbang kacang

hijau (Conopomorpha cramerella), kumbang kopra (Necrobia rufipes)

secara umum memiliki mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala, sayap,

abdomen. Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras


(Sitophilus oryzae) adalah pada butir-butir beras yang terserang akan

terdapat goresan pada bagian-bagian samping beras. Gejala serangan yang

telah dilakukan oleh kumbang tepung (Tribolium sp.) tehadap tepung,

yaitu diketahui bahwa tepung yang terserang akan berwarna kekuningan

dan menggumpal.gejala serangan kumbang jagung (Sitophilus zeamays)

pada bulir biji jagung (Zea mays), diketahui bahwa pada bulir jagung

tampak lubang-lubang. gejala serangan kumbang kacang hijau

(Callosobruchus chinensis) terhadap bulir kacang hijau. Gejala serangan

yang diakibatkan olehkumbang kopra(Necrobiarufipes)

adalah pada bagian pinggir kopra yang terserang terlihat goresan-

goresan bekas gigitannya.

4. Daun bawang yang terserang Alterina porri pada daun bawang ini terdapat

bercak-bercak berwarna putih atau kelabu dan juga tampak berupa seperti

cincin dengan warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau

keunguan yang dikelilingi oleh zone berwarna kuning. Cabai (Capsicum

annum) yang terserang jamur Colletotrichumcapsici tampak terlihat

bercak-bercak berwarnah hitam, pada cabai terlihat lubang. Buah kakao

(Theobroma cacao) yang terserang jamur Phytophthorapalmivora terlihat

dimana Kakao (Theobroma cacao) permukaan kulit berwarna hitam

dengan sedikit bercak-bercak berwarna kuning. Tomat

(Lycopersicumesculentum) yang terserang Fusarium oxysporum

lycopersici terlihat gejala serangannya yaitu daun tomat

(Lycopersicumesculentum) terlihat kering yang mana semua daunnya

mengkerut, warna batang terlihat berwarna hijau kekuning-kuningan.


Tanaman pisang (Musa sp.) yang diduga terserang penyakit layu Fusarium

yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum cubense tampak

pada batang pisang terlihat bahwa batang menjadi kemerah-merahan.

5. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) yang terserang PMoV (Peanut

Mottle Virus), tampak bercak-bercak pada tulang daun, tanaman kacang

tanah (Arachis hypogeae) yang terserang PStV (Peanut Stripe Virus),

tampak pada permukaan daun terdapat bercak-bercak gelap, ada juga yang

bercak-bercak kekuningan yang hampir mirip dengan penyakit mosiak,

tanaman padi (Oryza sativa) yang terserang tungro, tampak warna

kekuningan pada pinggiran daun, dan pada bulir padi terlihat berisi namun

setelah dipencet terasa bulir tersebut hampa, buah pisang (Musa

paradisiaca) yang terserangBDB (Blood Disease Bacterium), bila

dipotong, tampak bercak-bercak merah kehitaman pada permukaan daging

buah, dan tanaman tomat (Solanumlycopersicum) yang terserang

Pseudomonas solanacearum, tampak daun tanaman tomat menjadi layu,

akar terlihat rapuh, dan bila batang dipotong akan mengeluarkan lendir

yang jika dicelup ke air akan tampak benang-benang.

6. Nematoda dapat berperan sebagai penyakit saat nematoda menyerang

tanaman melalui jaringan tanaman itu sehingga mengakibatkan tanaman

tidak dapat tumbuh dengan baik.Nematoda betina berbentuk seperti buah

pir dan berukuran lebih panjang dibanding nematoda jantan.


5.2 Saran

Saran saya pada praktikum Dasar-dasar Perlindingan Tanaman ini yaitu agar

kiranya alat-alat yang ada didalam Laboratorium Ilmu Tanah disimpan tempat

yang aman misalkan didalam lemari, agar saat dilaksanakan praktek tidak ada

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau alat yang didalam Laboratorium Ilmu

Tanah tidak ada yang pecah.


DAFTAR PUSTAKA

Abumutsanna, 2008. Hama Gudang. Bumi AksaraJakarta.

Abdi, 2009. Zat Pengatur Tumbuh.gramedia persada. Jakarta.


Anaf, 2008. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

Andi Serwanto, 2010. Daur hidup kumbang tepung. BKPTN Indonesia Bagian
Timur. Makassar

Andika, 2006. Klasifikasi Penyakit Berdasarkan Tanaman yang Diserang.


Bhatara Karya Aksar: Jakarta.

Borror, 2009. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motschdan Strategi


pengendaliannya. Litbang Pertanian.

Rioardi, 2009. Menghilangka Daun Mangga Yang Terserang Kutu Putih. Bumi
Aksara: Jakarta.
Hansamunahito, 2006.Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara:
Jakarta.

