Anda di halaman 1dari 14

MORNING REPORT

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR


DR. DIANA BANCIN, Sp.A
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses
fisiologik sebagai berikut :

1. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk
bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida)
2. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan
3. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh
untuk mempertahankan homeostasis kimia darah
4. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekresi bahan racun yang tidak
diperlukan badan
5. Sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi
6. Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan
perubahan fungsi organ tersebut diatas

Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh
prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam
kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. Masalah pada neonatus
biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak
hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul
sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi
akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara penilaian APGAR score pada bayi baru lahir?
2. Bagaimana prosedur untuk melakukan penilaian APGAR score pada bayi baru
lahir?
3. Bagaimana cara pemeriksaan fisik BBL pada bayi baru lahir?
4. Bagaimana prosedur, persiapan alat dan tujuan memandikan bayi?
5. Bagaimana prosedur, persiapan alat dan tujuan melakukan perawatan tali
pusat pada bayi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penilaian APGAR score pada bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui prosedur melakukan penilaian APGAR score pada bayi
baru lahir.
3. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik BBL pada bayi baru
lahir.
4. Untuk mengetahui prosedur, persiapan alat, dan tujuan dalam memandikan
bayi.
5. Untuk mengetahui prosedur, persiapan alat, dan tujuan dalam melakukan
perawatan tali pusat pada bayi.

1.4 Manfaat
Hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
informasi di bidang perawatan maternitas tentang asuhan keperawatan pada bayi
baru lahir.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Penilaian APGAR score

Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa Inggris: Apgar score) adalah
sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr.
Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai
kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Apgar yang
berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk
mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi.

Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir
menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua.
Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka
nol hingga 10. Kata "Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai
singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit,
denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk
mempermudah menghafal.

Lima kriteria Skor Apgar:

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim


warna kulit tubuh
normal merah warna kulit tubuh,
seluruhnya muda, tangan, dan kaki
Warna kulit Appearance
biru tetapi tangan dan normal merah muda,
kaki kebiruan tidak ada sianosis
(akrosianosis)
Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse
tidak ada
meringis/menangis meringis/bersin/batuk
respons
Respons refleks lemah ketika saat stimulasi saluran Grimace
terhadap
distimulasi napas
stimulasi
lemah/tidak
Tonus otot sedikit gerakan bergerak aktif Activity
ada
menangis kuat,
lemah atau tidak
Pernapasan tidak ada pernapasan baik dan Respiration
teratur
teratur

Interpretasi skor

Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah
kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih rendah.

Jumlah skor Interpretasi Catatan


7-10 Bayi normal
4-6 Agak rendah Memerlukan tindakan medis segera seperti
penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas,
atau pemberian oksigen untuk membantu
bernapas.
0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan


bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut [4]
tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang,
khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor
Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka
ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka
panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun
demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah
bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan
tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi
tersebut.

2.2 Prosedur APGAR

 Pastikan pencahayaan baik


Dilakukan pada :

• 1 menit kelahiran
Yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan

 Menit ke-5

• Menit ke-10
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu
tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas
pada masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi
neurologis.

 Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya


 Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

2.3 Pemeriksaan Fisik BBL

a. Pengkajian Pertama Pada Bayi Baru Lahir


Pengkajian ini dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir dan setelah
dilakukan pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan
perawatan tali pusat. Bayi ditempatkan di atas tempat tidur yang hangat.
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengenal/menemukan kelainan yang
perlu mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan, dan kelahiran, misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan
diabetes melitus, eklamsia berat dan lain-lain, biasanya akan mengakibatkan
kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena itu, pemeriksaan pertama pada bayi
baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menetapkan
keadaan bayi dan untuk menetapkan apakah seorang bayi dapat dirawat
gabung atau di tempat khusus. Dengan pemeriksaan pertama ini juga bisa
menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya.

b. Tujuan Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera
mungkin sesudah persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan
menegakkan diagnosa untuk persalinan yang beresiko tinggi. Pemeriksaan
hatrus difokuskan pada anomali kegenital dan masalah-masalah patofisiologi
yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan metabolik normal
pada kehidupan extra uteri. Pemeriksaan dilakukan lebih rinci dan dilakukan
dalam 24 jam setelah bayi lahir. Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat
menjelaskan pada keluarga. Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka
petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena apabila keluarga
menemukannya kemudian hari, akan menimbulkan dampak yang tidak baik
dan menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada
bayinya.

