Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
berkewajiban mentaati semua perintahnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia juga merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling mempengaruhi
antara individu dan individu, individu dan kelompok serta antara kelompok dan
kelompok. Dalam melakukan proses interaksi sosial ini kadang terjadi perbedaan
pendapat diantara masyarakat yang nantinya akan menjadi sebuah konflik.
Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat dihindarkan dari manusia
yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda.
Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya.
Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya,akan banyak menimbulkan
masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang
saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan
cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap
bahwa kebudayaan dirinya lebih baik dari pada kebudayaan orang lain, sehingga
timbul konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau
kekerasan(Jurdi,2013:216)1

Bisa dikatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara satu
orang atau lebih yang mana salah seorang di antaranya berusaha menyingkirkan
pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx2 yang melihat
masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi
konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bias disimpulkan

1
Dr.Syarifuddin jurdi, M.Si. SOSIOLOGI NUSANTARA(Jakarta:Kharisma,2013)hlm.216
2.https://ayutifanikartika.wordpress.com

1
bahwa sebagai masyarakat tidak bisa menghindari adanya konflik yang pastinya
akan terjadi di kehidupan kita. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik
mempunyai sumber-sumber yang menjadi patokan atau pemicu munculnya
konflik antar individu maupun antar kelompok sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari manusia dan konflik sosial?
2. Ada berapa jenis konflik sosial?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik sosial?
4. Apakah akibat dari timbulnya konflik sosial?
5. Bagaimana cara penanggulangan konflik sosial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manusia dan konflik sosial
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis konflik sosial yang biasa terjadi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor peyebab timbulnya konflik sosial
4. Untuk mengetahui akibat yang di timbulkan dari terjadinya konflik sosial
5. Untuk mengetahui cara menghadapi atau menyelesaikan suatu konflik sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dari Manusia Dan Konflik Sosial


 Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. oleh
karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain
 Konflik social(M,Zeitlin,1995:78)1 merupakan suatu keadaan dimana didalam
masyarakat terjadi suatu pertikaian karena adanya persaingan maupun
perbedaan yang terjadi. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses
bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relative
sama terhadap hal yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah
persaingan hingga menimbulkan suatu benturan-benturan fisik baik dalam skala
kecil maupun dalam skala besar. Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang
pengertian konflik2 :
1. Berstein, menyebutkan bahwa konflik merupakan suatu pertentangan atau
perbedaan yang belum pernah dicegah, konflik mempunnyai potensi yang
memberikan pengaruh positif dan ada pula yang negative didalam interaksi
manusia.
2. Robert M. Z Lawang mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan
untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasan dimana tujuan dari mereka
yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk
menundukkan saingannya.
3. Soerjono Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang
perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan
kekerasan.

Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku


yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan
mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Dasar konflik
berbeda-beda. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri-
ciri dari situasi konflik, yaitu :

3
1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam
konflik.
2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam
kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-
sikap, maupun gagasan-gagasan.
3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-
perbedaan tersebut.

B. Jenis-Jenis Konflik Sosial


Saat ini berbagai konflik terjadi di Indonesia baik konflik horizontal
maupun vertikal. Konflik horizontal menunjuk pada konflik yang berkembang di
antara anggota masyarakat. Yang termasuk dalam konflik horizontal adalah
konflik yang bernuansa suku, agama, ras, dan antar golongan seperti di Papua,
Poso, Sambas, dan Sampit. Sedangkan konflik vertikal adalah konflik yang
terjadi antara masyarakat dengan negara. Umumnya konflik ini terjadi karena
ketidakpuasan akan cara kerja pemerintah. Seperti konflik dengan para buruh,
konflik Aceh, serta daerah-daerah yang muncul gerakan separatisme.
Namun, dalam kenyataannya ditemukan banyak konflik dengan bentuk
dan jenis yang beragam. Soerjono Soekanto (1989:90)3 berusaha
mengklasifikasikan bentuk dan jenis-jenis konflik tersebut. Menurutnya, konflik
mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:
a. Konflik Pribadi
Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Konflik menunjuk
kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan-
dorongan yang antagonistik di dalam diri seseorang. Umumnya konflik
pribadi diawali perasaan tidak suka terhadap orang lain, yang pada akhirnya
melahirkan perasaan benci yang mendalam. Perasaan ini mendorong
seseorang untuk memaki, menghina, bahkan memusnahkan pihak lawan. Pada
dasarnya konflik pribadi sering terjadi dalam masyarakat.

