Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian tugas akhir
dan menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Sipil Diploma III
Fakultas Teknik Universitas Riau
OLEH :
AFYUDIANSYAH
0507020632
Diajukan oleh:
AFYUDIANSYAH
NIM : 0507020632
Disetujui Oleh
Program Studi Teknik Sipil D-III
Ketua,
Fakhri, ST., MT
NIP : 19680919 199512 1001
Oleh:
AFYUDIANSYAH
NIM : 0507020632
Tim Penguji
Puji dan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, shalawat serta salam ditujukan kepada Rasulullah SAW
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul ”Kajian
Numerik Analisis Lentur Balok beton Bertulang dengan Metode Kompatibilitas
Regangan”. Shalawat beriring salam penulis ucapkan kehadirat junjungan alam
Nabi Besar Muhammad SAW.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Sipil
Diploma III Fakultas Teknik Universitas Riau.
Berkat bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian
Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Syaiful Bahri, M.Si., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Riau.
2. Bapak Fahkri, ST., MT, selaku Ketua Program Studi D-III Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Riau.
3. Bapak Andre Novan, ST., MT, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan penulis judul Tugas Akhir dan memberikan bimbingan
kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
4. Bapak Ridwan, ST., MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir.
5. Seluruh dosen staf pengajar dan pegawai tata usaha Fakultas Teknik
Universitas Riau.
i
6. Buat Ayahanda dan Ibunda yang telah bersusah payah mendidik dan
membesarkan dengan curahan kasih sayang sehingga penulis dapat
melanjutkan studinya sampai ke jenjang perguruan tinggi ini.
7. Seluruh teman-teman seangkatan tanpa terkecuali seluruh civitas Fakultas
Teknik Universitas Riau.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berharap semoga penelitian yang telah dilakukan dan disajikan
dalam bentuk tugas akhir ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi dunia
Teknik Sipil dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
Akhir kalam, penulis mengucapkan Alhamdulillahhirobbil’alamin, semoga
Tugas Akhir ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri khususnya dan pada
pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Pekanbaru, 2009
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah ............................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3 3
iii
2.6.2 Algoritma Metode secant ........................................ 25
2.7 Software MATHCAD 14 ............................................................ 26
2.7.1 Programming didalam MATHCAD 14 .................... 27
iv
4.4 Bagan Alir Analisiss Balok Metode Whitney .............................. 53
4.4.1 Bagan Alir Analisiss Balok Tulangan Tunggal ........ 53
4.4.2 Bagan Alir Analisiss Balok Tulangan Rangkap ....... 55
4.4.3 Bagan Alir Disain Balok Tulangan Tunggal
Metode Whitney....................................................... 56
4.4.4 Bagan Alir Disain Balok Tulangan Rangkap
Metode Whitney....................................................... 57
4.5 Algoritma Program Metode Kompatibilitas Regangan .............. 58
4.5.1 Algoritma Analisis Balok Tulangan Tunggal .......... 58
4.5.2 Algoritma Analisis Balok Tulangan Rangkap
dan Majemuk ............................................................ 61
4.5.3 Algoritma Disain Balok Tulangan Tunggal ............. 64
4.5.4 Algoritma Metode Secant ......................................... 66
4.6 Tahapan Analisis dan Disain Balok Metode Whitney ................ 67
4.6.1 Tahapan Analisis Balok Tulangan Tunggal
dan Rangkap Metode Whitney ................................. 67
4.6.2 Tahapan Disain Balok Tulangan Tunggal
Metode Whitney....................................................... 68
4.6.2 Tahapan Disain Balok Tulangan Rangkap
Metode Whitney....................................................... 68
4.7 Verifikasi Program ....................................................................... 69
4.7.1 Penentuan Banyak Pias ............................................ 69
4.7.2 Momen Kapasitas Tampang ..................................... 73
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
4.9 Bagan Alir Disain Balok Tulangan Tunggal Metode Whitney............ 57
4.10 Pias-Pias Regangan Balok Tulangan Tunggal ..................................... 59
4.11 Numerik Tegangan Kopel Desak Balok .............................................. 60
4.12 Pias-Pias Regangan Balok Tulangan Rangkap .................................... 62
4.13 Numerik Tegangan Kopel Desak Balok .............................................. 63
4.14 Kurva Hubungan Kapasitas Tampang dan Pias
Untuk Analisis Kompatibilitas Balok Tulangan Tunggal .................... 71
4.15 Kurva Hubungan Kapasitas Tampang dan Pias
Untuk Analisis Kompatibilitas Balok Tulangan Rangkap ................... 71
4.16 Kurva Hubungan Tinggi Blok Tekan dan Pias
Untuk Analisis Kompatibilitas Balok Tulangan Tunggal .................... 72
4.17 Kurva Hubungan Tinggi Blok Tekan dan Pias
Untuk Analisis Kompatibilitas Balok Tulangan Rangkap ................... 72
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR NOTASI
𝐶 : gaya tekan, N
x
𝑓𝑟 : modulus pecah, MPa
Σ𝐻 : gaya horizontal, N
𝛽 : koefisien
𝜀𝑜 : regangan beton
∅ : diameter tulangan, mm
xi
𝑀𝑛 𝑌𝑐 : fungsi momen pemogramman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
analitik maka dapat diselesaikan dengan metode numerik. Dengan adanya system
komputerisasi, analisis yang hubungan tegangan-regangan non-linearitas dapat
diselesaikan dengan baik menggunakan metode numerik berdasarkan metode
kompatibilitas regangan.
Dalam penelitian ini akan bersifat studi literatur yang akan menjelaskan
numerik model kurva tegangan-regangan beton, dilanjutkan dengan menyajikan
tata cara analisis lentur balok beton bertulang dengan metode kompatibilitas
regangan hingga disain, dan mengimplementasikan dalam suatu aplikasi berbasis
komputer menggunakan bantuan software. Hasil analisis dan disain dari aplikasi
berbasis komputer tersebut akan mendapatkan hasil hitungan analisis momen
kapasitas penampang (Mn), dan menentukan selisih analisis beserta disain balok
beton bertulang metode perhitungan hasil penelitian model persegi Whitney pada
tahun 1937. Maka didapat pemodelan kurva tegangan-regangan yang lebih baik
dalam memprediksi kekuatan lentur balok beton bertulang.
BAB II
LANDASAN TEORI
5
6
Linear
𝒇′𝒄
0,15𝒇′𝒄
Tegangan 𝒇𝒄 𝟐
𝟐𝜺𝒄 𝜺𝒄 𝒇𝒄 = 𝒇′𝒄 + 𝜺𝒄 − 𝜺𝒐
𝟎, 𝟖𝟓. 𝒇′𝒄 − 𝒇′𝒄
𝒇𝒄 = 𝒇′𝒄 − 𝟎, 𝟎𝟎𝟑 − 𝜺𝒐
𝜺𝟎 𝜺𝟎
𝜺𝒄 > 𝜺𝟎
𝑬𝒄 = 𝒕𝒂𝒏𝜶
baja tulangan polos dam baja tulangan ulir (deformed). Baja tulangan ulir
berfungsi untuk menambah lekatan antara beton dengan baja. Baja tulangan ulir
yaitu batang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, diberi
sirip teratur dengan pola tertentu atau batang tulangan yang dipilin pada proses
produksinya (R.Park and T.Paulay, 1975).
Untuk regangan tulangan tarik (𝜀𝑠 ) ≤ regangan tulangan saat leleh (𝜀𝑦 )
merupakan daerah O-A dapat ditentukan dengan persamaan:
𝑓𝑠 = 𝜀𝑠 . 𝐸𝑠
Untuk regangan tulangan saat leleh (𝜀𝑦 ) ≤ regangan tulangan tarik (𝜀𝑠 ) ≤
regangan tulangan plastis (𝜀𝑠 ) merupakan daerah A-B dapat ditentukan dengan
persamaan:
𝑓𝑠 = 𝑓𝑦
Untuk regangan tulangan plastis (𝜀𝑠 ) ≤ regangan tulangan tarik (𝜀𝑠 ) ≤
regangan tulangan saat putus (𝜀𝑠𝑢 ) merupakan daerah B-C dapat ditentukan
dengan persamaan:
𝑚 𝜀 𝑠 −𝜀 𝑠 +2 𝜀 𝑠 −𝜀 𝑠 60−𝑚
𝑓𝑠 = 𝑓𝑦 . +
60 𝜀 𝑠 −𝜀 𝑠 +2 2 30 𝑟 +1 2
Tegangan,
𝒇𝒔
C
𝒇𝒔𝒖
A B
𝒇𝒚
𝒕𝒂𝒏 𝜽 = 𝑬𝒔
O
𝜺𝒚 𝜺𝒔𝒉 𝜺𝒔𝒖 Regangan 𝜺𝒔
𝒇 𝒔 = 𝜺 𝒔 . 𝑬𝒔 𝒇𝒔 = 𝒇𝒚 𝒎 𝜺𝒔 − 𝜺𝒔𝒉 + 𝟐 𝜺𝒔 − 𝜺𝒔𝒉 𝟔𝟎 − 𝒎
𝒇𝒔 = 𝒇𝒚 . +
𝟔𝟎 𝜺𝒔 − 𝜺𝒔𝒉 + 𝟐 𝟐 𝟑𝟎𝒓 + 𝟏 𝟐
Elastis Plastis
Strain hardening
Keterangan:
𝐸𝑠 : modulus elastisitas baja
𝜀𝑠 : regangan tulangan tarik
𝜀𝑦 : regangan tulangan saat leleh
𝜀𝑠 : regangan tulangan plastis, 10.𝜀𝑦
𝜀𝑠𝑢 : regangan tulangan saat putus, 0.04
𝑓𝑠 : tegangan tulangan tarik, N/𝑚𝑚2
𝑓𝑠𝑢 : tegangan tulangan tarik ultimit, N/𝑚𝑚2
𝑟 : 𝜀𝑠𝑢 − 𝜀𝑠
𝑓𝑠𝑢 −𝜀 𝑠 . 30.𝑟+1 2 −60.𝑟−1
𝑚 : 15.𝑟 2
Garis O-A menunjukkan fase elastis, pada fase ini hubungan antara
tegangan dan regangan adalah berbanding lurus (linier). Titik A disebut batas
proporsional, tegangan dititik A disebut tegangan proporsional yang nilainya
sangat dekat dengan tegangan leleh (fy). Gradien kemiringan yang di bentuk oleh
garis O-A menunjukkan modulus elastisitas (E) yang dikenal juga sebagai young
modulus. Garis A-B menunjukkan keadaan plastis yang merupakan garis yang
relatif lurus mendatar, di mana tegangan yang terjadi relatif konstan sedangkan
regangannya terus bertambah. Setelah melampaui titik B tegangan dan regangan
meningkat kembali dan mencapai tegangan maksimum dititik C. Pada titik C
disebut tegangan ultimit (kuat tarik baja) dengan nilai regangan berbeda
tergantung mutu bajanya. Fase B-C disebut penguatan regangan (strain
hardening). Setelah melampaui titik C, luasan penampang baja mengalami
pengurangan (necking) yang mengakibatkan tegangan menurun dan akhirnya baja
putus (Riki Emillianto, 2008) dan (R.Park and T.Paulay, 1975).
elemen struktur. Taraf pembebanan yang demikian disebut keadaan limit dari
keruntuhan pada lentur (James G.MacGregor,1997).
Telah diketahui bahwa untuk bahan yang homogen dan elastis, distribusi
regangan maupun tegangan adalah linear, nol pada garis netral dan maksimum di
tepi serat terluar penampang. Sehingga, nilai tegangan berbanding lurus dengan
nilai regangan, kondisi ini berlaku hingga batas sebanding (proportional limit).
Apabila kekuatan tarik beton telah terlampaui, maka beton mengalami
retak rambut. Oleh karena itu beton tidak dapat meneruskan gaya tarik pada
daerah retak, sehingga seluruh gaya tarik yang timbul ditahan oleh baja tulangan.
Pada kondisi tersebut, distribusi tegangan beton tekan masih dianggap sebanding
dengan nilai regangannya (James G.MacGregor,1997).
Teori lentur untuk beton bertulang didasarkan pada tiga anggapan, yang
cukup mengizinkan untuk suatu perhitungan momen dari suatu balok.
Tiga anggapan dasar teori lentur balok beton bertulang (James
G.MacGregor, 1997) :
1. Bagian tegak lurus pada sumbu lenturan adalah bidang sebelum
membengkokkan bidang sisa setelah lenturan.
2. Regangan di dalam tulangan sebanding dengan regangan di dalam
beton ditingkatan yang sama atau sebatas beban sedang.
3. Tegangan di dalam beton dan tulangan dapat dihitung dari tegangan
menggunakan kurva tegangan-regangan untuk beton dan baja.
P
W/unit length
Section A
𝑁=0 𝑁=0
C
V V jd
T
Jika bergerak kebawah satu poros titik aplikasi gaya tekan C, berdasarkan
pada gaya tarik tulangan beton pada saat keseimbangan dari benda bebas,
Sehingga momen nominal untuk tulangan sebelah dapat dihitung dengan
persamaan:
M = T. jd ...................................................................................... (2.2a)
Dengan cara yang sama, jika bergerak keatas satu poros titik aplikasi gaya tarik T,
berdasarkan pada gaya beton tekan dapat dihitung dengan persamaan:
M = C. jd ...................................................................................... (2.2b)
13
M y
jd C
(c) (d)
T
Jadi Dengan demikian untuk kasus yang elastis, sama dengan balok untuk
persamaan. 2.4d. dan dari persamaan. 2.2 menggunakan konsep blok tegangan.
Teori balok elastis persamaan. 2.4d tidak digunakan di dalam disain balok
beton bertulang, pertama karena kurva tegangan-regangan yang compressive dari
beton adalah non-linear, dan yang lebih penting lagi, karena beton retak terdapat
pada regangan yang rendah menekankan, sehingga perlu menambah penulangan
untuk menahan gaya tarik T. Dua faktor-faktor ini dapat diselesaikan dengan
dikombinasikan persamaan. 2.1 dan 2.2 (James G.MacGregor, 1997).
Model yang digunakan untuk analisis lentur adalah balok beton bertulang
berpenampang persegi prismatis dengan tulangan tunggal dan rangkap tanpa
sengkang atau kekangan oleh (James G.MacGregor, 1997).
2.4.2.1 Analisis Tulangan Tunggal
𝜺𝒐 𝒀
𝒄 𝑪𝒄
𝒂 = 𝜷𝟏 . 𝒄
𝑪𝒄
𝒅𝒃
𝒉
𝒋𝒅
𝑨𝒔
𝒅𝒔 𝑻𝒔
𝑻𝒔
𝜺𝒔
𝑓𝑦
𝜀𝑦 =
𝐸𝑠
𝜀𝑠 ≥ 𝜀𝑦 = anggapan tulangan tarik sudah leleh adalah benar
c. Ketentuan 𝑓𝑠 < 𝑓𝑦
𝑓𝑠 = 𝜀𝑠 . 𝐸𝑠
Untuk 𝑎 = 𝛽1 . 𝑐
𝛽.𝑑 𝑏 −𝑎
𝑓𝑠 = 0.003. 𝑎
. 𝐸𝑠
d. Regangan Berimbang
Regangan berimbang dicapai bila pada saat yang sama:
a. Serat terluar beton tekan mencapai regangan maksimum, 𝜀𝑐𝑢 = 0,003.
b. Tulangan tarik mencapai regangan leleh, 𝜀𝑦 .
Pada keadaan regangan berimbang, sejumlah tulangan tarik 𝑨𝒔𝒃 akan
memberikan jarak garis netral 𝒄 dari tepi beton tarik dan gaya-gaya dalam 𝑪𝒄 dan
𝑻𝒔 . Dalam praktek regangan berimbang sulit dicapai, sebagai akibat pembulatan
jumlah tulangan yang dipergunakan, sehingga luas baja yang dipergunakan tidak
sama dengan 𝑨𝒔𝒃 . Karna itu terdapat dua kemungkinan, penampang bertulangan
kurang (under reinforced) dan penampang bertulangan lebih (over reinforced).
17
𝜺𝒄𝒖 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑
𝒄
𝑃𝑒𝑛𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔: 𝜀𝑠 > 𝜀𝑦 , 𝑓𝑠 = 𝑓𝑦 , 𝜀𝑐𝑢 < 0,003
𝒅𝒃 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 ∶ 𝜀𝑦
𝑪𝒔
d’ 𝜺′𝒔 𝒇′𝒔 𝒀 𝑪𝒔
𝒄 𝑪𝒄
𝑨′𝒔 𝒂 = 𝜷𝟏 . 𝒄
𝑪𝒄
𝒅𝒃
𝒉
𝒋𝒅
𝑨𝒔
𝒅𝒔
𝑻𝒔 𝑻𝒔
𝜺𝒔
c. Ketentuan 𝑓′𝑠 = 𝑓𝑦
𝑎−𝛽.𝑑′ 𝑓𝑦
Jika 𝜀𝑐 . ≥
𝑎 𝐸𝑠
Dan 𝑓𝑠 = 𝑓𝑦
𝛽.𝑑 ′ −𝑎 𝑓𝑦
Jika 𝜀𝑐 . ≥𝐸
𝑎 𝑠
19
𝒂 = 𝜷𝟏 . 𝒄
𝒄
𝑪𝒄
𝒉 𝒅𝒃 𝒂
𝒅𝒃 −
𝟐
𝑨𝒔
𝒅𝒔 𝑻𝒔
𝐴 .𝑓
c. Kapasitas penampang: 𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 . 𝑑𝑏 − 0,59. 𝑓′𝑠 .𝑏𝑦
𝑐
𝐴𝑠𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛
Kebutuhan tulangan tekan 𝑛𝑡𝑢𝑙𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 =
𝐴1𝑡𝑢𝑙
𝒃
𝑪𝒔
𝒅′
𝒂 = 𝜷𝟏 . 𝒄
𝑨′𝒔
𝒄
𝑪𝒄
𝒉 𝒅𝒃 𝒂
𝒅𝒃 −
𝟐
𝑨𝒔
𝒅𝒔 𝑻𝒔
Tegangan
𝟐∅𝟕 𝑨𝒔𝟏
𝟐∅𝟕 𝑨𝒔𝟐
𝒅𝒃
𝒉 𝑶 𝟎, 𝟎𝟎𝟐 Regangan
𝟐∅𝟕 𝑨𝒔𝟑
𝑨
𝟒∅𝟖 𝑨𝒔𝟒 𝑩
𝟒∅𝟖 𝑨𝒔𝟓
22
𝜺𝒖 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑
2,5 𝜺𝒖 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑
Σ𝐹𝑠 = −444,4
Σ𝐶𝑐 = +443,9
Σ𝐹𝑠 + Σ𝐶𝑐 = −0,5
Dengan demikian tinggi garis netral menghasilkan gaya dalam 0.1%
Maka didapat kompatibilitas regangan.
f. Periksa 𝑓𝑠 = 𝑓𝑦
Persyaratan pembatasan tulangan ρ ≤ 0,75𝜌𝑏 𝑎𝑡𝑎𝑢 As ≤ 0,75𝐴𝑠𝑏
g. Hitung Momen nominal
𝑎
𝑀𝑛 = Σ𝐶𝑐 . 𝑑𝑏 − + 𝐴′ 𝑠 . 𝑓′𝑠 . (𝑑𝑏 − 𝑑′)
2
Rasio tulangan: 𝜑 = 0.9
𝑎
𝜑𝑀𝑢 = 𝜑 0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏. 𝑑𝑏 − 2 + 𝐴′ . 𝑓𝑦 . 𝑑𝑏 − 𝑑′
𝑠
g). Menjumlahkan pada saat dari gaya dalam. Jika P = 0, ini setiap sumbu
yang benar. Kita akan menjumlahkan pada saat sekitar titik berat dari
tampang-lintang. Sumbu ini adalah normalnya digunakan dalam
kolom-kolom di mana P bukanlah nol.
Secara umum dalam bentuk formulasi rekursi berurutan dari metode secant:
𝑿 −𝑿
𝑿𝒏+𝟏 = 𝑿𝒏 − 𝒇 𝑿𝒏 . 𝒇 𝑿 𝒏−𝒇 𝒏−𝟏
𝑿
𝒏 𝒏−𝟏
if otherwise
for while
break continue
return on error
x←y
y mengevaluasi numerik dan memberikan isinya ke x. Variabel dan fungsi
yang didefinisikan dengan operator ini hanya didefinisikan secara lokal dalam
batasan yang berlaku sekarang, misalnya, dalam sebuah program. Mengembalikan
nilai-tangan kiri sisi.
Operand:
a. x adalah sembarang nama atau angka yang valid untuk Mathcad
variabel atau fungsi.
b. y adalah setiap ekspresi Mathcad valid.
Keterangan:
a. Lokal variabel atau fungsi yang didefinisikan dengan operator ini
mungkin untuk nilai-nilai dari worksheet. Sebagai contoh, a: = 2 di
worksheet kita, kemudian mendefinisikan variabel lokal b ← a di
dalam sebuah program.
b. Jika nama variabel lokal adalah sama dengan lembar kerja variabel
atau fungsi yang digunakan untuk menginisialisasi itu, hanya
membutuhkan nilai worksheet pertama kali diberikan. Selanjutnya
referensi ke nama yang sama menggunakan nilai lokal bukan global.
Misalnya, jika fungsi g (x): = x + 1 didefinisikan dalam lembar kerja
kita, dan kita membuat sebuah variabel g ← g (2), semua program
berikutnya referensi ke nama g menggunakan definisi variabel lokal 3,
dan tidak lagi mengenali sebagai nama fungsi. kita selalu dapat
berpindah ke worksheet definisi menggunakan [doc] namespace
operator.
29
fungsi mengembalikan 0 if x adalah lebih besar daripada 2 atau kurang dari -2.
Bila x adalah antara -2 dan 2, mengembalikan fungsi akar kuadrat dari 4 - x2.
Operand:
a. x adalah sembarang ekspresi Mathcad valid
b. y adalah setiap ekspresi yang valid Mathcad dapat mengevaluasi ke 0
dalam beberapa kasus. Hanya nilai pengembalian dari y; ini bisa menjadi
sebuah ekspresi boolean atau ekspresi Mathcad lainnya. Sebagai contoh,
30
Sebuah lingkaran adalah sebuah blok kode yang menyebabkan satu atau lebih
pernyataan (bagian loop) untuk iterasi sampai kondisi terminasi terjadi. Ada dua
jenis loop:
a. for loop digunakan ketika kita tahu persis berapa kali printah loop harus
mengeksekusi atau menjalankan perintah.
b. while loop yang digunakan saat kita ingin menghentikan eksekusi atas
terjadinya suatu kondisi, tapi kita tidak tahu persis kapan kondisi yang
akan terjadi.
Jangan ketik kata "otherwise" Karena tidak menghasilkan operator.
31
Catatan:
a. Bila kita menggunakan for loop, kita harus tahu berapa kali yang kita
ingin loop untuk menjalankan perintah; hasil akhir dari iterasi tidak
penting.
32
Jangan ketik kata "while" Karena tidak menghasilkan operator. Sebagai contoh
dapat dilihat keterangan sebagai berikut:
Contoh:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
33
34
Mulai
Studi literatur
Selesai
4.1 Pendahuluan
Hasil penelitian disajikan berupa pembahasan penelitian yang memuat
Algoritma serta bagan alir analisis dan disain balok beton bertulang metode
kompatibilitas regangan, bagan alir untuk metode whitney, dilanjutkan penerapan
kedalam software yang menghasilkan analisis momen kapasitas tampang (Mn)
yang akan detentukan selisih antara analisis metode kompatibilitas regangan hasil
program dengan analisis metode Whitney.
Yang utama dalam hasil penelitian ini adalah membuat programming
metode analisis balok beton bertulang dengan menerapkan metode kompatibilitas
regangan, sehingga didapat cara untuk memprediksi kekuatan balok beton
bertulang.
37
38
𝒇𝒄
𝑪𝒄𝒋
Tegangan
𝒇𝒄𝒔𝒊
𝜺𝒄 > 𝜺𝟎
𝒇′𝒄 𝜺𝒄
𝜺𝒐 = 𝟐.
𝑬𝒔
𝒉𝒔𝒆𝒈 𝑳𝒄𝒂𝒗 Regangan
𝒀𝒄
𝑖𝑡 : Iterasi , 𝑖𝑡 = 0 atau it 0
Jika tidak
𝑌𝑐1 = 𝑌𝑐3 maka kembali ke metode secant
Jika ya
maka print 𝑌𝑐3 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
𝑀𝑛 𝑌𝑐3 0 : Kontrol gaya horizontal, 𝐶𝑐 − 𝑇𝑠 = 0 atau H C c Ts
Mulai
Tentukan:
𝑓′𝑐 , 𝑓𝑦 , 𝐸𝑐 dan 𝐸𝑠
Ya Ya
2. 𝜀𝑐 𝜀𝑐 2
𝜀𝑐 < 𝜀𝑜 𝜀𝑠 < 𝜀𝑦
𝑓𝑐 = 𝑓′𝑐 − 𝑓𝑠 = 𝜀𝑠 . 𝐸𝑠
𝜀𝑜 𝜀𝑜 𝜀𝑐 > 𝜀𝑜 𝜀𝑠 > 𝜀𝑦
Tidak Tidak
𝑓𝑐𝐻𝑜𝑔 𝜀𝑐 𝑓𝑠 𝜀𝑠
𝑓𝑐𝐻𝑜𝑔 𝜀𝑐
𝑓𝑠 𝜀𝑠
Selesai
Mulai
Karakteristik balok:
b, h, jumlah tulangan, 𝜀𝑢 , 𝑓′𝑐 , 𝐴𝑠 , 𝑓𝑦 ,Φ𝑡𝑢𝑙 , 𝑛𝑡𝑢𝑙 , dan 𝐸𝑠
𝑀𝑛 𝑌𝑐
𝑛𝑠𝑒𝑔 = 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
𝑌𝑐
𝑠𝑒𝑔 =
𝑛 𝑠𝑒𝑔
Tulangan tunggal:
Σ𝐶𝑐 = 0
Σ𝑀𝑐 = 0
𝑖 = 𝑛𝑠𝑒𝑔
𝑦𝑐𝑖 = 𝑠𝑒𝑔 . i
𝑦𝑐 𝑖
𝜀𝑐𝑖 = 0,003
𝑌𝑐
Tidak
𝑖 > 𝑛𝑠𝑒𝑔
Ya
A
42
𝑓𝑐𝑠 = 𝑓𝑐𝐻𝑜𝑔 𝜀𝑐
𝑗 = 𝑛𝑠𝑒𝑔 − 1
𝑓𝑐𝑠 𝑗 + 𝑓𝑐𝑠 𝑗 +1
𝑓𝑐𝑎𝑣 𝑗 =
2
𝐿𝑐𝑎𝑣 𝑗 = 0,5 + 𝑗 . 𝑠𝑒𝑔 + 𝑑𝑏 − 𝑌𝑐
𝑗 > 𝑛𝑠𝑒𝑔 − 1
Ya
Σ𝐶𝑐
Σ𝑀𝑐
𝑑′ = 25
𝑑𝑏 = − 𝑑′
db − Yc
𝜀𝑠 = 0,003.
Yc
𝑓𝑠 = 𝑓𝑠 . 𝜀𝑠
𝑇𝑠 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑠
Σ𝐻 = Σ𝐶𝑐 − 𝑇𝑠
B
43
Σ𝐻
Σ𝑀𝑐
Σ𝐶𝑐
𝜀𝑠
Y𝑐1 = 0,25. 𝑑′
Y𝑐2 = 0,5. 𝑑′
𝑇𝑜𝑙 = 0,001
𝑖𝑡 = 0
∆𝑌 = Y𝑐2 − Y𝑐1
∆𝑌 > 𝑇𝑜𝑙
Tidak
Y𝑐1 = 𝑌𝑐3 Ya
𝑌𝑐3
C
44
Tidak
Ket:
𝑀𝑛 𝑌𝑐2 3 ≥ 𝜀𝑦
Ya
Selesai
Gambar 4.3 Bagan Alir Program Fungsi Momen Hingga Analisis Metode
Kompatibilitas Regangan Tulangan Tunggal.
45
Mulai
Karakteristik balok:
b, h, jumlah tulangan, 𝜀𝑢 , 𝑓′𝑐 , 𝐴𝑠 , 𝑓𝑦 ,𝑛𝑙𝑎𝑦𝑒𝑟 ,Φ𝑡𝑢𝑙 , 𝑛𝑡𝑢𝑙 , 𝑑𝑡𝑢𝑙 , dan 𝐸𝑠
𝑀𝑛 𝑌𝑐
𝑛𝑠𝑒𝑔 = 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
𝑌𝑐
𝑠𝑒𝑔 =
𝑛 𝑠𝑒𝑔
𝑖 = 𝑛𝑠𝑒𝑔
𝑦𝑐𝑖 = 𝑠𝑒𝑔 . i
𝑦𝑐 𝑖
𝜀𝑐𝑖 = 0,003
𝑌𝑐
Tidak
𝑖 > 𝑛𝑠𝑒𝑔
Ya
A
46
𝑓𝑐𝑠 = 𝑓𝑐𝐻𝑜𝑔 𝜀𝑐
𝑗 = 𝑛𝑠𝑒𝑔 − 1
𝑓𝑐𝑠 𝑗 + 𝑓𝑐𝑠 𝑗 +1
𝑓𝑐𝑎𝑣 𝑗 =
2
𝐿𝑐𝑎𝑣 𝑗 = 0,5 + 𝑗 . 𝑠𝑒𝑔 + 𝑑𝑏 − 𝑌𝑐
𝑗 > 𝑛𝑠𝑒𝑔 − 1
Ya
Σ𝐶𝑐
Σ𝑀𝑐
B
47
𝑘 = 𝑛𝑙𝑎𝑦𝑒𝑟 − 1
Yc − dtul k
𝜀𝑠𝑘 = 0,003.
Yc
𝑓𝑠1𝑘 = 𝑓𝑠 𝜀𝑠𝑘
𝑘 > 𝑛𝑙𝑎𝑦𝑒𝑟 − 1
Ya
Σ𝐻
Σ𝑀𝑡𝑜𝑡
Σ𝐶𝑐
𝜀𝑠
C
48
Y𝑐1 = 0,25. 𝑑′
Y𝑐2 = 0,5. 𝑑′
𝑇𝑜𝑙 = 0,001
𝑖𝑡 = 0
∆𝑌 = Y𝑐2 − Y𝑐1
∆𝑌 > 𝑇𝑜𝑙
Tidak
Y𝑐1 = 𝑌𝑐3 Ya
𝑌𝑐3
Selesai
Gambar 4.4 Bagan Alir Program Fungsi Momen Hingga Analisis Metode Kompatibilitas
Regangan Tulangan Rangkap dan Majemuk.
49
Mulai
Karakteristik balok:
b, h, jumlah tulangan, 𝜀𝑢 , 𝑓′𝑐 , 𝐴𝑠 , 𝑓𝑦 ,Φ𝑡𝑢𝑙 , 𝑛𝑡𝑢𝑙 , 𝑀𝑢 , dan 𝐸𝑠
𝑀𝑛 𝑌𝑐
𝑛𝑠𝑒𝑔 = 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
𝑌𝑐
𝑠𝑒𝑔 =
𝑛 𝑠𝑒𝑔
Tulangan tunggal:
Σ𝐶𝑐 = 0
Σ𝑀𝑐 = 0
𝑖 = 𝑛𝑠𝑒𝑔
𝑦𝑐𝑖 = 𝑠𝑒𝑔 . i
𝑦𝑐 𝑖
𝜀𝑐𝑖 = 0,003
𝑌𝑐
Tidak
𝑖 > 𝑛𝑠𝑒𝑔
Ya
A
50
𝑓𝑐𝑠 = 𝑓𝑐𝐻𝑜𝑔 𝜀𝑐
𝑗 = 𝑛𝑠𝑒𝑔 − 1
𝑓𝑐𝑠 𝑗 + 𝑓𝑐𝑠 𝑗 +1
𝑓𝑐𝑎𝑣 𝑗 =
2
𝐿𝑐𝑎𝑣 𝑗 = 0,5 + 𝑗 . 𝑠𝑒𝑔 + 𝑑𝑏 − 𝑌𝑐
𝑗 > 𝑛𝑠𝑒𝑔 − 1
Ya
Σ𝐶𝑐
Σ𝑀𝑐
Σ𝑀𝑡𝑜𝑡 = Σ𝑀𝑐 − 𝑀𝑢
db − Yc
𝜀𝑠 = 0,003.
Yc
𝑓𝑠 = 𝑓𝑠 . 𝜀𝑠
Σ𝐶𝑐
𝐴𝑠 =
𝑓𝑠
𝐴𝑠
ntul = 𝐶𝑒𝑖𝑙 ,1
𝐴1𝑡𝑢𝑙
B
51
Σ𝑀𝑡𝑜𝑡
Σ𝐶𝑐
𝜀𝑠
𝐴𝑠
𝑛𝑡𝑢𝑙
Y𝑐1 = 0,25. 𝑑′
Y𝑐2 = 0,5. 𝑑′
𝑇𝑜𝑙 = 0,001
𝑖𝑡 = 0
∆𝑌 = Y𝑐2 − Y𝑐1
∆𝑌 > 𝑇𝑜𝑙
Tidak
Y𝑐1 = 𝑌𝑐3 Ya
𝑌𝑐3
C
52
Tidak
Ket:
𝑀𝑛 𝑌𝑐2 3 ≥ 𝜀𝑦
Ya
Selesai
Mulai
Karakteristik balok:
b, h, jumlah tulangan, 𝜀𝑢 , 𝑓′𝑐 , 𝐴𝑠 , 𝑓𝑦 ,dan 𝐸𝑠
Analisis Matematis:
𝐶𝑐 = 0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏
𝑇𝑠 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
𝑎= 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛
0.85. 𝑓′𝑐 . 𝑏
𝑎
𝑐= : tinggi garis netral
𝛽
𝑑 𝑏 −𝑐
𝜀𝑠 = 𝜀𝑐 . tulangan tunggal
𝑐
𝑓𝑦
𝜀𝑦 = 𝜀𝑠 ≥ 𝜀𝑦 = 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘
𝐸𝑠
Tidak Ya
Σ𝐻 = 𝐶𝑐 − 𝑇𝑠 Tidak
Σ𝐻 = 0
Ya
A
54
Ya Tidak
𝜀𝑠 ≥ 𝜀𝑦
Hasil Hitungan:
Momen nominal hasil analisis teoritis,
𝑀𝑛
Selesai
Mulai
Karakteristik balok:
b, h, jumlah tulangan, 𝜀𝑢 , 𝑓′𝑐 , 𝐴𝑠 , 𝐴′𝑠 , 𝑓𝑦 ,dan 𝐸𝑠
Analisis Matematis:
𝐶𝑐 = 0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏 𝐶𝑠 = 𝐴′𝑠 . 𝑓𝑦
𝑇𝑠 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
𝐴𝑠 − 𝐴′𝑠 . 𝑓𝑦
𝑎= 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛
0.85. 𝑓′𝑐 . 𝑏
𝑎
𝑐= : tinggi garis netral
𝛽
Tidak Ya
Σ𝐻 = 𝐶𝑐 − 𝑇𝑠 Tidak
Σ𝐻 = 0
Ya
A
56
Hasil Hitungan:
Momen nominal hasil analisis teoritis,
𝑀𝑛
Selesai
Mulai
Tentukan:
b, h, 𝜀𝑢 𝐴𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑀𝑢 , 𝑓′𝑐 , Φ𝑡𝑢𝑙𝐴 , 𝑓𝑦 , 𝛽 ,dan 𝐸𝑠
𝑓′ 𝑐 𝑑𝑏
𝐴𝑠𝑏 = 𝛽. 𝑓𝑦
. 𝑏. 𝑑𝑏 . 600+𝑓𝑦
Selesai
Gambar 4.8 Bagan Alir Disain Balok Tulangan Tunggal Metode Whitney.