c. Langkah-Langkah Dalam Melakukan Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru


Lahir
 Pertama, seorang petugas mengkaji keadaan umum bayi; melihat
cacat bawaan yang jelas tampak seperti hidrosefal, mikrosefali,
anensefali, keadaan gizi dan maturitas, aktivitas tangis, warna kulit,
kulit kering/mengelupas, vernik caseosa, kelainan kulit karena fravina
lahir, toksikum, tanda-tanda metonium, dan sikap bayi tidur.
 Langkah kedua, pertugas melakukan pemerikasaan pada kulit.
Ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi perifer ditampakan
oleh warna merah tua atau biru keunguan pada bayi yang menangis.
Yang warnanya sangat gelap bila penutupan gloris mendahului
tangisan yang kuat dan oleh sianosis yang tidak berbahaya.
 Pada pemeriksaan kepala bisa dilihat; besar, bentuk, molding, sutura
tertutup/melebar, kaput suksedanium, hematoma – sefaldan karnio
tabes.
 Pada pemeriksaan telinga dapat mengetahui kelainan daun/bentuk
telinga.
 Pada pemeriksaan mata yang bisa dinilai perdarahan sukonjugtiva,
mata yang menonjol, katarak, dan lain-lain.
 Mulut dapat menilai apakah bayi; labioskisis, labioynatopalatoskisis,
tooth-buds, dan lain-lain.
 Leher; hematoma, duktis tirolusus, higromakoli.
 Dada; bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan retraksi interkostal,
sifoid, merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi paru.
 Jantung; pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung
 Abdomen; membuncit, (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid
(kemungkinan bayi mengalami hernia diafragmatika atau atresia
esofagis tanpa fistula), tali pusat berdarah, jumlah pembuluh darah tali
pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di pusat atau di selangkang.
 Alat kelamin; tanda-tanda hematoma karena letak sungsang, testis
belum turun, fisnosis, adanya perdarahan/lendir dari vagina, besar dan
bentuk klitoris dan labia minora, atresia ani.
 Tulang punggung; spina bifida, pilonidal sinus dan dumple.
 Anggota gerak; fokomeria, sindaktili, polidaktili, fraktor, paralisis talipes
dan lain-lain.
 Keadaan neuramuskular; refleks moro, refleks genggam, refleks
rootingdan sebagainya: tonus otot, tremor.
 Pemeriksaan lain-lain; mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah
lahir, bila tidak harus waspada terhadap atrersia ani/obstruksi usus.
Urine harus ada juga pada 24 jam. Bila tidak ada harus diperhatikan
kemungkinan obstruksi saluran kencing.

d. Kepala Janin Dan Ukuran-Ukurannya.


Bagian yang paling keras dan besar dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala juga
sering mengalami cedera, sehingga dapat membahayakan hidup. Tengkorak
bayi mungkin bertumpangan (molded) terutama bila bayi adalah anak pertama
dan kepala telah berfiksasi beberapa waktu. Tulang parietal cenderung
menumpangi tulang oksipital dan frontal. Garis sutura dan ukuran serta
tekanan kontanela anterior dan posterior harus ditentukan secara digital.

e. Kepala janin terdiri dari:

a. Bagian muka
- Tulang hidung (os nasake)
- Tulang pipi (oszygomaticum) ada dua buah.
- Tulang rahang atas (os maxilare)
- Tulang rahang bawah (os mandibularis)

b. Bagian tengkorak
Bagian ini yang terpenting pada persalinan karena biasanya bagian
tengkoraklah yang paling depan. Yang membentuk bagian tengkorak
adalah:
- Tulang dahi (os frontale) 2 buah.
- Tulang ubun-ubun (os parletal) 2 buah.
- Tulang pelipis (os temporale) 2 buah.
- Tulang belakang kepala (os occipidale) 1 buah.

