Anda di halaman 1dari 14

Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No.

bidang
REKAYASA

RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDUNG


Suatu Tinjauan Awal Taman Kota Terhadap Konsep Kota Layak Anak

DHINI DEWIYANTI

Program Studi Teknik Arsitektur


Universitas Komputer Indonesia

Kota yang ideal menurut Lynch, adalah kota yang menyediakan berbagai fasilitas
penghuninya agar tidak „sakit‟ termasuk yang dibutuhkan anak-anak. Untuk itu
kehadiran anak dalam suatu kota, perlu dipertimbangkan keberadaannya. Program
Kota Layak Anak merupakan bagian dari implementasi Konvensi Hak Anak.
Konvensi ini telah diratifikasi hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia,
yang menegaskan pentingnya kepentingan terbaik bagi anak sebagai prinsip yang
harus dijadikan pertimbangan dan tujuan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan
oleh Negara. Pada tahun 2005 Kementerian Pemberdayaan Perempuan (KPP)
mengembangkan program Kota Layak Anak (KLA) di lima kota, yaitu Kota Solo,
Jambi, Gorontalo, Sidoarjo, serta Kutai Kartanegara. Dan tahun 2007 giliran Kota
Padang, Pontianak, Kupang, Manado, Malang, Kabupaten Aceh Besar, Lampung
Selatan, Ogan Komering Ilir, serta Karawang yang mendapatkan kesempatan
mengembangkan KLA. Diantara sekian banyak program dalam konsep kota layak
anak, diantaranya adalah penyediaan fasilitas bermain guna tumbuh kembang
anak. Anak Indonesia, dalam kasus tulisan ini adalah anak kota Bandung, tidak
memiliki area rekreasi dan bermain yang cukup. Tempat rekreasi favorit saat ini
adalah “mall”, yang jelas mengarahkan anak pada pola hidup konsumtif. Padahal
Ruang Terbuka Hijau yang ada di kota Bandung memiliki sejumlah potensi untuk
dikembangkan ke arah positif guna tumbuh kembang anak yang mendidik. Dengan
pertimbangan kebijakan RTH kota Bandung, sudahkah RTH kota Bandung layak
terhadap kepentingan anak dan mengapa Bandung tidak termasuk dalam
perencanaan kota layak anak?Tulisan ini mencoba membahas beberapa kondisi
RTH dalam hal ini dibatasi berupa taman kota yang berada di kawasan Bandung
Utara.

Kata Kunci: Taman Kota, Layak Anak, Play Space

PENDAHULUAN kemudian (2002), disepakati bersama


bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas
Melihat peta kota Bandung, terlihat RTH minimal 30 % dari total luas kota.
jelas sekali, betapa minimnya lahan yang Namun tampaknya bagi kota-kota di
bewarna hijau, menandakan kurangnya Indonesia pada umumnya hal ini akan
wilayah Ruang Terbuka Hijau. Padahal, sulit terealisir akibat terus adanya
berdasarkan KTT Bumi di Rio de Janeiro, tekanan pertumbuhan dan kebutuhan
Brazil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT sarana dan prasarana kota, seperti
Johanesburg Afrika Selatan 10 tahun pembangunan bangunan gedung,

H a l a ma n 13
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1 Dhini Dewiyanti

pengembangan dan penambahan jalur lalaui penetapan kawasan lindung.


