Anda di halaman 1dari 12

BEDA PENGARUH MOBILISASI END-RANGE DENGAN PASSIVE RANGE OF

MOTION EXERCISE TERHADAP PERUBAHAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL


BAHU PADA PENDERITA FROZEN SHOULDER DI RSUD KOTA MAKASSAR

Oleh : Muhammad Muslim Hasan1, Anshar2, Sri Saadiyah L3.


Jurusan Fisioterapi Poltekkes Makassar

ABSTRAK

Latar Belakang : Frozen shoulder atau capsulitis adhesiva adalah suatu kondisi yang
menyebabkan keterbatasan gerak sendi bahu yang sering terjadi tanpa dikenali
penyebabnya. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu
menjadi mengkerut dan membentuk jaringan parut.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan desain randomized
control group pre test – post test, bertujuan mengetahui beda pengaruh kombinasi TENS
dan mobilisasi end range dengan TENS dan passive range of motion exercise terhadap
perubahan kemampuan fungsional bahu pada penderita frozen shoulder, dengan sampel
adalah pasien poli fisioterapi RSUD Kota Makassar yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Jumlah sampel adalah 20 orang yang dibagi secara acak kedalam 2 kelompok yaitu
kelompok perlakuan yang diberikan TENS dan Mobilisasi end-range sebanyak 10 orang
dan kelompok kontrol yang diberikan TENS dan Passive range of motion exercise
sebanyak 10 orang.
Hasil : Berdasarkan analisis uji paired sample t pada kelompok perlakuan memberikan
perubahan nilai SPADI yaitu nilai p <0,05 yang berarti bahwa intervensi TENS dan
mobilisasi end-range dapat memberikan perubahan yang signifikan pada penderita
frozen shoulder. Sedangkan pada kelompok kontrol juga memberikan perubahan nilai
SPADI yang signifikan yaitu yaitu nilai p < 0,05 yang berarti intervensi TENS dan
passive Range of Motion exercise dapat memberikan perubahan yang signifikan pada
penderita frozen shoulder. Berdasarkan uji independen sample t, diperoleh ada perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok dengan nilai p = 0,012 (<0,05) serta dilihat dari
nilai rerata post test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Kesimpulan : Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian TENS dan Mobilisasi end
range lebih efektif secara signifikan dibandingkan dengan TENS dan passive range of
motion exercise terhadap perubahan kemampuan fungsional bahu pada penderita Frozen
shoulder.
Kata kunci : TENS, Mobilisasi End-Range, Passive range of motion exercise,
Kemampuan Fungsional Bahu, Frozen Shoulder

1
Mahasiswa Jurusan Fisioterapi Poltekkes Makassar
2
Dosen Jurusan Fisioterapi Poltekkes Makassar
3
Dosen Jurusan Fisioterapi Poltekkes Makassar
DIFFERENCE EFFECT OF END-RANGE MOBILIZATION AND PASSIVE
RANGE OF MOTION EXERCISE TOWARDS THE CHANGES IN
FUNCTIONAL SHOULDER ABILITY FOR PATIENT
WITH FROZEN SHOULDER AT
RSUD KOTA MAKASSAR

By : Muhammad Muslim Hasan1, Anshar2, Sri Saadiyah L3.


Jurusan Fisioterapi Poltekkes Makassar

ABSTRACT

Backgrounds : Frozen shoulder or adhesiva capsulitis is a condition that causes limited


shoulder joint movements that often occur without recognizing the cause. Frozen
shoulder causes the capsule that surrounds the shoulder joint to contract and form scar
tissue.
Method : This study was a quasi-experimental study with a randomized control group
pre-post test design, aimed to determine the difference in the effect of TENS combine
with end-range mobilization and TENS combine with passive range of motion exercise
on changes in functional ability of the shoulder in patients with frozen shoulder, with
samples of patients poly physiotherapy Makassar City Hospital which is in accordance
with the inclusion criteria. The number of samples was 20 people who were randomly
divided into 2 groups: the treatment group who were given TENS and end-range
mobilization as many as 10 people and the control group who were given TENS and
Passive range of motion exercise by 10 people.
Result : Based on paired sample t test analysis in the treatment group gave a change in
SPADI value that is p <0.05 which means that TENS intervention and end-range
mobilization can provide significant changes in patients with frozen shoulder. Whereas in
the control group also gave a significant change in SPADI values, that is p <0.05, which
means TENS intervention and passive Range of Motion exercise can provide significant
changes in patients with frozen shoulder. Based on the independent sample t test, it was
found that there were significant differences between the treatment and control groups
with p = 0.012 (<0.05) and seen from the mean post-test value showed that there were
significant differences between the treatment group and the control group.
Conclusion : The conclusion of this study is that TENS and end range mobilization are
significantly more effective compared to TENS and passive range of motion exercise on
changes in functional ability of the shoulder in patients with Frozen shoulder.

