DISUSUN OLEH:
STEVANI TRINITATI SINTAMARITO S.
NIM : 180522039
AKUNTANSI EKSTENSI GRUP A
BAB 7
AKAD MUDHARABAH
Jawaban:
PSAK mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama usaha antar dua
pihak dimana pihak pertama (pemilik dana/shahibul maal) menyediakan seluruh
dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak selaku
pengelola dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan
kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana sepanjang kerugian tersebut
tidak disebabkan oleh pengelola.
Jawaban:
Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena
yang dibagi hanya keuntungan saja (profit) , tidak termasuk kerugiannya (loss).
Sehingga digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian
tidak akan dibagi diantara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung
sendiri oleh pemilik dana.
Jawaban:
sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100%
dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan
tertentu dan dengan kesepakatan pemilik dana, pengelola ikut menanamkan
modalnya. Jenis mudharabah ini disebut mudharabah musytarakah
merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.
Jawaban:
Jawaban:
4. Nisbah Keuntungan
a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan,
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak
yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
Jawaban:
Lamanya kerja asma dalam mudharabah tidak ditentukan dan tidak terbatas, tetapi
semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan
memberitahukan pihak lainnya. Namun , akad mudharabah dapat berakhir karena
hal-hal sebagai berikut:
1. Mudharabah akan berakhir pada waktu yang telah ditentukan pada saat
akad.
2. Salah satu pihak memutuskan/mengundurkan diri.
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
4. Pengelola usaha tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha.
5. Modal sudah tidak ada
Jawaban:
Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan
karena yang dibagi hanya keuntungan (profit) saja, tidak termasuk kerugiannya
(loss). Istilah prinsip bagi hasil ini digunakan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun
1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi di antara pemilik
dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung oleh pemilik dana. Untuk menghindari
Tugas BAB 7 Akad Mudharabah
perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh pengelola dana, dalam akad
harus disepakati biaya-biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
Bagi Hasil untuk Akad Mudharabah Musytarakah (PSAK 105 PAR 34)
Ketentuan bagi hasi untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan 2
pendekatan,yaitu:
1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan
nisbah yang disepakati, atau
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing.
Jawaban:
Jawaban:
Akad musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi modal
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan
kerugian berdasarkan kontribusi modal.
Jawaban:
Dalam musyarakah berlaku prinsip profit and loss sharing. Apabila usaha
tersebut untung maka keuntungan akan dibagikan kepada para mitra sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati (baik presentase maupun periodenya harus secara tegas
dan jelas ditentukan di dalam perjanjian), sedangkan bila rugi akan didistribusikan
kepada para mitra sesuai dengan porsi modal dari setiap mitra. Hal tersebut sesuai
dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihak-pihak yang terlibat
dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung (berbagi) risiko.
Jawaban:
1. Musyarakah Permanen
Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana
setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad
(PSAK No. 106 par. 04)
2. Musyarakah Mutanaqisah
Tugas BAB 8 Akad Musyarakah
Jawaban:
1. Al-Quran
“maka mereka berserikat pada sepertiga….” (Q.S. An-Nisa:12)
2. As-Sunah
“Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, sepanjang salah
seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang
berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya.” (HR Abu Dawud
dan Al-Hakim dari Abu Hurairah).
Jawaban:
Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau rukun akad musyarakah
ada empat, yaitu:
1. Pelaku, terdiri atas para mitra
2. Objek Mudharabah, berupa modal dan kerja
3. Ijab Kabul / Serah Terima
4. Nisbah Keuntungan
Syarat akad musyarakah, yaitu:
Tugas BAB 8 Akad Musyarakah
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah.
Tugas BAB 8 Akad Musyarakah
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah
1) Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati
oleh para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan diantara para
mitra dapat dihilangkan.
2) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
3) Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar
perhitungan keuntungan tersebut. Misalnya, bagi hasil atau bagi laba.
4) Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi
akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
5) Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri.
6) Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati.
Jawaban:
Apabila salah satu mitra keluar dar kemitraan baik dengan mengundurkan
diri, meninggal atau hilang akal maka kemitraan tersebut dikatakan bubar.
Karena musyarakah berawal dari kesepakatan utuk bekerja sama dan dalam
kegiatan opersaional setiap mitra mewakili mitra lainnya. Salah seorang
mitra tidak ada lagi berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.
Jawaban:
Nisbah bisa ditentukan sama untuk setiap mitra 50:50 atau berbeda 70:30 misalnya
proporsional dengan modal masing-masing mitra. Begitu para mitra sepakat atas
nisbah tertentu berarti dasar inilah yang digunakan untuk pembagian keuntungan.
Jawaban:
Perlakuan Akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi
pelaku yaitu Mitra Aktif dan Mitra Pasif. Dimana mitra aktif adalah pihak yang
mengelola usaha musyaraklah baik mengelola sendiri ataupun merujuk pihak lain
untuk mengelola atas namanya, mitra aktif juga bertanggung jawab untuk
melakukan pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan melakukan pencatatan
akuntansi, atau jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut mengelola usaha maka
pihak tersebut yang akan melakukan pencatatan akuntansi; sedangkan mitra pasif
adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha biasanya adalah lembaga keuangan.
BAB 9
AKAD MURABAHAH
Jawaban:
Jawaban:
Dalam murabahah tidak berlaku prinsip profit and loss sharing, karena termasuk
dalam certainty contract yaitu suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang
memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya, baik dari segi jumlah dan
waktu penyerahannya. Masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak dapat
melakukan prediksi terhadap jumlah maupun waktu pembayaran.
