Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Elastisitas
Bagian ini menjelaskan perubahan bentuk benda akibat gaya luar. Modulus elastisitas seperti
Modulus Young, modulus bulk dll, diperkenalkan. Hubungan antar modulus dijelaskan setelah
uraian tentang Poisson ratio.
Fluida Statis
Dalam bagian ini dijelaskan konsep dasar seperti masssa jenis, tekanan dalam fluida diam, prinsip
Archimedes, dll. Selanjutnya diuraikan tentang alat ukur tekanan, yakni manometer sebelum
membahas tegangan permukaan dan efek kapilaritas .
Akustik
Dalam bagian ini dijelaskan konsep dasar gelombang bunyi dan perambatannya dalam medium.
Jenis-jenis bunyi dan indra pendengaran ikut dijelaskan .
Optik
Bagian ini biasa juga disebut optika geometri, dimana prinsip-prinsip refleksi dan refraksi cahaya
dijelaskan. Cara kerja alat optik juga diuraikan.
Kelistrikan Statik
Prinsip dasar kelistrikan statik diperkenalkan untuk menjelaskan bagaimana benda dapat bermuatan
listrik, pengaruh terhadap ruang di sekeliling benda bermuatan juga diuraikan.
Arus Listrik
Pengertian Arus Listrik, beda potesial serta rangkaian listrik diuraikan.
Fisika Radiasi
Bagian ini menjelaskan tentang sifat-sifat cahaya. Radioaktivitas dan dosimetri radiasi ikut
diuraikan.
I.1 Pengantar
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam eksakta (Natural Sciences).
Adalah Aristoteles (384-322 sebelum Masehi) yang diduga pertama kali memperkenalkan istilah ini
melalui karyanya Physika (Ilmu Alam). Berbeda dengan awal masa sejarah dan masa pertengahan,
kajian fisika pada masa kini bertumpu pada metoda ilmiah (scientific method) dan tidak lagi sekedar
berdasar pada filsafat murni, yakni misalnya dengan pertanyaan dari mana, untuk apa, mengapa
begini dan bukan begitu dan seterusnya. Hingga pada abad ke 18 ilmu fisika meliputi ilmu alam
yang wilayah cakupannya lebih luas daripada apa yang ada sekarang; yakni meliputi bidang
astronomi, astrologi, biologi, kesehatan, meteorologi dan bidang lainnya. Sedangkan kini bidang
kajian fisika semakin menyempit, seperti misalnya bidang mekanika, balistik dan optika geometri
yang telah mulai dipelajari secara intensif dalam bidang matematika.
Fisika meneliti dan mengkaji fenomena alam tidak hidup. Bidang ini membatasi dirinya pada
proses yang dapat diamati dan dapat dihasilkan ulang, serta menganalisisnya melalui sekumpulan
istilah. Istilah-istilah ini seperti misalnya panjang, waktu, massa, muatan listrik dan medan magnet
didefinisikan secara jelas dan tegas serta dituliskan secara kuantitatif melalui angka dan satuan. Ilmu
fisika melakukan formulasi hukum dengan bantuan istilah tersebut serta mencari bentuk
matematisnya. Secara mekanisme, prosesnya bermula dengan uji eksperimen, untuk membuktikan
apakah hukum tersebut dapat dibuktikan. Hukum yang diperoleh dan telah dibuktikan tersebut,
kemudian memungkinkan orang untuk melakukan prediksi atau perkiraan kuantitatif suatu proses
fisika.
Pada beberapa bidang dalam ilmu fisika dapat diamati adanya batas yang tidak jelas dengan
bidang ilmu lain. Karakter transisi lalu muncul dan tampak pada nama yang diberikan pada bidang
tersebut. Contohnya adalah biofisika, kimia fisika, fisika molekuler, astrofisika dan fisika
ekstraterestial. Hingga kini terdapat beberapa penemuan mengagumkan telah diperoleh dalam
bidang transisi ini. Menurut sejarah perkembangan dan penemuannya ada dua bagian dalam ilmu
fisika yaitu fisika klasik dan fisika modern.
Dalam fisika klasik, fenomena alam dilukiskan secara konkret melalui logika "naif" dan "rasio
akal sehat". Bidang ini mencakup mekanika Newton, teori elektromagnetik Maxwell, optika
geometri, optika gelombang dan sebagian termodinamika. Dalam fisika klasik, kecepatan partikel
yang diteliti dianggap sangat kecil dibanting kecepatan cahaya, dan selain itu besaran aksi dan
Saat ini dipublikasikan oleh lebih dari 10.000 jurnal dan majalah hasil penelitian dari
beberapa ribu laboratorium dan institut. Pertumbuhan publikasi rata-rata sekitar 4-6% setahun.