Hanudin, 2006. Jamur Penyebab Penyakit Tanaman. Universitas Hasanuddin:


Makassar.

Hanudin,2008.Jamur Penyebab Penyakit Tanaman. Universitas Hasanuddin:


Makassar.

Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.


Pusat Penelitian Kopi dan Kakao: Jember.

Hartati, 2009. LaporanPraktikumZoologiArachnidadan Myriapoda.Jakarta: Bumi


Aksara.

Hase, 2009. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

Hadisutrisno, 2008 Karakterisasi Bakteri Penyebab Blood Disease Pada Pisang.

Kanisius: Yogyakarta.

Hera, 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

Hidayat, 2008.Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University


Press: Yogyakarta.

________2009. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University


Press: Yogyakarta.
Hutagalung, L., 2008. Teknik Ekstras idan Membuat Preparat Nematoda Parasit
Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
Ifha, 2005. Produksi Antibodi Poliklonal Peanut Stripe Virus.

Irzayanti, 2008. Penyakit Tanaman Gejaladan Tanda. Skripsi Universitas


Muhamadiyah. Surakarta.

________2009. Penyakit Tanaman Gejaladan Tanda. Skripsi Universitas


Muhamadiyah. Surakarta.

Ismawati, 2010. Siklus Hidup Nematoda. Penebar Swadaya.Jakarta

Laila, 2006. Biologi : Sains dalam Kehidupan. Penerbit Yudhistira. Jakarta

Lugito, 2013. Pengenalan Spesimen Hama. Gadjah Mada University


Press.Yogyakarta.

Maulana, 2009. Analisis Mutu Benih 1, Pengujian Kesehatan Benih.


Erlangga. Jakarta.

Mutmainna, 2013. Penyakit Puru Akar pada Tanaman Tomat.

Naynienay, 2008. Penyakit Tumbuhan. Wikipedia Indonesia, Diakses pada


tanggal 19November 2017.

Nonadita, 2008. Klasifikasi Hama Kumbang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius..

Klasifikasi Hama Kumbang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Nonadita, 2008. Klasifikasi Hama Kumbang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Nur, 2013. Bakteriologi Penyakit Pada Tanaman yang Disebabkan Oleh Bakteri.
Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Nyoman, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.


Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Rahmawati. 2012. Hama dan penyakit tanaman . Pustaka baru press: Yogyakarta.

Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga.Penebar Swadaya: Jakarta.

Riordi, 2009. Morfologi Kumbang Helm.

____, 2009. Menghilangka Daun Mangga Yang Terserang Kutu Putih. Bumi
Aksara: Jakarta.
Silvia, 2005. Efektifitas Trichoderma sp. Dari Empat Lokasi Wilayah Banjar baru
.Jakarta: Bumi Aksara

Saleh, 2008. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

Saputra 2006. Ordohemiptera. ordo-ordo-serangga. Institut Pertanian Bogor. IPB


Press, Bogor.
Semangun, 2006. Penyakit Tanaman Pangandi Indonesia. Penebar Swadaya:
Jakarta.

Samangun, 2006. Teknik Identifikasi Bakteri. Jakarta: Rineka Cipta.

Sosromarsono, 2005. Klasifikasi Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros).

Suryanto, 2010. Klasifikasi Colletotrichum capsici.

Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya:
Jakarta.

Suparno, 2009. Klasifikasi Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)

Suryanto, 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.

Tjahjadi, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.

______, 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.

Triplehorn dan Johnson, 2005.Borror and Delong’s Introduction To The Study of


Insects 7th Edition. Graphic World. USA.

Prabowo 2009. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman.


Universitas andalas : Padang
Wagianto, 2008. Hama-Hama Tanaman Dalam Gudang. Bumi Aksara Ikhtiar:
Jakarta.

Wijayanto, 2010. Daur hidup kumbang kacang hijau. Dapertemen Pertanian


Republic Indonesia.
BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Babul Rahman, lahir

di Desa salumbia pada tanggal 16 mei 1998.

Penulis merupakan anak dari pasangan suami-istri

bernama Djamri Samad dan Nuriah. Dan anak

kedua dari dua bersaudara. Penulis pertama kali

masuk sekolah ditaman kanak-kanak Asmahul

Husna, desa Salumbia, kabupaten Tolitoli,

Sulawesi Tengah.

Dilanjutkan Sekolah Dasar Negeri 2 Salumbia

pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan di SMP Negeri 3 Dondo dan lulus pada tahun 2013. Setelah itu

penulis melanjutkan pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan di

SMK Negeri 1 Tolitoli dan tamat pada tahun 2016. Kemudian pada tahun 2016

penulis melanjutkan ke perguruan tinggi kejenjang S1 di Universitas Tadulako

dan diterima melalui jalur Tambahan, Fakultas Pertanian, Program Studi

Agroteknologi,saat ini penulis berada disemester 3.

Anda mungkin juga menyukai