jalan yang terus meningkat serta Provinsi Jawa Barat telah meentapkan
peningkatan jumlah penduduk. Kegiatan Kawasan Bandung Utara sebagai kawasan
pengembangan RTH di Kota Bandung lindung dengan Peraturan Daerah Nomor
tidak terlepas dari kebijakan dan rencana 2 Tahun 2003 dan didukung oleh Pera-
penataan ruang Kota Bandung yang turan Daerah Kota Bandung Nomor 2 Ta-
tertuang pada Rencana Tata Ruang hun 2004.
Wilayah Kota (RTRWK), Rencana Detail Ruang terbuka hijau kota memiliki
Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Bandung, hanyak fungsi antara lain sebagai area
dan Rencana Ruang Terbuka Hijau Kota rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik
Bandung. Penanganan pemeliharaan RTH kota, ekologis dan memiliki nilai ekonomis
saat ini belum dilaksanakan secara yang cukup tinggi bagi manusia maupun
maksimal dan efektif sehingga luas dan bagi pengembangan kota, Akibat
kualitas RTH menurun terus. meningkatnya pertumbuhan penduduk
Permintaan akan pemanfaatan serta berbagai aktifitas kota menyebabkan
lahan kota yang terus tumbuh dan berkurangnya ruang terbuka hijau kota
bersifat akseleratif untuk pembangunan dan menurunnya kualitas lingkungan
berbagai fasilitas perkotaan, termasuk hidup yang mengakibatkan terjadinya
kemajuan teknologi, industri dan perubahan ekosistem alami sehingga
transportasi, selain sering mengubah fungsi dari ruang terbuka hijau tidak dapat
konfigurasi alami lahan/bentang alam dipenuhi.
perkotaan juga menyita lahan-lahan
tersebut dan berbagai bentukan ruang KONSEP KOTA LAYAK ANAK
terbuka lainnya. Ruang-ruang kota yang
ditata terkait dan saling Setidaknya terdapat 5 (lima) hal yang
berkesinambungan ini mempunyai menjadi prinsip dasar dalam
berbagai pendekatan dalam perencanaan pengembangan Kota Layak Anak yaitu:
dan pembangunannya. Tata guna lahan, 1. anak ditempatkan sebagai pusat
sistem transportasi, dan sistem jaringan pembangunan,
utilitas merupakan tiga faktor utama 2. menyuarakan hak anak dan
dalam menata ruang kota. mendengarkan suara anak,
Dalam perkembangan selanjutnya, 3. m engutamakan kepent ingan
konsep ruang kota selain dikaitkan terbaik bagi anak,
dengan permasalahan utama perkotaan 4. tidak melakukan diskriminasi
yang akan dicari solusinya juga dalam pemenuhan dan pemberian
dikaitkan dengan pencapaian tujuan perlindungan hak anak, dan
akhir dari suatu penataan ruang yaitu 5. tersedianya peraturan daerah,
untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta infrastruktur dan lingkungan yang
kesehatan warga dan kotanya. Ruang mendukung tumbuh-kembang anak
terbuka hijau kota memiliki hanyak fungsi secara optimal.
antara lain sebagai area rekreasi, sosial Dalam mewujudkan hal tersebut perlu
budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan adanya keseimbangan antara kebijakan
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan anggaran terhadap pengembangan
bagi manusia maupun bagi Kota Layak Anak sebagai upaya
pengembangan kota. pemerintah daerah dalam perlindungan
Dalam rangka mendukung pengenda- anak itu sendiri. Keberhasilan Kota Layak
lian pencemaran udara, diperlukan Ruang Anak harus didukung secara sinergis,
Terbuka Hijau (RTH) yang mampu memu- koordinatif dan terpadu oleh seluruh SKPD
lihkan pencemaran udara, antara lain me- dan Stakeholder. Hal ini sangat disadari

H a l a m a n 14
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1

karena perlindungan anak merupakan RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kewajiban yang harus dipenuhi kenyamanan, kesejahteraan, dan
pemerintah, masyarakat dan stakeholder keindahan wilayah perkotaan tersebut.
lainnya. Tipologi RTH berdasarkan bentuknya
Diantara sekian banyak perencanaan dibagi menjadi 2, yaitu RTH berbentuk
kota layak anak, penyediaan fasilitas kawasan atau areal dan RTH yang
taman bermain dan fasilitas bermain anak berbentuk jalur atau memanjang.
merupakan salah satu pemikiran. Berdasarkan lokasi, secara rinci
Lingkungan binaan tempat manusia hidup, dijabarkan dalam Inmendagri No. 14
diciptakan oleh manusia dewasa. Sebagai tahun 1988, yaitu RTH di kawasan
anak yang harus hidup dalam dunia permukiman kepadatan tinggi, kepadatan
dewasa, tentu ada rasa kebimbangan, sedang, kepadatan rendah; kawasan
walaupun pada akhirnya melalui struktur industri, perkantoran, sekolah/ perguruan
pengalaman dan pengetahuan tinggi, perdagangan; jalur jalan, jalur
konseptualnya yang terus berkembang, sungai, jalur pesisir pantai dan jalur
anak tersebut dapat menyesuaikan pengaman utilitas.
dirinya. Secara universal, anak tumbuh Menurut Grey (1996) bentuk-bentuk
dengan karakter budaya yang spesifik RTH diklasifikasikan sebagai taman kota
dalam lingkungan yang diciptakan oleh (city park), lapangan terbuka / bermain
manusia dewasa. ( public squares), halaman gedung /
Pertanyaan yang perlu dijawab pekarangan (ground of city building),
adalah: bagaimana sebenarnya anak pemakaman dan monument, jalur hijau
menerima dan mengerti bahkan (streetsides) dan median jalan, sempadan
selanjutnya menanggapi lingkungannya?. kawasan limitasi (riparian areas) dan
Pertanyaan itu perlu dijawab ketika kawasan khusus (special areas)
manusia dewasa harus merencanakan sedangkan Lovejoy (1976) memasukkan
suatu lingkungan yang salah satu kriteria kawasan pertanian sebagai bagian
pertimbangannya adalah juga dapat dari ruang terbuka hijau.
memenuhi keinginan dan kebutuhan Persyaratan umum tanaman untuk
anak. Kiranya pertanyaan tersebut hanya ditanam di wilayah perkotaan: disenangi
dapat terbaca melalui kacamata seorang dan tidak berbahaya bagi warga kota,
anak. mampu tumbuh pada lingkungan yang
marjinal (tanah tidak subur, udara dan air
KONSEP RUANG TERBUKA HIJAU yang tercemar), tahan terhadap
vandalism, akar dalam dan tidak mudah
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota tumbang, tidak gugur daun, cepat tumbuh,
adalah bagian dari ruang-ruang terbuka bernilai hias dan arsitektural, dapat
(open spaces) suatu wilayah perkotaan menghasilkan O 2 dan meningkatkan
yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan kualitas lingkungan kota, prioritas
vegetasi (endemik, introduksi) guna menggunakan vegetasi endemik/lokal
mendukung manfaat langsung dan/ dan keanekaragaman hayati
atau tidak langsung yang dihasilkan oleh