57
Mulai
Tentukan:
b, h, 𝜀𝑢 𝐴𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑀𝑢 , 𝑓′𝑐 , Φ𝑡𝑢𝑙𝐴 , 𝑓𝑦 , 𝛽 ,dan 𝐸𝑠
𝑓′ 𝑐 𝑑𝑏
𝐴𝑠𝑏 = 𝛽. 𝑓𝑦
. 𝑏. 𝑑𝑏 . 600+𝑓𝑦
𝑀𝑛2
𝐶𝑠 =
𝑑 − 𝑑′
Tidak 𝜀′𝑠 ≥ 𝜀𝑦 Ya
𝐶𝑠
𝐴𝑠𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 =
𝑓′𝑠
A
58
𝐶𝑠
𝐴𝑠𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 2 =
𝑓𝑦
𝐴𝑠 = 𝐴𝑠𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 1 + 𝐴𝑠𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 2
𝐴𝑠
𝑛𝑡𝑢𝑙𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 =
𝐴1𝑡𝑢𝑙
𝐴𝑠𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛
𝑛𝑡𝑢𝑙𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 =
𝐴1𝑡𝑢𝑙
Selesai
Gambar 4.9 Bagan Alir Disain Balok Tulangan Rangkap Metode Whitney.
Σ𝑀𝑐 : Momen tekan beton, N.mm. Momen tekan beton dihitung dari
Σ𝑀𝑐 = 0 atau M c 0
𝑌𝑐 : Tinggi garis netral ke selimut atas balok atau tinggi regangan tekan.
𝑛𝑠𝑒𝑔 : Banyak pembagi segmen atau pias, 𝑛𝑠𝑒𝑔 = 100
𝑠𝑒𝑔 : Untuk menentukan tinggi tiap segmen atau pias.
𝑌𝑐 Yc
𝑠𝑒𝑔 = 𝑛 atau h seg
𝑠𝑒𝑔 n seg
59
𝑦𝑐 𝑖 yc
𝜀𝑐 𝑖 = 0.003. atau c 0.003 i
𝑌𝑐 i
Yc
𝑓𝑐𝑠 𝑖 : Tegangan beton pada tiap segmen atau pias.
𝑓𝑐𝑠 𝑖 = 𝑓𝑐𝐻𝑜𝑔 𝜀𝑐 𝑖
Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 4.10
𝜺𝒄𝒖 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑
𝒃
𝒚𝒄𝒊
𝒚𝒄𝒊
𝜺𝒄𝒊
𝒚𝒄𝒊
𝒀𝒄 𝜺𝒄𝒊
𝒚𝒄𝒊
𝜺𝒄𝒊
𝒚𝒄𝒊
𝜺𝒄𝒊
𝒅𝒃 𝜺𝒄𝒊
𝒀𝒄
𝒉
ds
𝜺𝒔
𝒃 𝒇𝒄𝒂𝒗𝒋
𝒇𝒄𝒂𝒗𝒋
𝒉𝒔𝒆𝒈
𝑪𝒄𝒋
𝒇𝒄𝒔𝒋 𝚺𝑪𝒄
𝜺𝒄𝒊 𝑳𝒄𝒂𝒗𝒋 𝒇𝒄𝒔𝒋+𝟏
𝒀𝒄
𝒀𝒄𝟑
𝟎. 𝟓
𝟎. 𝟓 + 𝒋 Garis Netral
𝒅𝒃
𝑻𝒔
Tegangan
𝑇𝑠 = 𝐴𝑠 ∗ 𝑓𝑠 atau Ts As fs
Σ𝑀𝑐 : Momen tekan beton, N.mm. Momen tekan beton dihitung dari
Σ𝑀𝑐 = 0 atau M c 0
Σ𝑀𝑠 : Momen tekan baja, N.mm. Momen tekan baja berdasarkan banyak layer
Σ𝑀𝑠 = 0 atau M s 0
Σ𝑇𝑠 : Momen tarik baja, N.mm. Momen tekan baja berdasarkan banyak layer
Σ𝑇𝑠 = 0 atau T s 0
𝑌𝑐 : Tinggi garis netral ke selimut atas balok atau tinggi regangan tekan.
𝑛𝑠𝑒𝑔 : Banyak pembagi segmen atau pias, 𝑛𝑠𝑒𝑔 = 100
𝑠𝑒𝑔 : Untuk menentukan tinggi tiap segmen atau pias.
𝑌𝑐 Yc
𝑠𝑒𝑔 = 𝑛 atau h seg
𝑠𝑒𝑔 n seg
𝑦𝑐 𝑖 yc
𝜀𝑐 𝑖 = 0.003. atau c 0.003 i
𝑌𝑐 i
Yc
𝑓𝑐𝑠 𝑖 : Tegangan beton pada tiap segmen atau pias.
𝑓𝑐𝑠 𝑖 = 𝑓𝑐𝐻𝑜𝑔 𝜀𝑐 𝑖
Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 4.12
𝒃 𝜺𝒄𝒖 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑
d’
𝒚𝒄𝒊
𝒚𝒄𝒊
𝜺𝒄𝒊
𝒚𝒄𝒊
𝒀𝒄 𝜺𝒄𝒊
𝒚𝒄𝒊
𝜺𝒄𝒊
𝒚𝒄𝒊
𝜺𝒄𝒊
𝒅𝒃 𝜺𝒄𝒊
𝒀𝒄
𝒉
ds
𝜺𝒔
𝒇𝒄 = 𝟎, 𝟖𝟓. 𝒇′𝒄
𝒃 𝒇𝒄𝒂𝒗𝒋
𝒉𝒔𝒆𝒈 𝚺𝑪𝒔
𝑪𝒄𝒋
𝒇𝒄𝒔𝒋 𝚺𝑪𝒄
𝜺𝒄𝒊 𝑳𝒄𝒂𝒗𝒋 𝒇𝒄𝒔𝒋+𝟏
𝒀𝒄
𝒀𝒄𝟑
𝟎. 𝟓
𝟎. 𝟓 + 𝒋 Garis Netral
𝒅𝒃
𝑻𝒔
Tegangan
ΣH Gaya Horizontal
Σ𝑀𝑡𝑜𝑡 Momen Tekan Balok
:Tulangan rangkap & majemuk
Σ𝐶𝑐 Gaya Tekan balok
𝜀𝑠 Regangan Tulangan Tarik
Σ𝑀𝑐 : Momen tekan beton, N.mm. Momen tekan beton dihitung dari
65
Σ𝑀𝑐 = 0 atau M c 0
𝑌𝑐 : Tinggi garis netral ke selimut atas balok atau tinggi regangan tekan.
𝑛𝑠𝑒𝑔 : Banyak pembagi segmen atau pias, 𝑛𝑠𝑒𝑔 = 100
𝑠𝑒𝑔 : Untuk menentukan tinggi tiap segmen atau pias.
𝑌𝑐 Yc
𝑠𝑒𝑔 = 𝑛 atau h seg
𝑠𝑒𝑔 n seg
𝑦𝑐 𝑖 yc
𝜀𝑐 𝑖 = 0.003. atau c 0.003 i
𝑌𝑐 i
Yc
𝑓𝑐𝑠 𝑖 : Tegangan beton pada tiap segmen atau pias.
𝑓𝑐𝑠 𝑖 = 𝑓𝑐𝐻𝑜𝑔 𝜀𝑐 𝑖
𝑓𝑜𝑟 : Fungsi pengulangan pada pemrograman untuk menentukan gaya tekan
balok dan momen tekan balok.
𝑓𝑜𝑟 𝑗 𝜖 0. . 𝑛𝑠𝑒𝑔 − 1 : Untuk pengulangan j mulai dari 0 hingga 𝑛𝑠𝑒𝑔 − 1.
𝑓𝑐𝑠 𝑗 : Tegangan beton pada atas segmen atau pias.
𝑖𝑡 : Iterasi , 𝑖𝑡 = 0 atau it 0
Jika tidak
𝑌𝑐1 = 𝑌𝑐3 maka kembali ke metode secant
Jika ya
maka print 𝑌𝑐3 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑙𝑜𝑘 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
𝑀𝑛 𝑌𝑐3 0 : Kontrol gaya horizontal, 𝐶𝑐 − 𝑇𝑠 = 0 atau H C c Ts
2
3. Hitung 𝐴1𝑡𝑢𝑙 = 0,25. 𝜋. (Φ𝑡𝑢𝑙𝐴 )
𝐴𝑠𝑏
4. Kebutuhan tulangan tarik 𝑛𝑡𝑢𝑙 = 𝐴
1𝑡𝑢𝑙
𝐴 .𝑓
5. Hitung 𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 . 𝑑𝑏 − 0,59. 𝑓′𝑠 .𝑏𝑦 , dan 𝑀𝑛2 = 𝑀𝑢 − 𝑀𝑛
𝑐
2
3. Hitung 𝐴1𝑡𝑢𝑙 = 0,25. 𝜋. (Φ𝑡𝑢𝑙𝐴 )
𝐴𝑠𝑏
4. Kebutuhan tulangan tarik 𝑛𝑡𝑢𝑙 = 𝐴
1𝑡𝑢𝑙
𝐴 .𝑓
5. Hitung 𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 . 𝑑𝑏 − 0,59. 𝑓′𝑠 .𝑏𝑦 , dan 𝑀𝑛2 = 𝑀𝑢 − 𝑀𝑛
𝑐
𝑀𝑛2
6. Hitung 𝐶𝑠 = 𝑑−𝑑′ = 𝑇2
𝐶
7. Hitung 𝐴𝑠𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = 𝑓′𝑠 𝑓′𝑠 = 𝑓𝑦 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝜀′𝑠 ≥ 𝜀𝑦
𝑠
𝐴𝑠 𝐴𝑠𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛
10. Hitung dan tampil 𝑛𝑡𝑢𝑙𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 = 𝐴 dan 𝑛𝑡𝑢𝑙𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 =
1𝑡𝑢𝑙 𝐴1𝑡𝑢𝑙
69
Dari hasil penerapan berbagai banyak pias yang diterapkan kepada analisis
tulangan tunggal dan rangkap maka sesuai dengan pernyataan diatas bahwa untuk
kasus umum, 𝒏𝒔𝒆𝒈 = 𝟏𝟎𝟎 sudah mencukupi dan bila perlu dapat ditingkatkan,
71
dapat disimpulkan batas pembagi segmen 100 ke pembagi yang lebih besar akan
menghasilkan kapasitas tampang (Mn) yang konstan dan tidak terlalu besar
selisihnya. Maka dengan pembagi segmen berjumlah 100 segmen sudah cukup
untuk mewakili. Pada Gambar di bawah akan penulis jelaskan kurva selisih
berbagai banyak pembagi pias untuk analisis tulangan tunggal dan rangkap:
80000000
75000000
Kapasitas Tampang (Mn)
70000000
65000000
60000000
55000000
50000000
45000000
40000000
Tulangan Tunggal 49572647. 73528719. 74914790 75172424. 75268177 75315458. 75378054. 75380220. 75380912. 75380934.
85000000
84500000
84000000
83500000
83000000
Tulangan Rangkap 83570490.9 85060381.3 85192690.3 85218451.7 85228029.0 85232729 85238847.2 85239061.9 85239130.6 85239132.7
190
180
Tinggi Blok Tekan ( c )
170
160
150
140
130
120
110
100
Tulangan Tunggal 180.28 138.85 129.29 127.47 126.79 126.45 125.99 125.97 125.97 125.97
80
75
Tinggi Blok Tekan ( c )
70
65
60
55
50
Tulangan Rangkap 76.24 58.92 56.85 56.45 56.3 56.22 56.12 56.12 56.12 56.12
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Algoritma beserta bagan alir analisis dan disain balok beton bertulang
metode kompatibilitas regangan menjelaskan Fungsi momen 𝑴𝒏 𝒀𝒄 dan
Fungsi Analisis hal ini adalah penjelasan langkah-langkah penerapan
metode yang digunakan untuk pembuatan program.
b. Program analisis dan disain yang dihasilkan dibuat untuk dapat
menganalisis dan mendisain berbagai jenis karakteristik balok beton
bertulang tanpa sengkang atau kekangan dengan penampang prismatik
atau persegi.
c. Perbedaan selisih untuk masing-masing analisis tidak besar, untuk analisis
balok beton bertulang tulangan tunggal metode kompatibilitas regangan
dengan analisis balok beton bertulan tulangan tunggal metode Whitney
adalah sebesar 1,764 %, sedangkan untuk balok beton bertulang tulangan
rangkap 0,575 %. Untuk disain balok beton bertulang berbeda pada tinggi
blok tekan yaitu untuk metode kompatibilitas adalah 136,420 mm dan
untuk metode Witney adalah 134,546 mm.
5.2 Saran
74
75
MacGregor, J.G. (1997). “Reinforced Concrete : Mechanics and Design 3rd Ed.” ,
Prentice-Hall International, Inc.
http://www.gussuta.com/teknik/perpustakaan-teknik-sipil.html
(diakses tgl 31 Januari 2009).
Riki Emillianto. (2008). “Tinjauan Tegangan Lekat Baja Tulangan Ulir dengan
Berbagai Variasi Diameter dan Panjang Penyaluran dengan Bahan
Perekat Sikadur® 31 Cf Normal Terhadap Beton Normal”
http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/ (diakses tgl 31 Januari
2009).
Sri Djuniati, dkk, (2007). “Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Laporan Tugas
Akhir Serta Laporan Praktek Kerja Lapangan”, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru.
76
77
78
PROGRAM KURVA TEGANGAN-REGANGAN HOGNESTAD DAN PAULAY
KARAKTERISTIK BALOK:
Mutu Beton : fc 17.5 MPa Modulus Elastisitas beton : Ec 4700 fc 19661.51062 MPa
fy
Regangan leleh baja : y y 0.002
Es
KURVA TEGANGAN-REGANGAN:
Fungsi Hognestad :
fc
fcHog c o 2
Ec
c c 2
o o if c o
fc 2
0.85f c fc
0.003 c o fc ot herwise
o
20
15
fcHog c 10
0
3 3 3
0 110 210 310
c
Lampiran 2
Regangan dan Tegangan Paulay Hasil Program
79
Kuat tarik baja Paulay:
fsu 2
f ( 30 r 1) 60 r 1
m
y
2
15 r
if s 0
s Es if s y
0 ot herwise
fy if y s sh
m s sh 2 s sh ( 60 m)
fy if sh s su
60 s sh 2 2
2 ( 30 r 1)
0 ot herwise
500
400
300
fs s
200
100
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
s
Lampiran 3
Analisis Lentur Balok Tulangan Tunggal Whitney
80
Analisis lentur Balok Beton Bertulang dengan Tulangan Tunggal
A. Balok Dengan Karakteristik :
h 300 mm
Tinggi balok (h)
b 200 mm
Lebar balok (b)
Tulangan tarik
t ul A 19
jumlah 3
As A1tul jumlah As 850.58621 mm2
selimut 25 mm t ul A
ds1 selimut
2
d h selimut d 275 mm
Dianggap tulangan tekan belum leleh dan tulangan tarik sudah leleh
0.85 if fc 30
0.85
0.65 if fc 55
fc 30
0.85 0.05 if 30 fc 55
7
a
c c 134.54651 mm
Ketentuan :
s cu
d c
s 0.00313
c
fy
y y 0.002
Es
Ketentuan :
fs s Es
fs 626.34174 Mpa
Kondisi Penulangan:
Kondisi tulangan:
b d
fc d
A sb
fy 600 fy
H 0
Keruntuhan tarik pada balok jika tulangan tarik telah leleh:
Maka nilai ( Mn ) :
A s fy
M n A s fy d 0.59 Mn 74050738.1842 Nm m
fc b
6
Mn Mn 10 Mn 74.05074 kNm
Maka nilai ( Mn ) :
c a b d
a
Mn 0.85f
2 Mn 74109104.32085 Nm m
6
Mn Mn 10
Mn 74.1091 kNm
Lampiran 4
Analisis Lentur Balok Tulangan Tunggal Hasil Program
81
PROGRAM ANALISIS TULANGAN TUNGGAL COMPATIBILITY
KARAKTERISTIK BALOK:
Mutu Beton : fc 17.5 MPa Modulus Elastisitas beton : Ec 4700 fc 19661.51062 MPa
fy
Regangan leleh baja : y y 0.002
Es
2 2
Diameter tulangan yang dipakai :t ul 19 mm A1tul 0.25
t ul A1tul 283.52874 mm
2
Jumlah tulangan : n tul 3 As ntul A1tul 850.58621 mm
BANYAK PIAS:
Tentukan Banyak Pembagi/ Pias ( nseg ) :
segmen : nseg 100
KURVA TEGANGAN-REGANGAN:
Fungsi Hognestad : Kuat tarik baja Paulay:
ot herwise
s Es if s y
fy ot herwise
fy if y s sh
m s sh 2 s sh ( 60 m)
fy if sh s su
60 s sh 2 2
2 ( 30 r 1)
Fungsi Momen :
M n Yc C c 0
M c 0
Yc
h seg
n seg
for i 0 n seg
y c h seg ( i)
i
y ci
c 0.003
i
Yc
fcs fcHog c
i i
for j 0 n seg 1
fcs fcs
j j 1
fcav
j 2
Lcav ( 0.5 j) h seg d b Yc
j
Cc fcav h seg b
j j
C c C c Cc
j
M c Cc Lcav
j j j
M c M c M c
j
d b Yc
s 0.003
Yc
fs fs s
Ts A s fs
H C c Ts
H
M
c
C c
s
An alisis Yc1 0.25d'
Momen Kapasitas Penampang :
Yc1 Yc2
Analisis 125.97 mm
3
Yc2 Yc3
Yc3 Regangan Baja Tarik
Ket "Under Reinforced" if M n Yc2 y
3 Analisis 0.00355
4
"Over Reinforced" ot herwise
Mn Yc3 0
Mn Yc3
1
Ket
Y
c3
Mn Yc2
3
Lampiran 5
Analisis Lentur Balok Tulangan Rangkap Whitney
82
Analisis lentur Balok Beton Bertulang dengan Tulangan Rangkap
A. Balok Dengan Karakteristik :
h 300 mm
Tinggi balok (h)
b 200 mm
Lebar balok (b)
Tulangan tarik
t ul A 19
jumlah 3
As1 A1tul jumlah As1 850.58621 mm2
selimut 25 mm t ul A
ds1 selimut
2
d1 h selimut d1 275 mm
Tulangan tekan
a. luas tampang (As') : A = 2Φ19
t ul B 19
jumlah 2
As2 A2tul jumlah As2 567.05747 mm2
selimut 25 mm t ul B
ds2 selimut
2
d2 selimut d2 25 mm
Dianggap tulangan tekan belum leleh dan tulangan tarik sudah leleh
0.85 if fc 30
0.85
0.65 if fc 55
fc 30
0.85 0.05 if 30 fc 55
7
a
c
c 44.84884 mm
Ketentuan :
Regangan tulangan tarik
d1 c
s cu s 0.0154
c
c d2
' s cu ' s 0.00133
c
fy
y
Es y 0.002
f's ' s Es
f's 265.54316 MPa
fs s Es
fs 3079.02522 MPa
Kondisi tulangan:
fc d1
A sb b d 1
fy 600 fy
Gaya tekan:
Cc 0.85f
c a b Cs As2 fy
Cc 113411.49479 MPa
Cs 226822.98959 MPa
C c Cc Cs MPa
C c 340234.48438 MPa
Gaya tarik:
Ts As1 fy
Ts 340234.48438 MPa
H 0 MPa
Keruntuhan tekan pada balok :
Maka nilai ( Mn ) :
0.85f a
Mn c a b d1 As2 fy d1 d2 if s y
2
0.85f a
A s2 f's d 1 d2 ot herwise
c a b d1
2
Mn 85732199.70084 Nm m
6
Mn Mn 10 Mn 85.7322 kNm
Lampiran 6
Analisis Lentur Balok Tulangan Rangkap Hasil Program
83
PROGRAM ANALISIS TULANGAN RANGKAP COMPATIBILITY
KARAKTERISTIK BALOK:
Mutu Beton : fc 17.5 MPa Modulus Elastisitas beton : Ec 4700 fc 19661.51062 MPa
fy
Regangan leleh baja : y y 0.002
Es
LAYER TULANGAN:
0.25
283.52874
2
19 tul 0
Diameter Tulangan : tul A 1tul
19 283.52874
0.25
tul
1
2
2 567.05747
n tul A s tul for i 0 n l ayer 1
3 850.58621
A s tul A 1tul n t ul
i i i
A s tul
d' 25
dt ul d
b 275
BANYAK PIAS:
Tentukan Banyak Pembagi/ Pias ( nseg ) :
KURVA TEGANGAN-REGANGAN:
fc sh 10 y
fcHog c o 2
Ec r 10 y
c c 2 fsu 2
fc 2 if c o f ( 30 r 1) 60 r 1
o y
o m
2
0.85f
c fc 15 r
0.003 c o fc ot herwise if 0
o s
s Es if s y
fy ot herwise
ot herwise
s Es if s y
fy ot herwise
fy if y s sh
m s sh 2 s sh ( 60 m)
fy if sh s su
60 s sh 2 2
2 ( 30 r 1)
Fungsi Momen :
M n Yc C c 0
M s 0
M c 0
T s 0
Yc
h seg
n seg
for i 0 n seg
y c h seg ( i)
i
y ci
c 0.003
i
Yc
fcs fcHog c
i i
for j 0 n seg 1
fcs fcs
j j 1
fcav
j 2
Lcav ( 0.5 j) h seg d b Yc
j
Cc fcav h seg b
j j
C c C c Cc
j
M c Cc Lcav
j j j
M c M c M c
j
for k 0 n layer 1
Yc d tul k
s 0.003
k
Yc
fsl fs s
k k
Ts A stul fsl
k k k
Ls d b d tul
k k
M s Ts Ls
k k k
M s M s M s
k
T s T s Ts
k
M tot M c M s
H C c T s
H
M
tot
C c
s
An alisis Yc1 0.25d'
Momen Kapasitas Penampang :
84
Disain Balok Beton Bertulang dengan Tulangan Tunggal
A. Balok Dengan Karakteristik :
h 300 mm
Tinggi balok (h)
b 200 mm
Lebar balok (b)
6
Beban pada balok (Mu) Momen terfakttor Mu 80 kNm Mu Mu 10
Mu 80000000 Nm m
Tulangan tarik
t ul A 19
selimut 25 mm t ul A
ds1 selimut
2
d h selimut d 275 mm
0.85 if fc 30
0.85
0.65 if fc 55
fc 30
0.85 0.05 if 30 fc 55
7
b d
fc d
A sb
fy 600 fy
As Asb
B. Perhitungan Disain :
a
c
c 88.97059 mm
Ketentuan :
s cu
d c
s 0.00627
c
fy
y y 0.002
Es
Ketentuan :
fs s Es
fs 1254.54545 MPa
Kondisi Penulangan:
Kondisi tulangan:
b d
fc d
A sb
fy 600 fy
Cc 224984.375 MPa
H 0 MPa
A s fy
M n A s fy d 0.59 Mn 53337959.78027 Nm m
fc b
6
Mn Mn 10 Mn 53.33796 kNm
Maka nilai ( Mn ) :
c a b d
a
Mn 0.85f
2 Mn 53363481.44531 Nm m
6
Mn Mn 10
Mn 53.36348 kNm
Kelebihan momen sebesar :
Mn1
6
Mu 10 Mn Mn1 26.63652 kNm
Lampiran 8
Disain Balok Tulangan Rangkap Hasil Whitney
85
Disain Balok Beton Bertulang dengan Tulangan Rangkap
A. Balok Dengan Karakteristik :
h 300 mm
Tinggi balok (h)
b 200 mm
Lebar balok (b)
Tulangan tarik
t ul A 19
jumlah 3
As A1tul jumlah As 850.58621 mm2
selimut 25 mm t ul A
ds1 selimut
2
d h selimut d 275 mm
6
Beban pada balok (Mu) Momen terfakttor Mu 80 kNm Mu Mu 10
Mu 80000000 Nm m
B. Perhitungan Disain :
Dianggap tulangan tekan belum leleh dan tulangan tarik sudah leleh
0.85 if fc 30
0.85
0.65 if fc 55
fc 30
0.85 0.05 if 30 fc 55
7
a
c
c 134.54651 mm
Ketentuan :
s cu
d c
s 0.00313
c
fy
y y 0.002
Es
Ketentuan :
fs s Es
fs 626.34174 MPa
Kondisi Penulangan:
Kondisi tulangan:
b d
fc d
A sb
fy 600 fy
Cc 340234.48438 MPa
H 0 MPa
Keruntuhan tarik pada balok jika tulangan tarik telah leleh:
Maka nilai ( Mn ) :
A s fy
M n A s fy d 0.59 Mn 74050738.1842 Nm m
fc b
6
Mn Mn 10 Mn 74.05074 kNm
Maka nilai ( Mn ) :
c a b d
a
Mn 0.85f
2 Mn 74109104.32085 Nm m
6
Mn Mn 10
Mn 74.1091 kNm
A s fy
Mn A s fy d 0.59 if s y
fc b
0.85f a
c a b d ot herwise
2
Mn 74050738.1842 Nm m
6
Mn Mn 10 Mn 74.05074 kNm
Mn2 Mu 10
6
Mn Mn2 5.94926 kNm
ds1 34.5 mm
6
M n2 10
Cs
d d s1 Cs 24737.05537 Nm m
T2 Cs
Astarik1 As As 850.58621 mm
As Astarik1 Astambah 2
As 912.42885 mm
As
Tarik : n tul ceil nt ul 4 batang
A 1tul
A' s
Tekan : n tul ceil nt ul 1 batang
A 1tul
Lampiran 9
Disain Balok Tulangan Rangkap Hasil Program
86
PROGRAM DISAIN BALOK METODE KOMPATIBILITAS REGANGAN
KARAKTERISTIK BALOK:
Mutu Beton : fc 17.5 Modulus Elastisitas beton : Ec 4700 fc 19661.51062
fy
Regangan leleh baja : y y 0.002
Es
2
Diameter tulangan yang dipakai :t ul 19 A1tul 0.25
t ul A1tul 283.52874
MOMEN ULTIMIT:
Momen Terfaktor : M 80 Mu Mu 10
6
u kNm
Mu 80000000 Nm m
BANYAK PIAS:
Tentukan Banyak Pembagi/ Pias ( nseg ) :
segmen beton tekan : nseg 100
KURVA TEGANGAN-REGANGAN:
Fungsi Hognestad :
fc
fcHog c o 2
Ec
2
c c
o o if c o
fc 2
0.85f c fc
0.003 c o fc ot herwise
o
Kuat tarik baja Paulay:
fsu 2
f ( 30 r 1) 60 r 1
m
y
2
15 r
if s 0
s Es if s y
fy ot herwise
ot herwise
s Es if s y
fy ot herwise
fy if y s sh
m s sh 2 s sh ( 60 m)
fy if sh s su
60 s sh 2 2
2 ( 30 r 1)
Fungsi Momen : M n Yc C c 0
M c 0
Yc
h seg
n seg
for i 0 n seg
y c h seg ( i)
i
y ci
c 0.003
i
Yc
fcs fcHog c
i i
for j 0 n seg 1
fcs fcs
j j 1
fcav
j 2
Lcav ( 0.5 j) h seg d b Yc
j
Cc fcav h seg b
j j
C c C c Cc
j
M c Cc Lcav
j j j
M c M c M c
j
M tot M c M u
d b Yc
s 0.003
Yc
fs fs s
C c
As
fs
As
n tul ceil
A 1tul
M tot
C c
s
As
n
tul
Disain Yc1 0.25d'
Yc2 0.5 d'
Jumlah Tulangan Butuh t ul 19
To l 0.001
it 0 Disain 4 batang
3
Y Yc2 Yc1
Keterangan :
while Y To l
M n Yc2 Yc2 Yc1 Disain "Under Reinforced"
2
0
Yc3 Yc2
M n Yc2 M n Yc1
0 0 Tinggi Blok Tekan :
Y Yc3 Yc1
Disain 136.42 mm
Yc1 Yc2 4
Yc2 Yc3
Kontrol Selisih Momen :
Yc3
Disain 0 N.mm
Ket "Under Reinforced" if M n Yc3 y 0
2
"Over Reinforced" ot herwise
Mn Yc3 0
Mn Yc3
2
Ket
M Y
n c3 4
Y
c3
Lampiran 10
Analisis Lentur Balok Tulangan Majemuk Hasil Program
87
PROGRAM ANALISIS TULANGAN MAJEMUK COMPATIBILITY
KARAKTERISTIK BALOK:
Mutu Beton : fc 17.5 MPa Modulus Elastisitas beton : Ec 4700 fc 19661.51062 MPa
fy
Regangan leleh baja : y y 0.002
Es
LAYER TULANGAN:
0.25
t ul
0 2
18 254.469
2
0.25
t ul
1
254.469
18
A 1tul 0.25
2
Diameter Tulangan : tul 18
t ul 254.469
283.52874
2
19 2
19
0.25 t ul
3 283.52874
0.25
t ul
4
2
2
2 508.93801
n tul 2 508.93801
A s tul for i 0 n l ayer 1 508.93801
4
A s tul A 1tul n t ul
1134.11495
4 i i i
1134.11495
A s tul
d' 25
0.25h
75
d tul 0.5 h 150
0.75h
225
db 275
BANYAK PIAS:
Tentukan Banyak Pembagi/ Pias ( nseg ) :
KURVA TEGANGAN-REGANGAN:
ot herwise
s Es if s y
fy ot herwise
fy if y s sh
m s sh 2 s sh ( 60 m)
fy if sh s su
60 s sh 2 2
2 ( 30 r 1)
Fungsi Momen :
M n Yc C c 0
M s 0
M c 0
T s 0
Yc
h seg
n seg
for i 0 n seg
y c h seg ( i)
i
y ci
c 0.003
i
Yc
fcs fcHog c
i i
for j 0 n seg 1
fcs fcs
j j 1
fcav
j 2
Lcav ( 0.5 j) h seg d b Yc
j
Cc fcav h seg b
j j
C c C c Cc
j
M c Cc Lcav
j j j
M c M c M c
j
for k 0 n layer 1
Yc d tul k
s 0.003
k
Yc
fsl fs s
k k
Ts A stul fsl
k k k
Ls d b d tul
k k
M s Ts Ls
k k k
M s M s M s
k
T s T s Ts
k
M tot M c M s
H C c T s
H
M
tot
C c
s
An alisis Yc1 0.25d'
Momen Kapasitas Penampang :
Abdul Hafid Hasim. 2008. Kinerja Ruas Jalan Sultan Alauddin untuk 10 Tahun
Mendatang (Dengan Program Analisis Lalu Lintas KAJI ). Skripsi. Sipil dan
Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar. Prof. Dr. H. Gufran
Darma Dirawan, ST, M.EMD dan Ir. H. M. Ichsan Ali, MT. Permasalahan yang
diangkat yaitu bagaimana kinerja ruas Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar 10 tahun
mendatang. Variabel dalam penelitian ini yaitu arus lalu lintas, kecepatan kendaraan,
hambatan samping, dan geometrik jalan. Teknik analisa data yang digunakan yaitu
Program Analisis Lalu Lintas KAJI untuk menghitung kinerja ruas jalan yakni
kapasitas serta derajat kejenuhan dan Program Power Simulation untuk menganalisis
pertumbuhan arus lalu lintas. Hasil penelitian menunjukkan jam puncak arus lalu
lintas 3122 smp/jam dari jam 07.00 – 08.00. Frekuensi kejadian hambatan samping
1195 kali kejadian per jam. Pertumbuhan arus lalu lintas diperkirakan memiliki
kecenderungan meningkat untuk tiap minggu sebesar 0,48 %. Tingkat pelayanan ruas
jalan untuk senin ke-0 sebelum pelebaran masuk kategori C dengan kapasitas jalan
5806,56 smp/jam dan titik jenuh ruas jalan terjadi pada senin ke-132 dengan kategori
F dengan arus lalu lintas 5809 smp/jam, Setelah pelebaran jalan tingkat pelayanan
kembali ke kategori C pada senin ke-132 dengan kapasitas 7867,80 smp/jam dan titik
jenuh ruas jalan setelah pelebaran terjadi pada senin ke-195 kategori F dengan arus
lalu lintas 7866 smp/jam. Sebagai kesimpulan bahwa kinerja ruas jalan Sultan
Alauddin mengalami kecenderungan kapasitas dan tingkat pelayanan terus menurun
dari kategori C ke kategori F.
iv
DAFTAR ISI
MOTTO ...............................................................................................................iii
ABSTRAK ...........................................................................................................iv
vii
3. Kecepatan Lalu Lintas .................................................................13
5. Headway ......................................................................................15
3. Kapasitas ......................................................................................21
viii
C. Variabel Penelitian .............................................................................42
A. Kesimpulan .......................................................................................61
B. Saran .................................................................................................62
RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi kota metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 1,2 juta orang dengan
laju pertumbuhan penduduk 1.79 % per tahun. (BPS Kota Makassar tahun 2007).
