KLMPK 12
KLMPK 12
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
berkewajiban mentaati semua perintahnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia juga merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling mempengaruhi
antara individu dan individu, individu dan kelompok serta antara kelompok dan
kelompok. Dalam melakukan proses interaksi sosial ini kadang terjadi perbedaan
pendapat diantara masyarakat yang nantinya akan menjadi sebuah konflik.
Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat dihindarkan dari manusia
yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda.
Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya.
Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya,akan banyak menimbulkan
masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang
saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan
cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap
bahwa kebudayaan dirinya lebih baik dari pada kebudayaan orang lain, sehingga
timbul konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau
kekerasan(Jurdi,2013:216)1
Bisa dikatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara satu
orang atau lebih yang mana salah seorang di antaranya berusaha menyingkirkan
pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx2 yang melihat
masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi
konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bias disimpulkan
1
Dr.Syarifuddin jurdi, M.Si. SOSIOLOGI NUSANTARA(Jakarta:Kharisma,2013)hlm.216
2.https://ayutifanikartika.wordpress.com
1
bahwa sebagai masyarakat tidak bisa menghindari adanya konflik yang pastinya
akan terjadi di kehidupan kita. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik
mempunyai sumber-sumber yang menjadi patokan atau pemicu munculnya
konflik antar individu maupun antar kelompok sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari manusia dan konflik sosial?
2. Ada berapa jenis konflik sosial?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik sosial?
4. Apakah akibat dari timbulnya konflik sosial?
5. Bagaimana cara penanggulangan konflik sosial?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manusia dan konflik sosial
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis konflik sosial yang biasa terjadi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor peyebab timbulnya konflik sosial
4. Untuk mengetahui akibat yang di timbulkan dari terjadinya konflik sosial
5. Untuk mengetahui cara menghadapi atau menyelesaikan suatu konflik sosial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam
konflik.
2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam
kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-
sikap, maupun gagasan-gagasan.
3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-
perbedaan tersebut.
4
b. Konflik Rasial
Konfilk rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman
suku dan ras. Ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri
biologisnya, seperti bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna
rambut. Konflik-konflik juga ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi di
dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan para anggota kelompok dalam
tujun-tujuan, nilai-nilai dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk
menjadi anggota kelompok, serta minat-minat mereka.
c. Konflik Antar kelas Sosial
Terjadinya kelas-kelas di masyarakat karena adanya sesuatu yang dihargai,
seperti kekayaan, kehormatan, dan kekuasaan. semua itu menjadi dasar
penempatan seseorang dalam kelas-kelas sosial, yaitu kelas sosial atas,
menengah, dan bawah. Seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan
yang besar menempati posisi atas, sedangkan orang yang tidak memiliki
kekayaan dan kekuasaan berada pada posisi bawah. Dari setiap kelas
mengandung hak dan kewajiban serta kepentingan yang berbeda-beda. Jika
perbedaan ini tidak dapat terjembatani, maka situasi kondisi tersebut mampu
memicu munculnya konflik rasial.
5
2. Perbedaan pola kebudayaan
Perbedaan yang terdapat antara daerah atau suku bangsa yang
memiliki budaya yang berbeda, atau terdapat dalam satu daerah yang sama
karena perbedaan paham, agama, dan pandangan hidup. Sehingga dari
perbedaan pola kebudayaan tersebut dapat melahirkan dan memperkuat
sentimen primordial yang dapat mengarah kepada terjadinya konflik antar
golongan atau kelompok.
4. Perbedaan Kepentingan.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memiliki kepentingan
dan usaha yang berbeda, baik kebutuhan pribadi maupun kebutuhan sosial
yang dapat menimbulkan pertentangan antara individu atau kelompok. Pada
masyarakat desa sering terjadi pertikaian antar kelompok untuk mendapatkan
daerah subur, sedangkan pada masyarakat industri sering terjadi perselisihan
untuk mendapatkan bahan baku atau konsumen dan dalam aspek kehidupan
politik sering terjadi perselisihan antar kelompok untuk mendapatkan
partisipan. Jadi konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan dapat
terjadi pada setiap masyarakat dengan berbagai tingkatannya.
6
5. Perubahan-perubahan nilai yang cepat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik social.
7
5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak. Jika setiap pihak yang
berkonflik mempunyai kekuatan seimbang, maka munculah proses
akomodasi. Akomodasi menunjuk pada proses penyesuaian antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan
kekacauan. Ketidakseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang mengalami
konflik menyebabkan dominasi terhadap lawannya. Kedudukan pihak yang
didominasi sebagai pihak yang takluk terhadap kekuasaan lawannya.
8
2. Mediasi
Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara
menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan seorang pengantara
(mediator). Dalam hal ini fungsi seorang mediator hampir sama dengan
seorang konsiliator. Seorang mediator juga tidak mempunyai wewenang
untuk memberikan keputusan yang mengikat, keputusannya hanya
bersifat konsultatif. Pihak-pihak yang bersengketa sendirilah yang harus
mengambil keputusan untuk menghentikan perselisihan.
3. Arbitrasi
Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan,
dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Seorang
arbiter memberi keputusan yang mengikat kedua pihak yang bersengketa,
artinya keputusan seorang hakim harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak
menerima keputusan itu, ia dapat naik banding kepada pengadilan yang
lebih tinggi sampai instansi pengadilan nasional yang tertinggi.
4. Elimination
Yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik,
yang diungkapkan dengan ucapan antara lain :
a. kami mengalah
b. kami keluar
c. kami mendongkol
d. kami membentuk kelompok kami sendiri
5. Majority rule
Yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil
keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
6. Compromise (kompromi)
Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalamn konflik, berusaha
mencari dan mendapatkan jalan tengah (halfway).
9
7. Subjugation atau Domination
Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa
orang atau pihak lain untuk mentaatinya. Tentu saja cara ini bukan suatu cara
pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
8. Minority Consent
Kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa
dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan
bersama.
9. Integration (integrasi)
Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan
dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang
memuaskan bagi semua pihak. Integrasi merupakan cara pemecahan konflik
yang paling dewasa.
1
Irving M,Zeitlin MEMAHAMI KEMBALI SOSIOLOGI (Yogyakarta,UGM Press:1995).hlm7
2
http://blogsindinovitasarisosiologi.blogspot.co.id/2015/02/definisi-konflik-dan-kekerasan-
menurut.html
3
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1990.hlm 90
4
http://www.anneahira.com/konflik-sosial-masyarakat.htm
5
http://queentells.blogspot.com/2014/11/ilmu-sosial-dan-budaya-dasar
10
11