Keywords : TENS, End - Range Mobilization, Passive Range of Motion Exercise,


Shoulder Functional Ability, Frozen Shoulder

1
Physiotherapy Student Poltekkes Makassar
2
Physiotherapy lecturer Poltekkes Makassar
3
Physiotherapy lecturer Poltekkes Makassar
PENDAHULUAN 150 kunjungan dengan rata-rata 10 pasien per
bulannya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia Banyak alternatif intervensi fisioterapi
tidak terlepas dari gerak dan fungsi gerak yang yang dapat dilakukan untuk menangani kasus
merupakan bagian integral dari kapasitas fisik frozen shoulder. Salah satu intervensi yang
dan kemampuan fungsional. Munculnya umum untuk menangani kasus frozen shoulder
beberapa keluhan juga sering menyertai dalam adalah passive range of motion exercise.
aktivitas gerak tubuh manusia. Regio bahu Passive range of motion exercise merupakan
merupakan area yang memiliki mobilitas tinggi metode konvensional, yang paling sering
dan stabilitas yang minimal sehingga region diberikan pada kondisi frozen shoulder di
bahu sering mengalami cedera. Dampak dari klinik fisioterapi. Passive range of motion
cedera bahu sering menyebabkan kaku bahu dapat berperan mempertahankan ROM yang
yang biasa dikenal sebagai frozen shoulder ada meskipun menghasilkan efek stretch yang
Penyebab frozen shoulder tidak minimal pada kapsul ligament shoulder joint.
diketahui, diduga penyakit ini merupakan Dapat juga diberikan mobilisasi end
respon auto immobilisasi terhadap hasil – hasil range. Teknik Mobilisasi End-Range dengan
rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab traksi oscilasi yang berirama dan roll glide
utamanya idiopatik, banyak yang menjadi grade 3-4 dapat menghasilkan gerak
predisposisi frozen shoulder, selain dugaan intraartikular di dalam sendi sehingga terjadi
adanya respon auto immobilisasi ada juga perubahan ekstensibilitas pada kapsul dan
faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma ligament. Perubahan tersebut dapat
berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, memperbaiki mobilitas atau ROM shoulder.
kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada TENS (Transcutaneus electrical nerve
dan infark miokardia, dari dalam sendi stimulation) merupakan salah satu modalitas
glenohumeral (tendnitis bicipitalis, infalamasi elektroterapi yang sering digunakan
rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra Mekanisme analgesia yang dihasilkan oleh
articular. (Cluett,2007) TENS merupakan mekanisme tertutupnya
Secara epidemiologi frozen shoulder gerbang dengan menghambat nosiseptif
terjadi pada usia 40-65 tahun, dari 2-5% serabut C dan memberikan impuls pada
populasi sekitar 60% dari kasus frozen serabut bermyelin yang teraktifasi.
shoulder lebih banyak mengenai perempuan Berdasarkan uraian diatas maka
dibandingkan dengan laki-laki. (Miharjanto, et rumusan masalahnya yaitu “apakah ada beda
al. 2010) pengaruh antara kombinasi TENS dan
Pasien yang menderita frozen shoulder mobilisasi end-range dengan kombinasi TENS
akibat capsulitis adhesiva tidak dapat dan passive range of motion exercise terhadap
mengangkat lengan, menyisir rambut, perubahan kemampuan fungsional bahu pada
menjangkau beban yang lebih tinggi, penderita frozen shoulder ?”. Dengan demikian
mengangkat beban lebih dari 10 kg dan tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui
menggosok punggung saat mandi karena perbedaan pengaruh kombinasi TENS dan
perlengketan kapsul sendi dan tulang rawan mobilisasi end-range dengan kombinasi TENS
diakibatkan oleh peradangan yang mengenai dan passive range of motion exercise terhadap
kapsul sendi sehingga akan timbul nyeri ketika perubahan kemampuan fungsional bahu pada
gerakan yang dimaksud dilakukan. (Morgan & penderita frozen shoulder.
Potthoff, 2012)
Berdasarkan hasil observasi di RSUD
Kota Makassar selama 3 bulan terakhir daftar
kunjungan penderita frozen shoulder mencapai
PROSEDUR DAN METODE Besar Sampel
Berdasarkan rumus pengambilan