Keadaan ini mendorong aktivitas dan dinamika penduduk semakin tinggi dan cepat.
maupun roda empat yang tidak seimbang dengan kapasitas jalan sehingga
dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki, Pemerintah Kota Makassar tidak mampu
kenyamanan, kelancaraan dan keamanan bagi pemakai jalan. Kondisi ideal terjadi
apabila lebar lajur tidak kurang dari 3,5 meter, kebebasan lateral tidak kurang dari
1,75 meter, standard geometrik jalan baik, hanya kendaraan ringan yang
jalan ialah penggunaan ruang jalan/ROW yang tidak sebagaimana mestinya antara
1
2
lain untuk parkir, pedagang kaki lima, bengkel hingga tempat menaikkan dan
semakin padat, maka angkutan jalan raya menjadi lamban dengan waktu perjalanan
panjang dan relatif mahal antara lain karena masih diperlukan penggantian lebih dari
dua kali. Lebih jauh hal ini akan menimbulkan penurunan tingkat pelayanan dari jalan
raya yang ada utamanya disekitar kawasan pusat-pusat kegiatan serta meningkatnya
biaya operasi dari setiap kendaraan angkutan umum maupun kendaraan angkuatan
Pada saat ini terdapat 2 ruas jalan arteri primer yang memasuki Kota
Makassar yaitu Jl. Perintis Kemerdekaan dari arah timur laut Kota Makassar ke Kab.
Maros dan Jl. Sultan Alauddin dari arah tenggara Kota Makassar ke Kab. Gowa.
Fungsi jalan ini sangat vital oleh karena keduanya menampung arus lalu lintas dari
karena tingkat pertumbuhan sarana transportasi yang tidak bisa mengejar tingginya
Berdasarkan dari fenomena yang telah diuraikan diatas, maka judul yang
tahun 2007) mendorong meningkatnya aktivitas dan dinamika yang semakin tinggi
kapasitas jalan yang ada. Penggunaan ruang jalan/ROW yang tidak sebagaimana
mestinya anatara lain untuk parkir, pedagang kaki lima, bengkel hingga temapt
menaikkan dan menurungkan penumpang. Angkutan jalan raya menjadi lamban dan
waktu perjalanan panjang dan relatif mahal karena diperlukan penggatian lebih dari
Untuk menghindari agar penulisan ini tidak mempunyai ruang lingkup yang
terlalu luas, maka diberikan batasan-batasan masalah yaitu kondisi dan tingkat
pertumbuhan arus lalu lintas pada ruas Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar pada
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi arus lalu lintas pada ruas Jalan Sultan Alauddin Kota
2. Bagaimana tingkat pertumbuhan arus lalu lintas ruas Jalan Sultan Alauddin Kota
D. Tujuan Penelitian
2. Mengetahui tingkat pertumbuhan arus lalu lintas pada ruas Jalan Sultan
Alauddin.
karya ilmiah.
3. Sebagai bahan kajian dan masukan bagi instansi terkait, seperti Dinas Prasarana
Makassar.
4. Dapat berguna bagi perkembangan Ilmu Teknik Sipil khususnya Teknik Lalu
TINJAUAN PUSTAKA
terdapat perkembangan secara permanen dan terus menerus di sepanjang jalan atau
hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, baik berupa lahan atau bukan.
Yang termasuk dalam kelompok jalan perkotaan adalah jalan yang berada didekat
pusat perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 jiwa. Jalan di daerah
perkotaan dengan jumlah penduduk yang kurang dari 100.000 jiwa juga dapat
digolongkan pada kelompok ini jika perkembangan jalan tersebut bersifat permanen
berikut :
1. Jalan Arteri : jalan yang melayani lalu lintas khususnya melayani angkutan jarak
2. Jalan Kolektor : jalan yang melayani lalu lintas terutama melayani angkutan jarak
sedang kecepatan rata-rata sedang serta jumlah akses yang masih dibatasi.
3. Jalan Lokal : jalan yang melayani angkutan setempat terutama angkutan jarak
pendek dan kecepatan rata-rata rendah serta akses yang tidak dibatasi.
Jadi jalan arteri adalah jalan utama, sedangkan jalan kolektor dan lokal adalah
jalan minor.
5
6
Pembagian kelas jalan berdasarkan dimensi dan muatan sumbu yang diatur
oleh PP No. 43 tahun 1993 tentang prasarana dan lalu lintas jalan yang merupakan
1. Jalan Kelas I
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 10 m dan muatan
2. Jalan Kelas II
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 18 m dan muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 18 m dan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 12 m dan
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 9 m dan muatan sumbu
jalan-jalan tipe I terbagi dalam 2 kelas dan tipe II terbagi dalam 4 kelas adalah
sebagai berikut :
Fungsi Kelas
Arteri 1
Primer
Kolektor 2
Sekunder Arteri 2
1. Geometrik Jalan
a. Tipe Jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada segmen jalan dan berbagai tipe
jalan akan menunjukkan kinerja berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu,
misalnya :
b. Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan
untuk lalu lintas kendaraan, kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan
c. Kereb adalah batas antara jalur lalu lintas dan trotoar yang berpengaruh terhadap
penambahan kapasitas dan kecepatan pada arus tertentu, akibat pertambahan lebar
disisi jalan
e. Median adalah pembatas jalan yang membagi lajur dan jalur jalan. Median yang
Volume lalu lintas dipengaruhi komposisi arus lalu lintas, setiap kendaraan
karenannya hanya sedikit kegiatan samping berpengaruh pada kecepatan arus bebas.
4. Hambatan samping.
a. Pejalan kaki
Manusia sebagai pengemudi kendaraan merupakan bagian dari arus lalu lintas
yaitu pemakai jalan. Faktor psikologis, fisik pengemudi sangat berpengaruh dalam
kendaraan yang melalui titik pada jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam
(Qkend), smp/jam (Qsmp), LHRT (QLHRT). Volume lalu lintas dihitung berdasarkan
persamaan :
N
Q ................................................................................... (1)
T
dimana :
Q = Volume (kend/jam)
Menurut Wibowo (2001) komposisi arus lalu lintas didefinisikan sebagai jenis
atau tipe suatu kendaraan, baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tak bermotor
Kendaraan yang melewati suatu ruas jalan sangat mempengaruhi arus lalu
lintas. Unsur utama yang sangat mempengaruhi arus lalu lintas adalah segi ukuran,
kekuatan dan kemampuan kendaraan melakukan pergerakan dijalan. Ketiga unsur ini
transportasi. Nilai normal untuk komposisi lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 3.
11
kendaraan penumpang, opelet, mikrobis, pick-up dan truck kecil sesuai sistem
Kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3,5 m, biasanya beroda lebih dari 4
(termasuk bis, truk 2 as, truck 3 as dan truk kombinasi sesuai sistem klasifikasi
Bina Marga)
Kendaraan bermotor beroda dua atau tiga (termasuk sepeda motor dan kendaraan
sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)
dengan menggunakan faktor ekivalen mobil penumpang (emp), emp adalah faktor
Nilai emp untuk berbagai jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Ekivalen Mobil Penumpang (emp) untuk jalan perkotaan tak terbagi
emp
Arus lalu lintas MC
Tipe jalan
total dua arah Lebar jalur lalu lintas Wc
Jalan tak terbagi (kend/jam) HV
(m)
<6 >6
Dua-lajur tak-terbagi 0 1.3 0.5 0.4
(2/2 UD) > 1800 1.2 0.35 0.25
Empat-lajur tak-terbagi 0 1.3 0.4
(4/2 UD) > 3700 1.2 0.25
Sumber : MKJI (1997)
sering dinyatakan dalam kilometer per jam. Menurut Abubakar (1999) kecepatan
adalah jarak dibagi dengan waktu. Persamaan untuk menentukan kecepatan adalah
sebagai berikut ;
d
V ................................................................................... (2)
t
dimana :
V = Kecepatan (km/jam)
a. Kecepatan titik (Spot Speed) adalah kecepatan sesaat kendaraan berada pada
adalah total waktu tempuh kendaraan untuk suatu segemen jalan yang ditentukan.
Waktu perjalanan adalah total waktu ketika kendaraan dalam kendaraan bergerak
3,6nd
Vs ................................................................................... (3)
t
14
dimana :
d. Kecepatan rata-rata waktu (Time Mean Speed) adalah kecepatan rata-rata yang
pengamatan tertentu
V
Vt .................................................................................. (4)
n
dimana :
jumlah kendaraan yang menempati panjang ruas jalan tertentu atau jalur yang
umunya dinyatakan sebagai jumlah kendaraan per kilometer per lajur (jika pada ruas
jalan tersebut terdiri dari banyak lajur). Kepadatan merupakan jumlah kendaraan yang
diamati dibagi dengan panjang jalan tersebut. Hubungan antara volume, kecepatan
q
k .................................................................................... (5)
s
dimana :
5. Headway
yaitu waktu yang diperlukan antara satu kendaraan dengan kendaraan yang
1
Ht ................................................................................... (6)
q
dimana :
suatu kendaraan dengan bagian depan kendaraan berikutnya pada suatu saat tertentu.
Jarak headway rata-rata dipergunakan, terutama pada suatu situasi dimana terdapat
16
nilai yang berbeda diantara pasangan kendaraan dalam suatu arus lalu lintas. Jarak-
1
Hd ..................................................................................... (7)
k
dimana :
k = Kepadatan
1. Hambatan Samping
Hambatan samping menurut MKJI (1997) yakni aktivitas samping yang dapat
menimbulkan konflik dan berpengaruh terhadap pergerakan arus lalu lintas serta
c. Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar dari lahan samping jalan dan
jalan samping.
d. Arus kendaraan lambat yaitu arus total (kend/jam) sepeda, becak, delman, pedati
dan sebagainya.
rendah sampai sangat tinggi sebagai fungsi dari frekuensi kejadian hambatan samping
17
sepanjang segmen jalan yang diamati. Dalam MKJI 1997 kelas hambatan samping
Daerah permukiman ;
Rendah L 100 - 299 Beberapa kendaraan umum dsb.
Daerah industri ;
Sedang M 300 - 499 Beberapa toko di sisi jalan
Daerah komersial ;
Tinggi H 500 - 899
Aktivitas sisi jalan sangat tinggi
Daerah komersial ;
Sangat tinggi VH > 900 Aktivitas pasar disamping jalan
Sumber : MKJI (1997)
kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika
jalan. Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas mempunyai bentuk umum
sebagai berikut :
dimana :
18
(km/jam)
FV0 = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati
(km/jam)
Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar lalu lintas berdasarkan lebar
jalur lalu lintas efektif kendaraan ringan (FVw) untuk jalan perkotaan dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Lebar lalu Lintas (FVw)
Lebar jalur lalu lintas efektif (Wc) FVw
Tipe Jalan
(m) (km/jam)
Per lajur
3.00 -4.00
Empat-lajur terbagi
3.25 -2.00
atau
Jalan satu arah 3.50 0.00
3.75 2.00
4.00 4.00
Per lajur
3.00 -4.00
3.25 -2.00
Empat-lajur tak-terbagi
3.50 0.00
3.75 2.00
4.00 4.00
Total
5.00 -9.50
6.00 -3.00
7.00 0.00
Dua-lajur tak-terbagi
8.00 3.00
9.00 4.00
10.00 6.00
11.00 7.00
Sumber : MKJI (1997)
berdasarkan jarak kereb dan penghalang pada trotoar (FFVSF) untuk jalan perkotaan
Tabel 9. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Hambatan Samping dengan
Jarak Kereb Penghalang (FFVSF)
Kelas hambatan FFVSF
samping Jarak : Kereb-penghalang (Wk) (m)
Tipe Jalan
(SFC) < 0,50 1.00 1.50 > 2,00
Sangat rendah 1.00 1.01 1.01 1.02
Rendah 0.97 0.98 0.99 1.00
Empat-lajur terbagi
Sedang 0.93 0.95 0.97 0.99
(4/2 D)
Tinggi 0.87 0.90 0.93 0.96
Sangat tinggi 0.81 0.85 0.88 0.92
Sangat rendah 1.00 1.01 1.01 1.02
Empat-lajur tak- Rendah 0.96 0.98 0.99 1.00
terbagi Sedang 0.91 0.93 0.96 0.98
(4/2 UD) Tinggi 0.84 0.87 0.90 0.94
Sangat tinggi 0.77 0.81 0.85 0.90
Sangat rendah 0.98 0.99 0.99 1.00
Dua-lajur tak-terbagi Rendah 0.93 0.95 0.96 0.98
(2/2 UD) atau Sedang 0.87 0.89 0.92 0.95
Jalan satu arah Tinggi 0.78 0.81 0.84 0.88
Sangat tinggi 0.68 0.72 0.77 0.82
Sumber : MKJI (1997)
Faktor penyesuaian untuk ukuran kota pada kecepatan arus bebas kendaraan
Tabel 10. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Ukuran Kota (FFVCS)
3. Kapasitas
maksimum yang melalui suatu titik dan dapat dipertahankan per satuan jam pada
kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahakan per
oleh Dirjen Bina Marga, kapasitas dasar didefinisikan sebagai volume maksimum per
jam yang dapat melewati suatu potongan lajur jalan (untuk jalan multi lajur) atau
suatu potongan jalan (untuk jalan dua lajur) pada kondisi jalan dan arus lalu lintas
ideal.
dimana :
22
C = Kapasitas
Faktor penyesuaian lebar jalan ditentukan berdasarkan lebar jalur lalu lintas
Tabel 12. Faktor Penyesuaian Kapasitas Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Lebar jalur lalu lintas efektif (Wc)
Tipe jalan FCw
(m)
Per lajur
3.00 0.92
Empat-lajur terbagi
3.25 0.96
atau
Jalan satu-arah 3.50 1.00
3.75 1.04
4.00 1.08
Per lajur
3.00 0.91
3.25 0.95
Empat-lajur tak terbagi
3.50 1.00
3.75 1.05
4.00 1.09
Total kedua arah
5 0.56
6 0.87
7 1.00
Dua-lajur tak-terbagi
8 1.14
9 1.25
10 1.29
11 1.34
Faktor penyesuaian pemisah arah jalan didasarkan pada kondisi dan distribusi
arus lalu lintas dari kedua arah jalan atau tipe jalan tanpa pembatas median.
Untuk jalan satu arah atau jalan dengan median faktor koreksi pembagian arah
adalah 1,0. Faktor penyesuaian pemisah arah dapat dilihat pada Tabel 13.
Pemisah arah SP % - % 50 - 50 55 - 45 60 - 40 65 - 35 70 - 30
Dua-lajur (2/2) 1.000 0.970 0.940 0.910 0.880
FCSP
Empat-lajur (4/2) 1.000 0.985 0.970 0.955 0.940
Sumber : MKJI (1997)
24
jarak antara kereb dan penghalang pada trotoar (Wk), dan kelas hambatan samping
(SFC).
jarak kereb-penghalang (FCSF) untuk jalan perkotaan dengan kereb, dapat dilihat
Tabel 14. Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan jarak kereb-penghalang
(FCSF)
Kelas Faktor penyesuaian untuk hambtan samping dan
hambatan jarak kereb-penghalang (FCSF)
Tipe jalan
samping Jarak : kereb-penghalang (Wk)
< 0,50 1.0 1.5 > 2,0
VL 0.95 0.97 0.99 1.01
L 0.94 0.86 0.98 1.00
4/2 D M 0.91 0.93 0.95 0.98
H 0.86 0.89 0.92 0.95
VH 0.81 0.85 0.88 0.92
VL 0.95 0.97 0.99 1.01
L 0.93 0.95 0.97 1.00
4/2 UD M 0.90 0.92 0.95 0.97
H 0.84 0.87 0.90 0.93
VH 0.77 0.81 0.85 0.90
VL 0.93 0.95 0.97 0.99
L 0.9 0.92 0.95 0.97
4/2 UD M 0.86 0.88 0.91 0.94
H 0.78 0.81 0.84 0.88
VH 0.68 0.72 0.77 0.82
Sumber : MKJI (1997)
25
Dejarat kejenuhan (DS) menurut MKJI (1997) yakni sebagai rasio jalan
terhadap kapasitas, yang digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat
kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan
menentukan derajat kejenuhan atau degree of saturation (DS) adalah sebagai berikut :
Q
DS ................................................................................. (10)
C
dimana :
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
utama kinerja segmen jalan, karena mudah dimengerti dan diukur, dan merupakan
masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisis ekonomi.
L
TT .................................................................................. (11)
V LV
dimana :
6. Tingkat Pelayanan
kualitas perjalanan dalam arti luas menggambarkan kondisi lalu lintas yang mungkin
Lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanankan dengan
baik walaupun VJP/LHR telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat
kenyamanan dan keamanan yang akan diberikan oleh jalan rencana belum ditentukan.
Kebebasan bergerak yang dirakan oleh pengemudi akan lebih baik pada jalan-jalan
yang kebebasan samping yang memadai, tetapi hal tersebut saja menuntut daerah
Pada suatu kenadaan dengan volume lalu lintas yang rendah, pengemudi akan
daerah tersebut dengan volume lalu lintas yang besar. Kenyamanan akan berkurang
sebanding dengan bertambahnya volume lalu lintas. Dengan perkataan lain rasa
nyaman dan volume lalu lintas tersebut berbanding terbalik. Tetapi kenyamanan dari
kondisi arus lalu lintas yang ada tidak cukup hanya digambarkan dengan volume lalu
lintas tanpa disertai data kapasitas jalan dan kecepatan pada jalan tersebut.
Untuk menentukan tingkat pelayanan jalan ada dua faktor utama yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Tingkat Pelayanan A : Kondisi arus lalu lintas bebas antara satu kendaraan dengan
2. Tingkat Pelayanan B : Kondisi arus lalu lintas stabil, kecepatan operasi mulai
dibatasi oleh kendaraan lainnya dan mulai dirasakan hambatan oleh kendaraan
sekitarnya.
3. Tingkat Pelayanan C : Kondisi arus lalu lintas masih dalam batas stabil, kecepatan
operasi mulai dibatasi dan hambatan dari kendaraan lain semakin besar.
4. Tingkat Pelayanan D : Kondisi arus lalu lintas mendekati tidak stabil, kecepatan
operasi menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan
5. Tingkat Pelayanan E : Volume lalu lintas sudah mendekati kapasitas ruas jalan,
kecepatan besarnya sekitar lebih rendah dari 40 km/jam, pergerakan lalu lintas
kadang terhambat.
6. Tingkat pelayanan F : Kondisi arus lalu lintas berada dalam keadaan dipaksakan
(forced-flow), kecepatan relatif rendah, arus lalu lintas sering terhenti sehingga
kecepatan rata-rata.
29
Dari keenam jenis tingkat pelayanan di atas maka yang memenuhi syarat jalan
yang diinginkan adalah tingkat pelayanan A, B, C, dan D dimana rasio V/C < 1. Pada
tingkat pelayanan E dan F, dimana volume lalu lintas telah melebihi kapasitas jalan
pelayanan.
31
Tingkat
Pelayanan A
Tingkat Pelayanan B
Tingkat Pelayanan C
Kecepatan
Tingkat Pelayanan D
Tingkat Pelayanan E
Tingkat Pelayanan F
0 1.0
Rasio Volume / Kapasitas
peningkatan volume lalu lintas yang ada karena meningkatnya jumlah kendaraan
(kilometer).
masyarakat berarti juga bahwa sepada motor yang semula dimiliki akan
kebutuhan untuk mengangkut barang dan oleh karena itu timbul tekanan untuk
meningkatkan jalan.
Peningkatan jalan berarti bahwa truk dengan berat 20 – 40 ton dapat digunakan
sebagai pengganti truk berbobot 6 -10 ton. Prasarana jalan yang lebih baik akan
33
Variasi jarak tempuh kendaraan selama tahun tertentu dapat dihitung dari data
penjualan bahan bakar bensin dan solar ataupun dengan melakukan penelitian
Hal ini tercermin dari nilai kilometer perjalanan yang ditempuh oleh
merubah cara hidupnya, dalam hal ini termasuk pula pola perjalanan. Khususnya
mereka akan menggunakan uang untuk aktivitas yang menyenangkan, sehingga pola
Penurunan Kecepatan
dan Daya Tarik Bus
Penurunan Peran
Peningkatan Kemacetan
Angkutan Umum
Lalu Lintas
Peningkatan Pemilikan
Kendaraan
Pertumbuhan Ekonomi
Dampak Lingkungan
Standar Kehidupan yang
dan Kerugian
Layak
Pertumbuhan volume lalu lintas pada suatu jalan raya juga tergantung pada
beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi daerah setempat. Besaran ini
Pertumbuhan normal, yaitu naiknya jumlah kendaraan yang berada di jalan atau
Differted Traffic, yaitu lalu lintas yang mengubah rute perjalanan karena alasan
tertentu.
Converte Traffic, yaitu lalu lintas karena ada angkutan yang sebelumnya tidak
Generated Traffic, yaitu lalu lintas yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan
b. Variasi Berkala
Sifat yang penting untuk diselidiki dari variasi berkala adalah apakah
kejadiannya secara beraturan, karena variasi yang beraturan dapat dipakai untuk
membantu meramalkan volume lalu lintas diwaktu yang lain. Dalam pergerakan lalu
Variasi Bulanan, yaitu dalam jangka waktu 1 tahun mungkin tepat disebut
variasi akibat musim karena ternyata variasi ini lebih tergantung pada keadaan
musim dari pada bulannya. Variasi bulanan tergantung pada keadaan musim
35
dimana pada bulan April sampai Oktober (musim kemarau) terjadi peningkatan
volume lalu lintas dan pada bulan Oktober sampai April (musim hujan) volume
Variasi Menurut Jam, yaitu dalam jangka waktu sehari normal tertentu, variasi
menurut jam konstan dan biasanya terlihat jam sibuk pada pagi dan sore.
Variasi ini tak berulangan secara beraturan dan dapat disebabkan oleh kejadian
yang diluar dugaan seperti adanya bencana alam, hari raya, kunjungan pembesar dan
sebagainya.
Data kendaraan yang terdaftar, baik ditingkat nasional, regional dan lokal yang
Data statistik penjualan dan komsumsi bahan bakar di tingkat nasional, regional
dan lokal yang dapat digunakan untuk menghitung total perjalanan dalam
kendaraan-kilometer.
36
TREND
Faktor LHR (Lalin Harian Rata-rata)
Volume Lalin
Faktor VJP (Volume jam perencanaan)
Kelas Kendaraan
SURVAI LALIN
SAAT INI
Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata dalam satu hari.
Untuk dapat menghitung LHRT haruslah tersedia data jumlah kendaraan yang terus
menerus selama satu tahun penuh. Mengingat akan biaya yang diperlukan untuk
membandingkan dengan ketelitian yang dicapai serta tak semua tempat di Indonesia
37
mempunyai volume lalu lintas selama 1 tahun, maka untuk kondisi tersebut dapat
pula dipergunakan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR). LHR adalah hasil bagi
pengamatan.
Arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam satu hari, maka
sangat cocoklah jika volume lalu lintas dalam 1 jam dipergunakan untuk
2. Tahun Perencanaan
investasi yang mahal dan mempunyai konsekwensi sosial yang besar. Peramalan lalu
lintas untuk keperluan jalan baru biasanya dilakukan untuk selama 20 tahun dimasa
pada periode yang lebih panjang lagi. Akan tetapi peramalan untuk rencana
perekayasaan dan manajemen lalu lintas merupakan peramalan jangka pendek yang
Data kendaraan yang terdaftar baik di tingkat nasional, regional, dan lokal
regional dan lokal yang dapat digunakan untuk menghitung total perjalanan
komsumsi bahan bakar dari berbagai jenis kendaraan sesuai dengan data
datang. Proses ini memerlukan sedikit data, dan peramalan jangka pendek yang
akurat dapat disiapkan dengan cepat tanpa survei yang mahal. Akan tetapi makin
apanjang periode peramalan, maka makin besar ketidakpastian tentang nilai yang
diperkirakan. Hal ini dikarenakan tidak dapat ditentukan alasan yang mendasar untuk
melakukan perjalanan.
lalu lintas, tidak memerlukan biaya yang tinggi, dan hanya memerlukan peramalan
jangka pendek. Akan tetapi, pemebangunan jalan baru adalah mahal dan mempunyai
implikasi jangka panjang, analisis pertumbuhan lalu lintas yang lebih akurat (yang
memerlukan waktu serta biaya yang mahal) perlu dilakukan, dana hal ini dapat
F. Kerangka Pikir
Trend Pertumbuhan
Kendaraan
Solusi Alternatif
METODE PENELITIAN
2. Waktu penelitian dilakukan selama 4 hari yaitu pada setiap hari Senin pada pukul
07.00 – 09.00 dan 16.00 – 19.00. Penentuan waktu survey didasarkan dari
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan ditarik kesimpulan bahwa pada
hari dan jam tersebut adalah waktu jam puncak arus lalu lintas pada ruas jalan
3. Lokasi pengambilan data/survey arus lalu lintas terletak di ruas Jalan Sultan
40
41
Jl. Mallengkeri
(Makassar)
Pos Pengamatan
U
(Makassar)
Merupakan jumlah kendaraan yang melalui titik pada jalan per satuan waktu,
2. Kecepatan kendaraan
3. Kapasitas
Merupakan arus lalu lintas maksimum yang melalui suatu titik dan dapat
dipertahankan per satuan waktu (jam) pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur
42
arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk
jalan dengan banyak lajur, arus dipisahakan per arah dan kapasitas ditentukan per
lajur.
4. Hambatan samping
a. Pejalan kaki
informasi lebar ruas jalan, lebar bahu, lebar trotoar, median, tipe jalan (jalan terbagi
atau jalan tak terbagi), lebar daerah manfaat jalan (damaja), lebar daerah milik jalan
6. Tingkat Pelayanan
Merupakan kondisi lalu lintas yang mungkin timbul pada suatu jalan akibat
7. Pemisah arah
Merupakan distribusi arah lalu lintas pada jalan dua-arah (biasanya dinyatakan
dalam persentase dari arus total pada masing arah, misalnya 60/40)
43
C. Variabel Penelitian
1) Kendaraan ringan atau Light Vehicles (LV), meliputi angkutan kota, mobil
2) Kendaraan berat atau Heavy Vehicles (HV), meliputi truk roda 4, truk roda 6,
2. Hambatan Samping
4. Kecepatan Kendaraan.
diperoleh data yang akurat dan memenuhi. Data-data yang diukur dalam penelitian
Jarak rata-rata dari kereb ke penghalang pada trotoar seperti pepohonan, tiang
Lebar bahu efektif (jika hanya mempunyai bahu pada satu sisi, lebar bahu rata-
Lebar daerah manfaat jalan (damaja), lebar daerah milik jalan (damija) dan
Data diperoleh dengan pengamatan langsung terhadap arus lalu lintas yang meliputi :
a. Survey Volume lalu lintas, survey dilakukan dengan cara menghitung langsung
Tally Counter atau lembar formulir pencatatan yang dilakukan oleh 6 orang,
klasifikasinya.
tempuh kendaraan yang melewati titik pengamatan dengan jarak tertentu dengan
menggunakan alat bantu stopwatch dan meteran. Survey dilakukan oleh 2 orang
kejadian per jam per 200 meter atau per segmen jalan pada lajur yang diamati.
45
Adapun prosedur untuk menentukan segmen jalan menurut MKJI 1997 adalah :
Diantara dan tidak dipengaruhi oleh simpang besinyal atau tak bersinyal utama.
Jumlah pejalan kaki yang berjalan atau menyebrang sepanjang segmen jalan.
Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar dari lahan samping jalan.
Arus kendaraan yang bergerak lambat, yaitu sepeda, becak, pedati, traktor dan
sebagainya.
Survey dilakukan oleh 2 orang pada lajur jalan per 200 meter, dimana setiap
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan survey arus lalu lintas
Program analisis lalu lintas untuk ruas jalan perkotaan berdasarkan Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI 1997) yang digunakan untuk menghitung kapasitas ruas jalan.
analisis ruas jalan. Program dibuat dengan bantuan Microsoft Access, yakni dengan
membuat lembar-lembar kerja, yang dalam MKJI 1997 disebut formulir UR1, UR2
47
dan UR3. Formulasi yang digunkan sama dengan yang terdapat dalam MKJI 1997
a. Power Sim
bergerak. Paket piranti lunak ini memiliki banyak keistimewaan dan inovasi dalam
b. Konsep Dasar
Function (fungsi) : Kelengkapan untuk menghitung satu atau lebih nilai yang
memberi hasil 0 atau lebih alasan. topik fungsi menggambarkan manfaat yang
atau tidak.
sistem yang dijadikan model. Variabel ini memerlukan nilai yang dihitung
setiap waktu dalam simulasi, tingkatan dan alat bantu variabel umumnya
Maksud bahasa Power Sim ini adalah membuat gambaran atau model dari
sebuah sistem yang nyata atau tidak. Saat menyusun model, sistem yang telah
digambar digunakan untuk membuat asumsi tentang sistem yang telah digambar
tersebut. Model terdiri atas komponen yang saling berhubungan, disebut sebagai
Variabel. Konstruksi model dibuat dengan menentukan variabel dan hubungan antar
49
Power Sim.
Lambang-lambang ini dapat melibatkan operator, function, literal, dan referensi untuk
variabel-variabel model.
sistem bahwa alat bantu tergantung pada variabel yang berhubungan dengannya.
input variabel. Ini berarti bahwa R tergantung L dan C, secara kasar bahwa antara L
dan C harus ada pada equasi penentuan R. Editor variabel definisi terbuka dengan
Penentuan alat bantu ditulis pada The Definition Field dari The Variabel
Definition Editor. Definisi ini ditunjukkan dengan lambang matematis, yang harus
e. Penentuan Konstanta
lambang penentuan variabel. Sebuah alat bantu variabel otomatis berubah menjadi
konstanta jika definisinya diubah menjadi literal. Suatu konstanta dapat tidak
f. Menentukan Level
Perbedaaan level dari semua variabel ditulis dalam nilai yang cenderung
berubah sepanjang simulasi. Level adalah pengumpul, diubah oleh input dan/atau
Karena nilai level sering tergantung nilai level pada simulasi sebelumnya, kita
membutuhkan beberapa nilai awal yang spsifik untuk level tersebut. Nilai awal ini
akan digunakan dalam penghitungan nilai awal pada level. Pada semua simulasi yang
sukses, nilai langsung level digunakan dalam kombinasi dengan aliran input dan/atau
output level dalam membatasi nilai dari level pada langkah selanjutnya.
Nilai awal level dapat tergantung pada variabel lain dalam model. Ini
langkah awal simulasi. Inisialisasi hubungan ini dipisahkan dari hubungan informasi
g. Menyatukan Variabel
berelasi dapat ditunjukkan sebagai satu variabel. Penyatuan ini dapat berupa satu atau
lebih dimensi. Kesatuan dengan satu dimensi disebut Vektor. Dan kesatuan yang
h. Pengenalan Simulasi
Sistem yang dianalisis dengan bantuan model dinamik atau bergerak sering
merupakan sistem yang kontinyu. Pada beberapa sistem, perubahan variabel dalam
51
pertumbuhan penduduk, dll. Pada sistem lain variabel sistem berubah dalam langkah
pada waktu spesifik tertentu, misalkan; deposit bank, sistem pelayanan dan antrian,
dll.
Untuk menghitung perbedaannya kita dapat menggunakan hasil bagi x/t, yang
memberi rata-rata kasar untuk bentuk gambar pada interval waktunya. Equasi yang
dilambangkan dengan laju perubahan level variabel akan berdasar pada nilai yang
muncul dari level–level pada fakta poin saat simulasi. Oleh karena itu turunannya
Metode intergrasi yang disediakan oleh Power Sim adalah Euler Integration,
untuk mengubah ukuran simulation step sepanjang simulasi dengan metode Runge-
Kutta. Karena kebutuhan akan ukuran variabel simulasi dalam simulasi kombinasi
sangat penting. Yang kedua, integrasi Runge-Kutta memulai sendiri, oleh karena itu
tidak akan ada ketidakefisienan saat men-start ulang. Hal ini juga merupakan
A. Hasil Penelitian
Makassar. Untuk pengambilan data lapangan dilaksanakan setiap hari senin sebanyak
4 kali pengambilan terhitung mulai tanggal 3, 10, 17 dan 24 Maret 2008. Adapun data
Berdasarkan tata guna lahan dan aksebilitas jalan dari aktivitas sekitarnya,
maka untuk ruas jalan Sultan Alauddin Kota Makassar dikategorikan sebagai tipe
komersial (COM).
2. Tipe Jalan
3. Kondisi Geometrik
a. Lebar Jalan
b. Lebar Bahu
52
53
4. Hambatan Samping
kerja, yang dalam MKJI 1997 disebut Formulir UR-1, UR-2, dan UR-3. Program
tersebut digunakan untuk menganalisis data lapangan yang ada. Dari analisis
tersebut diperoleh :
bergerak. Paket piranti lunak ini digunakan untuk analisis pertumbuhan arus lalu
Dari hasil analisa data lapangan terlihat bahwa derajat kejenuhan atau degree
of saturation (DS) pada ruas jalan Sultan Alauddin = 0,54 < 1,00, berarti tingkat
pelayanan pada ruas jalan tersebut masuk dalam kategori C dengan batas lingkup
(V/C) 0.45 – 0.74 yaitu Kondisi arus stabil, tetapi kecepatan operasi dan gerak
kendaraan dipengaruhi besar volume lalu lintas. Pengemudi dibatasi dalam memilih
kecepatan. Dari data lapangan kemudian di analisis dengan program Power Sim
diperoleh arus lalu lintas setiap senin sampai dengan senin ke-520 atau 10 tahun
Senin ke-52 derajat kejenuhan (ds) = 0,68 < 1,00. Tingkat pelayanan masuk
pada kategori C yaitu kondisi arus stabil, tetapi kecepatan operasi dan gerak
kendaraan dipengaruhi besar volume lalu lintas. Pengemudi dibatasi dalam memilih
kecepatan
Senin ke-104 derajat kejenuhan (ds) = 0,87 < 1,00. Tingkat pelayanan masuk
pada kategori E yaitu volume lalu lintas sudah mendekati kapasitas ruas jalan, arus
Senin ke-132 derajat kejenuhan (ds) = 1,00. Tingkat pelayanan pada jalan
tersebut masuk dalam kategori F yaitu Kondisi arus lalu lintas berada dalam keadaan
dipaksakan (forced-flow), kecepatan relatif rendah, arus lalu lintas sering terhenti
sehingga menimbulkan antrian yang panjang. Tingkat kejenuhan jatuh pada senin ke-
132 dengan arus lalu lintas 5809 smp/jam yang terlihat dari derajat kejenuhan yang
diperoleh.