4
b. Konflik Rasial
Konfilk rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman
suku dan ras. Ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri
biologisnya, seperti bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna
rambut. Konflik-konflik juga ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi di
dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan para anggota kelompok dalam
tujun-tujuan, nilai-nilai dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk
menjadi anggota kelompok, serta minat-minat mereka.
c. Konflik Antar kelas Sosial
Terjadinya kelas-kelas di masyarakat karena adanya sesuatu yang dihargai,
seperti kekayaan, kehormatan, dan kekuasaan. semua itu menjadi dasar
penempatan seseorang dalam kelas-kelas sosial, yaitu kelas sosial atas,
menengah, dan bawah. Seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan
yang besar menempati posisi atas, sedangkan orang yang tidak memiliki
kekayaan dan kekuasaan berada pada posisi bawah. Dari setiap kelas
mengandung hak dan kewajiban serta kepentingan yang berbeda-beda. Jika
perbedaan ini tidak dapat terjembatani, maka situasi kondisi tersebut mampu
memicu munculnya konflik rasial.

C. Faktor-Faktor penyebab konflik4


1. Perbedaan Individu
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang
memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang
nyata ini dapat menjadi factor penyebab konflik social, sebab dalam
menjalani hubungan social, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya.

5
2. Perbedaan pola kebudayaan
Perbedaan yang terdapat antara daerah atau suku bangsa yang
memiliki budaya yang berbeda, atau terdapat dalam satu daerah yang sama
karena perbedaan paham, agama, dan pandangan hidup. Sehingga dari
perbedaan pola kebudayaan tersebut dapat melahirkan dan memperkuat
sentimen primordial yang dapat mengarah kepada terjadinya konflik antar
golongan atau kelompok.

3. Perbedaan Status sosial


Status sosial adalah kedudukan seseorang dalam kelompok atau
masyarakat, yang untuk mendapatkannya ada yang bisa diusahakan
(achieved status) dan ada pula status yang diperoleh dengan tanpa
diusahakan (ascribed status). Status yang dapat diusahakan misalnya melalui
pendidikan, orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan berada pada
status sosial lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berpendidikan
rendah, sedangkan status yang dapat diusahakan dapat diperoleh melalui
keturunan, seperti kasta dalam agama atau kebangsawanan. Terdapatnya
beragam kedudukan dalam masyarakat dapat menimbulkan perselisihan
untuk mendapatkan kedudukan baik, terutama ascribed status.

4. Perbedaan Kepentingan.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memiliki kepentingan
dan usaha yang berbeda, baik kebutuhan pribadi maupun kebutuhan sosial
yang dapat menimbulkan pertentangan antara individu atau kelompok. Pada
masyarakat desa sering terjadi pertikaian antar kelompok untuk mendapatkan
daerah subur, sedangkan pada masyarakat industri sering terjadi perselisihan
untuk mendapatkan bahan baku atau konsumen dan dalam aspek kehidupan
politik sering terjadi perselisihan antar kelompok untuk mendapatkan
partisipan. Jadi konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan dapat
terjadi pada setiap masyarakat dengan berbagai tingkatannya.

6
5. Perubahan-perubahan nilai yang cepat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik social.

D. Akibat yang ditimbulkan dari konflik sosial


Konflik sosial yang terjadi akan memberikan dampak bagi kehidupan
warga. Setiap konflik sosial yang terjadi baik konflik vertikal maupun horizontal
cendrung berdampak negatif yang pada umumnya membawa penderitaan bagi
rakyat. Menurut Soerjono Soekanto (1989:90), akibat negatif yang timbul dari
sebuah konflik sosial sebagai berikut.
1. Bertambahnya solidaritas anggota kelompok yang berkonflik. Jika suatu
kelompok terlibat konflik dengan kelompok lain, maka solidaritas antarwarga
kelompok tersebut akan meningkat dan bertambah berat.
2. Jika konflik terjadi pada tubuh suatu kelompok maka akan menjadikan
keretakan dan keguncangan dalam kelompok tersebut.
3. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam,
benci,dan saling curiga
4. Kerusakan harta benda dan jatuhnya kurban jiwa. Setiap konflik yang terjadi
umumnya membawa kehancuran dan kerusakan bagi lingkungan sekitarnya.
Hal ini dikarenakan masing-masing pihak yang berkonflik menggerahkan
segala kekuatannya untuk memenangkan pertikaian. Oleh karena itu, tidak
urung segala sesuatu yang ada di sekitar mereka menjadi bahan
amukan. Peristiwa ini menyebabkan penderitaan yang berat bagi pihak-
pihak yang bertikai. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban jiwa wujud
nyata akibat konflik sosial.