Jenis Penelitian sampel yaitu :
Penelitian ini merupakan penelitian
quasi eksperimen dengan desain penelitian 2𝜎 2
𝑛= ∫(𝛼, 𝛽)
adalah randomized pre test – post test control (𝜇2 − 𝜇1 )2
group design. Sampel yang diperoleh diacak
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan
kedalam 2 kelompok sampel yaitu kelompok
sampel diatas diperoleh jumlah sampel
perlakuan yang diberikan TENS dan passive
sebanyak 9,89 (dibulatkan menjadi 10) pada
range of motion exercise, dan kelompok
setiap kelompok sampel sehingga total menjadi
kontrol yang diberikan intervensi TENS dan
20 orang
mobilisasi end range. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh
Prosedur Pengumpulan Data
kombinasi TENS dan mobilisasi end-range
Pada tahap awal, peneliti melakukan
dengan kombinasi TENS dan passive range of
pemeriksaan fisioterapi pada daerah bahu
motion exercise terhadap perubahan
untuk menyeleksi populasi pasien yang ada di
kemampuan fungsional bahu pada penderita
Poli fisioterapi RSUD Kota Makassar sesuai
frozen shoulder.
dengan kriteria inklusi. Setelah diperoleh
Populasi dan Sampel
sampel sebanyak 20 orang, pengumpulan data
Populasi dari penelitian ini adalah
dilakukan pada awal penelitian dan akhir
semua penderita Frozen shoulder yang
penelitian sebagai data pre test dan post test.
mendapatkan pelayanan fisioterapi di RSUD
Adapun prosedur pengukuran yang digunakan
Kota Makassar
sebagai pre test dan post test adalah :
Sampel dalam penelitian ini diambil
1. Alat yang digunakan : blanko index
dengan teknik simple random sampling,
SPADI.
dimana dalam penentuan sampling
2. Pelaksanaan :
berdasarkan pertimbangan tertentu.
a. Jelaskan ke pasien bahwa tes ini adalah
Pertimbangan tersebut didasarkan pada kriteria
mengukur kemampuan fungsional bahu
inklusi dan eksklusi
b. Pasien melingkari nilai nyeri dan
Kriteria inklusi
disabilitas dalam indeks SPADI
1) Penderita frozen shoulder dalam fase
berdasarkan kondisi pasien
frozen yang mendapatkan pelayanan
3. Evaluasi : Kriteria penilaian SPADI
fisioterapi di RSUD Kota Makassar
adalah,
2) Keterbatasan pola kapsuler
Mendekati 0% menunjukan normal dan
(eksorotasi>abduksi>endorotasi)
mendekati 100% menunjukan disabilitas
3) Tercatat dalam medical record rumah sakit
4) Bersedia menjadi sampel dalam penelitian
Prosedur Pelaksanaan Intervensi
sampai selesai
Intervensi yang diberikan pada
5) Mampu berkomunikasi dengan baik
kelompok kontrol adalah TENS dan passive
Kriteria ekslusi range of motion exercise sedangkan pada
1) Terdapat proses keganasan (tumor/kanker) kelompok perlakuan adalah TENS dan
2) Terdapat fraktur di daerah sekitar bahu mobilisasi end-range. Prosedur pelaksanaan
yang ditangani yaitu :
1. Pre test dengan mengisi indeks SPADI
sesuai dengan kondisi masing-masing
pasien
a. Alat yang digunakan : Lembar indeks 3) Teknik Pelaksanaan : Tangan
SPADI fisioterapis yang berada di atas
b. Prosedur pelaksanaan : bahu mendorong kearah caudal,
1) Jelaskan ke pasien bahwa tes ini kemudian tangan yang satunya
adalah mengukur kemampuan membantu melakukan abduksi
fungsional bahu shoulder.
2) Pasien melingkari nilai nyeri dan b. Ventral glide
disabilitas dalam indeks SPADI 1) Persiapan pasien : Pasien dalam
berdasarkan kondisi pasien posisi tengkurap. Bahu diposisikan
c. Evaluasi : Kriteria penilaian SPADI pada akhir keterbatasan eksternal
adalah rotasi. Letakkan handuk dibawah
Mendekati 0% adalah normal bahu pasien.
Mendekati 100% adalah disabilitas 2) Persiapan fisioterapis : fisioterapis
2. Transcutaneous Electrical Nerve berdiri di samping bahu yang akan
Stimulation (TENS) diterapi. Tangan fisioterapis berada
a. Persiapan alat : Siapkan pad electrode di bagian posterior bahu dan tangan
sebagai media penghantar, tidak ada satunya memegang lengan bawah
kerusakan pada kabel-kabel yang pasien.
terpasang. Basahi spoon untuk 3) Teknik pelaksanaan : Tangan
penghantar pad sebelum digunakan. fisioterapis yang berada di bagian