Tanpa komputer adalah tidak mungkin untuk dapat menemukan publikasi ilmiah dari masalah fisika
tertentu di tengah "banjir publikasi". Ada dua fisikawan yang berperan penting dalam
pengembangan pilar utama fisika yaitu Galileo Galilei (1564-1642) sebagai pendiri fisika
eksperimental modern dan Isaac Newton (1643-1727) yang mengembangkan pemodelan dalam
fisika dengan bantuan matematika.
Untuk dapat mengetahui harga dari suatu besaran dilakukan pengukuran. Pengukuran
merupakan aspek penting karena suatu hukum baru dapat diberlakukan apabila telah terbukti secara
eksperimental, dan eksperimen tidak dapat dipisahkan dari pengukuran. Setiap pengukuran memiliki
satuan. Contohnya, untuk mengetahui panjang suatu benda kita menggunakan alat pengukur
panjang, misalnya meteran; untuk mengetahui waktu tempuh pelari sprint, kita menggunakan
stopwatch. Pengukuran dapat dilakukan baik terhadap besaran pokok, maupun terhadap besaran
turunan. Secara umum, kita tidak harus mengukur masing-masing besaran untuk mengetahui
harganya sebab terdapat besaran yang harganya dapat diketahui melalui perhitungan, yakni dengan
mengetahui lebih dahulu ketergantungannya/hubungannya dengan besaran lain.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dan kebutuhan dalam
mengomunikasikan ilmu pengetahuan antar negara, maka sejak awal Abad XIX dipikirkan suatu
sistem standar, yang kini dikenal sebagai satuan-satuan Sistem Internasional (System International
d'Unites), disingkat sistem SI.
Hasil dari suatu pengukuran yang kita lakukan mungkin lebih besar atau kecil daripada yang
kita catat. Oleh karena itu, pemberian hasil dari suatu pengukuran harus disertai dengan estimasi
ketidakpastian (estimated uncertainty). Misalkan lebar papan tulis ditulis 5.2± 0.1 cm. Angka 0.1 cm
menyatakan estimasi ketidakpastian dalam pengukuran. Pada umumnya estimasi ketidakpastian
berhubungan dengan nilai skala terkecil alat ukur, dalam hal ini papan diukur menggunakan mistar).
Lebar aktual papan berada antara 5.1 dan 5.3 cm. Persentase ketidakpastian adalah rasio
ketidakpastian terhadap harga terukur dikalikan dengan 100%. Misalkan kalau pengukuran adalah
5.2 cm dan ketidakpastian 0.1 cm, maka persentase ketidakpastian adalah: (0.1/5.2) x 100% = 2%.
Bilangan 36.900 memiliki jumlah angka signifikan yang tidak jelas, mungkin tiga, empat, atau
lima angka signifikan. Kenapa demikian? Karena skala terkecil pengukuran dapat saja 100, 50, 20,
10, 5, 2, atau 1. Akan tetapi, kalau angka tersebut ditulis sebagai 3.69 x 10 4, kita dapat pastikan
bahwa terdapat tiga angka signifikan. Dengan analogi yang sama berarti 3.690 x 10 4 memiliki empat
angka signifikan, atau kalau terdapat bilangan 36.901, kita pastikan terdapat lima angka signifikan.
Hasil perkalian, pembagian, pengurangan, dan penjumlahan dua bilangan atau lebih
hendaknya ditulis dalam jumlah angka yang signifikan terkecil dari bilangan induk. Bilangan induk
hendaknya dalam keadaannya yang semula (tidak mengurangi angka signifikan) pada saat
mengalami operasi matematik.
Contoh 1: Hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi sebuah balok secara berurutan adalah 20,21
cm, 10,2 cm, dan 8,72 cm. Berapakah volume balok tersebut?
Jawab: Volume = Panjang x Lebar x Tinggi = 20,21 x 10,2 x 8,72 = 1797,55824 cm 3 Perhatikan
bahwa panjang kotak mengandung 4 angka signifikan, lebar mengandung 3 angka
signifikan dan tinggi mengandung 3 angka signifikan. Maka volume kotak harus
mengandung 3 angka signifikan =1,80 x 104 cm3.