H a l a ma n 15
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1

Tabel 1. Tipologi Ruang Terbuka Hijau

BERDASARKAN LETAK. BERDASARKAN FUNGSI DAN MANFAAT.


RTH di Kawasan Permukiman: RTH Taman Kota:
 berbentuk kawasan/areal  strukturnya bersifat alami dengan sedikit bagian yang
terbangun.
 pekarangan  elemen-elemen pohon rindang, semak atau perdu dan
 taman lingkungan tanaman hias yang ditata rapi, bangku taman, jalan setapak,
kolam, air mancur, serta tempat bermain anak.
 pemakaman.
 jalur hijau di sepanjang jalan lingkungan
RTH di Kawasan Industri: RTH Hutan Kota:
 areal taman (di pekarangan)  wilayah perkotaan pada tanah Negara maupun tanah hak, yang
 bisa berbentuk memanjang yang dapat ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
dimanfaatkan sebagai buffer bagi kawasan  dominasi pepohonan yang tumbuh rapat dan kompak serta
lain di sekitarnya. alami.
 dipantau kondisinya untuk selalu dijaga walaupun tidak
dipelihara secara intensif seperti halnya taman kota.
RTH di Kawasan Perkantoran dan RTH Rekreasi dan Kegiatan Olah Raga Kota:
Perdagangan:
 kegiatan rekreasi (suka) aktif, seperti: lapangan olah raga atau
 areal taman (di pekarangan) rekreasi (suka) pasif seperti: taman bermain.
 berupa pohon yang anggun, daun yang  areal perkemahan yang memberikan ruang bagi masyarakat
berwarna-warni, bunga-bunga yang harum untuk melakukan kegiatan berkemah.
dan buah yang unik (Philips, 1993).
 Tutupan vegetasi dalam kawasan ini
berkisar antara 5 -20% (Inmendagri no.
14/1988).
RTH di Kawasan Sekolah atau Perguruan RTH Pemakaman:
Tinggi:
 areal tanaman yang terkadang dapat  ruang terbangun tidak terlalu luas dan lahan sisanya ditanami
digunakan sebagai tempat belajar atau oleh berbagai jenis pepohonan baik itu untuk alasan sejarah,
olah raga. pendidikan, maupun keindahan.
 Terdapat juga RTH memanjang di
sepanjang jalur pejalan kaki.
RTH di Kawasan Jalur Jalan, Sungai, Pesisir RTH Pertanian:
Pantai dan Pengaman Utilitas:  tempat berkarya penduduk sbg mata pencaharian
 berupa jalur hijau (memanjang) dan pada  pepohonan produktif (tanaman pertanian) dan tanpa
umumnya bersifat pembatas (buffer). bangunan (non terbangun).
 Jalur hijau pengaman utilitas meliputi RTH  memenuhi kebutuhan pangan, dan merupakan salah satu
sekitar jalur listrik tegangan tinggi, kanan- sektor ekonomi produktif suatu kota.
kiri rel kereta api, dan sekitar tempat
pembuangan sampah sebagai penahan/
buffer polusi bau.
 dipersiapkan untuk berubah fungsi menjadi bangunan atau
guna lahan terbangun lainnya. sehinga lebih diprioritaskan
berada di daerah pingiran kota/perbatasan kota (hinterland).
RTH di Kawasan Khusus: RTH Jalur Hijau dan Pulau Jalan:
 kawasan konservasi  Jalur hijau berada di sepanjang kiri – kanan jalur jalan
 RTH gerbang kota,  median jalan
 kawasan pariwisata,  didominasi oleh pohon besar dan tinggi sebagai pelindung,
 RTH penyangga jalan tol. tidak sekedar pohon yang indah.