Dengan kondisi yang demikian diperlukan pelebaran jalan agar kondisi arus
lalu lintas dapat dikendalikan. Kondisi I dimana jalan masih dalam kondisi awal,
kondisi II dimana ruas jalan dalam kondisi telah diperlebar. Seperti terlihat pada
10,50 10,50
Kondisi I yaitu ruas jalan masih keadaan awal, kapasitas ruas jalan tersebut
tak mampu mendistribusikan arus lalu lintas dengan optimal hingga senin ke-132
Kondisi II yaitu ruas jalan setelah pelebaran, jumlah lajur lalu intas bertambah
menjadi 3 lajur dalam 1 jalur sehingga kapasitas ruas jalan juga bertambah dari 6000
2064,24, dari 5803,56 menjadi 7867,80. Derajat kejenuhan pun menjadi lebih rendah
sebesar 0,26 dari 1,00 menjadi 0,74. Tingkat pelayanan dari kategori F menjadi
kategori C yaitu kondisi arus stabil, tetapi kecepatan operasi dan gerak kendaraan
dipengaruhi besar volume lalu lintas, pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan.
59
kapasitas ruas jalan yang ada semakin rendah dari tahun ke tahun hingga tak mampu
Senin ke-156 derajat kejenuhan (ds) = 0,83 < 1,00. Tingkat pelayanan pada
ruas jalan masuk dalam ketegori D dengan kondisi arus lalu lintas mendekati tidak
stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan
Senin ke- 195 derajat kejenuhan (ds) = 1,00. Tingkat pelayanan pada jalan
tersebut masuk dalam kategori F yaitu Kondisi arus lalu lintas berada dalam keadaan
dipaksakan (forced-flow), kecepatan relatif rendah, arus lalu lintas sering terhenti
sehingga menimbulkan antrian yang panjang. Tingkat kejenuhan jatuh pada senin ke-
195 dengan arus lalu lintas 7866 smp/jam yang terlihat dari derajat kejenuhan yang
diperoleh.
Dari analisis yang ada maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja ruas
Jalan Sultan Alauddin untuk kondisi geometrik sebelum pelebaran atau masih dalam
60
kondisi I hanya mampu mendistribusikan arus lalu lintas hingga senin ke-132 setelah
Dalam kondisi II setelah pelebaran ruas Jalan Sultan Alauddin hanya mampu
bertahan mendistribusikan arus lalu lintas yang meningkat hingga senin ke-195.
BAB V
A. Kesimpulan
pada lokasi ruas Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Arus lalu lintas pada Jalan Sultan Alauddin untuk kondisi geometrik I masuk
dalam tingkat pelayanan kategori C, pada senin ke-132 tingkat pelayanan masuk
kategori F yang merupakan titik jenuh jalan. Kondisi geometrik II, setelah ruas
kategori C hingga mencapai titik jenuh pada senin ke-195 dengan tingkat
pelayanan kategori F.
2. Pertumbuhan arus lalu lintas pada ruas Jalan Sultan Alauddin dengan
dengan kecenderungan peningkatan jumlah arus lalu lintas dari tiap minggu.
61
62
B. Saran
2. Pengaturan arus pada Terminal Mallengkeri khususnya pada saat keluar dan
masuknya kendaraan yang melewati ruas Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar.
jalan khususnya untuk angkutan kota yang sedang menunggu dan menurungkan
penumpang.
4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang kondisi di ruas Jalan Sultan
Makassar
Terminal
Sungguminasa - Makassar
Makassar - Sungguminasa
Jl. Teduh
Bersinar
200 m
1,80 1,40
Abubakar, Iskandar. DKK. 1999. Rekayasa Lalu Lintas. Direktorat Bina Sarana Lalu
Lintas Angkutan Kota. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum RI. 1992. Standar
Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan. Direktorat Pembinaan Jalan
Kota. Jakarta
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum RI. 1990. Panduan
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan. Direktorat
Pembinaan Jalan Kota. Jakarta
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum RI. 1990. Panduan
Survey dan Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu Lintas. Direktorat Pembinaan
Jalan Kota. Jakarta
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum RI. 1997. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Sweroad dan PT. Bina Karya. Jakarta.
63
64
Ing, Tan, Lie & Efendi, Indra, Rachman. 2007. Evaluasi Kinerja Jalan Jendral Ahmad
Yani Depan Pasar Kosambi Bandung. Jurnal Teknik sipil Universitas Kristen
Maranatha. Volume 3 Nomor 1, April 2007 : 1-102. (http://www.jurnalsipil-
ukm.tripod.com/v03n1.html, diakses 04 Agustus 2007)
Khisty C Jotin. & Lall B Kent. 2005. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. Jilid
Pertama, Edisi Ketiga, Jakarta : Erlangga.
Munawar, Ahmad. 2005. Program Komputer Untuk Analisis Lalu Lintas. Edisi
Kedua, Yogyakarta : Beta Ofset.
Munawar, Ahmad. 2004. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Yogyakarta: Beta Ofset.
Ruslan, DKK. 2006. Panduan Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar. Fakultas. Makassar : FT UNM
Tamin,O, Z. Rahman, Harmein & Frazila, Russ, Bona. Kajian Kelayakan Jalur Lintas
Selatan di Propinsi Jawa Timur. (http://www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/37/
jbptitbpp-gdl-grey-1999-05ofyarzta-1844-1999_gl_-5, diakses 30 Juli 2007)
65
Wibowo, Sony, Sulaksono, DKK. 2001. Pengantar Rekayasa Jalan. Bandung : ITB
TABEL DATA HAMBATAN SAMPING
Ruas Jalan : Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar
Hari / Tanggal : Senin / 3 Maret 2008
Cuaca : Cerah
Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin
ke- (smp/jam) ke- (smp/jam) ke- (smp/jam) ke- (smp/jam) ke- (smp/jam)
0 3078 26 3488 51 3934 76 4437 101 5004
1 3092 27 3505 52 3953 77 4458 102 5028
2 3107 28 3522 53 3972 78 4480 103 5052
3 3122 29 3539 54 3991 79 4501 104 5077
4 3137 30 3556 55 4010 80 4523 105 5101
5 3153 31 3573 56 4030 81 4545 106 5126
6 3168 32 3590 57 4049 82 4567 107 5150
7 3183 33 3607 58 4068 83 4589 108 5175
8 3198 34 3625 59 4088 84 4611 109 5200
9 3214 35 3642 60 4108 85 4633 110 5225
10 3229 36 3660 61 4128 86 4655 111 5251
11 3245 37 3677 62 4148 87 4678 112 5276
12 3261 38 3695 63 4168 88 4700 113 5301
13 3276 39 3713 64 4188 89 4723 114 5327
14 3292 40 3731 65 4208 90 4746 115 5353
15 3308 41 3749 66 4229 91 4769 116 5378
16 3324 42 3767 67 4249 92 4792 117 5404
17 3340 43 3785 68 4269 93 4815 118 5430
18 3356 44 3803 69 4290 94 4832 119 5457
19 3372 45 3822 70 4310 95 4861 120 5483
20 3389 46 3840 71 4331 96 4885 121 5509
21 3405 47 3859 72 4352 97 4908 122 5536
22 3421 48 3877 73 4373 98 4932 123 5563
23 3438 49 3896 74 4394 99 4956 124 5589
24 3454 50 3915 75 4415 100 4980 125 5616
25 3471
TABEL PREDIKSI DATA ARUS LALU LINTAS DENGAN PROGRAM POWER SIMULATION
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin
ke- (smp/jam) ke- (smp/jam) ke- (smp/jam) ke- (smp/jam) ke- (smp/jam)
126 5644 251 10299 276 11616 301 13101 326 14776
127 5671 252 10349 277 11672 302 13164 327 14847
128 5698 253 10399 278 11728 303 13228 328 14919
129 5726 254 10449 279 11785 304 13291 329 14991
130 5753 255 10499 280 11842 305 13356 330 15063
131 5781 256 10550 281 11899 306 13420 331 15136
132 5809 257 10601 282 11956 307 13485 332 15209
133 5837 258 10652 283 12014 308 13550 333 15282
134 5865 259 10703 284 12072 309 13615 334 15356
135 5893 260 10755 285 12130 310 13681 335 15430
136 5922 261 10807 286 12189 311 13747 336 15504
137 5950 262 10859 287 12247 312 13813 337 15579
138 5980 263 10911 288 12306 313 13880 338 15654
139 6008 264 10965 289 12366 314 13947 339 15730
140 6037 265 11017 290 12425 315 14014 340 15806
141 6066 266 11070 291 12485 316 14082 341 15882
142 6095 267 11124 292 12546 317 14150 342 15959
143 6125 268 11177 293 12606 318 14218 343 16035
144 6154 269 11231 294 12667 319 14286 344 16113
145 6184 270 11285 295 12728 320 14355 345 16191
146 6214 271 11340 296 12789 321 14425 346 16269
147 6244 272 11394 297 12851 322 14494 347 16347
148 6274 273 11449 298 12913 323 14564 348 16426
149 6304 274 11509 299 12975 324 14634 349 16505
150 6335 275 11560 300 13038 325 14705 350 16585
TABEL PREDIKSI DATA ARUS LALU LINTAS DENGAN PROGRAM POWER SIMULATION
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin Senin Arus Lalin
ke- (smp/jam) ke- (smp/jam) ke- (smp/jam) ke- (smp/jam) ke- (smp/jam)
351 16665 376 18795 401 21198 426 23908 451 26965
352 16745 377 18886 402 21301 427 24024 452 27095
353 16826 378 18977 403 21403 428 24140 453 27226
354 16907 379 19069 404 21507 429 24256 454 27357
355 16989 380 19161 405 21610 430 24373 455 27489
356 17071 381 19253 406 21715 431 24491 456 27622
357 17153 382 19346 407 21819 432 24609 457 27755
358 17236 383 19439 408 21925 433 24728 458 27889
359 17319 384 19533 409 22030 434 24847 459 28023
360 17403 385 19627 410 22137 435 24967 460 28159
361 17486 386 19722 411 22243 436 25087 461 28295
362 17571 387 19817 412 22351 437 25208 462 28431
363 17656 388 19913 413 22459 438 25330 463 28568
364 17741 389 20009 414 22567 439 25452 464 28706
365 17826 390 20105 415 22676 440 25575 465 28844
366 17912 391 20202 416 22785 441 25698 466 28984
367 17999 392 20300 417 22895 442 25822 467 29123
368 18086 393 20398 418 23006 443 25947 468 29264
369 18173 394 20496 419 23116 444 26072 469 29405
370 18260 395 20595 420 23228 445 26198 470 29547
371 18349 396 20694 421 23340 446 26324 471 29689
372 18437 397 20794 422 23453 447 26451 472 29833
373 18526 398 20895 423 23566 448 26579 473 29977
374 18615 399 20995 424 23679 449 26707 474 30121
375 18705 400 21097 425 23794 450 26836 475 30266
TABEL PREDIKSI DATA ARUS LALU LINTAS DENGAN PROGRAM POWER SIMULATION
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
26
52
78
0
130
182
312
442
494
104
156
208
234
260
286
338
364
390
416
468
520
546
494 33164 519 37404
495 33324 520 37585 Minggu ke-
496 33485
497 33647
498 33809
499 33972
500 34136
TABEL KECEPATAN RATA-RATA RUANG KENDARAAN ( Vs )
MC LV HV
No. JARAK UM
SpM SpMG AUP MP PU/TK BUSB T 2 AS T 3 AS
1 50 6,79 5,38 5,55 7,15 7,85 9,52 5,12 7,19 7,48
2 50 4,08 5,74 7,01 5,70 6,53 6,23 5,00 8,47 12,39
3 50 6,59 7,16 7,26 7,19 9,32 5,62 6,36 7,50 10,76
4 50 5,19 7,38 8,99 5,51 5,02 7,88 7,33 5,62 12,00
5 50 5,65 5,63 6,70 5,42 5,41 5,66 5,34 5,95 16,09
6 50 5,81 5,98 7,94 6,53 6,07 5,35 6,48 9,53 11,46
7 50 4,53 8,39 6,61 6,41 4,63 7,98 7,01 6,88 9,20
8 50 2,90 4,91 7,26 5,18 5,69 5,76 6,06 5,86 9,37
9 50 5,07 6,21 8,19 5,59 3,92 5,72 5,65 5,35 10,16
10 50 4,17 6,66 7,79 4,99 5,69 5,69 6,11 7,37 8,51
TOTAL
50,78 63,44 73,3 59,67 60,13 65,41 60,46 69,72 107,42
( Detik )
Vs
35,45 28,37 24,56 30,17 29,94 27,52 29,77 25,82 16,76
( Km/Jam )
MC LV HV
No. JARAK UM
SpM SpMG AUP MP PU/TK BUSB T 2 AS T 3 AS
1 50 3,87 5,07 6,67 5,13 4,60 5,46 5,64 8,88 9,57
2 50 3,71 5,58 5,36 5,43 5,68 6,26 8,01 6,36 16,23
3 50 5,17 5,14 5,00 4,85 4,63 4,50 5,57 9,50 10,83
4 50 3,93 7,40 6,45 4,86 6,61 4,92 4,51 11,66 9,06
5 50 5,19 8,07 5,67 4,69 6,50 5,42 5,11 6,44 9,91
6 50 5,85 8,15 4,69 4,28 6,16 7,35 5,52 3,82 8,64
7 50 5,58 8,61 4,83 4,87 5,26 6,91 6,35 5,45 14,17
8 50 3,15 6,88 6,66 4,49 6,29 5,56 5,63 5,19 10,23
9 50 4,08 6,37 4,90 5,15 5,27 5,90 6,96 5,68 9,26
10 50 5,76 8,28 6,46 5,29 4,65 7,65 6,12 6,68 8,33
TOTAL
46,29 69,55 56,69 49,04 55,65 59,93 59,42 69,66 106,23
( Detik )
Vs
38,89 25,88 31,75 36,70 32,35 30,04 30,29 25,84 16,94
( Km/Jam )
TABEL KECEPATAN RATA-RATA WAKTU KENDARAAN (Vt )
MC LV HV
No. JARAK UM
SpM SpMG AUP MP PU/TK BUSB T 2 AS T 3 AS
1 50 26,51 33,46 32,43 25,17 22,93 18,91 35,16 25,03 24,06
2 50 44,12 31,36 25,68 31,58 27,57 28,89 36,00 21,25 14,53
3 50 27,31 25,14 24,79 25,03 19,31 32,03 28,30 24,00 16,73
4 50 34,68 24,39 20,02 32,67 35,86 22,84 24,56 32,03 15,00
5 50 31,86 31,97 26,87 33,21 33,27 31,80 33,71 30,25 11,19
6 50 30,98 30,10 22,67 27,57 29,65 33,64 27,78 18,89 15,71
7 50 39,74 21,45 27,23 28,08 38,88 22,56 25,68 26,16 19,57
8 50 62,07 36,66 24,79 34,75 31,63 31,25 29,70 30,72 19,21
9 50 35,50 28,99 21,98 32,20 45,92 31,47 31,86 33,64 17,72
10 50 43,17 27,03 23,11 36,07 31,63 31,63 29,46 24,42 21,15
TOTAL
375,94 290,54 249,57 306,33 316,65 285,03 302,2 266,4 174,86
( Km/Jam )
Vt
37,59 29,05 24,96 30,63 31,67 28,50 30,22 26,64 17,49
( Km/Jam )
MC LV HV
No. JARAK UM
SpM SpMG AUP MP PU/TK BUSB T 2 AS T 3 AS
1 50 46,51 35,50 26,99 35,09 39,13 32,97 31,91 20,27 18,81
2 50 48,52 32,26 33,58 33,15 31,69 28,75 22,47 28,30 11,09
3 50 34,82 35,02 36,00 37,11 38,88 40,00 32,32 18,95 16,62
4 50 45,80 24,32 27,91 37,04 27,23 36,59 39,91 15,44 19,87
5 50 34,68 22,30 31,75 38,38 27,69 33,21 35,23 27,95 18,16
6 50 30,77 22,09 38,38 42,06 29,22 24,49 32,61 47,12 20,83
7 50 32,26 20,91 37,27 36,96 34,22 26,05 28,35 33,03 12,70
8 50 57,14 26,16 27,03 40,09 28,62 32,37 31,97 34,68 17,60
9 50 44,12 28,26 36,73 34,95 34,16 30,51 25,86 31,69 19,44
10 50 31,25 21,74 27,86 34,03 38,71 23,53 29,41 26,95 21,61
TOTAL
405,87 268,56 323,49 368,85 329,54 308,47 310,04 284,37 176,73
( Km/Jam )
Vt
40,59 26,86 32,35 36,89 32,95 30,85 31,00 28,44 17,67
( Km/Jam )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Ruas Jalan : Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar
Hari / Tanggal : Senin / 3 Maret 2008
Cuaca : Cerah
MC LV HV
TOTAL
Periode Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
0,25 1,00 1,20 (SMP)
06.00 - 06.15 105 37 35 91 6 5 8 5 0 292
06.15 - 06.30 182 29 38 144 20 2 13 4 0 432
06.30 - 06.45 239 19 30 189 17 2 11 2 0 509
06.45 - 07.00 328 19 21 177 20 5 13 4 0 587
07.00 - 07.15 370 19 24 226 19 5 19 4 0 685
07.15 - 07.30 444 16 27 220 18 2 26 5 0 758
07.30 - 07.45 432 11 41 198 29 0 25 4 0 739
07.45 - 08.00 450 7 76 200 25 6 32 4 0 800
08.00 - 08.15 374 7 55 272 29 4 36 4 0 780
08.15 - 06.30 254 4 44 229 26 5 26 4 0 592
08.30 - 06.45 240 5 70 223 54 5 26 1 0 625
08.45 - 09.00 247 3 51 274 40 6 36 1 1 658
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Ruas Jalan : Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar
Hari / Tanggal : Senin / 10 Maret 2008
Cuaca : Cerah
MC LV HV
TOTAL
Periode Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
0,25 1,00 1,20 (SMP)
06.00 - 06.15 102 27 36 87 13 4 11 7 0 286
06.15 - 06.30 169 26 25 156 20 6 8 2 0 412
06.30 - 06.45 259 19 31 183 25 2 16 1 0 536
06.45 - 07.00 348 19 23 231 269 5 24 2 0 920
07.00 - 07.15 396 20 26 276 48 4 18 1 0 789
07.15 - 07.30 370 10 29 206 19 2 16 1 0 653
07.30 - 07.45 436 12 25 181 31 1 24 5 0 715
07.45 - 08.00 451 12 37 148 38 5 30 6 0 727
08.00 - 08.15 403 9 41 177 33 4 40 2 0 709
08.15 - 06.30 338 5 51 186 40 8 36 2 0 667
08.30 - 06.45 306 3 38 182 46 6 40 4 0 624
08.45 - 09.00 251 4 42 148 28 6 28 8 0 516
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Ruas Jalan : Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar
Hari / Tanggal : Senin / 17 Maret 2008
Cuaca : Cerah
MC LV HV
TOTAL
Periode Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
0,25 1,00 1,20 (SMP)
06.00 - 06.15 95 23 42 112 14 4 10 1 0 300
06.15 - 06.30 160 20 30 184 10 8 7 4 0 422
06.30 - 06.45 205 12 23 198 16 2 10 0 0 465
06.45 - 07.00 295 14 33 254 11 6 12 1 0 626
07.00 - 07.15 331 14 19 239 14 2 14 2 0 635
07.15 - 07.30 297 7 25 238 23 5 11 1 0 606
07.30 - 07.45 340 8 34 237 19 2 16 4 1 661
07.45 - 08.00 466 5 49 194 17 2 30 4 0 766
08.00 - 08.15 380 5 72 326 36 2 30 2 0 853
08.15 - 06.30 247 5 58 232 37 8 19 5 0 612
08.30 - 06.45 221 4 54 206 39 7 42 2 0 575
08.45 - 09.00 219 6 55 218 37 4 37 5 0 580
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Ruas Jalan : Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar
Hari / Tanggal : Senin /24 Maret 2008
Cuaca : Cerah
MC LV HV
TOTAL
Periode Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
0,25 1,00 1,20 (SMP)
06.00 - 06.15 89 29 35 86 14 6 16 7 0 282
06.15 - 06.30 161 26 40 160 15 5 14 0 0 421
06.30 - 06.45 224 16 26 168 13 5 10 2 0 464
06.45 - 07.00 317 16 32 223 21 5 11 0 0 624
07.00 - 07.15 356 14 25 186 71 7 19 2 0 681
07.15 - 07.30 570 9 19 274 34 2 19 5 0 932
07.30 - 07.45 418 8 38 231 14 2 16 2 0 729
07.45 - 08.00 458 9 33 241 15 4 17 4 0 780
08.00 - 08.15 312 9 44 180 16 5 32 2 0 600
08.15 - 06.30 293 4 26 170 43 8 30 10 0 584
08.30 - 06.45 258 5 25 149 31 4 34 4 0 509
08.45 - 09.00 260 4 43 180 30 5 44 4 0 570
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Ruas Jalan : Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar
Hari / Tanggal : Senin / 3 Maret 2008
Cuaca : Cerah
MC LV HV
TOTAL
Periode Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
0,25 1,00 1,20 (SMP)
16.00 - 16.15 267 2 50 212 46 6 44 8 1 637
16.15 - 16.30 246 1 47 182 42 5 34 6 0 562
16.30 - 16.45 273 1 45 135 48 7 42 5 0 556
16.45 - 17.00 325 2 67 163 50 6 36 6 0 654
17.00 - 17.15 272 1 50 150 43 2 40 4 0 561
17.15 - 17.30 287 0 23 318 34 1 29 4 4 699
17.30 - 17.45 288 1 42 363 31 2 31 6 1 766
17.45 - 18.00 298 1 42 303 43 1 38 4 0 729
18.00 - 18.15 276 1 65 321 31 1 42 1 0 738
18.15 - 18.30 261 1 41 295 22 0 19 7 0 646
18.30 - 18.45 213 0 58 241 19 0 30 0 1 562
18.45 - 19.00 231 1 30 252 16 0 20 2 0 553
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Ruas Jalan : Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar
Hari / Tanggal : Senin / 10 Maret 2008
Cuaca : Cerah
MC LV HV
TOTAL
Periode Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
0,25 1,00 1,20 (SMP)
16.00 - 16.15 232 2 39 217 79 6 49 4 0 627
16.15 - 16.30 288 1 41 231 46 2 31 7 0 648
16.30 - 16.45 325 2 47 207 56 7 60 11 0 715
16.45 - 17.00 379 1 43 241 46 2 52 4 0 767
17.00 - 17.15 320 1 34 173 43 5 31 14 0 621
17.15 - 17.30 382 1 42 196 55 2 31 2 0 712
17.30 - 17.45 290 1 34 185 40 4 35 6 0 595
17.45 - 18.00 307 1 62 233 46 1 36 2 0 688
18.00 - 18.15 297 1 33 192 41 0 31 6 0 601
18.15 - 18.30 282 1 35 199 35 4 24 7 0 586
18.30 - 18.45 274 1 26 156 37 0 37 6 0 537
18.45 - 19.00 290 1 31 169 35 0 24 2 0 552
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Ruas Jalan : Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar
Hari / Tanggal : Senin / 17 Maret 2008
Cuaca : Mendung
MC LV HV
TOTAL
Periode Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
0,25 1,00 1,20 (SMP)
16.00 - 16.15 260 4 43 233 57 8 53 5 0 663
16.15 - 16.30 276 3 39 212 57 1 47 4 0 638
16.30 - 16.45 306 4 43 248 53 6 42 2 0 705
16.45 - 17.00 289 3 32 240 65 4 37 7 0 677
17.00 - 17.15 326 2 54 249 48 6 30 6 0 721
17.15 - 17.30 298 3 40 245 54 2 44 2 0 689
17.30 - 17.45 291 2 54 222 35 2 49 4 0 659
17.45 - 18.00 252 3 45 228 44 2 32 7 0 614
18.00 - 18.15 260 3 40 194 43 0 48 6 0 594
18.15 - 18.30 231 3 32 190 34 2 30 1 0 524
18.30 - 18.45 202 2 26 138 18 1 25 4 1 417
18.45 - 19.00 238 1 34 197 31 0 32 7 0 540
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
( Dalam Satuan Mobil Penumpang )
Ruas Jalan : Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar
Hari / Tanggal : Senin /24 Maret 2008
Cuaca : Hujan
MC LV HV
TOTAL
Periode Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
0,25 1,00 1,20 (SMP)
16.00 - 16.15 201 2 43 184 50 6 43 1 0 530
16.15 - 16.30 246 2 32 212 49 1 24 4 0 570
16.30 - 16.45 276 2 44 279 78 6 34 8 0 726
16.45 - 17.00 253 2 49 221 29 8 46 2 0 611
17.00 - 17.15 243 2 42 241 48 1 31 6 0 614
17.15 - 17.30 254 2 50 211 27 6 41 2 0 593
17.30 - 17.45 287 2 46 279 57 2 40 6 0 718
17.45 - 18.00 239 1 60 208 29 1 30 8 0 577
18.00 - 18.15 257 1 29 170 26 0 24 4 0 510
18.15 - 18.30 252 1 49 151 16 1 31 10 0 511
18.30 - 18.45 231 1 28 147 26 0 19 5 0 456
18.45 - 19.00 235 1 31 132 23 0 17 6 0 444
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
Periode MC LV HV
UM TOTAL
Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
06.00 - 06.15 419 148 35 91 6 4 7 4 0 105 819
06.15 - 06.30 729 116 38 144 20 2 11 3 0 99 1162
06.30 - 06.45 956 75 30 189 17 2 9 2 0 57 1337
06.45 - 07.00 1313 76 21 177 20 4 11 3 0 85 1710
07.00 - 07.15 1480 75 24 226 19 4 16 3 0 117 1964
07.15 - 07.30 1774 64 27 220 18 2 22 4 0 219 2350
07.30 - 07.45 1727 42 41 198 29 0 21 3 0 241 2302
07.45 - 08.00 1800 28 76 200 25 5 27 3 0 190 2354
08.00 - 08.15 1497 28 55 272 29 3 30 3 0 111 2028
08.15 - 06.30 1016 17 44 229 26 4 22 3 0 60 1421
08.30 - 06.45 961 21 70 223 54 4 22 1 0 60 1416
08.45 - 09.00 986 10 51 274 40 5 30 1 1 41 1439
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
Periode MC LV HV
UM TOTAL
Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
06.00 - 06.15 406 107 36 87 13 3 9 6 0 74 741
06.15 - 06.30 674 104 25 156 20 5 7 2 0 69 1062
06.30 - 06.45 1034 77 31 183 25 2 13 1 0 78 1444
06.45 - 07.00 1390 75 23 231 269 4 20 2 0 118 2132
07.00 - 07.15 1583 80 26 276 48 3 15 1 0 95 2127
07.15 - 07.30 1480 39 29 206 19 2 13 1 0 215 2004
07.30 - 07.45 1745 46 25 181 31 1 20 4 0 249 2302
07.45 - 08.00 1803 49 37 148 38 4 25 5 0 180 2289
08.00 - 08.15 1613 37 41 177 33 3 33 2 0 90 2029
08.15 - 06.30 1351 21 51 186 40 7 30 2 0 30 1718
08.30 - 06.45 1225 12 38 182 46 5 33 3 0 43 1587
08.45 - 09.00 1005 17 42 148 28 5 23 7 0 23 1298
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
Periode MC LV HV
UM TOTAL
Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
06.00 - 06.15 379 91 42 112 14 3 8 1 0 77 727
06.15 - 06.30 638 78 30 184 10 7 6 3 0 72 1028
06.30 - 06.45 818 46 23 198 16 2 8 0 0 52 1163
06.45 - 07.00 1180 55 33 254 11 5 10 1 0 87 1636
07.00 - 07.15 1322 55 19 239 14 2 12 2 0 100 1765
07.15 - 07.30 1186 27 25 238 23 4 9 1 0 83 1596
07.30 - 07.45 1359 33 34 237 19 2 13 3 1 202 1903
07.45 - 08.00 1862 19 49 194 17 2 25 3 0 102 2273
08.00 - 08.15 1520 18 72 326 36 2 25 2 0 177 2178
08.15 - 06.30 988 21 58 232 37 7 16 4 0 79 1442
08.30 - 06.45 882 17 54 206 39 6 35 2 0 84 1325
08.45 - 09.00 877 22 55 218 37 3 31 4 0 117 1364
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
Periode MC LV HV
UM TOTAL
Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
06.00 - 06.15 354 117 35 86 14 5 13 6 0 52 682
06.15 - 06.30 642 104 40 160 15 4 12 0 0 49 1026
06.30 - 06.45 897 62 26 168 13 4 8 2 0 57 1237
06.45 - 07.00 1266 64 32 223 21 4 9 0 0 57 1676
07.00 - 07.15 1425 57 25 186 71 6 16 2 0 93 1881
07.15 - 07.30 2279 37 19 274 34 2 16 4 0 114 2779
07.30 - 07.45 1672 30 38 231 14 2 13 2 0 190 2192
07.45 - 08.00 1830 37 33 241 15 3 14 3 0 180 2356
08.00 - 08.15 1248 34 44 180 16 4 27 2 0 84 1639
08.15 - 06.30 1171 17 26 170 43 7 25 8 0 59 1526
08.30 - 06.45 1033 21 25 149 31 3 28 3 0 35 1328
08.45 - 09.00 1039 17 43 180 30 4 37 3 0 45 1398
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
Periode MC LV HV
UM TOTAL
Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
16.00 - 16.15 1069 7 50 212 46 5 37 7 1 65 1499
16.15 - 16.30 982 3 47 182 42 4 28 5 0 99 1392
16.30 - 16.45 1092 2 45 135 48 6 35 4 0 155 1522
16.45 - 17.00 1298 6 67 163 50 5 30 5 0 97 1721
17.00 - 17.15 1088 3 50 150 43 2 33 3 0 73 1445
17.15 - 17.30 1146 1 23 318 34 1 24 3 3 71 1624
17.30 - 17.45 1153 3 42 363 31 2 26 5 1 45 1671
17.45 - 18.00 1190 3 42 303 43 1 32 3 0 35 1652
18.00 - 18.15 1104 2 65 321 31 1 35 1 0 37 1597
18.15 - 18.30 1042 4 41 295 22 0 16 6 0 27 1453
18.30 - 18.45 851 0 58 241 19 0 25 0 1 12 1207
18.45 - 19.00 925 2 30 252 16 0 17 2 0 11 1255
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
Periode MC LV HV
UM TOTAL
Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
16.00 - 16.15 928 6 39 217 79 5 41 3 0 122 1440
16.15 - 16.30 1151 4 41 231 46 2 26 6 0 153 1660
16.30 - 16.45 1300 6 47 207 56 6 50 9 0 171 1852
16.45 - 17.00 1514 3 43 241 46 2 43 3 0 155 2050
17.00 - 17.15 1279 3 34 173 43 4 26 12 0 53 1627
17.15 - 17.30 1528 3 42 196 55 2 26 2 0 55 1909
17.30 - 17.45 1161 4 34 185 40 3 29 5 0 49 1510
17.45 - 18.00 1227 4 62 233 46 1 30 2 0 27 1632
18.00 - 18.15 1189 4 33 192 41 0 26 5 0 34 1524
18.15 - 18.30 1127 2 35 199 35 3 20 6 0 29 1456
18.30 - 18.45 1096 4 26 156 37 0 31 5 0 24 1379
18.45 - 19.00 1159 4 31 169 35 0 20 2 0 14 1434
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
Periode MC LV HV
UM TOTAL
Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
16.00 - 16.15 1039 16 43 233 57 7 44 4 0 135 1578
16.15 - 16.30 1102 12 39 212 57 1 39 3 0 134 1599
16.30 - 16.45 1225 16 43 248 53 5 35 2 0 177 1804
16.45 - 17.00 1157 10 32 240 65 3 31 6 0 80 1624
17.00 - 17.15 1305 8 54 249 48 5 25 5 0 48 1747
17.15 - 17.30 1192 11 40 245 54 2 37 2 0 37 1620
17.30 - 17.45 1164 8 54 222 35 2 41 3 0 35 1564
17.45 - 18.00 1009 12 45 228 44 2 27 6 0 31 1404
18.00 - 18.15 1041 10 40 194 43 0 40 5 0 33 1406
18.15 - 18.30 925 11 32 190 34 2 25 1 0 29 1249
18.30 - 18.45 809 8 26 138 18 1 21 3 1 27 1052
18.45 - 19.00 951 4 34 197 31 0 27 6 0 15 1265
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
TABEL DATA LAPANGAN VOLUME LALU LINTAS
Periode MC LV HV
UM TOTAL
Waktu SPM SPMG AUP MP PU/MB BUSB T 2AS T 3AS T 4AS
16.00 - 16.15 805 6 43 184 50 5 36 1 0 103 1233
16.15 - 16.30 982 9 32 212 49 1 20 3 0 141 1449
16.30 - 16.45 1103 6 44 279 78 5 28 7 0 65 1615
16.45 - 17.00 1012 9 49 221 29 7 38 2 0 58 1425
17.00 - 17.15 973 6 42 241 48 1 26 5 0 31 1373
17.15 - 17.30 1017 7 50 211 27 5 34 2 0 18 1371
17.30 - 17.45 1147 6 46 279 57 2 33 5 0 30 1605
17.45 - 18.00 957 4 60 208 29 1 25 7 0 25 1316
18.00 - 18.15 1028 2 29 170 26 0 20 3 0 19 1297
18.15 - 18.30 1006 5 49 151 16 1 26 8 0 33 1295
18.30 - 18.45 922 3 28 147 26 0 16 4 0 12 1158
18.45 - 19.00 938 3 31 132 23 0 14 5 0 13 1159
Keterangan : MC : Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan
LV : Angkutan Umum Penumpang (Mikrolet), Mobil Pribadi, Pick Up, Mobil Barang
HV : Bus Besar, Truck 2 As atau Lebih.