Jawaban:
Keuntungan yang diinginkan bisa dinyatakan dalam jumlah tertentu (lump sum)
atau berdasarkan presentase tertentu, misalnya 20% atau 30% dari harga pokok dan
pembeli harus tahu margin keuntungan yang diambil penjual.
Tugas BAB 9 Akad Murabahah
Jawaban:
(1)
(4)
Penjual Pembeli
(5)
(2) (3)
Produsen
Supplier
Keterangan :
(1) Melakukan akad murabahah.
(2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/ produsen.
(3) Barang diserahkan dari produsen.
(4) Barang diserahkan kepada pembeli.
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli.
Tugas BAB 9 Akad Murabahah
Keterangan :
1. Nasabah bernegosiasi kepada bank untuk melakukan pembiayaan murabahah.
2. Karena bank tidak memliki stok barang yang dibutuhkan nasabah, maka bank
selanjutnya melakukan pembelian barang kepada supplier/ pemasok.
3. a. Nasabah dan bank melakukan akad murabahah.
b. Bank melaksanakan serah terima barang.
c. Barang yang diinginkan pembeli (nasabah) selanjutnya diantar oleh pemasok
(supplier) kepada nasabah.
4. Setelah menerima barang, nasabah selanjutnya membayar kepada bank.
Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah
uang tertentu selama jangka waktu yang disepakati.
(1)
Penjual (2)
(3) Pembeli
Keterangan:
(1) Melakukan akad murabahah.
(2) Barang diserahkan kepada pembeli.
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli.
Tugas BAB 9 Akad Murabahah
Keterangan :
1. Kedua belah pihak melakukan akad yaitu pihak penjual (ba’i) dan pembeli
(musytari) melaksanakan akada murabahah.
2. a. Bank (penjual) menerhakan barang kepada pembeli (musytari) karena telah
memilikinya terlebih dahulu.
b. Membayar atas barang.
Jawaban:
“...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (Al
Baqarah/2: 275)
2) Al-Hadits
Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang
di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah dengan sanad dhaif)
Jawaban:
1. Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan),
sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli
dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.
3. Ijab kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern. Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan syariah maka kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan
atas barang yang diperjualbelikan menjadi halal.
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli
kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari
ijab dan qabul yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh
mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul itu adalah sebagai berikut:
a. Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual
buku ini seharga Rp. 15.000,-".
b. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah
pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang
sama.
Jawaban:
Jawaban:
Jawaban:
Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti
keseriusan ingin membeli barang tersebut. Uang muka menjadi bagian pelunasan
jika piutang murabahah disepakati. Namun apabila penjual telah membeli dan
pembeli membatalkannya, uang muka dapat digunakan untuk menutup kerugian si
Tugas BAB 9 Akad Murabahah
Jawaban:
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkan uangnya di muka. Para ahli fikih menamainya al mahawi’ij
(barang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak
walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada di tempat. ”Mendesak”, dilihat
dari sisi pembeli karena ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari
sementara dari sisi penjual, ia sangat membutuhkan uang tersebut.Salam dapat
didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan,dan pembeli melakukan
pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian
hari. PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan
(muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi)
dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Untuk menghindari resiko yang
merugikan,pembeli boleh meminta jaminan dari penjual.
Jawaban:
Akad salam merupakan akad jual beli dengan uang muka dan pengiriman
di belakang. Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari namun harga,
spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahannya sudah
ditentukan ketika akad terjadi, sehingga tidak ada gharar. Hal inilah yang
membedakan salam dengan transaksi ijon. Salam tidak sama dengan transaksi
ijon,dan karena itu diperbolehkan oleh syariah karena tidak ada gharar, sedangkan
ijon merupakan transaksi yang mengandung gharar (ketidakpastian) sehingga
dilarang oleh syariah.
Tugas BAB 10 Akad Salam
Jawaban:
Ijon dilarang oleh Syariah karena ada gharar (ketidakpastian) baik dalam jumlah
maupun kualitas pada transaksi pada transaksi ijon,sehingga syarat saling rela dapat
tidak terpenuhi atau dapat merugikan salah satu pihak,dan oleh karena itu transaksi
ini dilarang oleh syariah.
Jawaban:
Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada
akad pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad
antara pembeli dan penjual,jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak
diperbolehkan (terjadi taalluq). Akad antara penjual dan pemasok terpisah dari akad
antara pembeli dan penjual.Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam
paralel terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara
terus-menerus karena dapat menjurus kepada riba.
(1)-a (1)
(2)-a Pembeli/ (2)
Penjual/
Pembeli
Pemasok (3)-a Penjual
(3)
Prosedurnya sama dengan salam biasa hanya prosedurnya melibatkan pihak ke-3.
Tugas BAB 10 Akad Salam
Jawaban:
Jawaban:
Menurut akad Salam ilustrasi antara Bapak C dan Bapak B sesuai dengan
syariah karena didalam akad salam dijelaskan transaksi jual beli dimana barang
yang diperjual belikan belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyeerahan barang baru dilakukan kemudian hari.
Tugas BAB 10 Akad Salam
Menurut Gharar ilustrasi antara Bapak C dan Bapak B tidak sesuai dengan
syariah karena mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian itu terjadi dalam hal
kualitas kedelai yang nantinya akan dikirim kepada Bapak C karena jumlah kedelai
yang cukup banyak.
Jawaban:
Manfaat akad salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang
disepakatinya di awal.
Manfaat akad salam bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan
aktivitas produksi dan memenuhi sabagian kebutuhan hidupnya.
TUGAS AKUNTANSI SYARIAH
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
MEDAN
2018