RTH Pekarangan:
 di halaman-halaman bangunan, baik itu perkantoran,
perdagangan, ataupun perumahan.
 taman keluarga, tanaman obat, rempah-rempah, membantu
sirkulasi udara, menambah penyinaran matahari yang cukup
dan mencegah kebakaran masal (terutama di wilayah
permukiman).
RTH Sempadan.
 sempadan bangunan, pantai, sungai, danau, dan jalur kereta
api.
 melindungi keberadaan dan keberlanjutan sungai, danau, jalur
rel kereta api atau guna lahan yang lain.

H a l a m a n 16
Dhini Dewiyanti Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1

penyerap emisi gas di udara karena


MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU KOTA dedaunan tanaman mampu menyaring
debu dan menghisap kotoran di udara.
Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari Bahkan tanaman mampu
pengadaan ruang terbuka kota: menghasilkan gas oksigen yang
1. Manfaat Estetis (Nazaruddin, 1994). sangat dibutuhkan manusia.
Diperoleh dari keindahan dan 9. Manfaat Edukatif (Nazaruddin, 1994;
keserasian penataan tanaman- Philips, 1993). Pendidikan dan
tanaman dalam ruang terbuka hijau. pengenalan terhadap makhluk hidup
2. Manfaat Orologis (Nazaruddin, 1994; sebagai laboratorium alam di sekitar
Philips, 1993). Dirasakan terutama di manusia merupakan proses yang baik
daerah / kawasan yang rentan erosi, mengingat adanya fungsi ekosistem
untuk mengurangi tingkat kerusakan dan simbiosis yang terjadi di
tanah, terutama longsor dan dalamnya.
menyangga kestabilan tanah. 10. Manfaat Kesehatan Individu (Philips,
3. Manfaat Hidrologis (Nazaruddin, 1994; 1993).
Philips, 1993). Berkaitan dengan Dengan adanya kondisi lingkungan
kemampuan akar tanaman untuk yang higienis (pengadaan RTH
menyerap kelebihan air apabila turun perkotaan), maka tidak terdapat
hujan sehingga air tidak mengalir banyak ancaman kesehatan yang
dengan sia-sia, sebagai daerah biasanya ditimbulkan dari lingkungan
persediaan air tanah. ataupun dari polutan-polutan udara.
4. Manfaat Klimatologis (Nazaruddin, 11. Manfaat Penyimpanan Energi (Philips,
1994; Philips, 1993). Keberadaan 1993). Manfaat yang dapat dirasakan
ruang terbuka hijau mempengaruhi secara tidak langsung. Energi yang
faktor-faktor iklim seperti kelembaban, dapat disimpan oleh tanaman dalam
curah hujan, ketinggian tempat, dan RTH antara lain sinar matahari, energi
sinar matahari yang pada akhirnya panas dan sebagainya, nantinya dapat
membentuk suhu harian yang normal dimanfaatkan oleh manusia dalam
dan menunjang kegiatan manusia. mendukung proses kehidupan.
5. Manfaat Edaphis (Nazaruddin, 1994).
Mengarah kepada penyediaan habitat BERMAIN ADALAH DUNIA ANAK
satwa di perkotaan yang semakin
terdesak lingkungannya dan semakin Seorang anak tumbuh dalam
berkurang tempat huniannya. lingkungan yang beragam, dipengaruhi
6. Manfaat Ekologis (Nazaruddin, 1994). pula oleh nuansa budaya dimana faktor
Suatu sistem ekologi kota dimana ekonomipun berperan. Sehinga dengan
penyeimbangan proporsi lahan untuk perbedaan tersebut, akan pula
semua makhluk dapat mendukung mempengaruhi cara pandangnya dalam
keseimbangan sistem ekologis. menanggapi sebuah lingkungan.
7. Manfaat Protektif / Kenyamanan Bermain adalah dunia anak-anak.
(Nazaruddin, 1994; Philips, 1993). Apapun yang dilakukan oleh seorang anak
Perlindungan yang diberikan oleh selalu disertai pula dengan bermain, baik
ruang terbuka hijau kepada manusia ketika sedang belajar, bekerja, bahkan
antara lain keberadaan pohon / beristirahat sekalipun Sehingga pada anak
pepohonan yangmelindungi dari terik -anak, kegiatan bekerja, belajar, dan
matahari, terpaan angin kencang dan bermain mempunyai perbedaan yang
melindungi dari kebisingan. sangat tipis. “Bagi anak-anak, bermain itu
8. Manfaat Hygienis (Nazaruddin, 1994; sebuah keseriusan”, “dan serius itu ya
Philips, 1993). Bermanfaat sebagai bermain itu”. Anak-anak mencoba dan