UM : Kendaraan tak bermotor ( Sepeda, Becak, dll )
PEMANFAATAN LIMBAH GELAS PLASTIK PADA BUSANA KREASI
BARU
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
Fakultas Teknik Universitas Negeri semarang
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan di hadapan sidang penguji Tugas
Akhir Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Pada hari : ………………………….
Tanggal : ………………………….
Pembimbing :
Penguji I Penguji II
Dekan,
ii
iii
ABSTRAK
Gelas plastik merupakan tempat air minum yang terbuat dari bahan
multiguna yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari–hari. Plastik juga sudah
banyak diwujudkan dalam bentuk busana, walaupun dalam presentasi kecil,
contohnya seperti mantel, jas hujan, tas, aksesoris dan lain – lain. Hiasan dan
korsase ( dari plastik ) akan memperindah busana kreasi baru dari bahan gelas
plastik. Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah (1)
Bagaimanakah pembuatan busana kreasi baru dari limbah gelas plastik ? (2)
Bagaimanakah cara pemeliharaan busana kreasi baru dari limbah gelas plastik.
Manfaat yang diperoleh dalam tugas akhir ini adalah mengembangkan kreativitas
dan inovatif tentang pembuatan busana kreasi baru dari limbah gelas plastik bagi
penulis serta sebagai bahan informasi bagi jurusan bahwa gelas plastik dapat
dimanfaatkan sebagai bahan busana yang unik dan kreatif.
Proses pembuatan busana kreasi baru dari limbah gelas plastik secara
keseluruhan dimulai dari mendesain model, yaitu persiapan bahan dan alat
(penulisan bahan, persiapan alat untuk proses pembuatan, pengecatan pada gelas
plastik) dan proses pembuatan mengambil ukuran, membuat pola dan merubah
sesuai model, memotong, menjelujur, mengepas I, menjahit dan penyelesaian.
Hasil busana kreasi baru yaitu model busana yang terdiri dari camisol
dan rok. Kesulitan pembuatan busana ini pada pemasangan hiasan gelas plastik
yaitu bahan utama rok, sudah dijahit pada bagian sisi, tengah belakang dan
ritsleting sudah terpasang selanjutnya hiasan gelas plastik dipasang serta dijahit.
Lamanya pembuatan busana ini memerlukan waktu 11/2 - 2 bulan karena lamanya
proses pengecatan sehingga menghabiskan biaya Rp1.591.800. Pada camisol dan
rok terdapat gelas plastik yang sudah dicat dan dijahit dengan penataan melingkar
seperti bunga gerbera
Pembuatan busana kreasi baru dari limbah gelas plastik memerlukan
waktu relatif lama terutama dalam mengecat gelas plastik sehingga diperlukan
ketelitian dan kesabaran. Pemeliharaan busana kreasi baru ini harus teliti dengan
penyimpananya diruang yang longgar/tidak sempit, hindari udara lembab dan
panas, dan secara periodic dikeluarkan guna diangin-anginkan.
iii
iv
PRAKATA
Semarang, 2006
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................... iii
PRAKATA ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Tugas Akhir ............................................................... 4
D. Manfaat Tugas Akhir .............................................................. 4
E. Penegasan Istilah .................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI/ KAJIAN PUSTAKA
A. Disain Sebagai Busana Kreasi Baru .................................... 8
B. Persiapan Bahan dan Alat..................................................... 13
C. Pewarnaan Pada Gelas Plastik.............................................. 21
D. Proses Pembuatan Busana Kreasi Baru ............................... 22
E. Pelengkap Busana….. .......................................................... 45
F. Tahap atau Proses Pembuatan Busana Kreasi Baru ............. 47
G. Hasil dan Pembahasan ......................................................... 48
BAB III. PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................. 53
B. Saran .................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 56
v
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bunga Gerbera ...................................................................... 9
Gambar 2. Disain sketsa busana kreasi baru ............................................. 10
Gambar 3. Diasain kerja busana kraesi baru ............................................. 11
Gambar 4. Disain Motif ............................................................................ 19
Gambar 5. Cara mengambil ukuran ........................................................... 24
Gambar 6. Cara mengambil ukuran ........................................................... 25
Gambar 7. Cara mengambil ukuran ........................................................... 26
Gambar 8. Pola badan system Meyneke ................................................... 28
Gambar 9. Pola dasar rok muka dan belakang .......................................... 29
Gambar 10. Merubah pola dasar bagian camisol ...................................... 31
Gambar 11. Merubah pola dasar rok ......................................................... 31
Gambar 12. Hasil pecah pola dasar badan muka dan belakang ................ 32
Gambar 13. Hasil pecah pola dasar rok muka dan belakang .................... 32
Gambar 14. Hasil pecah pola dasar badan muka dan belakang ................ 33
Gambar 15. Hasil pecah pola dasar rok muka dan belakang .................... 33
Gambar 16. Letak hiasan gelas plastik pada pola badan ........................... 34
Gambar 17. Letak hiasan gelas palstik pada pola rok muka dan
belakang ................................................................................ 34
Gambar 18. Letak hiasan payet pada pola badan muka dan belakang ...... 35
Gambar 19. Letak hiasan payet pada pola rok muka dan belakang .......... 35
Gambar 20. Melekatkan kain gula pada bahan utama .............................. 39
Gambar 21. Menjahit garis princess kiri dan kanan dan sisi badan .......... 40
Gambar 22. Memasang balen pada garis princess .................................... 40
Gambar 23. Memasang busa kom ............................................................. 41
Gambar 24. Menyatukan kembali dan menjahit kain furing ..................... 41
Gamabr 25. Menata dan menjahit gelas plastik pada badan ...................... 42
Gambar 26. Menyatukan kembali dan menjahit tengah belakang badan... 42
Gambar 27. Menjahit kup muka, belakang dan sisi rok ............................ 43
vi
vii
Gambar 28. Menjahit tengah belakang rok dan memasang ritseleting ..... 43
Gambar 29. Menyatukan kain furing dan bahan utama pada rok ............. 44
Gambar 30. Menata dan menjahit gelas plastik pada rok ......................... 44
Gambar 31. Menjahit ban pinggang .......................................................... 45
Gambar 32. Macam-macam pelengkap busana ........................................ 46
vii
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Ukuran pola busana kreasi baru .................................................. 27
Tabel 2. Rancangan harga ......................................................................... 37
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Contoh bahan ........................................................................ 56
Lampiran 2. Dokumentasi Alat ................................................................. 57
Lampiran 3. Rancangan bahan utama ....................................................... 58
Lampiran 4. Rancangan bahan furing ....................................................... 59
Lampiran 5. Dokumentasi proses pengecatan ........................................... 60
Lampiran 6. Dokumentasi proses pengecatan ........................................... 61
Lampiran 7. Foto busana kreasi baru tampak depan................................. 62
Lampiran 8. Foto busana kreasi baru tampak depan................................. 63
Lampiran 9. Foto busana kreasi baru tampak depan................................. 64
Lampiran 10. Contoh gelas plastik yang sudah diwarna............................ 65
ix
BAB I
PENDAHULUAN
rambut hingga ujung kaki. Busana sebagai kebutuhan pokok setiap orang
Jenis busana yaitu, kesempatan pemakai (kerja, santai dan lain-lain), usia
(anak-anak, dewasa, remaja dan orang tua) baik perempuan dan laki-laki.
1
2
serta dapat menunjang profesi misalnya, penari, artis dan lain sebagainya
plastik yang dipakai sebagai hiasan pengganti atau sebagai busana kreasi
baru baik estetika atau fungsional dapat menambah nilai keindahan pada
VCD, kerang, sisik ikan, sedotan plastik, kantong plastik, gelas plastik
menjadi bahan yang menarik untuk pakaian. Biasanya bahan plastik juga
contohnya seperti mantel, jas hujan, tas, aksesories dan lain sebagainya.
seni tinggi dari gelas plastik tersebut maka perlu ditambah dengan motif,
sehingga terkesan mewah. Sifat dari gelas plastik minuman adalah kenyal
3
mencoba sesuatu yang baru sesuai dengan kreasi dan daya imajinasinya.
dll ) sebagai sumber kreatifitas dan ide dalam pembuatan tugas akhir
teknik penataan dalam busana kreasi baru menjadi sebuah inspirasi penulis
B. RUMUSAN MASALAH
kreasi baru dari gelas plastic minuman ( Aqua, Ades, Total dll )
1. Bagi penulis
2. Bagi masyarakat
E. PENEGASAN ISTILAH
1. Pemanfaatan
33).
2. Limbah adalah sisa atau bekas suatu hasil proses industri besar maupun
3. Gelas plastik
4. Busana
manusia mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, baik dengan
5. Kreasi baru
suatu benda atau busana tradisional menjadi suatu ciptaan baru dengan
pada busana kreasi baru adalah memanfaatkan gelas plastik dari bekas
minuman yang dibentuk dua potong ( deux piece ) sebagai hasil daya
seseorang akan kebutuhan tersebut, terutama dari segi kesempatan. Apalagi untuk
Seseorang dapat dikatakan bebusana dengan baik dan benar apabila mengetahui
peran fungsi busana dengan baik dan benar apabila mengetahui peran serta fungsi
busana yang dipakainya, salah satunya yaitu dari segi estetika karena berbusana
merupakan kebudayaan yang turun temurun dari masa sebelum orang mengenal
busana.
Busana adalah segala sesuatu yang dikenakan pada tubuh manusia mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki baik dengan maksud melindungi tubuh
maupun memperindah penampilan tubuh. Maka busana menjadi sangat berarti dan
seiring dengan kehidupan manusia yang semakin modern saat ini. Maksud dan
tujuan busana adalah sebagai alat untuk melindungi rasa kesusilaan dan budaya
7
8
dapat dikelompokkan sesuai dengan kesempatan antara lain yaitu: Busana rumah,
kesempatan lainnya. Orang yang menghadiri suatu acara tentu akan mengenakan
busana yang terbaik mulai dari model, bahan, warana aksesoris yang serasi
waktu dan kesempatan, hal ini akan memberikan kepuasan tersendiri bagi si
pemakai.
pengetahuan dasar kesenian serta rasa indah. Menurut Chodiyah dan Wisri A.
Mamdy (1982) desain adalah suatu susunan dari garis, bentuk, serta tekstur.
Uraian diatas dapat menghasilkan simpulan bahwa desain adalah suatu hasil
karya indah manusia dalam menciptakan susunan garis, warna, bentuk, serta
menonjolkan nilai artistic dari keseluruhan bentuk desain busana kreasi baru.
atau busana tradisional menjadi suatu ciptaan baru dengan harapan menjadi
perhatian masyarakat dan akan dipakai oleh mereka. Tuntutan masyarakat dalam
pemakaian busana, adalah disain yang mempunyai cita-rasa indah dan dapat
dibuat sesuai dengan waktu dan kesempatan. Perlu ditambah bahwa untuk
Disain kreasi baru merupakan disain yang mewakili ide atau kreativitas
yang ada pada diri seseorang dan mengeksplotasinya menjadi sesuatu yang baru
yang belum terlihat sebelumnya oleh banyak orang, dan karya ini merupakan
kelanjutan dari disain – disain kreasi baru sebelumnya. Disain ini diambil dari
Gambar 2. Disain sketsa busana kreasi baru dari bahan gelas plastik
11
Gelas plastik
Tali
Garis prinses
Payet
Gelas plastik
Payet
Sepatu
Disain busana meliputi model dari keseluruhan yang terdapat pada suatu
busana, pemilihan bahan, ukuran dan perlengkapan. Disain kali ini yaitu disain
busana kreasi baru yang di pakai dalam pegelaran/pergaan fashion dan didisain
khusus dengan bahan dan aksesoris yang menarik dan diwujudkan menjadi busana
kreasi baru dari limbah gelas plastik yang di hias dengan motif, detail pada model
Bagian atas mempunyai bentuk toples yang maksudnya tidak terdapat bentuk
garis
bahu. Jadi bentuknya berupa camisol yang pas badan pada kedua kup
2. Bagian bawah
Bagian bawah busana kreasi baru merupakan bentuk asimetris yang terdapat
Hiasan pada pakaian beraneka ragam. Hiasan dapat berupa lajur, pita, bisban,
renda, jahitan (jahitan biasa, sulaman, smok, terawang, dan aplikasi), payet dan
Garnitur busana yang tepat sangat penting untuk membuat busana tersebut
indah dan baik penempatnya (Hasnah Riu, 1996:9). Fungsi garnitur dibedakan
dan melepas busana. Antara lain yaitu : kancing, tutup tarik, nyilontape,
Garnitur yang dipasang pada bagian bawah kamisol dan rok yaitu
serta menambah nilai seni yang tinggi. Bentuk pemasangan payet/ mote pada
busana kreasi baru yaitu membentuk jarring dan rumbai-rumbai payet/mote agar
1. Pemilihan Bahan
dibuat pada tahun 1869, tetapi plastik-plastik secara umum baru dipakai
kayu dan logam. Plastik tidak akan ditemukan dibawah tanah ataupun
yang sangat berbeda dari bahan kimia ini akan menghasilkan berbagai
2) Karakteristik plastik
a. Densitas
lainnya.
b. Ketahanan
c. Penghantar listrik
d. Penghantar panas
e. Daya benturan
b. Termisetting plastik : plastik jenis ini tahan pada suhu tinggi, oleh
asbak.
a. Keuntungan :
(1) Jenis plastik sangat beragam jadi mudah didapat serta memiliki
dan untuk acara santai, banyak yang memilih tas dengan bahan
masa itu bahan manik-manik tidak berupa kristal dan plastik, tetapi
17
dan tas tangan serta topi, sedangkan korsase yang ia buat dari
busana rancangannya.
b. Kelemahan :
meleleh.
Bahan yang digunakan untuk membuat suatu busana terdiri dari bahan
1) Bahan utama
Jenis bahan atau kain utama yang dipilih selain bahan plastik yaitu
bahan satin metallic dan bahan furing, warna yang dipilih yaitu
2) Bahan tambahan
Bahan tambahan untuk pembuatan busana kreasi baru ini yaitu bahan
viselin, dan busa kom. Jumlah, jenis dan warna bahan ini dipilih
c. Cat Decorfin Cristal Clear sebagai desain motif pada gelas plastik
1) Desain motif
itu tidak terlepas dari kaitan kaidah umum dan kaitan kaidah khusus,
pegang.
menciptakan gambar
(motif).
a. Proporsi (Perbandingan)
b. Komposisi (Susunan)
kaca, plastik/gelas plastik, hal ini sangat mudah karena, cat crystal
2. Alat-alat
♦ Alat untuk mendesain gambar antara lain : meja, pensil 2B, penggaris
skala, penghapus.
2. Pensil biasa, pensil merah biru, spidol, atau alat tulis lainnya
4. Penggaris
3. Alat pendedel
6. Kapur jahit
7. Seterika
21
1. Alat pokok terdiri dari : gunting, carter dan meja, cotton bed/kapas
2. Bahan : cat Decorfin Crystal Clear ( bentuknya seperti pasta) dan gelas
plastik
3. Proses kerja
a. Pembuatan motif
desain model
c. Pewarnaan
(2) Kemudian letakan gelas plastik yang sudah dipotong sesuai bentuk
diatas motif
(3) Ambil cat dan motif langsung dijiplak dengan cat (pengecatan
berbentuk pasta)
(4) Diamkan ± 2 jam dan lakukan hal yang sama untuk cat warna lain
Hasil
23
1. Mengambil ukuran
karena mempengaruhi pas atau tidaknya letak busana tersebut pada badan.
Untuk dapat mengambil dengan tepat perlu dikuasai terlebih dahulu teknik
peterban atau elastik kecil pada pinggang untuk pembatas badan atas dan
bawah. Usahakan supaya tali tepat dipinggang dan tali tidak bisa
c. Sikap orang yang akan diambil ukurannya harus dalam keadaan tegap
dan tegak
d. Orang yang diukur tidak boleh memberi bantuan pada orang yang
mengambil ukuran
standar yang telah ditentukan. Ukuran badan harus lengkap dan sesuai
dengan disain/ model busana yang akan dibuat. Ukuran yang diambil
Tabel 1. Ukuran
dengan memperhatikan pada model bagian muka dan belakang sesuai yang
dikehendaki, perubahannya :
T-T’ = naik 2 cm
D-B’ = turun 10cm
B-M = L-N= ½ jarak payudara
B’-R = kkanan ¼ cm
R-X =1/2 R-M
E-U = R-M
Hubungkan titik M-N-U-I’ dan N-V-W-I’
Tutuplah kupnat Q-N-R dan X-N
Besar kupnat titik x ½ cm
E -I = turun 5 cm
Hubungkan I-Z
(lihat gambar 10 halaman 31)
T-T’ = naik 2 cm
B = tetap (menurut selera)
E-I = turun 5 cm
Hubungkan I-Z
(lihat gambar 10 halaman 31)
Gambar 12. Hasil pecah pola dasar badan muka dan belakang
Gambar 13. hasil pecah pola dasar rok muka dan belakang
33
Gambar 14. Hasil pecah pola dasar badan muka dan belakang
Gambar 15. hasil pecah pola dasar rok muka dan belakang
34
Gambar 16. Letak hiasan gelas plastik pada pola badan muka dan belakang
Gambar 17. Letak hiasan gelas plastik pada rok muka dan belakang
35
Gambar 18. Letak hiasan payet pada pola badan muka dan belakang
Gambar 19. Letak hiasan payet pada rok muka dan belakang
36
a. Merancang bahan
(1) Menyiapkan pola kecil yang telah diubah sesuai mode dan diberi
(2) Meletakan pola skala 1:6 diatas kertas payung yang diumpamakan
sebagai kain. Pola-pola besar diletakan lebih dahulu baru pola kecil
(3) Meletakan pola yang disesuaikan dengan arah serat kain. Antara
pola satu dengan yang lainnya diberi jarak untuk tambahan jahitan
atau kampuh.
37
b. Merancang harga
1. Bahan utama
a. Kain satin 1,5m Rp 28.000 Rp 56.000
2. Bahan pembantu
a. Kain vuring 1m Rp 5.000 Rp 5.000
b. Mungkum/ kom 1ps Rp 5.000 Rp 5.000
c. Tutup tarik jepang 1bh Rp 1.700 Rp 1.700
d. Benang jahit 2bh Rp 750 Rp 1.500
e. Benang jelujur 1bh Rp 500 Rp 500
f. Cat decorffin 1 2 bh Rp 32.000 Rp 64.000
Cat decorffin 2 1 bh Rp 23.000 Rp 23.000
g. Payet /mote Rp 10.000 Rp 10.000
h. Tali 4m Rp 3.000 Rp 12.000
i. Pelengkap (sepatu) 1ps Rp 100.000 Rp 100.000
j. Mata ayam 12bh Rp 200 Rp 2.400
k. Kancing kait 1bh Rp 200 Rp 200
l. Kain gula 1m Rp 8.500 Rp 8.500
m. Balen 1m Rp 2.000 Rp 2.000
3. a. ongkos desain - - Rp 50.000
b. Ongkos pengecatan 50 hari Rp 20.000 Rp1000.000
c. Ongkos jahit 5 hari Rp 50.000 Rp 250.000
Total harga Rp1.591.800
d. Melipat bahan menjadi dua bagian kearah buruk kain atau kebagian
e. Meletakan pola dari bagian tepi kemudian kebagian tengah agar jika
f. Meletakkan pola sesuai dengan tanda pola mulai dari pola yang besar
tengah
c. Posisi gunting dalam keadaan tegak agar hasil guntingan bahan antar
karbon jahit, dapat pula menggunakan kapur jahit ataupun dijelujur bila
39
kain tidak dapat dirader. Tanda pola harus jelas dan rapi untuk
6. Mengepas (Fitting)
nyaman dipakai adalah busana yang mempunyai ukuran tepat. Cara yang
berputar untuk melihat bagaimana letak busana pada badan bila berdiri,
sedang duduk, dan bergerak. Melihat dengan pasti apakah busana tersebut
7. Menjahit
a. Letakan kain mori gula pada potongan kain strples dengan dipres
c. Menjahit garis prinses kiri dan kanan dan sisi badan bagian muka dan
Gambar 21. Menjahit garis prinses kiri dan kanan dan sisi badan bagian muka dan belakang , jahit
atau bisban yang di jahitkan pada kampuh garis prinses bagian kain
utama
Gambar 22. Memasang balen pada garis princess, dipasangkan dengan kain serong
atau bisban yang di jahitkan pada kampuh garis prinses bagian kain utama
41
d. Memasang busa kom pada bagian kain furing dengan dijelujur atau
dijahitkan tepat pada tinggi dada muka kanan dan kiri kain furing
Gambar 23. Memasang busa kom pada bagian kain furing dengan dijelujur atau
dijahitkan tepat pada tinggi dada muka kanan dan kiri kain furing
e. Menyatukan dan menjahit kain furing dengan bahan utama pada bagian
atas saja
Gambar 24. Menyatukan dan menjahit kain furing dengan bahan utama pada bagian
atas saja
42
f. Menata dan menjahit gelas plastik pada bagian muka dan belakang yang
Gambar 25. Menata dan menjahit gelas plastik pada bagian muka dan
h. Menjahit kup muka dan belakang dan sisi rok sebelah kanan dan sebelah
kiri
Gambar 27. Menjahit kup muka dan belakang dan sisi rok sebelah kanan dan
sebelah kiri
Gambar 29. Menyatukan kain furing dan bahan utama pada bagian
k. Menata dan menjahit gelas plastik pada rok yang sudah diberi tanda
Gambar 30. Menata dan menjahit gelas plastik pada rok yang sudah diberi
Tanda
45
b. Mengelim pada bagian bawah rok suai dan mengesum pada bagian
9. Pengepasan terakhir
1993:3)
baru ini adalah sepatu, anting, dan kalung dengan korsase yang dibuat dari
bahan plastik.
pakaian yang bersih akan nyaman dipakai dan bisa lebih tahan lama bila
kering (dry clean) dapat dilakukan dengan mesin khusus dry clean dengan
teknik mengelap menggunakan bahan kimia dry clean agar tidak rusak.
Pencucian atau dry clean hanya dilakukan pada bagian kain/bahan tekstil
(satin metalik) karena kotoran berupa keringat biasa terdapat pada sekitar
ketiak atau lingkar bahan, pencucian harus secara hati-hati agar tidak rusak
dan terhindar goresan yang tidak diinginkan. Kotoran pada bahn plastik
biasanya berupa debu saja dan cara membersihkannya yaitu dengan kuas halus
kain dalam yaitu kain furing secara hati-hati dengan panas kecil/sedang. Jadi
Busana kreasi baru dari gelas plastik dapat disimpan dalam almari
pakaian atau hanger. Beri kelonggaran antara busana yang satu dengan busana
lain agar tidak rusak. Bisa diberi pewangi atau kapur barus agar tehindar dari
serangga yang dapat merusak pakaian seperti kecoa, dan ngengat. Busana ini
menghindari kelembaban.
48
a. Hasil
1. Masalah Pola
(princess) pada bagian depan dan belakang busana tepat pada badan,
meyneke), dan pola yang sedikit detail polanya juga bisa menghasilkan
hasil yang bagus, namun hal itu juga tergantung pada pemahaman dan
salah satu jenis pola dengan baik maka dapat menghasilkan hasil busana
2. Pemakaian Bahan
Bahan yang digunakan untuk mmbuat busana kreasi baru yaitu limbah
gelas plastik (contohnya gelas plastik Aqua) sebagai bahan utama, gelas
makanan, minuman ringan, jas hujan dan lain-lain, tetapi masih jarang
bahan daur ulang yang perlu dikembangkan menjadi barang yang lebih
berguna dan memiliki nilai yang tinggi. Bahan yang digunakan yaitu
gelas plastik sebagai bahan untuk kamisol dan rok suai serta kain satin
untuk melapisi agar tidak kelihatan transparan pada bahan gelas plastik
kreasi baru.
3. Proses Pembuatan
Proses pembuatan busana kreasi baru dari limbah gelas plastik yaitu
licin dan mudah bergeser. Bahan satin dilapisi dengan kain furing
pinggang dan perut masih ada sedikit lekuk –lekuk, untuk bagian
sebuah motif dengan cat decorffin crystal diatas gelas plastik sesuai
c. Teknik Penyelesaian
kain satin dan untuk kain furing, gelas plastik dijahit sesuai desain
kancing kait dan atas tutup tarik dengan tusuk festoon/tusuk balut.
b. Pembahasan
merupakan suatu inovasi baru dalam dalam bidang busana yaitu membuat
suatu hasil busana yang menarik perlu ditambah dengan hiasan-hiasan dan
diterapkan pada bahan plastik yaitu pengecatan dengan desaian motif daun
51
karena motif daun dapat divariasi menurut bentuk dan ukuran. Pembuatan
Model camisol dan rok sederhana sehingga terkesan simple dan mewah
yang terdiri dari camisol dengan rok dan menggunakan tali (untuk
camisol) dan ritsleting (untuk rok), garis hias princess di kedua sisi badan
muka dan belakang, tampak sempurna dan pas dibadan si pemakai diberi
saja pada pemasangan hiasan bagian rok sangat sulit, pemasangan hiasan
gelas plastik pada bahan utama rok sudah dijahit yaitu; bagian sisi, bagian
untuk bahan satin dan furing. Pengepasan busana kreasi baru memperoleh
hasil: garis busana tepat, garis pinggang tepat dan garis sisi tepat.
pencucian kering (dry cleaning) pada bagian kain satin untuk untuk
hiasannya penuh pada bagian rok dan membentuk lingkaran bila tampak
PENUTUP
A. Simpulan
1.Proses pembuatan busana kreasi baru dengan hiasan motif dari cat decorffin
pada skema proses pembuatan busana kreasi baru (halaman 32) dan
disesuaikan dengan teknik jahit yang digunakan yaitu kampuh buka disetik
2. Pembuatan hiasan motif dengan pewarna cat decorffin, pembuatan hiasan ini
disesuaikan pada desain motif daun dan hiasannya membentuk seperti bunga
gerbera, pemasangan hiasan gelas plastik yaitu bahan utama rok, sudah
dijahit pada bagian sisi, tengah belakang dan ritsleting sudah terpasang
hiasan lain yaitu payet yang membentuk rumbai (untuk camisol) sedangkan
3. Pemeliharaan busana kreasi baru dari bahan gelas plastik pada hiasan
menggunakan mesin khusus dry clean pada bagian bahan kain serta teknik
53
54
menghindari kelembaban
B. Saran
satu inovasi baru yang menarik untuk dikembangkan, karena limbah gelas
dalam dunia busana, untuk meningkatkan nilai ekonomi dari bahan plastik
2. Pewarnaan cat decorffin pada gelas plastik sebagai hiasan pada busana
55
56
LAMPIRAN 1
CONTOH BAHAN
LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI ALAT
58
LAMPIRAN 3
SKALA 1 : 6
59
LAMPIRAN 4
SKALA 1 : 6
60
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI PROSES PENGECATAN
Tahap pengeringan
61
LAMPIRAN 6
Tahap pengeringan
62
LAMPIRAN 7
BARU
LAMPIRAN 8
BARU
LAMPIRAN 9
BARU
LAMPIRAN 10
Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing Tugas Akhir dari mahasiswa:
Nama : ………………………………………..
NIM : ………………………………………..
Program Studi : ………………………………………..
menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah SELESAI bimbingan tugas akhirnya
yang berjudul:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………
dan tugas akhir tersebut siap untuk DIUJIKAN.
Semarang, ……………………..
Mengetahui, Pembimbing
……………………………. ……………………………….
NIP ………………………. NIP ………………………….
67
Hari : …………………………….
Tanggal : ……………………………..
Penguji I,
NIP.
Hari : ……………………………..
Tanggal : ……………………………..
Penguji II,
S K R I P S I
Oleh :
Slamet Budiharjo
NIM. 5114990027
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
PENGESAHAN KELULUSAN
Oleh :
Nama : Slamet Budiharjo
Nim : 5114990027
Telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 17 Desember 2005
Ketua Sekretaris
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
gagal (Mame).
PERSEMBAHAN
3. Kakak-kakaku tercinta, Mba Diyah, Mba Eni dan Mba Rus yang juga
serangkaiku
iii
SARI
iv
KATA PENGANTAR
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii
SARI................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
vi
2.2 Kerangka Berpikir.................................................................... 26
2.3 Hipotesis................................................................................... 28
BAB V PENUTUP....................................................................................... 45
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 45
5.2 Saran......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 49
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Mata kuliah Ilmu Ukur Tanah berjumlah 2 SKS, yang merupakan salah satu
mata kuliah dasar umum (MKDU) yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa pada
Prodi D III T. Sipil di Uniersitas Negeri Semarang. Mata kuliah ini diharapkan
mampu membekali mahasiswa dalam dalam bidang pengukuran baik secara teori
Salah satu mata diklat di SMK adalah survai dan pemetaan yang sering
disebut Ilmu Ukur Tanah yaitu ilmu yang mempelajari berbagai macam
pengukuran di atas bumi, dan ini dilanjutkan dalam mempelajari Ilmu Ukur Tanah
yang tersusun secara hirarki, sehingga untuk belajar matematika harus dilakukan
1
2
Ilmu Ukur Tanah (IUT) merupakan salah satu mata kuliah yang dianggap
Tanah. Dalam mata kuliah IUT yang diajarkan di Perguruan tinggi metode yang
digunakan adalah metode teori dan praktek. Metode teori banyak melibatkan
yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke
SMK. Namun mahasiswa asal SMK sendiri sudah mendapatkan Ilmu Ukur Tanah
sebelum kuliah di perguruan tinggi. Tentu saja hal ini juga berpengaruh terhadap
sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh
Asal Sekolah Terhadap Partisipasi Dan Hasil Belajar Ilmu Ukur Tanah
Perihal yang akan dibahas adalah pengaruh asal sekolah terhadap partisipasi
dan hasil belajar Ilmu Ukur Tanah mahasiswa progam studi D III Teknik Sipil
dalam teori pengukuran dengan metode sipat datar sebab waktu penelitian ini
tentang partisipasi dan hasil belajar Ilmu Ukur Tanah mahasiswa progam studi D
III Teknik Sipil Semester II tahun 2004/2005 dapat diketahui dengan jelas.
1.3 PERMASALAHAN
berikut:
1. Adakah perbedaan hasil belajar Ilmu Ukur Tanah antara siswa yang berasal
Ukur Tanah antara siswa yang berasal dari SMK dan SMU?
4
adalah:
kuliah Ilmu Ukur Tanah mahasiswa program studi D III Teknik Sipil
kuliah Ilmu Ukur Tanah mahasiswa program studi D III Teknik Sipil
dilihat dari asal sekolah sehingga dapat mengetahui kemungkinan adanya Transfer
dalam memahami Ilmu Ukur tanah maka mereka perlu mempelajari mata kuliah
baik fisik maupun psikis, untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan belajar secara
umum adalah untuk mencapai perubahan dalam tingkah laku orang yang belajar.
Perubahan yang dimaksud tentu yang bersifat positif yang membantu proses
perkembangan.
disusun suatu tujuan belajar yang harus dicapai oleh seseorang yang belajar,
sehingga terjadi perubahan dalam dirinya. Perubahan terjadi dalam tiga domain,
yaitu: (1) Ranah kognitif (cognitive domain); (2) Ranah Afektif (affektive
32)
mempengaruhi tingkah laku seseorang, terdiri dari enam jenjang intelektual yaitu:
(a) Pengetahuan yaitu kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah
dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar; (b) Pemahaman
yaitu kemampuan untuk memahami makna materi. Ranah ini berada satu tingkat
di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang rendah; (c) Penerapan
yaitu kemampun untuk menggunakan atau materi yang sudah dipelajari. Pada
6
7
situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip; satu dengan
yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti; (d) Analisis
faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu
dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti; (e)
sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru dan memerlukan
afektif terdiri dari lima jenjang, yaitu: (a) Menerima yang berarti kemampuan
terhadap stimulasi yang tepat; (b) Merespon yaitu kemampuan yang mengacu
pada keikutsertaan mahasiswa secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik; (c)
keikutsertaan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti
kemampuan yang mengacu pada penyatuan nilai yang menimbulkan suatu sikap
tertentu; (e) Karakterisasi yaitu kemampuan yang mengacu pada karakter dan
gerakan, mulai dari memberi respon serupa dengan yang diamati, mengurangi
koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf; (b) manipulasi yaitu kemampun yang
gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan; (c) ketepatan
kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan; (d) artikulasi yaitu kemampuan
yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsisten internal diantara
energi fisik maupun psikis dan gerakan dilakukan secara rutin. (Fajar Arnie, 2004:
221-225).
dan berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang
studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari di luar
Transfer belajar menurut Gagne dalam (Nasution, 1984: 141) adalah proses
pengetahuan baru yang lebih baik melalui proses belajar. Pengalaman baru yang
diperoleh akan disimpan dan pada saat tertentu akan dimunculkan kembali dalam
bentuk lain.
mengenai hakekat transfer belajar yaitu teori disiplin formal, teori elemen identik
Teori disiplin formal bertitik tolak pada anggapan aliran Psikologi Daya,
tentang psikis atau kejiwaan manusia. Teori menyatakan bahwa daya berpikir,
daya mengingat, daya berkemauan, daya merasa dan lain sebagainya dapat dilatih.
Teori elemen identik dipelopori oleh Edward Thornndike yang dikutip oleh
Nasution, berpendapat bahwa transfer belajar dari satu bidang studi ke bidang
studi yang lain atau dari bidang studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari, terjadi
berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama dalam kedua bidang studi itu atau
antara bidang studi di sekolah dan kehidupan sehari-hari. Makin banyak unsur-
unsur yang sama, makin besar kemungkinan terjadinya transfer belajar. Jadi,
yang sama antara kedua bidang studi atau antara bidang studi di sekolah dan
kehidupan sehari-hari.
konsep, kaidah, prinsip dan siasatn mula-mula diperoleh. Siswa itu mampu
terdapat dalam sejumlah hal yang khusus. Generalisasi semacam itu sudah terjadi
bila siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan siasat-
untuk diperhatikan oleh setiap dosen, karena hasil belajar yang dicapai mahasiswa
mencapai tujuan yang ditetapkan (Arikunto, 1997: 226). Hasil belajar adalah
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar
ini merupakan suatu kemampuan internal (capability) yang telah menjadi milik
dalam tiga kawasan yakni kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan
psikomotorik.
afektif berkenaan dengan sikap, minat, nilai, perhatian dan lain-lain, sedangkan
menyebutkan bahwa hasil belajar yang dapat dicapai di sekolah pada umumnya
terbatas pada aspek kognitif sekalipun belum semua aspek tersebut dikembangkan
oleh dosen.
