Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pmbuangan dapat melalui
urine dan bowel (tarwoto, wartonah, 2006).

B. Klasifikasi

1. Eliminasi Urine

Liminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat tergantung pada
fungsi-fungsi organ liminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.

a. Anatomi dan Fisiologi

1) Ginjal

Ginjal adalah organ yang berbentuk kacang berwarna merah tua, panjang 12,5 cm dan tebalnya 2, 5
cm. Beratnya kurang lebih 125-175 gr pada laki-laki dan 115-155 gr pada wanita. Ginjal terletak pada
bagian rongga abdomn bagian atas stinggi vertebra thorakal 11 dan 12. Ginjal dilindungi oleh otot-
otot abdomen, jaringan lemak atau adipose.

Ginjal mnghasilkan hormone eritropoitin yang berfungsi merangsang produksi ritropoisetil yang
merupakan bahan baku sel darah merah sumsum tulang.

Hormone ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran darah.

Fungsi utama ginjal:

· Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion dan obat-obatan

· Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh.

· Mempertahankan kesimbangan antara air dan garam-garam serta asam dan basa.

· Menghasilkan renin, enzim untuk membantu pengaturan tekanan darah.

· Mengasilkan hormone eritropoitin yang menstimulasi pembentukan sel-sel darah merah


disumsum tulang.

· Membantu dalam pembentukan vitamin D (Tarwoto, wartonah, 2006).

2) Ureter
Setlah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal lalu ke bladder melalui ureter. Lapisan
tengah ureter terdiri atas otot-otot yang distimulasi oleh transmisi impuls elektrik berasal dari syaraf
otonom. Akibat gerakan peristaltik ureter maka urine didorong ke kandung kemih (Tarwoto,
wartonah, 2006).

Ureter merupakan stuktut trubuler yang mmiliki panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada
orang dewasa. Ureter membentang pada posisi retroperitoneum untuk memasuki kandung kemih
didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureterovesikalis. Urine yang keluar dari ureter ke
kandung kemih umumnya steril. (Fundamental Keperawatan vol. 2 edisi 4, 2005)

3) Kandung kemih

Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine. Terdiri atas 2 bagian yaitu bagian fundus
atau body yang merupakan otot lingkat, tersususn dari otot detrusol dan bagian leher yang
berhubungan langsung dengan uretra. (Tarwoto, wartonah, 2006).

Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun atas jaringan otot
serta merupakan tempat urine dan merupakan organ eksresi. Apabila kandung kemih berada pada
rongga panggul dibelakan simfisis pubis. Pada pria, kandung kemih terletak pada rektum bagian
posterior dan pada wanita kandung kemih terletak pada dinding anteriour uterus dan vagina.
(Fundamental Keperawatan vol. 2 edisi 4, 2005)

4) Uretra

Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar tubuh. Kontrol pengeluaran urine terjadi
karena adanya spinter kedua yaitu spinter eksternal yang dapat dikontrol oleh kesadaran kita.
(Tarwoto, wartonah, 2006)

Urine keluar tubuh melalui uretra dan keluar dari kandung kemih melalui meatus uretra. Dalam
kondisi normal aliran urine yang mengalami turbulansi membuat urine bebas dari bakteri. Membran
mukosa melapisi uretra dan kelenjar urtra mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir dianggap
bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya bekteri. Lapisan otot
polos yang tbak mengelilingi uretra. (Tarwoto, wartonah, 2006).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine

1) Pertumbuhan dan perkembangan

Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada usia lanjut, volum bladder
berkurang, demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.
2) Sosiokultural

Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat tertutup dan
sebaliknya pada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka.

3) Psikologis

Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.

4) Kebiasaan Seseorang

Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga ia tidak dapat berkemih menggunakan pot
urin.

5) Tonus otot

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot bladder, otot abdomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Jika
ada gangguan tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan kurang.

6) Intake cairan dan makanan

Alcohol menghambat antideuretik hormon (ADH) untuk meningkatkan pembuangan urin. Kopi, teh,
coklat, cola (mengandung Cafeine) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin.

7) Kondisi penyakit

Pada pasien yang demam terjadi penurunan produksi urin karena banyak cairan yang dikeluarkan
melalui kulit. Radangan dan iritasi organ kemih menimbulkan retensi urin.

8) Pembedahan

Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan menurun.

9) Pengobatan

Penggunaan duritik meningkatkan output urin, anti kolinergik, dan anti hipertensi menimbulkan
retensi urin.