Yang penting dalam persalinan yaitu 7 tulang tersebut di atas. Diantara


tulang-tulang tersebut terdapat sela tengkorak yang disebut sutura, yang
mana ini membantu dalam persalinan. Kalau kepala anak tertekan pada
waktu kepala bergeser/bergerak di bawah kedua tulang ubun-ubun, ini
salah satu tanda untuk mengenal tulang belakang kepala pada pemeriksan
dalam. Sutura dan ubun-ubun penting diketahui untuk menetukan
presentasi/bagian terendah dari kepala anak dalam jalan lahir.

f. Ukuran-ukuran kepala bayi


a. Ukuran muka belakang
1. Diameter sub occipitalus-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun
besar 29,5 cm.
2. Diameter sub occipito frontalis: (dari foramen magnum ke pangkal hidung)
11 cm.
3. Diameter fronto occipitalis (dar pangkal hidung ke titik yang terjadi pada
belakang kepala 12 cm.
4. Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang
kepala) 13,5
5. Diameter sub mento bragmatika (dari bawah dagu ke ubun-ubun besar) 9
cm.

b. Ukuran lingkaran
1. Circumferentia sub occiput bregmatika. (lingkaran kecil kepala) 31 cm.
2. Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) 34 cm.
3. Circumferentia mento occipitalis (lingkaran besar kepala) 35 cm.

2.4 Memandikan Bayi

a. Tujuan

Tujuan memandikan bayi :

a.Untuk membersihkan bayi dankotoran.


b.Untuk memperlancarperedaran darah.
c.Untuk mencegah terjadinyapenyakit terutama penyakitkulit.
d.Memberikan rasa segar dannyaman pada bayi.

b. Persiapan Alat

Sebelumnya siapkan peralatan mandi untuk bayi :


1. Bantal dan Handuk
Jika Anda hanya ingin melap bayi Anda, maka penggunaan bantal dan
handuk akan sangat membantu proses ini, apalagi tangan Anda kan harus
terus-menerus memegang si kecil. Letakkan bantal yang dibungkus dengan
handuk dan baringkan bayi Anda di atasnya. Jangan lupa, kegiatan ini
sebaiknya Anda lakukan dalam ruangan yang tertutup, agar bayi Anda tidak
kedinginan.

2. Bak mandi bayi

Sebelum Anda membawa bayi Anda untuk dimandikan, pastikan bak


mandi bayi sudah tersedia dan siap pakai. Anda dapat melapis dasarnya
dengan handuk atau spons, agar bayi Anda merasa lebih nyaman dan juga
aman. Penggunaan bak mandi ini biasanya untuk bayi yang sudah agak
besar.

3. Kain waslap

Anda juga akan memerlukan kain waslap atau spons mandi untuk
bayi. Mulailah membuka pakaiannya satu per satu agar ia tidak kedinginan.
Basuh tubuhnya mulai dari bagian leher ke bawah.

4. Bola kapas

Bola kapas sangat membantu untuk membersihkan bagian sekitar


mata bayi. Mulailah membersihkannya mulai dari bagian dalam matanya ke
arah bagian luar. Gunakan bola kapas yang berbeda untuk setiap mata.

5. Handuk bertopi

Handuk bertopi sangatlah baik untuk mengeringkan bayi Anda


setelah mandi. Ingatlah, jangan menggosok-gosokkan handuk tersebut ke
badannya, karena nanti kulitnya bisa lecet. Cukup ditepuk-tepuk hingga
kering.

6. Popok bersih

Sebelum Anda memakaikan baju kepadanya, sediakan dulu popok


bersih untuknya.

7. Alkohol

Jika tali pusar bayi Anda masih menempel, maka Anda bisa
menggunakan alkohol untuk menjaga kebersihannya. Namun begitu,
sebaiknya tanyakan dulu pada dokter Anda apakah memang penggunaan
alkohol tersebut dibolehkan untuk bayi Anda.

8. Produk kulit bayi

Banyak kontoversi seputar penggunaan lotion dan bedak untuk bayi.


Yang jelas, hindari penggunaan produk yang menggunakan parfum, serta
hindari pemakaian bedak bubuk, karena bisa menimbulkan gangguan
pernafasan pada bayi Anda.