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan aktual yang diperoleh
oleh seseorang setelah ia mempelajari Ilmu Ukur Tanah dalam waktu tertentu dan
dua yaitu :
keberhasilan belajar yang berasal dari mahasiswa yang sedang belajar, yang
meliputi:
a) Anak , dalam hal ini anak yang dalam keadaan segar jasmani, akan
berbeda dari anak yang dalam keadaan lemah. Anak yang segar jasmani
12
lemah jasmaninya.
b) Kondisi panca indera, faktor kondisi panca indera yang baik fuingsinya,
belajar.
pendidikan.
d) Bakat, faktor bakat juga besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil
belajar.
e) Motivasi, dimana motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada
tertentu, antara lain menjadi seseorang yang emosional dan mudah putus
asa. Keadaan emosi yang labil seperti mudah marah, merasa tertekan,
2. Faktor luar (external), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa
terhadap proses dan hasil belajar, seperti suhu udara, kelembaban udara,
terhadap proses dan hasil belajar. Hubungan antara orang tua dan anak
dapat belajar dengan baik, karena selain memberikan untuk belajar, orang
sosial seperti suara mesin, pabrik, keramaian pasar dan hiruk pikuk lalu
c) Faktor prasarana belajar, dalam hal ini sarana belajar yang tersedia dan
terdiri atas (1). Sekolah menengah umum, (2) sekolah menengah kejuruan, (3)
ketrampilan siswa. Salah satu mata pelajaran yang ada di SMU adalah matematika
yang memungkinkan adanya transfer of learning bagi pelajar asal SMU dalam
melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Salah satu mata pelajaran yang ada di
SMK adalah IUT, jadi sebelum siswa masuk di perguruan tinggi sudah pernah
kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan menengah dalam rangka
sederhana pengukuran
• Memahami sumber-sumber • Menggambar hasil
kesalahan pengukuran perhitungan beda
• Memahami rumus-rumus tinggi
perhitungan beda tinggi
• Memahami teknik penggambaran
hasil pengukuran beda tinggi
B5 Mengukur beda tinggi • Memahami syarat-syarat alat sipat • Mengukur beda
di lapangan dengan alat datar tinggi di lapangan
sipat datar. • Memahami sumber-sumber dengan alat sipat
kesalahan pengukuran beda tinggi datar
dengan alat sipat datar • Menghitung hasil
• Memahami teknik pengukuran pengukuran beda
beda tinggi dengan alat sipat datar tinggi dengan alat
• Memahami teknik perhitungan sipat datar
beda tinggi dengan alat sipat datar • Menggambar hasil
• Memahami teknik penggambaran perhitungan beda
hasil pengukuran beda tinggi tinggi dengan alat
dengan sipat datar sipat datar
Sumber: Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan 1999
Berdasarkan materi matematika SMU dan Ilmu Ukur Tanah SMK terdapat
matematika ke dalam pelajaran Ilmu Ukur Tanah khususnya dalam pokok bahasan
kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berperan dalam suatu kegiatan
serta emosi.
prasarana dan waktu yang cukup untuk memanfaatkannya. Dalam hal ini yang
sungguh.
kreasinya.
18
Mata kuliah Ilmu Ukur Tanah berjumlah 2 SKS, yang merupakan salah satu
mata kuliah dasar umum (MKDU) yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa pada
Universitas Negeri Semarang. Ilmu Ukur Tanah adalah sebagian dari ilmu yang
lebih luas, yang dinamai ilmu geodesi; ilmu geodesi mempunyai dua maksud
yaitu: (a). maksud ilmiah, yaitu yang mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi;
(b). maksud praktis, yaitu ilmu yang mempelajari penggambaran dari sebagian
besar atau sebagian kecil permukaan bumi, yang dinamakan peta.(Muchidin Noor,
1979; 2) .
Tujuan dari mata kuliah ini yaitu agar mahasiswa memahami hakekat yang
didapat dari mata kuliah Ilmu Ukur Tanah sehingga hasil belajar yang diperoleh
dapat lebih baik. Adapun Materi dari Ilmu Ukur Tanah ini sebagai berikut.
Didalam Ilmu Ukur Tanah, istilah menyipat datar (levelling) adalah suatu
proses penentuan ketinggian relatif suatu titik di atas datum tertentu atau
penentuan beda tinggi dari titik-titik tertentu. Datum yang digunakan biasanya
tinggi muka laut rata-rata atau sering disebut Mean Sea level (MSL). Hasil
pengukuran sipat datar dapat digunakan untuk merancang jalan raya, menghitung
Alat utama dalam pengukuran sipat datar adalah pesawat penyipat datar
yang menggunakan sistem optik. Alat lainnya adalah statif dan rambu ukur.
Pengukuran sipat datar terdiri dari dua macam, yaitu sipat datar memanjang dan
suatu jalur yang jaraknya cukup panjang yang dilakukan pengukuran dalam
pengukuran memanjang.
. r
α
A B
Gambar. 1 Segitiga siku-siku
Keterangan:
-AC = r (AB+BC)
BC 1 AC
Sinα = Co sec α = =
AC Sinα BC
AB 1 AC
Cosα = Secanα = =
AC Cosα BC
BC 1 AB
Tgα = Co tan genα = =
AB Tgα BC
21
Kuadran II Kuadran I
C O A x
Pada gambar.2 tampak lingkaran ABCD dengan sudut sebesar 360o dengan
4 bagian, yaitu:
•
Daerah AOB disebut kuadran I : 0o ≤ α ≤ 90o
Dengan melihat gambar.2 dan fungsi trigonometri, maka tanda atau harga
0o, 30o, 45o, 60o dan 90o dan untuk mempermudah perhitungan dan penentuan
1) Sudut α = 30o
y 2
α 1 B x
√3
Keterangan:
• OA = √3 satuan = absis
• OB = 2 satuan
• α = 30o
Pada gambar.3 tampak segitiga OAB dengan sudut α = 30o dapat dibuat
1 1 1
Sin30° = Cos30° = 3 tg 30° = 3
2 2 3
23
2) Sudut α = 60o
2 √3
α
O 1 A x
Pada gambar.4 tampak segitiga OAB dengan sudut α = 60o dan persamaan
1 1 2
Sin60° = 3 Cos 60° = tg 60° =
2 2 3
3) Sudut α = 45o
2 1
α
O 1 A x
1 1
Sin 45° = 2 Cos 45° = 2 tg 45° = 1
2 2
Sehingga dari keseluruhan sudut istimewa tersebut jika dibuat dalam sebuah
π radian = 180o
180°
1radian =
π
a) Sistem koordinat
Letak suatu titik datar ditandai dengan bilangan, pasangan bilangan tersebut
dinamakan koordinat. Apabila bidang datar tersebut adalah bidang XOY, maka
letak titik pada bidang XOY dapat dinyatakan dua system koordinat, yaitu:
P (x,y) x = absis
y y = ordinat
x x
O (0,0)
Gambar. 6 Koordinat Cartesius
25
ditulis P (x,y).
P (r, α)
α x
O
Gambar. 7 Koordinat Polar
dibentuk oleh sumbu X dengan OP adalah α, maka koordinat titik P adalah (α,r)
P (r, α)
r y
α x
O x
Gambar. 8 Hubungan antara koordinat cartesius dan kutub.
26
y
Sinα = y = r . sin α
r
x
Cosα = x = r . cos α
r
y
tgα = α dapat dicari
x
berasal dari sekolah menengah seperti SMU dan SMK. Dilihat dari asal sekolah
pelajaran yang bersifat umum, sedangkan SMK lebih menekankan sisi pelajaran
praktek.
Salah satu mata diklat di SMK adalah survai dan pemetaan yang sering
disebut Ilmu Ukur Tanah yaitu ilmu yang mempelajari berbagai macam
pengukuran di atas bumi. Pelajaran ini diperoleh pada waktu kelas dua, kemudian
mempelajari berbagai macam perhitungan. Pelajaran ini diperoleh sejak kelas satu
sampai kelas tiga. Salah satu diantaranya adalah sub pokok bahasan trigonometri
27
saat mereka kelas dua yang kemudian memungkinkan adanya transfer belajar
merupakan ilmu penalaran yang tersusun secara hirarki, sehingga untuk belajar
mempunyai peranan penting dalam segala mata pelajaran terutama mata pelajaran
dibanding mahasiswa asal SMK walaupun pada pokok bahasan sipat datar sendiri
asal SMK sendiri sudah mendapatkan Ilmu Ukur Tanah sebelum kuliah di
perguruan tinggi sehingga dalam materi sipat datar masih dirasa cukup mudah
hal ini juga berpengaruh terhadap partisipasi dan hasil belajar mahasiswa dalam
mempelajari Ilmu Ukur Tanah dilihat dari asal sekolahnya, sehingga memberikan
berdasarkan asal sekolah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Ukur
Tanah.
2.3 HIPOTESIS
berikut:
1. Siswa yang berasal dari SMK partisipasinya lebih tinggi dibandingkan yang
2. Siswa yang berasal dari SMK hasil belajar Ilmu Ukur Tanahnya lebih tinngi
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian
expost facto yaitu penelitian yang menggunakan dan mengumpulkan datanya dari
dokumentasi yang telah ada atau cara-cara lain yang sejenis (Suharto, 1998: 8).
suatu objek atau disebut juga penelitian non eksperimen. Penelitian ini hanya
penelitian ini adalah semua mahasiswa D III Teknik Sipil Semester II Universitas
Negeri Semarang Tahun Ajaran 2004/2005 sebab jumlahnya kurang dari 100
orang.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah asal sekolah (X).
29
30
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Ilmu Ukur Tanah (Y1)
Dalam memperoleh data atau informasi ada tiga macam sumber, yaitu
tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dalam penelitian
ini data yang diambil yaitu dari tulisan, yaitu daftar nama tentang asal mahasiswa
Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana ilmu pengetahuan dan
2004/2005. Wujud dari alat ini adalah daftar cek, dan jumlah butir dalam
31
pertanyaan pada angket ini sebanyak 25 butir. Observasi ini dijabarkan menjadi
Biserial.
Mp − Mt p
r pbis=
St q
Keterangan :
Mp = mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari
q = 1-p
butir atau rpbis no. 1 = 0,512, dengan n = 20, sedangkan r tabel = 0,444 pada taraf
signifikasi 5 %. Karena rpbis> r tabel (0,512 > 0,444), maka butir soal tersebut
dinyatakan valid.
⎡ K ⎤ ⎡ ∑ pq ⎤
r11 = ⎢ ⎥ ⎢1 − Vt ⎥
⎣ K − 1⎦ ⎣ ⎦
Keterangan :
K = banyaknya butir
q = 1-p
Vt = varians total
reliabilitas butir atau r11 = 0,865, dengan n = 20, sedangkan r tabel = 0,444 pada
taraf signifikasi 5 %. Karena rpbis> r tabel (0,865 > 0,444), maka butir soal tersebut
dinyatakan reliabel.
33
JBA + JBB
IK =
JS A + JS B
Keterangan :
IK = Indeks kesukaran
JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelas atas.
JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelas bawah
Suherman Erman (1990: 200) mengatakan bahwa daya pembeda suatu butir
soal menyatakan bahwa seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut untuk
34
membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa
Keterangan :
DP = daya pembeda
JBA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
JBB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Uji hipotesis ini menggunakan rumus analisis statika uji-t satu pihak dengan
t=
X1 − X 2 (n − 1)s12 + (n2 − 1)s22
dengan S 2 = 1
1 1 n1 + n2 − 2
S +
n1 n2
Keterangan:
Dengan kriteria:
X1 − X 2
t1 =
S12 S12
+
n1 n2
Kriteria penelitian :
Ho diterima jika
t1 ≤ t(1-1/2α) ; dk = n1 – 1
t2 ≤ t(1-1/2α) ; dk = n2 – 2
II Universitas Negeri Semarang pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah (IUT) pokok
bahasan pengukuran sipat datar, maka dilakukan tes untuk mengetahui seberapa
sebagai berikut:
37
38
Hasil test seperti pada tabel 4. 1 dapat diketahui bahwa dari 20 orang
mahasiswa asal SMU yang mengikuti test, 1 orang mahasiswa termasuk dalam
kategori nilai baik sekali dengan persentase 5%, 6 orang dalam kategori nilai lebih
dari baik dengan persentase 30%, 12 orang dalam kategori nilai baik dengan
prosentase 60%, 1 orang dalam kategori lebih dari cukup dengan prosentase 5%,
SMK, 13 orang termasuk dalam kategori baik sekali dengan prosentase 68%, 4
orang dalam kategori lebih dari baik dengan prosentase 21% dan 2 orang dalam
kategori baik dengan prosentase 11%. Untuk kategori nilai yang lain tidak ada.
hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum partisipasi
Hasil belajar dari 19 mahasiwa asal SMK ternyata 13 orang (68 %) dalam
kategori nilai baik sekali, 4 orang (21 %) dalam kategori lebih dari baik dan 2
(11%) orang dalam kategori baik. Sedangkan dari 20 orang mahasiswa asal SMU
ternyata 1 orang (5 %) dalam kategori nilai baik sekali, 6 orang (30 %) dalam
kategori lebih dari baik dan 12 orang (60 %) dalam kategori baik, dan 1 orang
yang berjumlah 19 orang (49 %) lebih unggul hasil belajarnya dari pada
Hal ini didukung oleh tabel 4.5 Uji t hasil belajar dengan ttabel = 1,69 artinya
apabila thitung berada pada daerah penolakan berarti dapat disimpulkan hasil
belajar mahasiswa asal SMK lebih baik dari pada asal SMU. Dari hasil
perhitungan t-test hasil belajar untuk asal sekolah diperoleh thitung = 5,051, berarti
hipotesis diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh asal sekolah
mahasiswa terhadap hasil belajar yang dicapainya, yang mana mahasiwa yang
berasal dari SMK lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan mahasiswa yang
kategori rendah, 10 orang (50%) dalam kategori tinggi, dan 6 orang (30%)
dalam kategori rendah, 7 orang (37%) termasuk dalam kategori tinggi, dan 11
artinya apabila thitung berada pada daerah penolakan berarti dapat disimpulkan
partisipasi mahasiswa asal SMK lebih baik dari pada asal SMU. Dari hasil
diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh asal sekolah mahasiswa
terhadap partisipasi belajar yang dicapainya, yang mana mahasiwa yang berasal
dari SMK lebih tinggi partisipasinya dibandingkan mahasiswa yang berasal dari
SMU.
4.3 PEMBAHASAN
sekolah bersifat heterogen, artinya ada dua asal sekolah mereka yaitu SMU dan
SMK. Ada sebanyak 20 orang mahasiswa asal SMU, dan ada sebanyak 19 orang
dari SMK lebih mempunyai partisipasi yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa
asal SMU pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah; dan (2) Mahasiswa yang berasal
dari SMK lebih mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan
Dilihat dari segi partisipasi, mahasiswa asal SMK tetap lebih unggul
dibandingkan mahasiswa asal SMU. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: (1)
Mereka sudah pernah mendapat materi Ilmu Ukur Tanah sehingga lebih aktif
dalam membuat tugas-tugas yang diberikan karena merasa lebih mampu. (2)
lebih percaya diri. (3) Mereka lebih pengalaman dan tahu manfaat belajar Ilmu
Ukur Tanah sehingga semakin terangsang dan aktif untuk mengetahui lebih jauh
belajar Ilmu Ukur Tanah dibandingkan mahasiswa asal SMU. Hal ini disebabkan
oleh dua faktor yaitu: (1) Faktor dalam (internal): (a) Mahasiswa asal SMK sudah
terlebih dahulu mengenal pelajaran Ilmu Ukur Tanah dari pada mahasiswa asal
SMU sehingga mereka lebih termotivasi untuk harus lebih unggul dari mahasiswa
asal SMU, (b) Mahasiswa asal SMK yang melanjutkan ke jenjang perguruan
(eksternal): (a) Materi tes yang diberikan hanya seputar pengukuran sipat datar,
jadi belum begitu banyak melibatkan perhitungan tingkat tinggi walaupun mata
kuliah Ilmu Ukur Tanah adalah materi kuliah yang menyangkut perhitungan
43
khususnya untuk pokok bahasan trigonometri ke dalam mata kuliah Ilmu Ukur
Tanah bagi mahasiswa asal SMU belum begitu besar pengaruhnya, (b) Mahasiswa
asal SMK sudah banyak memiliki prasarana belajar yang mendukung proses
dengan mata kuliah Ilmu Ukur Tanah cukup banyak. Mata pelajaran ini
Tanah. Namun penelitian ini hanya membahas pada materi sipat datar yang
tidak ada bedanya antara mahasiswa asal SMU dan SMK dalam kaitannya dengan
bahasan pengukuran sipat datar. Sementara mahasiswa yang berasal dari SMK
sudah memperoleh ketrampilan sipat datar ini semenjak belum kuliah. Secara
praktik mahasiswa yang berasal dari SMU, jauh ketinggalan. Dengan demikian
wajar jika dalam penelitian ini mahasiswa yang berasal dari SMK lebih baik hasil
Peranan dosen di sini sangat besar sekali sebab dosen harus mampu
untuk belajar. Dosen sebaiknya memiliki biodata mahasiswa yang akan diberi
44
pembelajaran baik asal sekolah maupun prestasi sebelum masuk kuliah sehingga
memaksimalkan hasil belajar yang dicapai. Bagi mahasiswa asal SMU, dosen
Ilmu Ukur Tanah untuk kehidupannya nanti dimasa yang akan datang sehingga
merangsang mereka untuk lebih ingin tahu dengan banyak belajar. Bagi
mahasiswa asal SMK, dosen dapat memberikan tugas kecil dengan membantu
teman mereka yang berasal dari SMU yang merasa kesulitan dalam pembelajaran
Ilmu Ukur Tanah (tutor sebaya) sehingga mereka merasa dihargai dan bangga
Instrumen tes dalam penelitian ini masih kurang adanya daya pengecoh soal
observasi juga belum dicamtumkan sebab sudah dianggap baik. Hal ini didukung
Penelitian ini akan lebih adil jika dilakukan sesuai eksperimen, sehingga
efek dari proses pembelajaran benar-benar nyata, karena dilakukan secara acak,
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
ini adalah:
Pertama, hasil belajar Ilmu Ukur Tanah diukur terbatas pada materi sipat
datar, yang mana pengaruh transfer of learning mata pelajaran matematika tidak
mengurangi saja. Dengan demikian, tidak ada bedanya antara mahasiswa asal
dalam materi Ilmu Ukur Tanah pokok bahasan pengukuran sipat datar, sehingga
wajar jika dalam penelitian ini mahasiswa yang berasal dari SMK lebih baik hasil
Kedua, mahasiswa yang berasal dari SMK lebih tinggi hasil belajar Ilmu
Ukur Tanahnya dibandingkan mahasiswa yang berasal dari SMU. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor: (1) Mahasiswa asal SMK sudah terlebih dahulu
mengenal pelajaran Ilmu Ukur Tanah dari pada mahasiswa asal SMU. (2) Materi
tes yang diberikan hanya seputar pengukuran sipat datar, jadi belum begitu
banyak melibatkan perhitungan tingkat tinggi walaupun mata kuliah Ilmu Ukur
pokok bahasan trigonometri ke dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah bagi
45
46
mahasiswa asal SMU belum begitu besar pengaruhnya. (3) Mahasiswa asal SMK
memadai.
dibandingkan mahasiswa yang berasal dari SMU. Hal ini disebabkan oleh
beberapa factor: (1) Mereka sudah pernah mendapat materi Ilmu Ukur Tanah
sehingga lebih aktif dalam membuat tugas-tugas yang diberikan karena merasa
lebih mampu. (2) Mereka sudah banyak memiliki buku-buku penunjang sehingga
secara mental lebih percaya diri. (3) Mereka lebih pengalaman sehingga semakin
terangsang dan aktif untuk mengetahui lebih jauh tentang materi yang diberikan..
5.2. SARAN
tercipta suasana kondusif untuk belajar. Dosen sebaiknya juga memiliki biodata
mahasiswa yang akan diberi pembelajaran baik asal sekolah maupun prestasi
dimasa yang akan datang sehingga merangsang mereka untuk lebih ingin tahu
dengan banyak belajar. Dosen juga harus mampu menerapkan sistem transfer
47
mata kuliah Ilmu Ukur Tanah walaupun dalam pembelajaran Ilmu Ukur Tanah
Namun hal ini sagat penting untuk belajar Ilmu Ukur Tanah dalam materi
selanjutnya.
membantu teman mereka yang berasal dari SMU yang merasa kesulitan dalam
pembelajaran Ilmu Ukur Tanah sehingga mereka merasa dihargai dan bangga
serta tidak sia-sia dalam belajar Ilmu Ukur Tanah. Jadi dosen harus mampu
asal sekolah mahasiswa sehingga akan di capai hasil belajar yang lebih baik dan
merata.
DAFTAR PUSTAKA
Muchidin Noor, 1979. Teori Dan Praktek Ukur Tanah. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan.
48
49
LEMBAR SOAL
Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah
Materi : Pengukuran Sipat Datar
Waktu : 90 Menit
Peserta : Mahasiswa Prodi D III Semester II
SOAL OBYEKTIF
Pilihlah jawaban di bawah ini ( a, b, c, atau d ) yang paling benar dengan memberi
tanda silang (X)!
1. Untuk menentukan besarnya selisih waktu antar daerah di permukaan bumi,
merupakan salah satu kegunaan garis …
a. Lintang c. Equator
b. Khatulistiwa d. Meridian
2. Arah berputar system kuadran dalam Ilmu Ukur Tanah, yaitu …
a. searah jarum jam c. bebas
b. berlawanan arah jarum jam d. berdasarkan arah mata angin
3. Di bawah ini yang merupakan alat ukur jarak, kecuali …
a. Speedometer c. rantai ukur dan pita ukur
b. meteran dan rantai ukur d. salib ukur dan pantometer
4. Dalam system kuadran dalam Ilmu Ukur Tanah, yaitu …
a. I c. II
b. III d. IV
50
5.
A B
C D
Dari sIstem kuadran dalam ilmu matematika di atas, urutkan posisi kuadran I,
II, III, IV, …
a. A, B, C, D c. D, C, A, B
b. B, A, C, D d. A, C, D, B
6. Sedangkan dalam Ilmu Ukur Tanah urutan posisi kuadran I, II, III, IV, yaitu
…
a. A, B, C, D c. D, C, A, B
b. B, D, C, A d. A, C, D, B
7.
45º
a. 20,01 c. 40
b. 19,81 d. 10
9. Yang dimaksud dengan peta adalah…..
a. Bayangan yang diperkecil dari sebagian besar atau sebagian kecil
permukaan bumi
b. Gambaran permukaan bumi dalam bentuk bulat
c. Bayangan permukaan bumi yang diproyeksikan
d. Gambaran permukaan bumi yang menyajikan bentuk muka bumi
10. Peta yang menyajikan informasi umum tentang keadaan permukaan bumi
dalam wilayah yang luas dalam suatu negara disebut peta….
a. Kadaster c. Topografi
b. Teknis d. Geografi
11. Gambaran seluruh atau sebagian dari permukaan bumi, menurut skala tertentu,
di atas suatu bidang datar disebut…
a. Proyeksi peta c. Skala peta
b. Peta d. Globe
12. Letak suatu tempat yang ditentukan berdasarkan harga-harga garis bujur dan
garis lintang disebut letak….
a. Koordinatis c. Astronomis
b. Fisiografis d. Geografis
13. Seni menentukan letak nisbi dari titik-titik di atas, pada dan di bawah
permukaan bumi disebut….
a. Ilmu Mekanika Tanah c. Ilmu Pengukuran sipat datar
b. Ilmu Ukur Tanah d. Ilmu Pengukuran Poligon
14. Pekerjaan pengukuran dalam Ilmu Ukur Tanah, kecuali….
a. Pengukuran jarak c. Pengukuran sudut
b. Pengukuran beda tinggi d. Pengukuran waktu
15. Yang dimaksud dengan jarak antara dua titik di lapangan adalah…
a. Perbandingan posisi titik c. letak berdasarkan koordinat
b. Pengukuran searah jarum jam d. panjang arah horisontal antara dua titik
52
24. Pengukuran beda tinggi suatu jalur yang jaraknya cukup jauh yang dilakukan
pengukuran dalam beberapa kali berdiri alat disebut……
a. sipat datar memanjang c. sipat datar membujur
b. sipat datar melintang d. sipat datar menyilang
Untuk soal no. 25 – 30
Diketahui :
Bacaan Bak Ukur Beda Tinggi Tinggi Titik
Titik
Belakang Muka Jarak (m) + - (m)
1.179
P1 ……. + 990.013
0.968
1.250 1.259
P2 ……. ……. ……… ………. ………. ………
1.052 1.148
NAMA : …………………………………
NIM : …………………………………
ASAL :…………………………………
1. A B C D 16. A B C D
2. A B C D 17. A B C D
3. A B C D 18. A B C D
4. A B C D 19. A B C D
5. A B C D 20. A B C D
6. A B C D 21. A B C D
7. A B C D 22. A B C D
8. A B C D 23. A B C D
9. A B C D 24. A B C D
10. A B C D 25. A B C D
11. A B C D 26. A B C D
12. A B C D 27. A B C D
13. A B C D 28. A B C D
14. A B C D 29. A B C D
15. A B C D 30. A B C D
55
KUNCI JAWABAN
1. A 16. A
2. C 17. C
3. B 18. B
4. C 19. A
5. B 20. D
6. D 21. B
7. D 22. B
8. A 23. D
9. A 24. A
10. C 25. D
11. B 26. B
12. A 27. D
13. A 28. D
14. A 29. A
15. A 30. D
56
Nama : …………………………..
NIM. : …………………………..
Jurusan : …………………………..
SKRIPSI
Oleh
Nama : Muhammad Ridluwan
NIM : 5250403019
Program Studi : Teknik Mesin SI
Jurusan : Teknik Mesin
FAKULTAS TEKNIK
2007
i
ABSTRAK
kekerasan lapisan Zn variasi suhu 4400 C dan 4500 C sebesar 196,03 VHN dan
mengalami kenaikan 8,53% pada suhu 4600 C, hal ini dikarenakan pada lapisan
Zn terbentuk ikatan metalurgi yang kuat yang tersusun berlapis-lapis. Laju korosi
baja yang tidak digalvanizing selama 10 hari pengujian dengan konsentrasi 8%
H2SO4 yaitu 12,11806.10-5 gr/menit, pada 10% sebesar 15,05764 gr/menit dan
16,75486 gr/menit pada konsentrasi 12%, kenaikan ini dikarenakan jumlah zat-zat
korosif bertambah banyak sehingga proses pengikisan menjadi semakin besar,
pada pengujian 12% H2SO4 selama 4 hari menunjukkan suhu 4400 C memiliki
laju korosi terkecil sebesar 20,23785.10-5 gr/menit sedangkan pada 10 hari yaitu
suhu 4500 C sebesar 8,79236.10-5 gr/menit. Hasil struktur mikro menunjukkan
susunan struktur lapisan Zn dengan baja yang terbentuk yaitu lapisan Eta, Zeta,
Delta dan Gamma semakin baik dan merata.
Kesimpulan dari penelitian di atas adalah tebal lapisan Zn yang paling besar
yaitu galvanizing suhu 4600 C. Nilai kekerasan lapisan Zn yang paling tinggi yaitu
galvanizing suhu 4600 C yang naik 24,02% dari logam dasarnya. Laju korosi baja
yang tidak digalvanizing yang paling tinggi yaitu pada konsentrasi H2SO4 12%
selama 10 hari yang naik 38,26% dibandingkan 8%, sedangkan galvanizing suhu
4400 C memiliki laju korosi yang paling kecil pada 4 hari pengujian dan 4500 C
pada 10 hari. Kenaikan temperatur pencelupan akan menyebabkan pembentukan
susunan struktur mikro lapisan Zn akan semakin baik dan merata.
Kata kunci : temperatur, kekerasan, laju korosi, struktur mikro, baja karbon
rendah dan Hot Dip Galvanizing
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Dr. Ir. Victor Malau, DEA 1. Dr. Ir. Victor Malau, DEA
NIP. 131628655 NIP. 131628655
Pembimbing II
2. Hadromi, S.Pd, MT
NIP. 132093201
Hadromi, S.Pd, MT
NIP. 132093201
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Siapa saja yang pergi menuntut ilmu maka ia berada di jalan Alloh SWT
hingga ia kembali (HR. Tirmidzi)
Siapa yang dikehendaki baik oleh Alloh SWT maka dia akan membuat faqih
dalam agama. Dan ilmu itu hanya dapat diraih dengan belajar (HR. Bukhori)
Sesungguhnya tiap kesukaran pasti ada jalan keluarnya, maka apabila telah
selesai suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
(QS. Al Insyiroh: 6)
Mulailah pekerjaan dengan ikhlas sehingga pada akhirnya akan menuai dan
mendapat lebih dari sekedar imbalan
PERSEMBAHAN
iv
KATA PENGANTAR
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufiq-Nya, sehingga penulis masih
diberi kemudahan dan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Mikro pada Baja Karbon Rendah dengan Pelapisan Metode Hot Dip
Galvanizing”.
dan dorongan dari berbagai pihak, penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik
dan lancar. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih dengan ketulusan dan kerendahan hati kepada semua
Semarang.
Semarang.
Semarang.
4. Bapak Dr. Ir. Victor Malau, DEA, Dosen Pembimbing I atas bimbingan
v
6. Instruktur Laboratorium Konstruksi dan Material Balai Latihan Kerja dan
pengujian spesimen.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian tugas skripsi ini yang tidak dapat kami
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan penulis dimasa
yang akan datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
vii
2.2.3 Metalurgi Hot Dip Galvanizing ............................. 16
viii
3.7.3 Pengujian Struktur Mikro ...................................... 45
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN ................................................................................................ 74
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
seng ............................................................................................ 19
baja ............................................................................................ 21
x
Gambar 20. Alat uji kekerasan Vickers ...................................................... 47
Vickers .................................................................................... 57
Gambar 26. Pengaruh konsentrasi H2SO4 terhadap laju korosi baja yang
4 hari ........................................................................................ 61
10 hari ...................................................................................... 63
Gambar 29. Pengaruh lama pencelupan terhadap laju korosi pada variasi
digalvanizing ........................................................................... 67
4400 C ..................................................................................... 67
4500 C ..................................................................................... 68
4600 C ..................................................................................... 68
xi
Gambar 34. Struktur mikro lapisan Zn dan baja hasil proses Hot Dip
Galvanizing ............................................................................ 69
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
UNNES ................................................................................... 86
UNNES ................................................................................... 89
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
khususnya pada masa sekarang ini telah menjadi salah satu bidang pekerjaan yang
mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat mulai dari jenis-jenis
pelapisan yang digunakan, bahan pelapis yang digunakan hingga hasil lapisan
kekuatan sangat dibutuhkan untuk menjadi bahan dasar dari suatu komponen
yang tidak hanya memiliki kekuatan tetapi juga tahan terhadap korosi, tahan aus,
konduktifitas listrik yang baik, keindahan penampilan suatu permukaan serta yang
Peran akademis dan praktisi dibidang teknik mesin dituntut usaha dan
menggunakan material yang berkualitas sedang (harga yang lebih murah) yang
permukaan bahan tersebut memiliki sifat-sifat fisis dan mekanis yang lebih baik
dari bahan dasarnya, bahkan dapat lebih baik dari bahan yang berkualitas tinggi.
Sifat-sifat permukaan suatu bahan dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu
1
2
pelapisan (coating). Sifat-sifat permukaan yang baik dapat diperoleh dengan cara
pelapisan, karena cara ini memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah dilakukan,
yang telah berkembang lebih dari 250 tahun. Pelapisan dengan metode Hot Dip
Galvanizing menggunakan logam zinc (Zn) sebagai logam pelapisnya. Metode ini
banyak digunakan karena adanya sifat khusus logam zinc (seng) yang tidak
dimiliki oleh logam lainnya, yaitu mudah dibentuk, kekuatan yang tinggi, ringan,
memiliki nilai estetika yang tinggi, murah dan yang terpenting yaitu tahan
memperpanjang umur suatu logam. Salah satu upaya pengendalian korosi dapat
dilakukan dengan cara pelapisan logam, cara yang umum digunakan yaitu dengan
pelapisan metode Hot Dip Galvanizing. Pelapisan model ini banyak digunakan
karena relatif lebih mudah dalam mengontrol kualitas pelapisannya, tahan lama
yang dilakukan dengan cara mencelupkan logam dasar ke dalam larutan cair.
Proses pelapisan ini menggunakan logam pelapis berupa seng, dimana seng dapat
mencair pada suhu 419,470 C. Pelapisan ini secara garis besar memerlukan tiga
3
tahap pengerjaan yaitu tahap persiapan awal (pre treatment), tahap pelapisan
larutan seng cair pada suhu 4400 C – 4800 C (Sulistyo, 1997: 4). Hasil dari
menurun sehingga hasil lapisan tebal juga. Lama pencelupan yang cepat
menghasilkan hasil lapisan kurang bagus, namun jika terlalu lama akan diperoleh
hasil lapisan yang tebal dan cenderung kusam. Proses pencelupan yang sesuai
akan menghasilkan ketebalan yang sesuai pula sehingga memiliki daya tahan
penelitian tentang sifat kekerasan, laju korosi dan struktur mikro pada baja karbon
Terhadap Kekerasan, Laju Korosi dan Struktur Mikro pada Baja Karbon Rendah
1.2 Permasalahan
1. Pengaruh
Pengaruh berarti daya yang ada atau timbul dari ”sesuatu” (orang atau
(Depdikbud, 1998: 731). Sesuatu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kekerasan, laju korosi dan struktur mikro baja karbon rendah dengan
bahwa pengaruh yang dimaksud adalah daya yang ada atau timbul dari
temperatur pencelupan.
