STRUKTUR
8 Mei 2018
UNIVERSITAS PERTAMINA
2018
1 LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN
Kuliah lapangan dibutuhkan bagi mahasiswa geologi yang telah mengambil kuliah geologi struktur untuk melihat
langsung dan melakukan observasi terhadap struktur-struktur geologi di lapangan yang telah dipelajari dari
perkuliahan dan praktikum. The Geological Society of London, sebagai badan akreditasi internasional jurusan
geologi, juga memberikan standar akan jumlah hari kuliah lapangan yang harus diambil oleh mahasiswa teknik
geologi. Berdasarkan hal itu juga kami mewajibkan mahasiswa teknik geologi untuk mengikuti rangkaian kuliah
lapangan yang akan dilakukan oleh program studi teknik geologi.
Kuliah lapangan geologi struktur akan diberikan untuk mahasiswa teknik geologi pada semester empat sebelum
ujian akhir semester. Kuliah lapangan bermaksud memberikan pengalaman lapangan, dan kemampuan mengenal
objek geologi, menggunakan peralatan geologi lapangan dalam rangka memperoleh dan mengolah data struktur-
struktur geologi. Fieldwork akan dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2018 di Desa Tanjungsari, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.
TEKNIS KEGIATAN
Lokasi kuliah lapangan untuk Geologi Fisik berada di daerah Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini
cukup ideal untuk kuliah lapangan geologi struktur karena fitur-fitur strukturnya sangat variatif sehingga sangat
cocok untuk dilakukan pengukuran dan pengolahan data struktur geologi. Singkapan yang tersingkap dengan baik
juga lebih mudah untuk memberikan gambaran pada mahasiswa teknik geologi.
Pada kegiatan kuliah lapangan, mahasiswa akan mempelajari beberapa hal dasar mengenai geologi lapangan,
diantaranya:
4. Melakukan pencatatan struktur-struktur yang ada, petrologi dari batuan, dan melakukan pengolahan
dan interpretasi data struktur.
Mahasiswa akan dibagi untuk memulai mengambil data di empat tempat yang berbeda dan diinstruksikan untuk
mencatat struktur geologi, kedudukannya, dan juga deskripsi batuan. Setiap dua orang mahasiswa akan
memegang satu kompas dimana mereka akan bekerja sama untuk mengambil data sebanyak-banyaknya dalam
waktu yang diberikan. Setelah selesai di tempat pertama kemudian berpindah ke tempat kedua sehingga setiap
kelompok mendapat kesempatan untuk mengambil data di keempat spot yang telah ditentukan. Selain itu sketsa
singkapan, lintasan struktur, dan analisis singkat mengenai arah-arah tegasan utama dan produk deformasinya
juga diharapkan untuk diinterpretasikan dan dicatat oleh peserta.
Waktu Kegiatan
05.00-07.30 Perjalanan menuju lokasi
07.30-08.00 Pemberian instruksi kegiatan lapangan
08.00-08.40 Pengambilan data struktur, dan deskripsi batuan di spot pertama
08.40-08.45 Rolling lokasi pengambilan data
08.45-09.25 Pengambilan data struktur, dan deskripsi batuan di spot kedua
09.25-09.30 Rolling lokasi pengambilan data
09.30-10.10 Pengambilan data struktur, dan deskripsi batuan di spot ketiga
10.10-10.15 Rolling lokasi pengambilan data
10.15-11.00 Pengambilan data struktur, dan deskripsi batuan di spot keempat
11.00-12.00 Interpretasi arah tegasan utama dan sketsa sederhana
12.00-12.30 Evaluasi dan penutupan
12.30-13.00 Ishoma
13.00-16.00 Perjalanan pulang ke Universitas Pertamina
Gambar 1. Peta Lokasi Fieldwork
Gambar 2. Foto-foto singkapan pada lokasi fieldwork
PEMBAGIAN KELOMPOK
KELOMPOK SPOT 1
NOMOR KELOMPOK
KELOMPOK
NO INDUK NAMA MAHASISWA PENGAMBILAN
ALAT
MAHASISWA DATA
23 101116066 HAOLIA L
24 101116067 RIFKI FATURAHMAN L
25 101116068 MEGA DWI ASTUTI M
26 101116070 ANDI LUTZQY RATCMAN AMIR M
27 101116071 FAIRUS FADILLAH N
28 101116073 KHAIRUNISA NURAPRILIANI N
29 101116074 DIMAS ARDIYANTO O
3
30 101116076 TRIO ADI KUNCORO O
31 101116077 SHRI INDRA JANAPRIYANDANA P
32 101116078 GERIE VAN DYKA P
33 101116081 YOSUA HOTMARULI LUMBAN GAOL Q
34 101116084 REHAN BAIHAQI Q
35 101116085 MOCHAMMAD IBNU HANAFI R
36 101116086 REGGY CAESAR PUTRA R
37 101116088 HADYAN PRATAMA S
REYVO LEONARDO MANGAMPU
38 101116092 S
GABE SIRAIT
39 101116093 EKA SETYA NINGRUM T
4
40 101116095 RYRU KRISMANTORO LOBO T
41 101116097 IMAM BAIHAQI U
42 101116098 PUTRI TAMADO BRILIANTI U
43 101116101 RICHO OXA RIANDIKHA V
44 101116104 UCOK JHONATAN HARIANTO V
KELOMPOK SPOT 3
NOMOR KELOMPOK
KELOMPOK
NO INDUK NAMA MAHASISWA PENGAMBILAN
ALAT
MAHASISWA DATA
Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972), Stratigrafi yang terdapat di daerah
Desa Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat terdiri dari satu Formasi yaitu Formasi Jatiluhur (Mdm) yang
tersebar secara luas di daerah Bogor dan sekitarnya.