H a l a ma n 17
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1 Dhini Dewiyanti

menumbuhkan kenyataan, dunia fisik, mempengaruhi pola perilaku seseorang.


melalui permainan dan seni. (Currie dan Untuk itu perlu dikaji mengenai standar
Fosler). lingkungan binaan yang selama ini
mengacu pada standar dunia Barat. Jean
Bermain adalah sarana belajar anak Piaget mengatakan bahwa anak
yang paling hakiki yang berkembang berkembang dan tumbuh sesuai dengan
sejalan dengan pendewasaannya menjadi perkembangan usia (yang mempengaruhi
proses belajar yang berkesinambungan kem am pu an k og nit if n ya ) d al am
tanpa atau dengan sekolah formal. Jadi berinteraksi dengan lingkungannya.
dapat dikatakan aktifitas bermain itulah Lingkungan yang baik adalah lingkungan
yang membedakan seorang anak dengan fisik yang masih memiliki unsur alami
manusia dewasa. Melalui aktifitas (potensi-potensi alam seperti: vegetasi,
bermain, seorang anak dapat diamati topografi, sungai, pegunungan, laut, dan
sebagai sosok individu yang sedang dalam sebagainya). Dalam lingkungan binaan,
taraf pencarian ke arah perkembangan. dan dalam rona lingkungan yang sama,
Melalui aktifitas bermain itulah belum tentu perilaku lingkungan yang
kealamiahan seorang anak dapat terlihat. dihasilkan manusia akan sama, karena
Sedemikian pentingnya fungsi makna lingkungan yang ditangkap setiap
bermain itu, sehingga dalam hal ini sangat manusia akan berbeda (Altman, Irwin).
dirasakan pentingnya untuk menggali Rentang usia anak dan remaja akan
karakter lingkungan bermain yang disukai sangat mempengaruhi perkembangan
oleh anak-anak, tentunya jika dilihat dari pola pikir, yang pada akhirnya akan sangat
kacamata anak-anak pula. Sehingga berpengaruh pada makna yang akan
lingkungan binaan yang diciptakan oleh ditangkap oleh seorang anak. Dengan
manusia dewasa, mampu menampung ketrampilan dan pengetahuan
kebutuhan alamiah dari anak-anak, dan berdasarkan rentang umur tersebut, anak
diharapkan dapat tercapai suatu melakukan aktivitas bermain untuk
perkembangan psikologis ke arah yang memperoleh informasi sebanyak -
positif. banyaknya mengenai dunia dan dirinya
sendiri. Karenanya kajian mengenai jenis
POLA BERMAIN DIPENGARUHI OLEH permainan dan ruang yang dibutuhkan
LINGKUNGAN sesuai dengan tahapan perkembangan
usia perlu untuk dikaji lebih lanjut.
Pada dasarnya lingkungan bermain
anak-anak dapat dibagi dalam empat Senda (1998), membagi klasifikasi
kategori: yaitu lingkungan bermain formal lingkungan bermain anak yang mendidik,
(sekolah), lingkungan bermain dalam dalam kategori:
rumah, lingkungan bermain terstuktur 1. L i ng k un ga n a la m i : a d a la h
(playground), dan lingkungan bermain lingkungan yang kaya akan unsur-
yang informal. Lingkungan bermain yang unsur alam seperti: pohon, sungai,
informal itulah yang kadangkala tidak dan sebagainya.
terduga oleh manusia dewasa. Hanya 2. Lingkungan dalam ruang terbuka
anak-anak itu sendiri yang mengetahui (open space)
mengapa mereka menyukai lingkungan 3. Jalan
tersebut. Lingkungan bermain yang 4. Ruang anarki: ruang yang tidak
informal, walaupun tidak terdesain secara direncanakan dan muncul sesuai
khusus, hendaknya juga menjadi imajinasi anak, dan yang muncul
perhatian bagi manusia dewasa. biasanya berupa permainan
“keras” seperti: kejar-kejaran,
Lingkungan fisik akan sangat berkelahi, dan sebagainya.

H a l a m a n 18
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1

5. Ruang-ruang tersembunyi (secret Tahap perkembangan anak yang


hide out space): ruang rahasia yang harus diperhatikan dalam desain.
hanya diketahui kelompok anak (Dewiyanti, Dhini, 2000) dapat dilihat
tertentu dalam Tabel 2 berikut
6. Ruang bermain yang memang
direncanakan.