2. Temperatur pencelupan
Temperatur adalah ukuran kuantitatif terhadap rasa panas atau dingin (Save,
menjadi tebal.
3. Kekerasan
luluh atau kekuatan tarik logam karena sewaktu identasi, material di sekitar
4. Laju korosi
ke bentuk oksidanya.
5. Struktur mikro
Struktur mikro adalah struktur terkecil yang terdapat dalam suatu bahan yang
mikroskop sinar-X.
Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur besi (Fe) dan karbon (C)
dengan sedikit unsur Si, P, Mn, S dan Cu. Baja karbon rendah merupakan
6
2000: 89).
Hot Dip Galvanizing adalah suatu proses pelapisan dimana logam pelapisnya
dipanaskan hingga mencair, kemudian logam yang akan dilapisi yang juga
disebut logam dasar (base material) dicelupkan ke dalam bak galvaniz yang
telah berisi seng cair tadi kemudian dalam beberapa saat logam tersebut akan
kekerasan, laju korosi dan struktur mikro pada baja karbon rendah dengan
pelapisan logam.
teknik mesin dan dunia industri mengenai proses pelapisan dengan metode
1. Bagian Depan
Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, Daftar Tabel dan Daftar Lampiran.
2. Bagian Isi
Bab I Pendahuluan
Skripsi.
8
Hipotesis.
Pembahasannya.
Bab V Penutup
3. Bagian Akhir
BAB II
LANDASAN TEORI
Pelapisan secara Hot Dip Galvanizing (pelapisan secara celup panas) adalah
hingga mencair, kemudian logam yang akan dilapisi yang biasa disebut logam
dasar dicelupkan ke dalam bak galvaniz yang telah berisi seng cair tadi, sehingga
dalam beberapa saat logam tersebut akan terlapisi oleh lapisan berupa lapisan
paduan antara logam pelapis (seng) dengan logam dasar dalam bentuk ikatan
metalurgi yang kuat dan tersusun secara berlapis-lapis yang disebut fasa.
Pelapisan dengan metode Hot Dip Galvanizing sering juga disebut dengan
proses pelapisan logam dengan logam lain yang lebih anodik sesuai dengan deret
9
10
bersifat lebih reaktif dan lebih mudah terkonsumsi, seng memiliki sifat mudah
dibentuk, memiliki kekuatan yang tinggi, ringan, memiliki nilai estetika yang
tinggi, murah dan tahan terhadap korosi, alumunium biasanya akan membentuk
sebenarnya mempunyai sifat yang hampir sama dengan seng tetapi penerapannya
Proses pelapisan dengan metode Hot Dip Galvanizing dapat dibagi menjadi
merupakan bahan pengotor yang menempel pada spesimen, hal ini dimaksudkan
agar diperoleh kondisi permukaan yang bersih dan diperoleh hasil lapisan yang
baik.
dengan jenis pengotor yang menempel pada permukaan spesimen, namun proses
(1) Degreasing
menit.
(2) Rinsing I
(3) Pickling
larutan HCl (asam klorida) atau larutan H2SO4 (asam sulfat) dengan
sedangkan reaksi (4), (5) dan (6) merupakan proses over pickling
(4) Rinsing II
(5) Fluxing
(a) Sebagai lapisan dasar untuk memperkuat lapisan seng pada saat
galvanizing dilakukan.
plastis yang dapat mengganggu proses pelekatan seng pada benda kerja
(6) Drying
awal dengan menggunakan gas panas yang suhunya kurang lebih 1500
Spesimen yang telah mengalami tahap persiapan (pre treatment) dan telah
bersih dari segala pengotor kemudian langkah berikutnya yaitu dilakukan proses
akan melapisi baja dengan membentuk lapisan baja seng kemudian barulah
terbentuk lapisan yang sepenuhnya berupa unsur seng pada permukaan terluar
Tahap pencelupan dilakukan selama kurang lebih 1,5 menit pada suhu 4400
C – 4600 C. Ketebalan lapisan seng pada pelapisan dengan metode Hot Dip
14
temperatur pencelupan.
permukaan yang runcing yang disebabkan oleh cairan seng yang hendak
Degreasing
Rinsing I
Pickling
Rinsing II
Fluxing
Drying
Galvanizing
Quenching
Finishing
bersinggungan dengan seng cair pada proses galvanizing maka lapisan pelindung
yang terbentuk akan hilang dan seng cair akan segera membasahi permukaan
benda kerja dan bereaksi sehingga terbentuk lapisan paduan besi dengan seng.
permukaan besi. Lapisan seng tersebut pada hakekatnya terdiri dari lapisan seng
murni yang ikut tertarik pada saat benda kerja diangkat dari bak dan lapisan
1. Lapisan Eta
Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang tersusun oleh 100% seng yang
2. Lapisan Zeta
Lapisan ini terdiri dari 94% seng dan 6% besi yang memiliki kekerasan
3. Lapisan Delta
Lapisan ini terdiri dari 90% seng dan 10% besi yang memiliki kekerasan
4. Lapisan Gamma
Lapisan ini terdiri dari 75% seng dan 25% besi yang memiliki kekerasan
terlarut lebih disukai, daya larut seng akan bertambah besar dan terjadi penguraian
garam logam yang menyebabkan difusivitasnya menjadi tinggi serta gerakan ion
seng sehingga mengakibatkan lapisan seng menjadi tebal. Peristiwa ini cenderung
akan mengarah pada hasil lapisan yang kasar dan akan mengurangi terserapnya
Seng merupakan logam putih kebiruan, yang cukup mudah ditempa dan liat
pada suhu 1100 C – 1500 C dan menjadi sangat rapuh jika dipanaskan diatas suhu
18
2000 C, jika dibiarkan di udara terbuka yang lembab akan terbentuk lapisan
garam-garam dasar tipis dan putih sebagai pelindung, untuk sifat ini maka seng
lebih cocok jika digunakan untuk melapisi baja dengan proses galvanizing. Seng
bersifat amfotir karena dapat dapat bereaksi dengan asam encer (proses lebih
lambat jika seng murni yang direaksikan), disamping itu seng juga bereaksi
dengan basa. Seng jarang digunakan sendiri sebagai bahan konstruksi, lebih sering
Seng dapat melebur dalam dapur galvaniz pada temperatur 419,470 C dan
mempunyai titik didih 9070 C (Henkel, 2002: 37). Pelapisan logam dengan logam
pelapis berupa seng memiliki beberapa keuntungan yaitu biaya prosesnya murah,
cukup tersedia di alam, daya tahan lapisan yang lama, melindungi substrat dari
kerusakan secara mekanis, mudah untuk dilakukan dan logam yang telah dilapisi
dan kondisi lingkungan yang dihadapi. Adakalanya jenis lingkungan yang tampak
sama seringkali menghasilkan proses korosi yang berbeda, hal ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya variasi minor yang disebabkan oleh kecepatan angin dan
dengan lapisan yang tersisa, sebagian besar lapisan seng akan hilang sampai
19
akhirnya baja terserang korosi, sebagai akibat dari peran yang dijalankannya
korosi serius akan tertunda sampai lapisan pelindung tinggal 10% saja dari
keadaan semula.
lapisan terhadap umur lapisan seng. Lapisan seng setebal 0,03 mm di udara
sekitar 8 tahun bila di lingkungan laut, tetapi hanya menjadi 4 tahun bila di daerah
industri yang terkena polusi belerang oksida, dalam keadaan terendam dalam air
laut, setiap lapisan dengan ketebalan 0,03 mm akan habis kira-kira 1 tahun, tetapi
dengan adanya polusi terutama hidrogen sulfida yang ditimbulkan oleh limbah-
Lapisan seng relatif stabil jika berada pada kondisi atmosfir yang kering
dan relatif panas. Pada kondisi lingkungan yang relatif lembab, lapisan oksida
dioksida (CO2) yang lazim ada di udara akan bereaksi dan membentuk seng
karbonat. Kedua senyawa ini bersifat sangat stabil sehingga dapat mencegah
reaksi korosi lanjut, pada daerah yang dekat dengan pertanian, umur lapisan seng
insektisida, ada beberapa jenis insektisida yang dapat merusak lapisan seng
terutama apabila setelah dilakukan penyemprotan terjadi hujan. Air hujan yang
asam yang merupakan media yang sangat korosif terhadap lapisan seng.
2.2 Baja
Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur besi (Fe) dan karbon (C)
dengan sedikit unsur Si, P, Mn, S dan Cu. Unsur-unsur paduan diberikan dengan
maksud memperbaiki atau memberi sifat yang sesuai dengan sifat yang diinginkan
keuletan baja. Baja karbon rendah memiliki kekuatan sedang dengan keuletan
yang sangat baik dan digunakan dalam kondisi anil atau normalisasi untuk
disekitar 0,2% keuletannya sudah tidak memadai untuk keperluan lenyuk dalam
21
(deep drawing) dan perpatahan rapuh yang terjadi pada potongan tebal setelah
pengelasan akan mengurangi daya guna baja karbon tersebut (RE. Smallman,
1991: 450).
lebih baik bila dibandingkan dengan logam yang berwujud cair. Logam padat
menjadikan jarak-jarak antar atom tetap pendek namun hal ini justru sebaliknya
untuk logam yang bentuknya cair, meskipun tetap tersusun rapat namun molekul-
molekul tidak terhalang untuk dapat bergerak bebas dalam kumpulan besarnya.
22
pada titik A logam leleh yang berupa atom-atom logam yang terhimpun dalam
atom-atom logam mulai mengatur diri ke dalam susunan yang sangat tertata.
Susunan yang terbentuk pada suatu temperatur tertentu untuk logam yang tertentu
pula selalu bentuknya sama meskipun untuk logam-logam yang berbeda pola
susunan atom itu ternyata beragam. Proses pembekuan logam berlangsung disertai
dengan pelepasan energi yang disebut dengan panas laten peleburan (latent heat of
pembentukan kristal hanya sedikit namun kristal itu akan terus menerus tumbuh
pencetakan sangat penting karena akan menentukan sifat-sifat mekanik logam dan
kecil atom, untuk membentuk kristal baru akan lebih alami hasilnya bila
kristal paling cepat terjadi pada sudut-sudutnya sehingga dari situlah percabangan
bermula. Kristal yang telah bercabang disebut dendrit dimana orientasi tiap
terpaku dalam orientasi acak hingga bahan yang masih cair yang tersisa diantara
Kristal-kristal ini bila telah terbentuk secara lengkap dalam keadaaan padat
kemudian disebut butir (grain), di daerah antara dua buah butir, tempat pola
kristal berubah orientasi, atom-atom tidak serasi dengan kisi-kisi pada butir yang
batas butir yang merupakan daerah pertemuan antara kisi-kisi yang bersebelahan,
fabrikasi.
Cacat yang terjadi pada logam secara umum dapat dikelompokkan menjadi
Cacat titik merupakan cacat pada suatu kisi sempurna, dengan sengaja
2. Cacat garis
Cacat garis merupakan cacat yang terjadi di dalam struktur butir ketika
pada kisi. Cacat garis contohnya dislokasi, dimana jenis dislokasi yaitu:
a. Dislokasi tepi (edge dislocation) yaitu adanya sebuah bidang atom tidak
3. Cacat volume
manufacturing, yaitu:
a. Renik (voids), cacat ini berupa rongga-rongga kecil dalam bahan yang
tentunya bukan bagian dari struktur kisi kristal logam itu sendiri.
2.3 Korosi
suatu material yang disebabkan karena adanya reaksi dengan lingkungannya yang
macam yakni proses secara kimiawi dan proses perlakuan (Fontana, 1984: 2).
Proses korosi secara kimiawi adalah proses ionisasi yang terjadi secara
daerah atau kondisi operasi tertentu. Dua buah logam yang memiliki sifat yang
berbeda yang saling berdekatan akan menghasilkan ion positif dan negatif,
baru karena udara mengandung bermacam-macam unsur, salah satu yang paling
bentuk oksidanya.
penurunan mutu suatu logam. Penurunan mutu ini tidak hanya melibatkan reaksi
kimia namun juga melibatkan reaksi elektrokimia yaitu reaksi antara bahan-bahan
Atom logam yang mengalami suatu reaksi korosi, atom itu akan diubah
menjadi sebuah ion melalui reaksi dengan suatu unsur yang terdapat
M MZ+ + Ze-
baja dari korosi dalam jangka waktu yang cukup lama, hal ini karena gas dan
lapisan pelindung yang berasal dari zinc oxide dan hydroxide. Korosi yang terjadi
Mekanisme umum perlindungan lapisan seng terhadap laju korosi pada baja
yaitu:
28
perbedaan potensial elektrokimia antara baja dengan seng sehingga apabila terjadi
proses oksidasi maka lapisan seng terlebih dahulu teroksidasi, perlindungan ini
terkorosi setelah semua lapisan seng yang melindunginya terkorosi, hal ini akan
memberikan cukup waktu untuk melakukan pelapisan kembali pada baja tersebut.
2. Proteksi anodik
sehingga logam itu terpolarisasi anodik dari potensial korosi bebasnya, sehingga
yang seharusnya terjadi pada baja terhalangi karena adanya lapisan tersebut.
permukaan baja.
Merupakan korosi yang terjadi pada suatu logam secara menyeluruh, sebagai
lepas pantai.
29
Adalah korosi lokal yang secara secara selektif menyerang bagian permukaan
Adalah korosi yang disebabkan oleh adanya arus konvensional yang mengalir
4. Korosi celah
Adalah korosi yang terjadi karena sebagian permukaan logam terhalang dari
Adalah korosi yang disebabkan adanya dua logam tak sejenis (dissimilar
sederhana.
6. Korosi erosi
Adalah korosi yang disebabkan akibat gerak relatif antara elektrolit dan
proses elektrokimia dan oleh efek-efek mekanik seperti abrasi dan gesekan.
7. Korosi intergranuler
Korosi ini terjadi bila daerah batas butir terserang akibat adanya endapan di
dalam struktur logam. Bahan-bahan tersebut yaitu logam antara dan senyawa.
31
akan patah, patahnya logam ini dapat dipercepat bila terdapatnya korosi pada
logam tersebut.
Adalah korosi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak nampak secara
Korosi panas yang terjadi pada turbin gas disebabkan oleh kombinasi antara
mengetahui seberapa besar atau seberapa banyak jumlah suatu kandungan unsur
yang terdapat pada suatu logam, baik logam ferro maupun logam non ferro.
unsur berdasarkan sensor perbedaan warna. Proses pembakaran elektroda ini tidak
lebih dari tiga detik. Pengujian komposisi dilakukan untuk menentukan jenis
logam terhadap penetrasi dalam memberikan suatu indikasi yang cepat mengenai
33
luluh atau kekuatan tarik logam karena sewaktu identasi, material di sekitar jejak
pengujian yang mudah dilakukan, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang
relatif kecil tanpa kesukaran mengenai spesifikasi benda uji. Pengujian yang
banyak dipakai adalah dengan cara menekankan suatu penekan pada benda uji
dengan beban tertentu dan mengukur bekas hasil penekanan yang terbentuk di
adalah pengujian penekanan, pada pengujian penekanan terdapat beberapa alat uji
yang dapat digunakan, antara lain dengan alat uji Brinell, Vickers dan Rockwell.
yang berbentuk bujur sangkar dan sudut antara dua bidang miring yang
berhadapan sebesar 1360, untuk beban yang digunakan dalam penekanan antara 10
penekan yang sama, kekerasan dapat ditentukan tidak hanya untuk bahan lunak
34
akan tetapi juga untuk bahan keras, dengan bekas tekanan yang kecil bahan
kerja yang sangat tipis atau lapisan permukaan yang tipis dapat diukur dengan
piramida intan yang dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antara
kekerasan piramida intan (DPN) atau angka kekerasan Vickers (VHN atau VPN),
secara teoritis diartikan sebagai besarnya beban dibagi luas penampang lekukan
VHN =
2.P.Sin α ( 2)
d2
P ⎛ kg ⎞
= 1,854 2 ⎜ 2⎟
d ⎝ mm ⎠
Uji kekerasan Vickers banyak dipakai dalam kegiatan riset karena cara
Vickers dapat digunakan untuk material yang sangat keras sekalipun, hal ini
karena indentor yang digunakan berupa intan yang merupakan bahan yang paling
keras.
Struktur mikro adalah struktur terkecil yang terdapat dalam suatu bahan
yang keberadaannya tidak dapat di lihat dengan mata telanjang, tetapi harus
mikroskop electron, mikroskop field ion, mikroskop field emission dan mikroskop
pada bahan.
dilaksanakan yaitu:
1. Tahap pemotongan
Tahap ini berupa pemotongan benda kerja yang nantinya akan diteliti.
2. Tahap pengamplasan
Tahap ini dilakukan mulai dari ukuran amplas yang paling kecil hingga yang
3. Tahap polishing
4. Tahap pengetsaan
Proses pengetsaan bertujuan agar struktur benda uji dapat terlihat dengan
jelas.
5. Tahap pemotretan
tertentu.
material yang dinyatakan dalam massa dibagi waktu. Pengujian laju korosi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara alami dan secara buatan. Pengujian secara
alami dapat menggunakan air laut, sedangkan pengujian secara buatan dapat
penelitian ini menggunakan larutan H2SO4 (asam sulfat). Besarnya laju korosi
wo - wi ⎛ gr ⎞
Laju Korosi = ⎜ ⎟
T ⎝ menit ⎠
Baja dan besi merupakan logam yang paling banyak digunakan sebagai
logam ini dikarenakan baja dan besi merupakan logam yang mempunyai kekuatan
namun bukan berarti logam tersebut dapat digunakan selamanya karena suatu saat
Perlindungan terhadap bahaya korosi terutama pada besi dan baja dapat
dilakukan dengan proses pelapisan logam dengan metode Hot Dip Galvanizing.
pelapisan yang media pelapisnya berupa seng yang telah dipanaskan hingga
memperbaiki penampilan logam (sifat dekoratif). Hasil lapisan seng yang baik dan
sempurna dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yang harus diperhatikan yaitu
zat terlarut lebih disukai, daya larutnya bertambah besar dan terjadi penguraian
ion logam tetapi viskositas (kekentalan) menjadi berkurang sehingga endapan ion
38
logam pada katoda akan lebih cepat sirkulasinya. Kecepatan pelapisan yang
semakin tinggi akan menghasilkan lapisan yang semakin tebal tetapi bila
temperatur pencelupan terlalu tinggi maka pelapisan akan mengarah pada hasil
lapisan yang kasar dan akan mengurangi terserapnya gas hidrogen dalam lapisan,
menurunkan tegangan serta mengurangi kerapuhan. Hasil lapisan yang baik dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Alat Penelitian
• Mesin gergaji
• Mesin bor
39
40
• Mesin polishing
• Peralatan uji korosi (labu ukur, gelas ukur, timbangan digital, pipet dan
gelas kimia)
• Tang
• Kawat
2. Bahan Penelitian
• Larutan H2SO4
• Air bersih
• Seng cair
1. Variabel bebas
variable).
41
baja karbon rendah dengan pelapisan metode Hot Dip Galvanizing, yaitu
2. Variabel terikat
adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengaruh
3. Variabel kontrol
penelitian. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah prosedur pelapisan dengan
metode Hot Dip Galvanizing dan bahan yang digunakan yaitu baja karbon rendah.
1. Pemotongan bahan
Memotong bahan yang berupa baja karbon rendah dengan ukuran tebal 3
38 3
2. Pengeboran spesimen
3. Pemolesan
industri yang bergerak dalam bidang pelapisan dengan metode Hot Dip
3. Mengatur suhu seng yang dibagi dalam tiga kali kelompok pencelupan, yaitu
lapisan.
43
komposisi kimia yang terkandung dalam suatu bahan atau prosentase dari tiap
unsur pembentuk bahan misalnya unsur C, Si, Fe, Cu, Mg, Al dan unsur-unsur
lainnya.
2. Spesimen diletakkan pada bed dan dibakar dengan sejenis elektroda hingga
Proses pembakaran elektroda ini tidak boleh lebih dari tiga detik. Hasil dari
oleh suatu alat uji melalui sensor cahaya dan akan diteruskan ke dalam
dilakukan sebanyak tiga kali kemudian hasilnya dirata-rata dan diprint out.
2. Tempelkan sensor ukur tegak lurus terhadap spesimen sehingga pada layar
alat ukur akan muncul besarnya tebal lapisan yang dinyatakan dalam μm.
di bawah ini:
Pengukuran ke- 1 2 3
6 5 4
Gambar 17. Urutan Pengukuran Tebal Lapisan
Pemolesan dengan menggunakan amplas mulai dari amplas no. 100 sampai no.
1500 kemudian diberi autosol agar lebih halus dan mengkilap. Tahap ini
polishing. Setelah pemolesan selesai, baru dilakukan foto mikro terhadap bahan
1. Spesimen yang akan dilakukan uji foto mikro harus rata terhadap bidang
menggunakan autosol.
4. Pilih cahaya yang sesuai dengan memutar light intensity control knop.
8. Pilih lokasi yang akan diinginkan dengan memutar stage drive control knop.
47
9. Pemotretan: masukan film pada kamera, pilih spesifik gambar yang akan
diambil dengan photo unit adjuster dial, dan tekan expose untuk melakukan
pemotretan.
akan turun dan menekan bahan uji dan penekan ditahan sampai 5 detik.
VHN =
2.P.Sin α ( 2)
d2
P ⎛ kg ⎞
= 1,854 2 ⎜ 2⎟
d ⎝ mm ⎠
sulfat) dengan konsentrasi 8%, 10% dan 12% yang dibagi lagi dalam dua
tahapannya yaitu:
49
1. Tahap Awal
Tahap awal pengujian laju korosi yaitu melakukan penimbangan awal (wo)
92%.
90%.
88%.
2. Tahap Perendaman
hari dan 10 hari yang dilakukan pada suhu kamar. Mulanya siapkan gelas
kimia yang telah beri larutan uji kemudian masukkan spesimen ke dalamnya,
ikatkan plastik sebagai penutupnya yang bertujuan agar tidak ada unsur luar
Gelas Kimia
Larutan Uji
Benda Uji
3. Tahap Akhir
rumus:
wo - wi ⎛ gr ⎞
Laju Korosi = ⎜ ⎟
T ⎝ menit ⎠
yang ada sehingga diperoleh data yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berupa
terhadap tebal lapisan, kekerasan, laju korosi dan struktur mikro pada baja karbon
rendah dengan pelapisan metode Hot Dip Galvanizing berupa dalam bentuk
Pembuatan spesimen
Uji Komposisi
Variasi temperatur
Pelapisan dengan metode
pencelupan (4400 C,
Hot Dip Galvanizing
4500 C dan 4600 C)
Data
Analisis
Hasil
BAB IV
pembentuk suatu bahan. Hasil pengujian komposisi baja karbon rendah pada
dalam tiga bagian. Baja dengan kandungan karbon kurang dari 0,30% disebut baja
karbon rendah, baja dengan kadar karbon 0,30% – 0,45% disebut baja karbon
sedang dan baja dengan kadar karbon 0,45% – 0,71% disebut baja karbon tinggi
karbon sebesar 0,135% sehingga termasuk dalam kelompok baja karbon rendah.
53
54
memiliki tebal lapisan Zn rata-rata sebesar 65,33 µm, ketebalan ini semakin naik
sebesar 21,2% pada spesimen yang dicelup pada suhu 4500 C dan naik sebesar
26,6% pada spesimen yang dicelup pada suhu 4600 C. Hal ini sesuai dengan teori
a. Kondisi permukaan
b. Lama pencelupan
c. Temperatur pencelupan
90
80
Tebal Lapisan (µm)
70 79.2 82.71
60
65.33
50
40
30
20
10
0
435 440 445 450 455 460 465
Temperatur Pencelupan (0C)
Gambar 24. Pengaruh temperatur pencelupan terhadap tebal lapisan Zn
meningkatnya tebal lapisan seng yang melekat pada baja seiring dengan naiknya
temperatur pencelupan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi temperatur seng akan
besar dan akan meningkatkan reaktifitas seng yang berakibat mobilitas ion-ion
seng menjadi tinggi sehingga mudah berdifusi pada baja (Charles, 1996: 381).
56
spesimen yang dicelup pada suhu 4400 C dan 4500 C nilai kekerasannya 196,03
VHN sedangkan pada bahan yang dicelup pada suhu 4600 C mengalami kenaikan
sebesar 8,53%. Nilai kekerasan raw material (baja karbon rendah) yang
Baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip Galvanizing
dibandingkan logam dasarnya dan pada variasi 4500 C naik sebesar 16,74%
(196,03 VHN) serta spesimen yang dicelup pada suhu 4600 C mengalami
250
212.75
196.03 196.03
Nilai Kekerasan (VHN)
200
171.55 171.55
167.92
150 lapisan
Zn
Logam
100
Dasar
50
0
440 450 460
pelapisan dengan metode Hot Dip Galvanizing akan menaikkan nilai kekerasan
dibandingkan logam dasarnya. Hal ini disebabkan karena pada pelapisan dengan
metode Hot Dip Galvanizing akan menghasilkan lapisan paduan antar muka
(interface alloying) yang terbentuk antara lapisan Zn dengan baja dalam bentuk
ikatan metalurgi yang kuat dan tersusun secara berlapis-lapis yang biasa disebut
fasa. Lapisan paduan tersebut yaitu lapisan Eta, Zeta, Delta dan Gamma yang
58
secara umum memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan logam
Hasil pengujian laju korosi pada penelitian ini dituangkan dalam tabel
berikut:
larutan H2SO4. Pada pengujian laju korosi selama 4 hari dengan konsentrasi
H2SO4 sebesar 8% laju korosi yang terjadi sebesar 9,00347.10-5 gram/menit, nilai
ini meningkatkan sebesar 6,75% pada konsentrasi H2SO4 10% dan naik sebesar
59
19,03% pada konsentrasi H2SO4 12%. Pada pengujian selama 10 hari dengan
nilai ini meningkatkan sebesar 24,26% pada konsentrasi H2SO4 10% dan naik
18
16
Laju Korosi .10-5 (gr/menit)
14
12 Lama Pengujian
10 4 Hari
8 10 Hari
6
4
2
0
8% 10% 12%
Konsentrasi Larutan H2SO4
Gambar 26. Pengaruh konsentrasi larutan H2SO4 terhadap
laju korosi baja yang tidak digalvanizing
34,59% pada pengujian selama 10 hari sedangkan pada konsentrasi H2SO4 10%
laju korosi mengalami peningkatan sebesar 56,67% dan pada konsentrasi H2SO4
Dari sini diketahui bahwa laju korosi yang terjadi pada baja yang tidak
juga terhadap lama pengujian. Larutan H2SO4 yang semakin pekat menyebabkan
60
korosi selama 4 hari pengujian. Baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C dengan
naik 44,50% pada konsentrasi 10% dan naik hingga 70,67% pada konsentrasi
12%. Pada baja yang digalvanizing pada suhu 4500 C dengan konsentrasi H2SO4
konsentrasi 10% dan naik sebesar 87,89% pada konsentrasi 12%. Pada baja yang
20,23785.10-5 gram/menit, laju korosinya naik 53,25% pada konsentrasi 10% dan
Pengujian laju korosi baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C dengan
naik sebesar 18,33% namun hanya naik 4,69% pada suhu pencelupan 4600 C.
Pada pengujian baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C dengan larutan H2SO4
10% laju korosinya 14,96181.10-5 gram/menit, pada suhu 4500 C laju korosinya
naik sebesar 27,90% dan hanya naik 11,03% pada suhu pencelupan 4600 C. Pada
pengujian baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C dengan larutan H2SO4 12%
laju korosinya 20,2378.10-5 gram/menit, pada suhu 4500 C naik sebesar 13,76%
dan semakin naik hingga sebesar 38,05% pada suhu pencelupan 4600 C.
61
Data di atas menunjukkan bahwa pada pengujian laju korosi selama 4 hari
untuk baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C mempunyai nilai laju korosi yang
terkecil bila dibandingkan dengan baja yang digalvanizing pada suhu 4500 C dan
4600 C baik untuk larutan H2SO4 dengan konsentrasi 8%, 10% dan 12%.
30
25
Laju Korosi .10-5 (gr/menit)
20 Konsentrasi
H2SO4
15 8%
10%
10 12%
0
435 440 445 450 455 460 465
Temperatur Pencelupan (0C)
Gambar 27. Pengaruh temperatur pencelupan terhadap
laju korosi selama 4 hari
lapisan intermetalik yang dapat mengikat dengan baik antara lapisan seng dengan
baja namun jika ikatan tersebut terlalu tebal akan menyebabkannya menjadi getas.
Reaksi kimia yang terjadi antara Zn dengan H2SO4 berlangsung secara cepat saat
juga dihasilkan energi yang berupa panas, dilepaskannya belerang dioksida (SO2),
dihasilkan garam yang berasal dari ion-ion zinc (Zn2+) dan dihasilkan air (H2O),
namun pada pengujian laju korosi selama 4 hari garam yang dihasilkan sebagai
bahwa laju korosi cenderung naik seiring dengan kenaikan temperatur pencelupan
Korosi yang terbesar terjadi pada baja yang digalvanizing pada suhu 4600 C
dengan 12% H2SO4, hal ini karena pada suhu pencelupan 4600 C ion-ion Zn
sangat reaktif sehingga proses difusinya berupa ion-ion Zn dengan ukuran yang
lebih kecil ditambah lagi larutan ujinya sangat korosif yaitu pada konsentrasi 12%
korosi selama 10 hari pengujian. Baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C
23,09% pada konsentrasi 10% dan naik 54,73% pada konsentrasi 12%. Pada baja
10% dan naik 30,97% pada konsentrasi 12%. Pada baja yang digalvanizing pada
gram/menit, laju korosinya naik 122,85% pada konsentrasi 10% dan naik
Pengujian baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C dengan larutan H2SO4
8% laju korosinya 11,42083.10-5 gram/menit, pada suhu 4500 C turun 41,22% dan
kembali turun sebesar 58,65% pada suhu pencelupan 4600 C. Pada pengujian laju
korosi baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C dengan larutan H2SO4 10% laju
63
korosinya 14,05833.10-5 gram/menit, pada suhu 4500 C turun sebesar 37,92% dan
turun sebesar 25,14% pada suhu pencelupan 4600 C. Pada pengujian baja yang
digalvanizing pada suhu 4400 C dengan larutan H2SO4 12% laju korosinya
17,67153 gram/menit, pada suhu 4500 C turun sebesar 50,24% dan turun sebesar
yang terjadi juga semakin tinggi juga, jika pada pengujian selama 4 hari diatas
bahan yang digalvanizing pada suhu 4400 C memiliki nilai laju korosi yang
bahwa baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C memiliki laju korosi yang
terbesar, namun pada suhu 4500 C nilainya turun dan kembali naik pada 4600 C.
20
18
Laju Korosi .10-5 (gr/menit)
16
14
Konsentrasi
12 H2SO4
10 8%
8
10%
6
12%
4
2
0
435 440 445 450 455 460 465
Pengujian laju korosi selama 10 hari dihasilkan garam dalam jumlah yang
cukup besar yang mengindikasikan bahwa reaksi yang terjadi antara baja yang
berbeda-beda, dimana bahan dengan variasi suhu 4400 C memiliki laju korosi
yang terbesar yang disebabkan pada suhu tersebut seng masih relatif kental
(viskositas masih tinggi) sehingga seng yang menempel pada baja disebabkan
masih terbatas dan seng yang menempel pada baja masih relatif kecil sehingga
apabila terjadi korosi lapisan seng tersebut lebih mudah untuk terkikis yang
Baja yang dicelup pada suhu 4500 C mempunyai nilai laju korosi pada
daerah rata-rata, hal ini dikarenakan pergerakan ion logam seng sudah baik
sehingga lapisan yang menempel telah dapat berikatan dan menempel dengan
baik, sedangkan pada baja yang digalvanizing pada suhu 4600 C dengan
konsentrasi larutan uji tidak terlalu korosif sehingga proses pengikisannya lebih
korosi pada baja yang digalvanizing pada suhu 4400 C. Baja galvanizing yang
diuji dengan H2SO4 8% laju korosinya mengalami kenaikan 10,30% pada 10 hari
pengujian dan pada pengujian dengan H2SO4 12% mengalami penurunan 12,68%
25
Laju Korosi .10-5 (gr/menit)
20
15 Konsentrasi
H2SO4
10
8%
5 10%
12%
0
0 2 4 6 8 10 12
Lama Pengujian (Hari)
Gambar 29. Pengaruh lama pengujian terhadap laju korosi
pada variasi pencelupan 4400 C
semakin kecil mengalami penurunan yang paling besar, hal ini disebabkan dengan
besar sehingga reaksi kimia yang terjadi akan berlangsung secara cepat namun
halnya bila hal ini diteruskan akan berakibat daya korosifnya akan berkurang
secara cepat.
dibandingkan baja) sehingga saat terjadi proses oksidasi dengan larutan H2SO4
maka lapisan seng akan menjadi bahan yang dikorbankan (sacrificial waster)
sedangkan baja yang lebih mulia laju korosinya akan terhambat. Saat proses
oksidasi terjadi, maka gas dan kelembaban di sekitar bagian bawah seng akan
menghasilkan sebuah lapisan pelindung yang berasal dari zinc oxide dan
hydroxide.
kurang tepat digunakan, hal ini karenakan Zn akan dengan mudah mengkorosi
lapisan Zn dengan melepaskan ion-ion zinc (Zn2+) dengan turut melepaskan SO2.