b. Persiapan pasien : Fisioterapist bahu mendorong ke arah ventral
menjelaskan kepada pasien mengenai /anterior. Tangan satunya
prosedur dan tujuan dari pemberian menggerakan lengan bawah kearah
TENS, pasien tidur terlentang, daerah eksternal rotasi
yang akan diterapi bebas dari pakaian c. Dorsal glide
dan perhiasan. 1. Persiapan pasien : Pasien dalam
c. Teknik aplikasi : posisi tidur miring, posisikan bahu
1) Nyalakan alat pada akhir keterbatasan internal
2) Pasang pad pada daerah bahu yang rotasi
diterapi 2. Persiapan fisioterapis : Fisioterapis
3) Dosis terapi adalah Menggunakan berdiri di belakang pasien.
bentuk arus Low frequency TENS, Letakkan tangan di bagian anterior
bentuk gelombang assymetris, bahu pasien, tangan satunya
frekuensi <10Hz, Pulse width >200 memegang lengan bawah pasien
µs dengan waktu 15 menit 3. Teknik pelaksanaan : Tangan
3. Mobilisasi End-Range fisioterapis yang berada di depan
a. Caudal Glide bahu mendorong kearah belakang
1) Persiapan pasien : Pasien dalam dan tangan satunya membantu
posisi terlentang, bahu di posisikan menambah gerakan internal rotasi
pada akhir keterbatasan gerak 4. Passive range of motion exercise
abduksi a. Persiapan pasien : pasien dalam posisi
2) Persiapan fisioterapis dan peletakan tidur terlentang, bahu dalam posisi
tangan : Fisioterapis berdiri di netral.
samping bahu yang akan diterapi, b. Persiapan pasien dan peletakan tangan
satu tangan fisioterapis berada di fisioterapis :
atas bahu dan tangan satunya 1) Abduksi shoulder : fisioterapis
memegang elbow pasien berdiri di samping bed, tangan
fisioterapis berda pada bahu dan fungsional bahu pada penderita frozen
lengan pasien shoulder
2) Eksternal rotasi shoulder :
fisioterapis berdiri di samping bed, Analisis Data
tangan fisioterapis berda pada siku Dalam mengelola data penelitian yang
dan pergelangan tangan pasien. telah diperoleh maka peneliti menggunakan
3) Internal rotasi shoulder : beberapa uji statistik sebagai berikut :
fisioterapis berdiri di samping bed, 1. Uji statistik deskriptif, untuk memaparkan
tangan fisioterapis berda pada siku karakteristik sampel berdasarkan usia dan
dan pergelangan tangan pasien. jenis kelamin.
c. Teknik pelaksanaan : 2. Uji normalitas data, menggunakan uji
1) Abduksi shoulder : Pasien diminta Shapiro-Wilktest untuk mengetahui data
untuk relaks, kedua tangan berdistribusi normal (p > 0,05) atau tidak
fisioterapis menggerakkan shoulder berdistribusi normal (p < 0,05).
kearah abduksi / kearah luar tubuh. 3. Uji analisis komparatif (uji hipotesis), hasil
2) Eksternal rotasi shoulder : Pasien uji normalitas data menunjukkan data
diminta untuk relaks, dengan berdistribusi normal maka digunakan uji
posisi fleksi elbow. fisioterapis statistik parametrik yaitu uji paired t
menggerakkan shoulder kearah sample dan uji independent t sample.
eksternal rotasi.
HASIL PENELITIAN
3) Internal rotasi shoulder : Pasien
diminta untuk relaks, dengan Tabel 1.
posisi fleksi elbow. fisioterapis Rerata dan Persentase Sampel berdasarkan
menggerakkan shoulder kearah Karakteristik Sampel Di Poli Fisioterapi
internal rotasi. RSUD Kota Makassar
5. Post test dengan mengisi kembali indeks Kelompok Kelompok
Karakteristik
SPADI sesuai dengan kondisi masing- Kontrol Perlakuan
Sampel
masing pasien Rerata SB Rerata SB
a. Alat yang digunakan : Lembar indeks Umur
43,60 7,83 51,90 12,02
SPADI (tahun)
b. Prosedur pelaksanaan :
1) Jelaskan ke pasien bahwa tes ini Berdasarkan tabel diatas diperoleh
adalah mengukur kemampuan nilai rerata umur sebesar 43,60 ± 7,83 tahun
fungsional bahu untuk kelompok kontrol dan nilai 51,90 ±
2) Pasien melingkari nilai nyeri dan 12,02 tahun untuk kelompok perlakuan. Hal ini
disabilitas dalam indeks SPADI menunjukkan bahwa rata-rata sampel
berdasarkan kondisi pasien tergolong kedalam usia tua baik pada
c. Evaluasi : Kriteria penilaian SPADI kelompok kontrol maupun kelompok
adalah perlakuan.
Mendekati 0% adalah normal
Mendekati 100% adalah disabilitas