Tabel 2. Tahap Perkembangan Anak yang Harus Diperhatikan dalam Disain

TAHAP TAHAP SPESIFIK TAHAP TIMBAL TAHAP


EGOSENTRIS PARTISIPATIF BALIK KEAKRABAN
PERTIMBANGAN
USIA 2-4 USIA 5-8 tahun USIA 9-11 USIA 11-14
tahun tahun tahun
ASPEK FISIK UNTUK
PENGEMBANGAN DAYA B e l u m  ruang besar: ruang  r u a n g r u a n g
membutuhkan luar atau ruang kerjasama petua l ang an
SOSIALISASI
dalam yang dalam bentuk t a n p a
memungkinkan p e t ua l a n g a n bimbingan,
kerjasama dan dan pencarian pencarian
berkenalan terarah j e j a k ,
menemukan
 berunsur lari,
melempar,  ruang diskusi
menendang &
kerjasama

ASPEK FISIK UNTUK


PENGEMBANGAN  Ruang dengan  r u a ng d en g an  ruang dengan  ruang dengan
permainan bentuk-bentuk ruang gerak k arak ter
KONSEP PIKIR
warna yang dasar geometri aman, karena berbeda-beda
menarik, yang kuat ada keinginan yang dapat
dengan warna bergerak dipilih anak
komplementer  ruang sederhana bebas tanpa s e s u a i
dan tidak pengawasan, keinginan.
menakutkan t e t a p i
menantang R u a n g
bernuansa
 variasiruang menantang
karena anak
mudah bosan

ASPEK FISIK
BERDASAR JENIS  Belum mutlak  butuh ruang  butuh ruang  butuh ruang
b er s am a ag ar y a n g y a n g
KELAMIN
dapat berbaur memungkinka memungkinka
antara laki-laki dan n a d a n terjadinya
perempuan kerjasama diskusi
antar laki-laki
 d a n
perempuan,
untuk belajar
menghargai

H a l a ma n 19
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1 Dhini Dewiyanti

TAHAP TAHAP SPESIFIK TAHAP TIMBAL TAHAP


PERTIMBANGAN EGOSENTRIS PARTISIPATIF BALIK KEAKRABAN
ASPEK FISIK UNTUK
MELATIH KONSEP  Belum  ruang dengan  ruang dengan  dengan
membutuhkan warna cerah warnabiru, bentuk alam
KEINDAHAN
hitam, coklat yang
 ruang dengan untuk laki-laki bervariasi:
bentuk geometris dan merah, gunung,
sederhana kuning, pink, danau, rawa,
oranye untuk sungai, jurang
anak dan
perempuan sebagainya.
 ruang dengan  Ruang
karakter dengan variasi
heroik untuk tanaman,
anak laki-laki bunga
dan lembut
atau lucu
untuk anak
perempuan
ASPEK FISIK
BERDASAR  Belum mutlak  ruang sederhana  ruang  ruang dengan
yang belum terlalu mengalir yang hirarki
KEMAMPUAN
jauh sederhana/ berbeda dan
KONSEP RUANG
flowing bersekuens
 landmark masih
harus berupa  butuh banyak  ruang
obyek yang terlihat tengaran/ berzoning
dari jangkauan landmark
mata, supaya ada sebagai  sudah berani
perasaan aman pengenal keluar dari
daerah bloknya
 jangkauan ruang
masih sebatas  landmark bisa 
kanan, kiri, depan, berupa berupa
belakang obyek menarik
dan berbeda
 sudah bisa
mengenali
satu blok
wilayahnya
ASPEK FISIK
BERDASAR KONSEP  ruang dengan  ruang dengan  ruang fantasi  ruang nyata,
fantasi awal fantasi tinggi realistik yang butuh
FANTASI
seperti: seperti: bentuk lebih ke arah pembuktian,
bentuk binatang, teknologi, sehingga
binatang, tanaman, buah, sistem ruang dengan
tanaman, futuriostik, dan fasilitas uji-
buah. sebagainya  coba
ASPEK FISIK YANG
MENAMPUNG  ruang indoor,  lapangan kecil  lapangan  aula
dipenuhi dengan ayunan, kasti, bola
KONSEP BERMAIN
mainan, warna perosotan, jungkat  lapangan olah
lembut atau jangkit, lompat  track lari raga
kontras. jauh dsb  lapangan
 lapangan pasir basket mini
dan rumput  lapangan
 track lari dengan variasi
tanaman dan
bunga guna
bermain
sandiwara

H a l a m a n 20
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1

Pengamatan terhadap sejumlah taman


kota di kota Bandung, dikategorikan
sebagai :
1. Taman Kota yang masih dapat
digunakan anak.