Sebagai konsekuensi dari terdapat 7 besaran pokok, maka ada 7 satuan pokok. Berikut akan
diuraikan konvensi yang digunakan untuk standar panjang, standar massa dan standar waktu.
Pada tahun 1960 satu meter didefinisikan sebagai 1.650.763,73 kali panjang gelombang
cahaya dalam ruang hampa yang terpancar akibat transisi antara tingkat energi 2p10 dan 5d5 oleh
atom kripton 86. Pada tahun 1983 satu meter telah didefinisikan kembali sebagai panjang lintasan
cahaya dalam ruang vakum selama interval waktu dari 1/299.792.458 dari satu detik.
Standar Massa
Standar SI untuk massa adalah sebuah silinder platinum- irridium yang disimpan di kota
Serves, Prancis, tepatnya di International Bureau of Weight and Measures, dan berdasarkan
perjanjian internasional disebut sebagai massa sebesar satu kilogram. Standar sekunder dikirim ke
laboratorium standar di berbagai negara dan massa dari benda-benda lain dapat ditentukan dengan
menggunakan teknik neraca berlengan sama.
Standar massa kedua adalah dalam skala atomik, bukan satuan SI, yaitu massa dari atom C 12
yang berdasarkan perjanjian internasional diberikan harga sebesar 12 satuan massa atom terpadu
(disingkat μ; 1μ = 1,660x10-27 kg). Massa atom lain dapat ditentukan secara teliti dengan
menggunakan spektrometer massa.
Standar Waktu
Standar waktu adalah second (s). Mula-mula satu detik didefinisikan sebagai 1/86.400 dari
rata-rata dalam satu hari, waktu yang didasarkan atas rotasi bumi. Kemudian pada tahun 1955
digunakan jam atomik jenis tertentu yang didasarkan atas frekuensi karakteristik isotop Cs 133 di
Laboratorium Boulder di Lembaga Standar Nasional Inggris.
Pada tahun 1967, detik yang didasarkan atas jan cesium diterima sebagai SI oleh Konferensi
Umum mengenai Berat dan Ukuran ke-13. Satu detik didefinisikan sebagai 9.192.631.770 kali
periode transisi Cs133 tertentu. Hasil ini meningkatkan ketelitian pengukuran waktu menjadi 1 bagian
dalam 1012, lebih baik sekitar 103 kali dari pada ketelitian dengan metode astronomis.
10 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
I.5 Dimensi
Dimensi dari satuan besaran fisis adalah cara menyatakan suatu besaran fisis yang tersusun
dari besaran dasar (besaran pokok). Persamaan matematis yang menghubungkan besaran-besaran
fisis harus memenuhi prinsip kehomogenan dimensi. Sedangkan besaran dasar adalah besaran yang
dimensinya ditentukan secara definisi seperti pada tabel berikut:
Sering kali jika kita harus menyatakan besaran-besaran fisis, kita menjumpai bilangan-
bilangan yang sangat besar atau sangat kecil. Konvensi umum mengenai berat dan ukuran ke-14
menganjurkan penggunaan awalan berupa sepuluh berpangkat bilangan bulat, atau khususnya
kelipatan 103n, dengan n bilangan bulat.
Uji Pemahaman
Contoh 2: Tuliskan dalam satuan fundamental SI, besaran fluks magnetik.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 11
Jawab.
Contoh 3. Tunjukkanlah melalui analisis dimensi bahwa rumus fisika berikut ini benar;
Kinematika dan Dinamika merupakan ranting dari Fisika, dari cabang Mekanika yang
mempelajari tentang gerak benda. Persoalan-persoalan mekanika di antaranya mencakup tentang
perhitungan lintasan peluruh dan gerak pesawat ruang angkasa yang dikirim ke luar bumi. Jika kita
hanya menggambarkan gerak suatu benda, maka kita membatasi diri pada kinematika; sedangkan
jika kita ingin menghubungkan gerak suatu benda terhadap gaya-gaya penyebabnya dan juga
sifat/karakteristik benda yang bergerak tersebut, maka kita menghadapi permasalahan dinamika. Jadi
kinematika zarrah artinya penggambaran gerak suatu zarrah tanpa menghubungkan dengan gaya
penyebabnya, sedangkan dinamika adalah penggambaran gerak benda dengan mengaitkannya
dengan gaya-gaya penyebabnya.
12 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Jarak adalah besaran skalar yang menyatakan bagaimana jauhnya sebuah benda telah
bergerak.
Perpindahan adalah besaran vektor yang menyatakan seberapa jauh benda telah berpindah
dari posisi awalnya.