10) Pemriksaan diagnostik

Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intak sebelum prosedur untuk mengurangi output urine.
Cystocospy dapat mnimbulkan edema lokal pada uretra, spasme, dan spinter bladder sehingga dapat
menimbulkan urine.

c. Masalah Eliminasi Urine


1) Retensi Urine

Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml.
Normalnya 250-400 ml.

2) Inkontinensia Urine

Ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada
2 jnis inkontinensia :

pertama, stress inkontinensia yaitu stress yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen meningkat
seperti pada saat batuk atau tertawa

kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, hal ini
terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme bladder.

3) Enurisis

Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan karena


ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang
jompo.

d. Perubahan Pola Berkemih

1) Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat, biasanya
terjadi pada cystitis, stress dan wanita hamil.

2) Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
kemampuan spinter untik mengontrol berkurang.

3) Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran kemih, trauma
dan struktur uretra.

4) Polyuria : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada
pasien DM.

5) Urinary supression : keadaan diman ginjal memproduksi urin secara tiba-tiba. Anuria (urine
kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-500 ml/24 jam).

2. Eliminasi Bowel
Eliminasi bowel adalah merupakan proses pembuangan sisa metabolisme tubuh yang tidak terpakai.

a. Anatomi dan Fisiologi Bowel

1) Saluran gastrointestinal bagian atas

Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi dimulut dan dilambuung dengan
bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya maknan yang sudah dalam bentuk chyme didorong ke
usus halus.

2) Saluran gastrointestinal bagian bawah

Saluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum,
jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas
cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter
dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk chyme (setengah
padat) dari lambung untuk mengabsorrpsi air, nutrien, dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus,
potassium, bikarbonat, dan enzim.

Chyme bergerak arena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari
makan sampai mencapai rektum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan haustral adalah
gerakan untuk mendorong materi cair dan semipadat sepanjang kolon, gerkan peristaltik adalah
berupa gelombang, gerakan maju ke anus. (Tarwoto Wartonah : 2006 hal 67)

b. Proses defekasi

Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang
berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu :

1) Refleks defekasi instrinsik

Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi distensi rektum, yang kemudian
menyebabkan rangsnagan pada flektus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses
tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.

2) Refleks defekasi parasimpatis

Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord.
Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan
intensifnyaa peristaltik, relaksasi spinter interna, maka terjadinya defekasi.

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot andomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otot
elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otopt femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam
proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adlah CO2 , metana H2S,
O2 dan nitrogen.

Fese terdiri atas 75% air dan 25% materi padat. Feses normalnya berwarna coklat karena pengaruh
sterkobilin, mobilin dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme.
Konsistensinya lembek namun berbentuk. (Tarwoto Wartonah : 2006 hal 67)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses defekasi

1) Usia

Pada usia bayi kantrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi
menurun.

2) Diet

Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makann yang masuk ke dalam tubuh
juga mempengaruhi proses defekasi.

3) Intake cairan

Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorsi
cairan yang meningkat.

4) Aktivitas

Tonus otot abdomen , pelvis, dan diafreagma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan
peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.

5) Fisiologis

Keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltik akan menudahkan bahan feses
bergerak sepanjang kolon.

6) Pengobatan

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.

7) Gaya hidup

Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air
besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.

8) Prosedur diagnostik
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar
tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.

9) Penyakit

Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.

10) Anestesi dan pembedahan

Anestesi umum dapat menghalangi inpuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang menyebabkan ileus
usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.

11) Nyeri

Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis, epesiotomi akan
mengurangi keinginan untuk buang air besar

12) Kerusakan sensorik dan motorik

Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk
defekasi.

d. Masalah-masalah umum pada eliminasi bowel

1) Konstipasi

Gangguan eliminasi yang diakibatkan adnaya feses yang kering dan keras melalui usus besar.
Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak diatur, penggunaan laksatif yang lama, sters
psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.

2) Fecal imfaction

Masa feses yang keras dilipatan rektum yang diakibatkna oleh retensi dan akumulasi material feses
yng berkepanjangan. Biasanya disebabkan ole konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas,
diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.

3) Diare

Keluarnya feses cairan dan meningkatkan frekuensi buang air besar akibat cepatnya chyme melewati
usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat
disebabkan karena sters fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.

4) Inkontinensia
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui spinter anus
akibat kerusakan fungsi spinter atau persyarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna.

5) Kembung

Flatus yang berlebihan di daerah di daerah intestinal sehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat
disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturat, penurunnan ansietas, penurunan
aktivitas intestinal), mengkonsumsi makan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.

6) Hemorroid

Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut. Penyebabnya
adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

Anda mungkin juga menyukai