9. Sabun bayi

Pemakaian sabun, sebenarnya bisa menganggu stabilitas pH tubuh


bayi Anda. Padahal, pH tubuhnya tersebut bisa membantu melindunginya
dari berbagai kuman. Nah, apapun sabun bayi yang Anda pilih, usahakan
untuk memilih produk yang bebas parfum dan hypoallergenic. Pemakaian
sabun pun tidak perlu setiap hari… cukup 1 kali setiap minggu atau bahkan
setiap 2 minggu, hingga bayi Anda tumbuh lebih besar dan berinteraksi
dengan lebih banyak kotoran.

10. Shampoo bayi

Pilihlah yang tidak perih buat matanya. Gunakan shampoo 1 atau 2 kali
setiap minggu. Caranya, jatuhkan 2 atau 3 tetes shampoo pada kepala
bayi Anda, lalu gosoklah kulit kepalanya secara perlahan-lahan.

11. Gunting kuku

Setelah ia mandi, kukunya menjadi sangat lunak. Makanya ini


merupakan waktu yang baik untuk merapihkan kukunya.

12. Sikat halus

Untuk membersihkan kerak atau kotoran yang melekat di kulit kepala


bayi Anda, gunakanlah sikat yang sangat halus. Anda bisa melakukannya
setiap hari, setelah mandi.

c. Prosedur Memandikan Bayi

Proses memandikan bayi yang benar :


1. Siapkan terlebih dahulu keperluan mandi, sabun bayi, kapas dan air matang
yang dingin, kain flannel lembut, popok dan baju bersih

2. Isi air hangat ke bak mandi, periksa suhunya dengan sikut. Airnya harus
hangat, namun tidak panas. Idealnya sekitar 28 hingga 29 derajat celcius. Oh
ya, pastikan juga ruangan untuk memandikan bayi cukup hangat dan tidak
berangin.

3. Buka baju bayi dan bungkus dengan handuk di pangkuan Anda.

4. Cara memandikan bayi untuk daerah mata, usap mata dengan kapas yang
telah dibasahi dengan air matang dingin. Usapkan dari pangkal hidung ke
sudut mata bagian luar.

5. Tahan leher dan pundaknya, sabuni dan bilas dengan tangan Anda yang
bebas. Untuk bagian kemaluan, pada bayi perempuan, siram kemaluan
dengan air. Buka bibir kemaluan dengan lembut dan bersihkan. Untuk bayi laki-
laki, bersihkan bagian bawahnya, tanpa menarik kulup penis jika belum
disunat.

6. Cara memandikan bayi untuk daerah punggung dan pantat, tengkurapkan


bayi di tangan. Buka belahan pantatnya untuk membersihkan anusnya.

7. Pegang pantatnya dan angkat. Bungkus dengan handuk, tepuk-tepuk agar


kering. Biarkan bayi terbungkus handuk saat Anda memakaikan baju dan
popoknya. Hati-hatilah dalam mengangkat bayi, karena kulitnya yang licin.

2.5 Perawatan tali pusat

a. Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mempercepat proses pengeringan tali pusat
3. Mempercepat terlepasnya tali pusat

b. Persiapan Alat
- Alkohol 70% dalam tempatnya
- Kasa steril 1 buah

c. Persiapan klien
Setelah dimandikan dan dikeringkan, bayi dibaringkan diatas meja khusus
atau tempat tidur.

d. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Buka kasa pembungkus tali pusat, bila susah di buka, kasa pembungkus
terlebih dahulu dibasahi dengan lidi waten alcohol 70%
3. Bila tali pusat masih basah/lembab bersihkan tali pusat dengan lidi waten
alcohol 70% dari pangkal menuju ujung tali pusar sampai bersih.
4. Kemudian oleskan betadine 10% seperti cara diatas (dari pangkal ke ujung
tali pusat)
5. Tali pusat kemudian di bungkus dengan kasa steril (Bentuk segitiga) dan
ikatkan dengan cara lipatkan.
6. Kemudian pakaian bayi dikenakan dan dirapikan
7. Cuci tangan kembali

Gb. Pemotongan tali pusat Gb. Bayi yang telah diikat tali
pusatnya

Daftar Pustaka

1. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen


diploma III kebidanan , Buku 5 asuhan bayibaru lahir,Pusdiknakes.Jakarta
2. Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I.
EGC.Jakarta
3. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta

ABSENSI

NO NAMA TANDA TANGAN

Anda mungkin juga menyukai