Gambar 3. Formasi Jatiluhur (Mdm) yang terdapat di Daerah Tanjungsari, Kabupaten Bogor (ditandai dengan
lingkaran merah).
1. Formasi Jatiluhur, Anggota Batugamping (Mdl) : Formasi Jatiluhur adalah penamaan kembali satuan,
yang akan dibahas lebih lanjut dalam publikasi lain. Batugamping sama dengan Mk, tetapi terdapat
dalam Formasi Jatiluhur sebagai sisipan-sisipan tipis (Ludwig, 1933).
2. Formasi Jatiluhur, Anggota Napal dan Batupasir Kuarsa (Mdm) : Napal abu-abu, batulempung
napalan dan serpih lempungan dengan sisipan-sisipan batupasir kuarsa, kuarsit, dan batugamping
napalan.
3. Formasi Jatiluhur Anggota Batupasir Kuarsa (Mdq) : Batupasi kuarsa merupakan lapisan-lapisan tipis
dan tebal. Jalur-jalur tipis batubara dan lembar-lembar kecil musovit degan kandunagan batugamping
yang tak seberapa jumlahnya. Pada beberap tempat terdapat juga lapisan-lapisan kuarsit berwarna
abu-abu muda.
Formasi yang terdapat di daerah di Daerah Tanjungsari, Kabupaten Bogor yang akan dikunjungi dalam acara
fieldwork geologi struktur adalah Formasi Jatiluhur Anggota Napal dan Batupasir Kuarsa.
DASAR TEORI
Analisis di dalam struktur geologi dibagi menjadi tiga tahapan yaitu analisis deskriptif,kinematis, dan dinamik.
Analisis deskriptif meliputi pengambilan data, baik secara langsung di lapangan ataupun secara tidak langsung
berupa penarikan kelurusan pada citra satelit atau lainnya. Analisis kinematik yaitu untuk mengetahui
pergerakan struktur di lapangannya dan hubungannya antara struktur satu dengan struktur yang lainnya.
Analisis dinamik yaitu untuk mengetahui tegasan utama yang mempengaruhi pembentukan struktur di suatu
daerah dan perubahannya dari waktu ke waktu.
Beberapa fitur struktur yang dapat ditemukan di lapangan bervariasi bisa berupa kekar, sesar, dan juga lipatan.
Struktur-struktur geologi yang terbentuk akan memiliki struktur penyerta sehingga keberadaan struktur
penyerta ini dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana kinematik struktur yang lebih besarnya.
1. Lipatan (Fold)
Lipatan adalah struktur geologi yang memperlihatkan adanya pelengkungan yang diakibatkan karena adanya
proses buckling dan bending. Struktur lipatan pada buckling diakibatkan karena adanya proses kompresi yang
bekerja pada suatu bidang yang planar sehingga terjadi pemendekan dan sifatnya regional. Sementara, lipatan
pada bending diakibatkan karena adanya pengaruh gerakan vertikal pada suatu lapisan batuan sehingga lipatan
yang terbentuk sifatnya lokal seperti lipatan yang terbentuk bersamaan dengan proses sedimentasi (syn-
sedimentary fold / slump).
Struktur lipatan yang dijumpai terkadang bisa ideal ataupun bahkan tidak ideal hanya beberapa bagian saja yang
dapat ditemui. Ketika kita menjumpai struktur lipatan di lapangan, langkah yang kita lakukan adalah melihat
bagaimana geometri lipatannya. Setelah itu, kita mengukur kedudukan dari bidang sayap lipatan kedua sisinya.
Jika bisa menjumpai struktur lipatan yang ideal kita bisa mengukur bidang sumbu lipatannya. Namun, apabila
lipatannya menunjukan adanya penunjaman maka kita harus mengukur besaran plunge sama trendnya dengan
mengukur seperti pengukuran struktur gores-garis pada sesar.
2. Sesar (Fault)
Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.sifat pergeserannya dapat bermacam-macam,
mendatar, miring, naik, dan turun. Di dalam mempelajari struktur sesar, disamping geometrinya yaitu, bentuk,
ukuran, dan polanya, yang penting juga untuk diketahui adalah mekanisme pergerakannya.
Gejala sesar seringkali disertai dengan gejala struktur yang lain, misalnya kekar, lipatan, drag fold, breksiasi
akibat sesar, milonit, dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat penting untuk membantu di dalam analisis
tentang pergerakan sesar.