Hipotesis Penelitian
Ada beda pengaruh antara kombinasi
TENS dan mobilisasi end-range dengan
kombinasi TENS dan passive range of motion
exercise terhadap perubahan kemampuan
Tabel 2. yaitu pre test sebesar 54.04±8.68 dan post test
Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis sebesar 49.84±8.83 dengan rerata selisih
Kelamin di Poli Fisioterapi RSUD Kota sebesar 4.05±0.50 , yang berarti terjadi
Makassar peningkatan rata-rata SPADI score sebesar
4.05 setelah intervensi (TENS dan Passive
Kelompok Jenis Kelamin ROM Exercise)
Penelitian Laki-laki Perempuan
Pada kelompok perlakuan (TENS dan
Kelompok
Kontrol
3 7 Mobilisasi End-Range) diperoleh nilai rerata
Kelompok SPADI score pre test sebesar 51.76±11.66 dan
Perlakuan
5 5
post test sebesar 41.52±11.79 dengan rerata
Total 8 12 selisih sebesar 10.23±0.83, yang berarti terjadi
peningkatan rata-rata SPADI score sebesar
10.23 setelah intervensi (TENS dan Mobilisasi
Tabel diatas menunjukkan frekuensi End-Range)
sampel dilihat dari jenis kelamin. Diperoleh
sampel berjenis kelamin laki-laki untuk Tabel 4.
kelompok kontrol yaitu 3 orang dan untuk Uji Normalitas Data
kelompok perlakuan berjumlah 5 orang.
Sedangkan untuk sampel berjenis kelamin Normalitas dengan Shapiro-Wilk test
Kelom-
perempuan berjumlah 7 orang untuk kelompok Kelompok Kelompok
kontrol dan 5 orang untuk kelompok pok
Kontrol Perlakuan
perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa Jenis Data
kelamin perempuan lebih banyak Statistik p Statistik P
dibandingkan laki-laki. Pre test 0,937 0,521 0,948 0,645
Post
Tabel 3. 0,931 0,456 0,948 0,642
test
Rerata SPADI score berdasarkan nilai
pre test, post test, dan selisih
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk test,
Kelompok Sampel Rerata SB yaitu nilai p > 0,05 sebelum dan sesudah
intervensi baik pada kelompok kontrol (TENS
Kelompok Kontrol dan Passive ROM Exercise) dan perlakuan
Pre test 54.04 8.68 (TENS dan Mobilisasi End-Range) . Hal ini
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal
Post test 49.84 8.83
baik pada kelompok kontrol (TENS dan
Selisih 4.05 0.50 Passive ROM Exercise) maupun kelompok
Kelompok perlakuan (TENS dan Mobilisasi End-Range).
Perlakuan
Pre test 51.76 11.66 Melihat hasil keseluruhan hasil uji
persyaratan analisis di atas maka peneliti dapat
Post test 36.61 12.12
mengambil keputusan untuk menggunakan uji
Selisih 15.15 0.46 statistik parametrik (uji paired sample t) untuk
masing-masing kelompok sampel (kontrol dan
perlakuan) dan uji statistik parametrik (uji
Berdasarkan tabel diatas diperoleh independent sample t) untuk membuktikan
nilai rerata SPADI score pada kelompok efektivitas antara kedua kelompok sampel,
kontrol (TENS dan Passive ROM Exercise) sebagai pilihan pengujian statistik.
Tabel 5. Berdasarkan tabel di atas diperoleh
Uji beda rerata SPADI score Pre test hasil uji independent sample t yaitu nilai p <
dan Post test intervensi pada kelompok 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang
kontrol signifikan antara kelompok kontrol (TENS dan
Passive ROM Exercise) dan kelompok
Kelompok Pre Post perlakuan (TENS dan Mobilisasi End-Range).
t P
Data test test Hal ini menunjukkan bahwa TENS dan
Mobilisasi End-Range lebih efektif secara
Rerata 54.04 49.84
signifikan dibandingkan dengan TENS dan
Simpang 16.896 0,000
8.68 8.83 Passive ROM Exercise terhadap penurunan
Baku
SPADI score pada penderita Frozen shoulder.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh Hasil pengujian hipotesis di atas dapat