Taman Pramuka
(Foto: Dokumen Pribadi)
Taman ini memiliki potensi positif, hanya
perlu dikembangkan agar dapat lebih
bermanfaat ganda

Taman Ganesa 2. Taman Kota yang hanya berfungsi


(Foto: Dokumen Pribadi) estetis
Taman ini sebetulnya memiliki potensi untuk
dapat digunakan oleh seluruh kalangan
usia, tetapi elemen fisik yang ada, tidak
memungkinkan aktifitas anak berkembang
sesuai kategori usia. Anak yang datang pada
taman ini, sekedar mendampingi orang tua
olah raga pagi

Taman eks SPBU Jl. Riau


(Foto: Dokumen Pribadi)

Taman ini hanya bersifat estetis, elemen


pendukung fisik seperti pohon tidak
meneduhkan, sehingga aktifitas jarang
dilakukan
Taman Lansia
(Foto: Dokumen Pribadi)
Taman ini sebetulnya memiliki potensi
untuk dapat digunakan oleh seluruh
kalangan usia, tetapi elemen fisik yang
ada, tidak memungkinkan aktifitas anak
berkembang sesuai kategori usia. Anak
yang datang pada taman ini, sekedar
mendampingi orang tua olah raga pagi
atau naik kuda di luar area taman (jala

H a l a ma n 21
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1 Dhini Dewiyantii

4. Taman Kota yang berada pada me-


dian

Taman eks SPBU Cikapayang


(Foto: Dokumen Pribadi)
Taman ini sama sekali tidak menciptakan Taman Pulau di depan ITB
lingkungan yang dapat digunakan (Foto: Dokumen Pribadi)
berbagai kalangan untuk beraktifitas Taman ini hanya sebagai RTH untuk
positif. Taman ini digunakan oleh para pohon pelindung.
pengemis untuk berkumpul

3. Taman kota yang pada dasarnya


masih bisa digunakan, tetapi tidak
didukung oleh elemen fisik yang
mendukung

Taman Pulau di Jl. Badak Singa


(Foto: Dokumen Pribadi)
Taman ini hanya sebagai RTH untuk
pohon pelindung.
Taman eks SPBU Jl. Sukajadi
(Foto: Dokumen Pribadi)
Taman ini sebetulnya memiliki potensi
untuk dapat digunakan oleh seluruh
kalangan usia, tetapi elemen fisik yang
ada, tidak memungkinkan aktifitas anak
berkembang sesuai kategori usia

H a l a m a n 22
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1

ELEMEN FISIK PENUNJANG KEGIATAN

TAHAP TAHAP SPESIFIK TAHAP TAHAP


EGOSENTRIS PARTISIPATIF TIMBAL KEAKRABAN
BALIK
PERTIMBANGAN TAMAN
USIA 2-4 tahun USIA 5-8 tahun USIA 9-11 USIA 11-14
tahun tahun

Elemen fisik
tidak
Elemen fisik tidak Elemen fisik tidak
mendukung
Taman mendukung mendukung
Tidak tersedia padahal
Ganesa padahal ruang padahal ruang
ruang
memungkinkan memungkinkan
memungkink
an

Elemen fisik
tidak
Elemen fisik tidak Elemen fisik tidak
mendukung
Taman mendukung mendukung
Tidak tersedia padahal
Lansia padahal ruang padahal ruang
ruang
memungkinkan memungkinkan
memungkink
an
ASPEK FISIK UNTUK
DAYA
SOSIALISASI DAN Tersedia,
KONSEP PIKIR Tersedia, hanya Tersedia, hanya
Taman hanya tidak
Tidak tersedia tidak lengkap dan tidak lengkap dan
Pramuka lengkap dan
menantang menantang
menantang

Taman eks Tidak


Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
SPBU Riau tersedia

Taman eks
Tidak
SPBU Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
tersedia
Cikapayang

Taman eks
Tidak
SPBU Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
tersedia
Sukajadi
ASPEK FISIK Taman Tidak
BERDASAR JENIS Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
Ganesa tersedia
KELAMIN, MELATIH
KONSEP WAKTU, & Taman Tidak
KEINDAHAN Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
Lansia tersedia

Taman Tidak
Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
Pramuka tersedia

Taman eks Tidak


Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
SPBU Riau tersedia

Taman eks
Tidak
SPBU Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
tersedia
Cikapayang

Taman eks
Tidak
SPBU Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
tersedia
Sukajadi

H a l a ma n 23
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1 Dhini Dewiyantii

TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP


EGOSENTRIS SPESIFIK TIMBAL KEAKRABAN
PERTIMBANGAN TAMAN PARTISIPATIF BALIK
USIA 2-4 tahun USIA 5-8 tahun USIA 9-11 USIA 11-14
tahun tahun
Bisa
Taman Bisa Bisa
Tidak tersedia dikembang
Ganesa dikembangkan dikembangkan
kan
Bisa
Taman Bisa Bisa
Tidak tersedia dikembang
Lansia dikembangkan dikembangkan
kan
ASPEK FISIK Bisa
Taman Bisa Bisa
BERDASAR Tidak tersedia dikembang
Pramuka dikembangkan dikembangkan
KEMAMPUAN kan
KONSEP RUANG DAN Taman eks Tidak
KONSEP FANTASI Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
SPBU Riau tersedia
Taman eks
Tidak
SPBU Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
tersedia
Cikapayang
Taman eks Bisa
Bisa Bisa
SPBU Tidak tersedia dikembang
dikembangkan dikembangkan
Sukajadi kan
ASPEK FISIK YANG Taman Dibuat Dibuat Dibuat
Tidak tersedia
MENAMPUNG Ganesa Menantang Menantang Menantang
KONSEP BERMAIN Taman Dibuat Dibuat Dibuat
Tidak tersedia
Lansia Menantang Menantang Menantang
Taman Dibuat Dibuat Dibuat
Tidak tersedia
Pramuka Menantang Menantang Menantang
Taman eks Tidak
Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
SPBU Riau tersedia
Taman eks
Tidak
SPBU Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
tersedia
Cikapayang
Taman eks Bisa
Bisa Bisa
SPBU Tidak tersedia dikembang
dikembangkan dikembangkan
Sukajadi kan
KESIMPULAN ENAM TAMAN KOTA INI BELUM MENCERMINKAN SEBUAH TAMAN YANG LAYAK ANAK

PENUTUP

Paradigma pembangunan tata ruang


kota menuju konsep kota layak anak
hendaknya turut dipertimbagkan dalam
kebijakan pengembangan tata ruang.
Anak merupakan salah satu asset Negara
yang sangat berharga, terutama jika
dikaitkan dengan peran mereka di masa
yang akan datang. Hal ini bisa dilihat dari
pemanfaatan ide ini yang tidak saja
diterapkan di negara maju dan Negara Sumber: http//www.clrenterprisesva.com/
berkembang lain. yahoo_site_admin/assets/playground2

Diantara taman kota, sisipan ruang


bermain dihadirkan dalam ruang. RTH
seperti ini dapat digunakan oleh berbagai
kalangan usia dan bersifat mendidik.

H a l a m a n 24
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1

Sumber: http//www.ouirkyjapan.or.tv/
album/
Children%20andcooll%20playground
Sumber: http//www.phantomranch.net/
images/fdances/mihesu_playground Berbagai kota besar di Jepang, menerapkan
penyediaan sarana bermain di sejumlah
Walau tanpa dilengkapi peralatan, taman kota. Fasilitas ini disediakan gratis,
anak tetap dapat beraktifitas apabila fasilitas ini berada dekat pusat kecamatan
ditunjang oleh rona lingkungan yang yang dilengkapi dengan fasilitas kesehatan,
mendukung perpustakaan dan sejumlah fasilitas
kependudukan.

Penerapan kebijakan kota layak anak ini


pun tak bisa dipisahkan dari karakter
masing-masing kota. Meskipun bertujuan
sama, belum tentu kota satu dan lainnya
mempunyai hasil yang sama dalam
pengimplementasian sebuah kebijakan
yang sama. Setiap kota adalah organisme
yang spesifik dengan karakter yang spesifik
pula. Upaya penerapan kebijakan ini
memerlukan sebuah kajian mendalam dan
panjang.
Sumber: Dokumen Pribadi

Walaupun Hongkong terkenal sebagai


kota “hutan beton” diantara RTH taman
kota, tetap disisipkan fasilitas guna
kepentingan anak.

H a l a ma n 25
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1 Dhini Dewiyanti

DAFTAR PUSTAKA

Altman, Irwin & Stokol, Daniel. 1987.


Handbook of Enviro nment al
Psyichology. John Willey & Sons. Inc.

Dewiyanti, Dhini. 2000. Karakteristik


Ruang Bermain Anak. Tesis Magister
Arsitektur. ITB, Bandung.

Lovejoy, Derek. 1979. Landuse and


Landscape Planning. Second Edition,
Leonard Hill, Scotland

Mio. 1999. Dunia Bermain Anak.


Bandung: Gita Print.

Nazaruddin. 1994. Penghijauan Kota.


Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Philips E. Leonard and ASLA. 1993.


Urban Trees “ A Guide for Selection,
Maintenance, and Master Planning”.
McGraw-Hill, Inc.USA

Senda, Mitsuru. 1998. Play Space for


Children. Ichigaya Publications.

H a l a m a n 26

Anda mungkin juga menyukai