Jika proses pengujian dilakukan di daerah terbuka maka pembuktian tujuan dari
pelapisan yaitu untuk melindungi logam yang dilapisi dari proses korosi dapat
dilakukan, pada daerah terbuka akan terjadi proses oksidasi (proses reaksi dengan
oksigen) yang merupakan faktor utama penyebab korosi. Baja yang penyusun
utamanya adalah besi akan lebih mudah teroksidasi dibandingkan Zn, sehingga
proses perlindungan terhadap korosi dapat dengan tepat dilakukan untuk material
termasuk dalam jenis korosi merata (general corrosion) yaitu proses korosi yang
Berikut ini adalah foto struktur mikro hasil pemotretan spesimen uji untuk
Ferrite
Pearlite
50μm
material yang menunjukkan dominasi kristal ferrite yang nampak berwarna putih
(terang) terhadap kristal pearlite yang berwarna hitam (gelap). Dominasi ini
menunjukkan bahwa raw material merupakan logam yang tidak terlalu keras
Lapisan Zn
20μm
Lapisan Zn
20μm
Lapisan Zn
20μm
Gambar 31, 32 dan 33 merupakan foto mikro dari baja yang digalvanizing
Zn dapat menempel dengan baik pada baja, dan lapisan seng yang menempel
Pengujian struktur mikro pada suhu 4400 C terlihat bahwa struktur lapisan
Zn tidak terbentuk secara merata namun pada spesimen yang digalvanizing pada
69
suhu 4500 C dan 4600 C pembentukan struktur lapisan Zn dapat terbentuk secara
maka lapisan paduan Zn dan baja yang dihasilkan susunan struktur lapisan
permukaan baja. Lapisan tersebut terbentuk disebabkan karena lapisan seng murni
yang berdifusi (masuk ke dalam baja) saat proses pencelupan dilakukan yang
nantinya akan membentuk lapisan paduan antar muka (interface alloying) antara
seng dengan baja. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada pelapisan dengan
metode Hot Dip Galvanizing pada saat spesimen dicelupkan pada seng cair yang
panas terjadi proses difusi, yaitu proses pemasukan ion-ion logam Zn ke dalam
struktur baja sehingga akan diperoleh lapisan paduan yang terdiri oleh sejumlah
Zn dan besi.
Lapisan Eta
Lapisan Zeta
Lapisan Delta
Lapisan Gamma
20μm
Baja
sebagai berikut:
70
1. Lapisan Eta
Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang tersusun oleh 100% seng yang
2. Lapisan Zeta
Lapisan ini terdiri dari sekitar 94% seng dan 6% besi yang memiliki
3. Lapisan Delta
Lapisan ini terdiri dari sekitar 90% seng dan 10% besi yang memiliki
4. Lapisan Gamma
Lapisan ini terdiri dari sekitar 75% seng dan 25% besi yang memiliki
mengetahui seberapa banyak jumlah suatu kandungan unsur yang terdapat pada
suatu logam. Nilai kekerasan di setiap lapisan yang terbentuk diukur dengan
VHN (Vickers Hardness Number) atau dapat pula ditulis dengan DPN (Diamond
Pyramid Number), hal ini dikarenakan indentor yang digunakan berupa berlian
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
sebagai berikut:
spesimen yang dicelup pada suhu 4400 C tebal lapisan seng 65,33 µm, pada
suhu 4500 C tebalnya menjadi 79,20 µm dan pada suhu 4600 C tebalnya
82,71 µm.
suhu 4400 C dan 4500 C nilai kekerasannya 196,03 VHN dan pada suhu 4600
3. Laju korosi pada baja yang tidak digalvanizing semakin naik seiring dengan
naiknya laju korosi namun kembali turun pada suhu 4600 C. Pada pengujian
semakin turun namun naik pada suhu 4600 C. Pada pada spesimen yang
71
72
struktur mikro lapisan Zn akan semakin baik dan merata, yaitu lapisan Eta,
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang
maksimal.
dan penggunaan bahan yang dicelup, misal: untuk material yang akan
tebalnya harus lebih besar dari 80 µm karena laju korosi di pinggir pantai 8-
15 µm pertahun.
DAFTAR PUSTAKA
Dagun Save M. 2005. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Edisi keempat. Jakarta:
Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara
Svehla G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka
Surdia Tata, Saito Shinroku. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik. Edisi kelima.
Jakarta: PT Pradnya Paramitha
73
73
Lampiran 1. Hasil uji komposisi 74
Lampiran 2. Hasil uji kekerasan Vickers 75
Lampiran 3. Perhitungan kekerasan Vickers 76
PERHITUNGAN KEKERASAN
VHN =
2.P.Sin α ( 2) = 1,854
P ⎛ kg ⎞
2 ⎜ 2⎟
d 2
d ⎝ mm ⎠
a. Titik 1
d = 0,64 mm
40
VHN = 1,854 = 181,09 kg
0,64 2 mm 2
b. Titik 2
d = 0,65 mm
40
VHN = 1,854 = 175,56 kg
0,65 2 mm 2
c. Titik 3
d = 0,65 mm
40
VHN = 1,854 = 175,56 kg
0,65 2 mm 2
P = 50 gram = 0,05 kg
a. Lapisan Zn Spesimen 1
d = 21,5 µm = 0,0215 mm
0,05
VHN = 1,854 = 200,54 kg
0,0215 2 mm 2
77
b. Lapisan Zn Spesimen 2
d = 22 µm = 0,022 mm
0,05
VHN = 1,854 = 191,53 kg
0,022 2 mm 2
d = 23 µm = 0,023 mm
0,05
VHN = 1,854 = 175,24 kg
0,023 2 mm 2
d = 23,5 µm = 0,0235 mm
0,05
VHN = 1,854 = 167,86 kg
0,0235 2 mm 2
a. Lapisan Zn Spesimen 1
d = 21 µm = 0,021 mm
0,05
VHN = 1,854 = 191,53 kg
0,0212 mm 2
b. Lapisan Zn Spesimen 2
d = 21,5 µm = 0,0215 mm
0,05
VHN = 1,854 = 200,54 kg
0,0215 2 mm 2
d = 23,25 µm = 0,02325 mm
0,05
VHN = 1,854 = 171,49 kg
0,02325 2 mm 2
78
d = 23,75 µm = 0,02375 mm
0,05
VHN = 1,854 = 164,34 kg
0,02375 2 mm 2
a. Lapisan Zn Spesimen 1
d = 20,75 µm = 0,02075 mm
0,05
VHN = 1,854 = 215,3 kg
0,02075 2 mm 2
b. Lapisan Zn Spesimen 2
d = 21 µm = 0,021 mm
0,05
VHN = 1,854 = 191,53 kg
0,0212 mm 2
d = 23 µm = 0,023 mm
0,05
VHN = 1,854 = 175,24 kg
0,023 2 mm 2
d = 23,5 µm = 0,0235 mm
0,05
VHN = 1,854 = 167,86 kg
0,0235 2 mm 2
Lampiran 4. Penghitungan Laju Korosi 79
wo - wi ⎛ gr ⎞
Laju Korosi = ⎜ ⎟
T ⎝ menit ⎠
1. Konsentrasi H2SO4 8%
a. Raw material
w0 = 23,7253 gr wi = 23,2067 gr
23,7253 − 23,2067
Laju Korosi = = 9,00347. 10-5 gr
5760 menit
w0 = 26,8854 gr wi = 26,2890 gr
26,8854 − 26,2890
Laju Korosi = = 10,35417. 10-5 gr
5760 menit
w0 = 25,8358 gr wi = 25,1300 gr
25,8358 − 25,1300
Laju Korosi = = 12,25347. 10-5 gr
5760 menit
w0 = 26,4792 gr wi = 25,8548 gr
26,4792 − 25,8548
Laju Korosi = = 10,84028. 10-5 gr
5760 menit
80
e. Raw material
w0 = 22,0667 gr wi = 20,3217 gr
22,0667 − 20,3217
Laju Korosi = = 12,11806. 10-5 gr
14400 menit
w0 = 28,7499 gr wi = 27,1053 gr
28,7499 − 27,1053
Laju Korosi = = 11,42083. 10-5 gr
14400 menit
w0 = 27,8399 gr wi = 26,8732 gr
27,8399 − 26,8732
Laju Korosi = = 6,71319. 10-5 gr
14400 menit
w0 = 29,6908 gr wi = 29,0108 gr
29,6908 − 29,0108
Laju Korosi = = 4,72222. 10-5 gr
14400 menit
a. Raw material
w0 = 23,7896 gr wi = 23,2360 gr
23,7896 − 23,2360
Laju Korosi = = 9,61111. 10-5 gr
5760 menit
81
w0 = 28,5105 gr wi = 27,6487 gr
28,5105 − 27,6487
Laju Korosi = = 14,96181. 10-5 gr
5760 menit
w0 = 29,2903 gr wi = 28,1881 gr
29,2903 − 28,1881
Laju Korosi = = 19,13542. 10-5 gr
5760 menit
w0 = 27,2497 gr wi = 26,2928 gr
27,2497 − 26,2928
Laju Korosi = = 16,61285. 10-5 gr
5760 menit
e. Raw material
w0 = 25,1688 gr wi = 23,0005 gr
25,1688 − 23,0005
Laju Korosi = = 15,05764. 10-5 gr
14400 menit
w0 = 28,3268 gr wi = 26,3024 gr
28,3268 − 26,3024
Laju Korosi = = 14,05833. 10-5 gr
14400 menit
w0 = 29,5408 gr wi = 28,2841 gr
29,5408 − 28,2841
Laju Korosi = = 8,72708. 10-5 gr
14400 menit
82
w0 = 27,2443 gr wi = 25,7289 gr
27,2443 − 25,7289
Laju Korosi = = 10,52361. 10-5 gr
14400 menit
a. Raw material
w0 = 22,2514 gr wi = 21,6341 gr
22,2514 − 21,6341
Laju Korosi = = 10,71701. 10-5 gr
5760 menit
w0 = 26,2629 gr wi = 25,0972 gr
26,2629 − 25,0972
Laju Korosi = = 20,23785. 10-5 gr
5760 menit
w0 = 23,5759 gr wi = 22,2498 gr
23,5759 − 22,2498
Laju Korosi = = 23,02257. 10-5 gr
5760 menit
w0 = 28,5748 gr wi = 26,9655 gr
28,5748 − 26,9655
Laju Korosi = = 27,93924. 10-5 gr
5760 menit
83
e. Raw material
w0 = 21,1468 gr wi = 18,7341 gr
21,1468 − 18,7341
Laju Korosi = = 16,75486. 10-5 gr
14400 menit
w0 = 27,5724 gr wi = 25,0277 gr
27,5724 − 25,0277
Laju Korosi = = 17,67153. 10-5 gr
14400 menit
w0 = 26,8939 gr wi = 25,6278 gr
26,8939 − 25,6278
Laju Korosi = = 8,79236. 10-5 gr
14400 menit
w0 = 28,7746 gr wi = 27,2817 gr
28,7746 − 27,2817
Laju Korosi = = 10,36736. 10-5 gr
14400 menit
Lampiran 5. Surat Penetapan Dosen Pembimbing 84
Lampiran 6. Surat Ijin Pengujian Bahan di Laboratorium Bahan UGM 85
Lampiran 7. Surat Ijin Pengujian Laju Korosi di Laboratorium Kimia UNNES 86
Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian di PT Cerah Sempurna 87
Lampiran 9. Hasil Uji Laju Korosi 88
Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian di Laboratorium Kimia UNNES 89
PERANCANGAN REGULATOR ROBUST
PADA ROTO PACKER (PROSES PACKING)
DENGAN METODE KONTROL H∞
DI PT. SEMEN GRESIK-TUBAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh:
MUFID ARIANTO
NIM. 0110630092-63
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh:
MUFID ARIANTO
NIM. 0110630092-63
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
MUFID ARIANTO
NIM. 0110630092-63
MAJELIS PENGUJI :
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Ir. Purwanto, MT
NIP. 131 574 847
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan petunjuk dan
kasih sayang-Nya yang berbuah kekuatan, kesabaran dan kemudahan, sehingga skripsi
yang berjudul “Penerapan Regulator Robust Pada Roto Packer (Proses Packing) Dengan
Metode Kontrol Robust H∞ Di PT. Semen Gresik-Tuban” ini dapat terselesaikan sesuai
yang diinginkan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
SAW, Keluarga dan Sahabatnya, yang telah banyak memberikan keteladanan hidup.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, secara khusus penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah mengasuh dan mendidikku dengan penuh
kasih sayang, kesabaran, kebaikan-kebaikan dan kemanfaatan, yang jasanya tidak
akan pernah bisa diungkapkan dengan berbagai macam media.
2. Ir. Purwanto, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro dan Ir. Hery Purnomo
selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro atas semua sarana dan prasarananya.
3. Ir. Purwanto, MT dan Fitriana S. ST, MT selaku dosen pembimbing, atas
perhatian, bimbingan, nasehat dan waktu yang diberikan ditengah-tengah kesibukan
hingga terselesaikan skripsi ini.
4. Ir. Moch. Rusli, Dipl. Ing. selaku Ketua Kelompok Dosen Keahlian Sistem
Kontrol, yang telah mengilhami terpilihnya judul ini pada saat kuliah kontrol robust
dan bimbingan PKL di PT. Semen Cibinong, Tbk.
5. Seluruh Dosen Teknik Elektro Universitas Brawijaya, untuk ilmu-ilmu yang
diberikan kepada penulis selama menjalani pendidikan di kampus.
6. Pak Wisnu, Bu Mien, Bu Kamil, Pak Sanawi, Pak Wahyu dan seluruh staf dan
laboran Teknik Elektro, atas bantuan dan kerja samanya selama ini.
7. Seluruh keluarga di Bengkulu kakakku dan adik-adikku yang selalu mendukung
dan mendoakan.
8. Seluruh teman-teman Elektro yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuan
dari awal tahun masuk hingga lulus.
Dan penulis menyadari sesuai dengan semangat yang diangkat pada penulisan
skripsi ini yaitu “ketidak-pastian”. Bahwa “ketidak-pastian” juga ada dalam diri penulis
pada waktu penulisan skripsi ini, tidak ada yang suatu hal yang pasti, yang ada hanyalah
pendekatan. Begitu juga penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Akhir
kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... ix
RINGKASAN................................................................................................................... x
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................60
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar 2.5 Diagram blok sistem umpan balik dengan disturbance dan noise ........22
Gambar 2.7 Diagram blok dua port untuk kendali H∞. ............................................25
Lampiran 1. Blok Diagram Model Roto Packer Dengan Simulink ....................... L1-1
1.4. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengerjaan skripsi ini adalah mendapatkan disain
pengendali robust pada roto packer (proses packing) dengan metode H∞ sehingga output
hasil pengepakan memiliki error yang sekecil mungkin.
BIN
CENTRAL
SILO 2
1 2 3 4 5
ROTO
PACKER
BW
ELEVATOR
BIN
Screw Conveyor
Bagian stator motor induksi terdiri atas 3 kumparan. Bagian rotor belit terdiri atas
kumparan yang ditanam di dalam alur-alur rotor. Kumparan ini bentuknya sama dengan
kumparan stator tetapi jumlah belitannya tidak sebanyak kumparan stator. Konstruksi rotor
belit biasa dipakai pada motor induksi dengan kapasitas yang besar, dimana kumparan
rotor dihubungkan dengan cincin seret yang berguna untuk menghubungkan kumparan
rotor dengan tahanan yang berfungsi untuk mengatur arus awal. Sedangkan rotor sangkar-
tupai terdiri atas beberapa batang tembaga yang ditanam di alur-alur rotor. Pada kedua sisi
rotor terdapat cincin untuk menghubungkan ujung-ujung batang tembaga sehingga akan
membentuk suatu sangkar.
Tugas akhir ini hanya akan membahas motor induksi sangkar tupai yang
merupakan jenis motor induksi yang digunakan pada proses pengepakan PT. Semen Gresik
– Tuban menggunakan sistem roto packer. Secara ekonomis paling banyak digunakan
karena harganya lebih murah, secara mekanis lebih kuat dan relatif hanya membutuhkan
sedikit perawatan.
Gambar 2.3. (a) Kumparan a -a; b -b; c -c Dihubung 3 Fasa (b) Distribusi Arus ia,
ib dan ic Sebagai Fungsi Waktu (c, d, e, f) Fluksi Resultan yang
Ditimbulkan Oleh Masing-Masing Kumparan.
(Sumber : Zuhal, 1991)
Secara matematis, prinsip terjadinya medan putar dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tinjau arus 3 fasa setimbang yang mengalir pada kumparan stator motor induksi:
I as = I maks cos ωt (2.1)
4 K w N f I maks
Fmaks = (2.7)
πn p
dengan :
Kw = faktor belitan
Jumlah resultan ketiga ggm tersebut menyatakan ggm stator yang disebut dengan
medan putar, dinyatakan dengan :
Fm (θ , t ) = Fas + Fbs + Fcs
1
2 Fmaks cos(θ − ωt ) + 12 Fmaks cos(θ + ωt − 240°) +
1
2 Fmaks cos(θ − ωt ) + 12 Fmaks cos(θ + ωt − 480°) (2.10)
(ω s = ω ) rad/s.
np
b. Medan putar ini akan memotong batang konduktor pada rotor, sehingga sesuai
dλ s
hukum Faraday ( e = = Bldx ; dengan λ s , B dan l, masing-masing
dt dt
melambangkan fluksi magnetis, kerapatan fluksi/intensitas medan putar dan
panjang batang konduktor rotor yang bergerak sejauh dx dalam waktu dt) akan
terinduksi suatu gaya gerak listrik (ggl) pada rotor.
c. Karena konduktor-konduktor rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl (e)
akan menimbulkan arus (i).
d. Adanya arus (i) di dalam medan magnet (medan putar) sesuai hukum Lorenz
( F = Bil ) akan menimbulkan gaya mekanis (F) yang bekerja terhadap batang rotor
itu sendiri. Gaya mekanis inilah yang menyebabkan rotor dapat berputar dengan
kecepatan sudut ω m rad/s.
e. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya mekanis pada rotor cukup besar untuk
memikul kopel beban, maka rotor akan berputar searah dengan arah putaran medan
putar stator.
f. Agar timbul ggl (e), maka diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan
sinkron ω s dengan kecepatan motor induksi ω m . Perbedaan kecepatan ini disebut
slip (S) dan dinyatakan dengan :
ωs −ωm
S= × 100%
ωs
Bila ω s = ω m maka ggl tidak akan timbul sehingga arus juga tidak timbul, akibatnya
Prinsip utama dari vektor kontrol adalah untuk memilah komponen arus stator
motor induksi yang bertanggungjawab memproduksi torsi dan komponen arus yang
bertanggungjawab memproduksi fluksi dengan cara mentransformasikan variabel-variabel
3 fasa (tegangan, arus dan fluksi) pada motor induksi menjadi variabel dengan 2 sumbu
koordinat (sumbu d-q), selanjutnya mengontrol keduanya secara terpisah sebagaimana
yang dilakukan pada pengontrolan motor DC penguat terpisah.
2π 2π i
sin θ f sin θ f − sin θ f + as
i 2
e
3 3 (2.13)
= i
qs
e
i 3 cos θ f 2π 2π bs
ds cosθ f − cosθ f + i
3 3 cs
is = (i ) + (i )
e 2
qs
e 2
ds
(2.14)
jangkar. Besarnya arus tetap sama tidak tergantung dari pemilihan referensi letak rotor.
Arus is menghasilkan fluksi medan λr dan torsi Te. Besar sudut dari arus yang
menghasilkan fluksi medan harus sefasa dengan λr. Maka dari itu, disimpulkan bahwa if
adalah komponen pembentuk medan magnet karena sefasa dengan λr. Dan komponen yang
tegak lurus dengannya, iT, adalah komponen pembentuk torsi. Dengan menuliskan fluksi
dari rotor dan torsi berdasarkan komponen-komponen ini, sebagai berikut:
λr ∝ i f (2.16)
Te ∝ λ r iT ∝ i f iT (2.17)
Dapat dilihat bahwa if dan iT hanya memiliki komponen dc pada keadaan mantap,
karena kecepatan relative dari medan adalah nol: kecepatan putar fluksi medan sama
besarnya dengan jumlah putaran rotor dan slip yang sama dengan besar kecepatan
sinkronnya. Karena komponen-komponen ini adalah dc, maka komponen-komponen ini
ideal untuk digunakan sebagai variabel kontrol. Lebar pita dari sirkuit kontrol tidak
berpengaruh pada pemrosesan menggunakan sinyal dc. Maka, hal yang terpenting pada
penerapan vektor kontrol, adalah mendapatkan nilai sudut fluksi pada rotor secara cepat, θf,
yang dapat dihitung dengan
θ f = θ r + θ sl (2.18)
dengan θr adalah posisi dari rotor dan θsl adalah besar sudut slip. Berdasar pada kecepatan
dan waktu, sudut dari medan dapat dituliskan
θ f = ∫ (ω r + ω sl )dt = ∫ ω s dt (2.19)
Kesamaan dari motor dc penguat terpisah dan motor induksi dapat dilihat dari if
dan iT yang disamakan dengan arus jangkar dan arus medan pada mesin dc. Meskipun
motor induksi tidak memiliki kumparan medan dan jangkar yang terpisah, mendapatkan
arus medan dan arus jangkar yang sama dengan arus stator mengakibatkan terjadinya
keadaan sinkron. Tidak seperti kontrol skalar pada mesin dc, vektor kontrol dipakai pada
mesin induksi.
Pada mesin dc, kumparan medan dan jangkar dipisahkan oleh komutator,
sedangkan pada mesin induksi, tidak ada komponen tambahan untuk memisahkan
kumparan medan (sebagai penghasil fluksi) dari kumparan jangkar (sebagai penghasil
torsi) untuk mendapatkan perbedaan sudut 90º listrik. Sebagai pengganti komutator, mesin
induksi menggunakan inverter untuk hal ini. Inverter ini mengontrol besar dan sudut dari
arus, dan memungkinkan fluksi dan torsi dari mesin dipisahkan dengan mengontrol secara
presisi dan menambahkan arus yang dibutuhkan untuk mendapatkan fluksi dan torsi yang
dibutuhkan..
Metode vektor kontrol dibedakan menjadi dua bagian yaitu direct vektor control
dan indirect vector control yang dibagi berdasarkan pada cara mendapatkan besar sudut
dari medan. Bila cara yang digunakan adalah dengan menggunakan tegangan dan arus dari
sumber atau menggunakan sensor Hall atau dengan kumparan pengindra, maka disebut
sebagai direct vector control. Bila digunakan pengukuran posisi rotor dan perkiraan
perhitungan dengan menggunakan parameter mesin tetapi tidak menggunakan variabel lain
seperti tegangan maupun arus, disebut sebagai indirect vector control (R. Krishnan, 2001 :
414). Dalam tugas akhir ini akan digunakan metode indirect vector control untuk
mendapatkan pemodelan dari motor induksi.
Dimana
ω s1 = ω s - ω r (2.22)
Pada perhitungan ini, Rr : resistansi rotor per fasa; Lm : Induktansi bersama per fasa; Lr
induktansi sendiri pada rotor tiap fasa; idre dan iqre : sumbu membujur dan melintang arus,
dan p operator differensial d/dt. ω s1 kecepatan slip dalam rad/sec, ω s : frekuensi stator
dalam rad/sec, ω r kecepatan rotor dalam rad/sec dan λedr dan λeqr : sumbu membujur dan
melintang rotor.
λr = λedr (2.25)
λeqr = 0 (2.26)
p λeqr = 0 (2.27)
Dengan mensubtitusikan persamaan (2.25) dan (2.27) ke persamaan (2.20) dan (2.21)
menyebabkan persamaan rotor yang baru menjadi :
Rr iqre + ω s1 λr = 0 (2.28)
Rr idre + p λr = 0 (2.29)
Arus pada rotor pada arus stator didapatkan dari persamaan :
Lm e
iqre = − iqs (2.30)
Lr
λr Lm e
idre = − i ds (2.31)
Lr Lr
Dengan mensubtitusikan d dan q pada arus rotor dari perhitungan (2.30) dan (2.31) ke
dalam persamaan (2.28) dan (2.29) didapatkan :
if =
1
[1 + Tr p ]λr (2.32)
Lm
L T T L i
ωs1 = K it r e2 = K it Rr e2 = m T (2.33)
Tr λ r λ r Tr λ r
Dimana :
i f = idse (2.34)
iT = i qse (2.35)
L
Tr = r (2.36)
Rr
22
K it = (2.37)
3P
Sumbu arus q dan d pada diumpamakan dengan torsi ( iT ) dan jumlah fluksi yang
dihasilkan ( i f ) merupakan komponen dari phasor arus pada stator. T f dianggap konstan.
Perhitungan (2.32) terpisah dari perhitungan mesin dc, dimana waktu yang konstan dalam
detik.
Mirip dengan subtitusi dari (2.30) dan (2.31) pada persamaan torsi, torsi
elektromagnetik diturunkan dari
Te =
3 P Lm e e
2 2 Lr
(
λ dr i qs − λeqr idse = )
3 P Lm e e
2 2 Lr
( )
λdr i qs = K te λr iqse = K te λ r iT (2.38)
3 P Lm
K te = (2.39)
2 2 Lr
Torsi tesebut merupakan hasil dari fluksi rotor dan sumbu arus q pada stator. Ini mirip pada
persamaan torsi pada celah udara untuk mesin dc. Jika fluksi rotor konstan, torsi tersebut
sebanding dengan torsi pada arus stator, seperti pada penguatan mesin dc terpisah dengan
kontrol arus. Mirip dengan bagian dari mesin dc yang konstan, pada orde milisekon, fluksi
pada rotor dan celah udara pada torsi diberikan pada (2.33) dan (2.38), hal ini melengkapi
tranformasi dari mesin induksi yang sebanding dengan penguatan terpisah dari mesin dc
dari sudut pandang kontrol.
is = (i ) + (i )
e 2
qs
e 2
ds (2.40)
Diekspresikan :
iqd = [T ][iabc ] (2.42)
dengan
[
iqd = iqse idse ] t
(2.43)
iabc = [i as ics ]
t
ibs (2.44)
2π 2π
cos θ f cosθ f − cosθf +
3
[T ] = 2 3
2π
2π
(2.45)
3
sin θ f sin θ f − sin θ f +
3 3
Dengan ias , ibs dan ics adalah tiga fasa arus pada stator. Elemen pada matriks T merupakan
fungsi cosinusiodal dengan sudut elektrik θ f .Sudut elektrik dalam hal ini pada fluksi rotor
u(t) y(t)
Sistem
y1 (t ) g1 ( x1 , x2 ,..., xn ; u1 , u 2 ,..., u r ; t )
y (t ) g ( x , x ,..., x ; u , u ,..., u ; t )
y (t ) = 2 , g ( x, u , t ) = 2 1 2 n 1 2 r
M M
y m (t ) g m ( x1 , x2 ,..., xn ; u1 , u 2 ,..., u r ; t )
u1 (t )
u (t )
u (t ) = 2 ,
M
u r (t )
maka persamaan (2.47) dan (2.48) menjadi
x& (t) = f(x, u, t) atau x& (t) = A(t)x(t) +B(t)u(t)
y(t) =g(x, u, t) atau y(t) = C(t)x(t) +D(t)u(t) (2.49)
Pada Persamaan (2.49), bila fungsi vektor f dan/atau g berubah terhadap waktu t,
maka sistem disebut sistem yang bervariasi terhadap waktu. Dan sebaliknya bila vektor f
dan g tidak berubah terhadap waktu t, maka sistem tersebut disebut sistem time invariant.
Bentuk ruang-keadaan dari sistem time invariant dapat ditinjau dari sistem orde ke-n
berikut:
(n) ( n −1)
y + a1 y + ... + a n −1 y& + a n y = u (2.50)
Dengan mengingat bahwa pengetahuan mengenai
( n −1)
y ( 0 ), y& ( 0 ),... , y ( 0 ), bersama-sama dengan masukan u(t) untuk t ≥ 0 , menentukan
( n −1)
secara lengkap perilaku yang akan datang dari sistem, maka dapat dipilih y (t ), y& (t ),..., y (t )
sebagai himpunan n variabel keadaan.
Didefinisikan
x1 = y
x 2 = y&
...
( n −1)
xn = y
x& n = − a n x1 − ... − a1 x n + u
atau
x& = Ax + Bu (2.51)
dimana
x1 0 1 0 . . 0 0
x 0 0 1 . . 0 0
2
. , . . . . , .
x= A= B=
. . . . . .
. 0 0 0 . . 1 0
x n − a n − a n −1 − a n−2 . . − a1 1
atau
y = Cx (2.52)
dimana
C = [1 0 . . . 0]
Persamaan differensial orde pertama, Persamaan (2.51), adalah persamaan keadaan dan
persamaan aljabar, Persamaan (2.52) adalah persamaan keluaran.
2.8.1.Keterkendalian
Suatu sistem dikatakan dapat dikendalikan jika sistem tersebut dimungkinkan untuk
mendapatkan suatu vektor kendali u, yang dalam waktu berhingga dapat membawa sistem
tersebut dari suatu kondisi awal x(0) ke kondisi lain x(f)
Matriks keterkendalian Co = [B | AB | …A(n-1)B ] (2.53)
Agar sistem dapat dikendalikan, maka:
1. Tidak ada kolom yang merupakan kelipatan kolom lainnya
2. Nilai determinannya tidak sama dengan nol
2.8.2.Keteramatan
Suatu sistem dikatakan dapat teramati apabila setiap keadaan awal x(0) dapat
ditentukan oleh pengamat y (kT) selama periode waktu terhingga
C
CA
Matriks keteramatan Ob = (2.54)
M
n −1
CA
Agar sistem dapat diamati, maka:
1. Tidak ada kolom yang merupakan kelipatan kolom lainnya
2. Nilai determinannya tidak sama dengan nol
Gambar 2.5. Diagram blok sistem umpan balik dengan disturbance dan noise
Sumber : Shahian, 1993:398
Masukannya :
r ( s ) = input command atau referensi. Sistem harus dapat mengikuti atau men-track
masukan ini dengan baik.
d ( s ) = masukan gangguan, masukan ini diketahui atau tidak diketahui yang sistem
harus dapat menolaknya.
n( s ) = noise pengukuran, masukan ini biasanya sinyal acak frekuensi tinggi.
Sistem kontrol yang baik harus dapat mengikuti masukan referensi dengan error yang kecil
serta penolakan gangguan dan noise. Kontribusi gangguan ke keluaran sistem harus kecil.
Keluaran total sistem pada Gambar 2.5 , adalah :
g ( s)k ( s) 1 g ( s)k ( s)
y(s) = r (s) + d ( s) − n( s )
1 + g ( s)k ( s) 1 + g ( s)k ( s) 1 + g ( s)k ( s)
Diberikan notasi sebagai berikut :
L = gk = fungsi alih lup terbuka atau penguatan lup (loop gain)
J = 1 + gk = persamaan karakteristik atau return difference
S = 1 / (1 + gk) = fungsi alih sensitifitas
T = gk / (1 + gk) = fungsi alih lengkap, lup tertutup dari r ke y
Berikut kriteria sistem umpan balik yang diinginkan (Shahian, 1993:399), dengan catatan
untuk semua frekuensi, memenuhi persamaan S ( s ) + T ( s ) = 1
1. Command Response : Dengan asumsi d = n = 0, maka y(s) = r(s) untuk rentang
frekuensi yang diberikan bila S(s) kecil atau gk besar. Masukan seperti step,
ramp, dan sinusoidal biasanya mempunyai rentang frekuensi yang rendah, serta
T(s) ≈1.
2. Disturbance Rejection : S(s) harus tetap kecil untuk meminimalkan dampak dari
gangguan yang berarti gk harus besar pada rentang frekuensi tempat gangguan
tersebut berada. Biasanya gangguan mempunyai rentang frekuensi rendah.
3. Noise Suppression : T(s) harus tetap kecil untuk mereduksi efek dari noise
sensor di keluaran yang berarti gk harus kecil.
4. Control energy reduction : Untuk meminimalkan energi K(s)S(s) harus kecil.
Dari poin - poin di atas maka diperoleh suatu bentuk magnitude respon frekuensi loop gain
yang ideal seperti pada Gambar 2.6.
2.12. Kontrol H∞
H∞ merujuk pada ruang kestabilan dan fungsi alih yang sesuai (proper, derajat
penyebut ≥ derajat pembilang). Secara umum diinginkan fungsi alih lup tertutup yang
proper dan stabil (pole-pole sistem berada di sebelah kiri bidang s). Tujuan dasar dari
kontrol H∞ adalah mendapatkan fungsi alih. Norm -∞ pada sebuah fungsi alih didefinisikan
sebagai
G ∞ = sup G ( jω ) (Shahian, 1993:422) (2.62)
ω
Sangat mudah mencari nilai ini secara grafis, yaitu nilai puncak dari plot magnitude
diagram bode. Hal ini sesuai dengan kestabilan robust pada persamaan (2.58), maka untuk
kontrol H∞ diberikan kestabilan robust
1
MSM = (Shahian, 1993:423) (2.63)
T∞
Hinfopt adalah fungsi H∞ untuk melakukan iterasi γ melalui metode loop shifting two-
riccati. γ optimal diperoleh dari iterasi dengan beberapa syarat kondisi, diantaranya
determinan matrik D11 harus kurang dari sama dengan 1, terdapat matrik P dan akar-akar
loop tertutupnya harus stabil. Logika iterasinya berdasarkan perintah dari fungsi hinf.
Iterasi dimulai dengan memberikan input matrik P dan output nya adalah γ optimal. γ
optimal berfungsi sebagai vektor pengali bagi matrik loop tertutup, dalam hal ini
MATLAB mendefinisikan sebagi Tyu. Nilai perkalian γ dan Tyu harus berada di bawah 1(1 ,
maka γ tersebutlah yang diambil. Iterasi γ dilakukan oleh algoritma yang telah terkodekan
pada funghsi hinfopt. Pencarian γ optimal akan berhenti jika error relative gamma antara
dua nilai stabil yang berdekatan kurang dari batas toleransinya. Pada penggunaan praktis,
toleransi dapat di set pada 0,01 atau 0,001.
u y
K (S)
1
MATLAB Help for hinfopt
y = Pyw w + Pyu Ky (2.67)
sehingga diperoleh :
(I - Pyu K)y = Pyw w
y = (I - Pyu K)-1 Pyw w (2.68)
maka u menjadi :
u = Ky = K(I - Pyu K)-1 Pyw w (2.69)
langkah berikutnya adalah mensubstitusikan nilai u ke z :
z = Pzw w + Pzu K(I - Pyu K)-1 Pyw w
= [Pzw w + Pzu K(I - Pyu K)-1 Pyw] w (2.70)
sistem juga dapat ditampilkan dalam bentuk ruang keadaan sebagai berikut :
x& = Ax + B1 w + B 2 u (2.71)
z = C1 x + D11 w + D12 u (2.72)
y = C 2 x + D 21 w + D 22 u (2.73)
dalam bentuk matrik dapat ditulis :
A B1 B 2
P(s) = C1 D11 D12 (2.74)
C 2 D 21 D 22
~ I