hasil uji paired sample t yaitu nilai p <0,05 disimpulkan bahwa “intervensi TENS dan
yang berarti bahwa intervensi TENS dan Mobilisasi End-Range lebih efektif secara
Passive ROM Exercise dapat memberikan signifikan dibandingkan dengan TENS dan
perubahan SPADI score yang signifikan pada Passive ROM Exercise terhadap perubahan
penderita Frozen shoulder kemampuan fungsional bahu pada penderita
Frozen shoulder.
Tabel 6.
Uji beda rerata SPADI score Pre test dan Post
test intervensi pada kelompok perlakuan PEMBAHASAN
Kelompok Pre Post Secara epidemiologi frozen shoulder
t P
Data test test terjadi pada usia 40-65 tahun, dari 2-5%
Rerata 51.76 36.61 populasi sekitar 60% dari kasus frozen
41.663 0,000 shoulder lebih banyak mengenai perempuan
Simpang
11.66 12.12 dibandingkan dengan laki-laki. Frozen
Baku
shoulder adalah kekakuan sendi glenohumeral
Berdasarkan tabel di atas diperoleh yang dihasilkan dari elemen nonkontraktil,
hasil uji paired sample t yaitu nilai p < 0,05 gerak aktif maupun pasif sangat nyeri dan
yang berarti intervensi TENS dan Mobilisasi terbatas. Mobilitas pasif terbatas dalam pola
End-Range dapat memberikan perubahan kapsular, dengan rotasi eksternal yang paling
SPADI score yang signifikan pada penderita terbatas diikuti oleh abduksi dan rotasi
Frozen shoulder internal. (Donatelli, 2004)
Berdasarkan pengujian hipotesis
Tabel 7. dengan menggunakan uji paired sample t
Uji beda rerata post test SPADI score antara diperoleh nilai p < 0,05, yang berarti intervensi
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan TENS dan Mobilisasi End-Range dapat
memberikan perubahan kemampuan
Kelom fungsional bahu yang signifikan pada penderita
Kelom Frozen shoulder.
Kelompo pok
pok t P TENS (Transcutaneus electrical nerve
k Data Perlaku
Kontrol stimulation) merupakan salah satu modalitas
an elektroterapi yang sering digunakan
Rerata 49.85 36.61 Mekanisme analgesia yang dihasilkan oleh
-
Simpang 0,012 TENS merupakan mekanisme tertutupnya
8.83 12.12 2.790
Baku gerbang dengan menghambat nosiseptif
serabut C dan memberikan impuls pada rotasi eksternal paling terbatas atau biasa
serabut bermyelin yang teraktifasi disebut pola kapsuler (Soeharyono, 2004).
Mobilisasi Maitland terutama terdiri Passive range of motion exercise dapat
dari gerakan osilator berirama yang berperan mempertahankan ROM yang ada
menstimulasi tipe-2 mekanoreptor dinamis dan meskipun menghasilkan efek stretch yang
dengan cara ini dapat menghambat reseptor minimal pada kapsul ligament shoulder joint.
nosiseptif tipe-4 dan juga memiliki efek pada Penelitian yang dilakukan oleh Manish
perfusi sirkulasi. Mobilisasi memiliki efek Samnani (2004) tentang passive exercise
pada aliran cairan sebagai aliran darah di coupled with therapeutic activities-a
pembuluh yang memasok serabut saraf dan comparative study in management of frozen
aliran cairan sinovial di sekitar tulang rawan shoulder menunjukan ada pengaruh yang
artaskular avaskular. Mobilisasi menyebabkan signifikan pada kelompok kedua yang
pembalikan dari iskemia, edema, dan diberikan penambahan passive range of motion
peradangan siklus dan mengurangi efusi sendi exercise pada therapeutic activities program
dan mengurangi rasa sakit dengan mengurangi dan active exercise dibandingkan kelompok
tekanan di atas ujung saraf pertama yang diberikan penerapan therapeutic
Pada penelitian Goyal, M (2013) activities program dan active exercise saja.
menunjukkan bahwa subjek penelitian pada 3 (p=0,002)
kelompok (Mobilisasi End-Range, Berdasarkan pengujian hipotesis