7
5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak. Jika setiap pihak yang
berkonflik mempunyai kekuatan seimbang, maka munculah proses
akomodasi. Akomodasi menunjuk pada proses penyesuaian antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan
kekacauan. Ketidakseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang mengalami
konflik menyebabkan dominasi terhadap lawannya. Kedudukan pihak yang
didominasi sebagai pihak yang takluk terhadap kekuasaan lawannya.

E. Cara penanggulangan konflik sosial


Sanford mengatakan bahwa : “Seseorang yang telah mempelajari cara-
cara menanggulangi konflik di dalam dirinya sendiri, adalah orang yang akan
berkembang dengan lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah
menghadapi konflik yang serius di dalam dirinya sendiri (Nevitt Sanford, 1996).
Kemampuan orang yang biasa menangani konflik dalam melaksanakan atau
menggunakan mekanisme-mekanisme dan tingkah laku penyesuaian diri, akan
semakin luas dan semakin fleksibel, dan kemampuan empatinya dapat meningkat
dengan cepat. Sebaliknya, konflik-konflik yang terjadi di dalam diri sesorang
yang berlangsung terlalu lama, terlalu gawat, atau terlalu mendasar terhadap
struktur kepribadian seseorang, dapat menuntun kepada desintegrasi kepribadian
yang berat dan kehilangan kemampuan untuk melaksanakan fungsinya.
Cara penanggulangan konflik5 sosial dapat mengunakan proses sosial
yang bersifat menggabungkan (associative processes). Proses sosial yang
bersifat asosiatif ini diarahkan untuk mewujudnya nilai-nilai seperti keadilan
sosial, cinta kasih, kerukunan, dan solidaritas. Adapun bentuk penanggulangan
konflik sosial yang bersifat asosiatif yaitu sebagai berikut :
1. Konsiliasi
Konsiliasi berasal dari kata Latin conciliatio atau perdamaian yaitu
suatu cara untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna mencapai
persetujuan bersama untuk berdamai.

8
2. Mediasi
Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara
menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan seorang pengantara
(mediator). Dalam hal ini fungsi seorang mediator hampir sama dengan
seorang konsiliator. Seorang mediator juga tidak mempunyai wewenang
untuk memberikan keputusan yang mengikat, keputusannya hanya
bersifat konsultatif. Pihak-pihak yang bersengketa sendirilah yang harus
mengambil keputusan untuk menghentikan perselisihan.
3. Arbitrasi
Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan,
dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Seorang
arbiter memberi keputusan yang mengikat kedua pihak yang bersengketa,
artinya keputusan seorang hakim harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak
menerima keputusan itu, ia dapat naik banding kepada pengadilan yang
lebih tinggi sampai instansi pengadilan nasional yang tertinggi.
4. Elimination
Yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik,
yang diungkapkan dengan ucapan antara lain :
a. kami mengalah
b. kami keluar
c. kami mendongkol
d. kami membentuk kelompok kami sendiri

5. Majority rule
Yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil
keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.

6. Compromise (kompromi)
Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalamn konflik, berusaha
mencari dan mendapatkan jalan tengah (halfway).

9
7. Subjugation atau Domination
Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa
orang atau pihak lain untuk mentaatinya. Tentu saja cara ini bukan suatu cara
pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.

8. Minority Consent
Kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa
dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan
bersama.

9. Integration (integrasi)
Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan
dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang
memuaskan bagi semua pihak. Integrasi merupakan cara pemecahan konflik
yang paling dewasa.

1
Irving M,Zeitlin MEMAHAMI KEMBALI SOSIOLOGI (Yogyakarta,UGM Press:1995).hlm7
2
http://blogsindinovitasarisosiologi.blogspot.co.id/2015/02/definisi-konflik-dan-kekerasan-
menurut.html
3
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1990.hlm 90
4
http://www.anneahira.com/konflik-sosial-masyarakat.htm
5
http://queentells.blogspot.com/2014/11/ilmu-sosial-dan-budaya-dasar

10
11

Anda mungkin juga menyukai