Gejala sesar seringkali disertai dengan gejala struktur yang lain, misalnya kekar, lipatan, drag fold, breksiasi
akibat sesar, milonit, dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat penting untuk membantu di dalam analisis
tentang pergerakan sesar.
Gambar 5. Kekar-kekar berdasarkan arah tegangan utama (kiri), jenis-jenis bentuk kekar yang terbentuk dari
sesar utama (kanan)
B. Kekar dan Urat (Vein)
Kekar adalah gejala umum yang terdapat pada batuan. Kekar dapat terbentuk karena tektonik dan dapat
terbentuk juga secara non tektonik (pada saat diagenesis, proses pendinginan). Dalam hal ini membatasi pada
jenis kekar yang terbentuk secara tektonik.
Kekar gerus (shear facture) : rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk karena adanya
kecenderungan untuk saling bergeser (shearing).
Kekar tarik (extention fracture) : rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk karena adanya
kecenderungan untuk saling menarik (meregang). Extention fracture ini dibagi menjadi dua yaitu
tension fracture dan release fracture. Apabila extention fracture terisi oleh mineral, maka
dinamakan vein.
Kekar merupakan bagian dari struktur bidang. Dimana struktur kekar ini bisa berupa kekar berpasangan (shear
fracture) ataupun kekar yang telah terisi oleh urat baik kuarsa ataupun kalsit (vein). Cara pengukuran kekar di
lapangan adalah dengan menggunakan metode Right Hand Rule (RHR) lalu mengukur sebagaimana kita
mengukur struktur bidang (strike dan dip). Pada pengukuran kekar berpasangan maka kita mengukur kekar
tersebut sebanyak dua kali.
C. Breksiasi
Bidang sesar biasanya terisi oleh bahan-bahan fragmental yang disebut sebagai breksi sesar. Adakalanya
bahan ini agak lunak dan hancur disebut sebagai gouge. Pada bagian yang sangat intensif tingkat hancurannya,
zona sesar dapat berupa serbuk berbutir halus dan lunak yang disebut sebagai milonit. Arah sesarnya
didapatkan dari orientasi sumbu panjang fragmen breksiasi, arah bidang-bidang gerusan (shearing). Arah ini
akan membantu dalam menentukan bidang sesar.
Breksiasi merupakan pola kelurusan yang dihasilkan dari adanya pergerakan sesar. Biasanya fragmen-fragmen
yang tersesarkan akan membentuk suatu pola memanjang dan memperlihatkan adanya kelurusan. Pola-pola
pada fragmen ini diukur dengan mengukur bearing dari fragmen-fragmennya atau kelurusannya.
D. Drag fold
Struktur seretan (drag fold) adalah gejala penyerta di sekitar bidang sesar yang terbentuk akibat pergerakan
sesar. Struktur ini dapat menunjukan gerak relatif sebenarnya. Struktur ini tampak pada perlapisan atau bidang
foliasi. Ada dua macam seretan yang dapat terbentuk yaitu normal drag dan reverse drag.
Ketika kita menjumpai struktur penyerta berupa drag fold maka kita harus mengukur setiap bagiannya yaitu
bidang sesarnya, sayap-sayap lipatan dari drag fold, dan bidang sumbu lipatannya. Cara pengukurannya
dengan menggunakan metode RHR atau mengukur struktur bidang dengan strike/dip.
E. Cermin sesar
Slickensides atau cermin sesar adalah gejala yang tampak pada permukaan bidang-bidang yang tergeser.
Struktur tersebut merupakan bidang-bidang halus dengan goresan-goresan yang seolah-olah dipoles.
Seringkali disertai dengan jenjang-jenjang (steps) yang merupakan kekar yang terbentuk akibat gerak relatif
dari bidang itu.
Cara pengukuran pada cermin sesar yaitu langkah pertama dengan mengukur bidang dari bidang sesarnya
atau cermin sesar. Jika terdapat gores-garis, pengukurannya dengan menggunakan metode pengukuran
struktur garis (plunge dan trend). Setelah mengukur bidang dan struktur garisnya maka kita bisa mengetahui
besaran pitch yang di dapat dari sudut yang dibentuk antara struktur garis tersebut dengan garis strike
menggunakan bantuan busur derajat.
Interpretasi struktur dapat dilakukan pada skala yang beragam dan skala yang mikro, pada suatu jalur sesar
sampai pada suatu wilayah. Untuk itu perlu dibuat batasan dan asumsi untuk menerapkan teori-teori yang ada.
Salah satu kendala lain di dalam interpretasi adalah batasan waktu, yaitu kejadian atau generasi dari struktur-
struktur tersebut. Oleh karena itu perlu diperhatikan apabila dari beberapa struktur yang ada berlainan waktu
kejadiannya, artinya berbeda sejarah tektoniknya.
Salah satu konsep interpretasi struktur dikembangkan oleh Tchalenko (1970) dan Harding (1973) yang
menjelaskan bahwa pada gerak sesar mendatar, gejala yang terdapat pada jalur sesar adalah komponen gerak
kopel yang bekerja akiba sesar tersebut. Gerak kopel tersebut menghasilkan komponen tarik atau extension (E)
dan komponen tekan atau compression (C).
Gambar 7. Model simple shear dan pure shear.