Mobilization with movement, dan Kombinasi dengan menggunakan uji independent sample t
Mobilisasi End-Range dan Mobilization with diperoleh nilai p <0,05 yang berarti bahwa ada
movement ) telah menunjukkan peningkatan perbedaan yang signifikan antara kelompok
yang signifikan dalam rentang fleksi, abduksi, kontrol (TENS dan Passive ROM Exercise)
internal dan eksternal rotasi masing-masing dan kelompok perlakuan (TENS dan
dan ada penurunan ketidakmampuan Mobilisasi End-Range).
fungsional bahu yang diukur menggunakan Pada mobilisasi end-range, terjadi
SPADI. gerakan asesoris dan fisiologis secara
Berdasarkan pengujian hipotesis bersamaan sedangkan pada passive ROM
dengan menggunakan uji paired sample t exercise yang terjadi hanyalah gerakan
diperoleh nilai p <0,05 yang berarti bahwa fisiologis pada sendi. Oleh karena itu,
intervensi TENS dan Passive ROM Exercise Mobilisasi end range lebih berpengaruh secara
dapat memberikan perubahan kemampuan signifikan dibandingkan dengan passive ROM
fungsional bahu yang signifikan pada penderita exercise terhadap perubahan kemampuan
Frozen shoulder fungsional bahu pada penderita frozen
Pada frozen shoulder terdapat shoulder
perubahan patologi pada kapsul artikularis Penelitian Vermeulen (2000) yang
glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul berjudul End-Range Mobilization Techniques
sendi bagian anterior superior mengalami in Adhesive Capsulitis of the Shoulder Joint,
synovitis, kontraktur ligamen coracohumeral, menunjukkan adanya peningkatan kapasitas
dan penebalan pada ligamen superior sendi bahu dan mobilitas sendi bahu pada 7
glenohumeral, pada kapsul sendi bagian pasien dengan capsulitis adhesive setelah 3
anterior inferior mengalami penebalan pada bulan pemberian end-range mobilization
ligamen inferior glenohumeral dan techniques dan 5 pasien dilaporkan tidak lagi
perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan merasakan nyeri pada sendi bahu yang terkena
pada kapsul sendi bagian posterior terjadi setelah 3 bulan post treatment.
kontraktur, sehingga khas pada kasus ini rotasi Penelitian Yang et al (2007) yang
internal paling bebas, abduksi terbatas dan membandingkan teknik ERM dan MWM pada
kasus frozen shoulder, menunjukan hasil
subjek mengalami perbaikan selama 12 Irfan, Frozen Shoulder (kaku bahu), 2009,
minggu, perbaikan signifikan secara statistik Diakses tanggal 12/12/2017.
terlihat pada kelompok end-range mobilization Irfan, Muhammad., Wismanto., Meidian,
dan kelompok mobilization with movement Abdul, C. 2013. Modul Praktikum
techniques. Topik Pengukuran Lingkup Gerak
Sendi Bahu (Shoulder Joint). Jakarta:
KESIMPULAN Universitas Esa Unggul
Kelley, Martin J. 2013; Shoulder Pain And
1. Kombinasi TENS dan passive range of
Mobilitaty Deficits: Adhesive
motion exercise dapat meningkatkan
Capsulitis. Journal Of Orthopedic &
kemampuan fungsional bahu pada penderita
Sports Physical Therapy
frozen shoulder.
Kenny, T, 2006; Frozen Shoulder; diakses
2. Kombinasi TENS dan mobilisasi end-range
tanggal 29/12/2017, available at
dapat meningkatkan kemampuan fungsional
http://www.patient.co.uk/health/frozen
bahu pada penderita frozen shoulder.
-shoulder.
3. Kombinasi TENS dan mobilisasi end-range
Kisner, C., Allen Colby. 2012. Therapeutic
lebih efektif secara signifikan dibandingkan
Exercise Foundation and Techniques
dengan kombinasi TENS dan passive range
Six Edition. Philadelphia : FA. Davis
of motion exercise terhadap peningkatan
Company.
kemampuan fungsional bahu pada penderita
Kumar, A., Aggarwal, A., Kumar, R., Ghosh
frozen shoulder.
Das, P. 2012. Effectiveness of
Maitland Techniques in Idiopathic
DAFTAR PUSTAKA
Shoulder Adhesive Capsulitis.
American Academy of Orthopedic Surgeon,
International Scholarly Research
2007; Frozen Shoulder; diakses
Network Rehabilitation, Volume 2012.
tanggal 28/12/2017.
Kuntono, P. Heru. 2004. Kupas Tuntas Frozen
Anshar, Sudaryanto, Halima, A., Hendrik.
Shoulder. Ikatan Fisioterapi Indonesia.
2016. Buku Panduan Skripsi Prodi
Surabaya
D.IV Fisioterapi. Makassar : Poltekkes
Magee, D.J. 2008. Orthopedic Physical
Kemenkes Makassar
Assessment. Fifth Edition. Sounders
Apley, A.G. 2003 ;Orthopedic and Fractur
Elsevier : Philadelphia.
System Apley; Seven Edition, Buter
Mansfield PJ dan Neumann DA. 2009.
worth, Heinman ltd.
Essentials of Kinesiology for the
Cluett, J., 2007; Frozen Shoulder; Diakses
PhysicalTherapist Assistant. America.
tanggal 12/12/2017, dari
Mosby, inc., an affiliate of Elsevier
http://www.orthopedics.about.com/cs/f
Inc.
rozenshoulder/a/frozenshoulder.htm
Manske RC, and Prohaska D. Diagnosis and
Donatelli, R. 2002. Physical Therapy of the
management of adhesive capsulitis.
Shoulder. Ed.4. Philadelphia:
Current Reviews in Musculoskeletal
Churchill Livinston.
Medicine. 2008;1(3-4):180-189.
Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf &
doi:10.1007/s12178-008-9031-6.
Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Diakses tanggal 04/12/2017 Available
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi
at
Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/artic
Guyton and Hall. 1997. Textbook of Medical
les/PMC2682415/
Physiology. In: Setiawan Irawati,
Tengadi, dkk. Buku Ajar Fisiologi
Miharjanto H. Kuntono HP. Setiawan D. 2010.
Kedokteran. EGC. Jakarta.
Perbedaan Pengaruh Antara Latihan
Konvensional Ditambah Latihan Soeharyono. 2004. Sinkronisasi gerak
Plyometrics dan Latihan Konvensional persendian daerah gelang bahu pada
Terhadap Pengaruh Nyeri, dan gerak abduksi lengan. Majalah
Disabilitas Penderita FrozenShoulder. Fisioterapi 2004: 2(23).
3. 2 : November 2010: 2
Morgan, W.E and Potthoff, S; 2012, Managing
the Frozen Shoulder: Self-care manual
for those suffering from frozen
shoulder e-book, diakses tanggal
25/12/2017, Available from
http://drmorgan.info/data/documents/f
rozen-shoulder-ebook.pdf
Neumann, DA (2002). Shoulder complex. In
Neumann DA: Kinesiology of the
Musculoskeletal System: Foundations
for Physical Rehabilitation.
Philadelphia: Mosby. Chapter 5
Pubz, R dan Pabst, R. 2000. Atlas Anatomi
Manusia; Sobotta Anatomi; Edisi 21,
Buku Kedokteran EGC; Jakarta
Roach, 1991; Shoulder Pain and Disability
Index (SPADI); Diakses tanggal
20/12/2017, dari
http://www.biomedcentral.com/1471-
2474/7/12
Robinson, C.M., Seah, K.T.M., Chee, Y.H.,
Hindle, P., Murray, I.R. 2012. Frozen
shoulder.The Journal of Bone and
Joint surgery; 94-B (1): 1-9
Sandor R, (2000). Adhesive Capsulitis:
Optimal Treatment of 'Frozen
Shoulder' The Physician and
Sportsmedicine. Diakses tanggal
20/12/2017, available at:
http://www.physsportsmed.com/issues/
2000/09_00/sep00.htm
Setiyawati, D., Adiputra, N., & Irfan, M. 2013.
Kombinasi Ultrasound dan Traksi
Bahu ke Arah Kaudal Terbukti Sama
Efektifnya Dengan Kombinasi
Ultrasound dan Latihan Codman
Pendulum Dalam Menurunkan Nyeri
dan Meningkatkan Kemampuan
Aktifitas Fungsional Sendi Bahu Pada
Penderita Sindroma Impingement
Subakromialis. Sport and Fitness
Journal, 1(2): 70 – 80

Anda mungkin juga menyukai