Untuk lebih memantapkan pemahaman tentang perbedaan kedua konsep di atas, perhatikan
diagram di bawah ini. Seorang dosen fisika berjalan 4 meter ke timur, 2 meter ke selatan, 4 meter
ke barat, dan akhirnya 2 meter ke utara.
Total jarak yang ditempuh oleh dosen tersebut adalah 12 meter, perpindahannya adalah 0
meter. Selama kuliah dosen tersebut bergerak sesuai diagram di atas sejauh 12 meter (jarak = 12 m).
Di akhir gerakannya dosen tersebut tidak bergeser dari tempat awalnya, berarti perpindahan 0 m.
Oleh karena perpindahan merupakan besaran vektor maka harus ada arah. Gerakan 4 meter ke timur
akan saling menghapus dengan 4 meter ke barat; dan 2 meter ke selatan akan saling menghapus
dengan 2 meter ke utara.
Contoh lain adalah Kadir menonton sepak bola dari stadion terbuka. Dia sering kali
berpindah ke belakang untuk menemukan tempat yang paling baik. Diagram di bawah ini
memperlihatkan beberapa posisi Kadir vs waktu, yang membentuk "U" dan bergerak dalam arah
yang berlawanan. Dengan kata lain Kadir bergerak dari posisi A ke B ke C ke D. Berapa
perpindahan dan jarak yang dialami oleh Kadir?
Jawaban:
Kadir bergerak sejauh 95 yard (35 yds + 20 yds + 40 yds) dan perpindahan 55 yard, ke kiri.
Uji Pemahaman
1. Berapa perpindahan sebuah Tim Gerak jalan yang memulai rutenya dari Lapangan Karebosi dan
berakhir juga di Lapangan Karebosi setelah mereka berputar sejauh 10 Km?
Jawaban:
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 13
Perpindahan dari Tim Gerak Jalan adalah 0 km. Meskipun mereka menempuh jarak sejauh 10
km, mereka tidak berpindah dari tempat semula, mereka mengakhiri rute pada tempat di mana
mereka mulai.
2. Berapa jarak dan perpindahan dari mobil balap yang Rasing Sentul?
Jawaban:
Perpindahan mobil hampir 0 km ketika mereka tiba di finis sebab tanda start tidak jauh dari
tanda finis mobil menempuh jarak sekitar 800 km.
Sering kali kita tidak dapat membedakan kata kecepatan dan laju. Ada beberapa perbedaan
mendasar antara dua kata tersebut, yaitu kecepatan adalah besaran vektor sedangkan laju belum
tentu vektor. Kecepatan sendiri secara definisi adalah laju, tetapi tidak semua laju adalah kecepatan.
Laju didefinisikan sebagai perubahan sesuatu persatuan waktu. Sesuatu bisa berarti perpindahan,
massa, energi, volume dll.
Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai perpindahan dibagi dengan waktu yang dibutuhkan
untuk menempuh perpindahan tersebut. Perpindahan telah didefinisikan dalam bagian sebelumnya.
Misalkan mula-mula suatu objek berada pada posisi x 1 (lihat Gambar2.1). Maka perubahan posisi
adalah
Waktu yang dibutuhkan oleh obyek untuk berpindah dari posisi x1 ke x2 adalah
14 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
(2.1)
dengan v adalah kecepatan dan tanda garis datar ( - ) di atas v berarti rata-rata.
Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata pada selang waktu yang sangat
pendek. Dalam hal ini persamaan (2.1) dihitung dalam limit ∆t secara infinitisimal sangat kecil,
mendekati nol.
(2.2)
Notasi dihitung dalam limit ∆t mendekati nol, tetapi tidak sama dengan nol.
Contoh 1:Posisi seorang pelari sebagai fungsi waktu digambarkan dalam sumbu-x selama interval
waktu tiga detik, posisi pelari berubah dari x1 = 50 m ke x2 = 30,5 m. Berapakah kecepatan
rata-rata pelari?
Jawab.
(2.3)
Sementara percepatan sesaat didefinisikan sebagai analogi dari kecepatan sesaat:
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 15
(2.4)
dengan ∆v menyatakan perubahan kecepatan secara infinitesimal selama selang waktu ∆t yang
sangat singkat secara infinitesimal.
Pada umumnya konsep kecepatan dikaitkan dengan kecepatan ataupun laju. Percepatan yang
membuat kecepatan suatu benda atau sistem makin kecil disebut perlambatan.
Contoh 2:Persamaan gerak suatu zarrah dinyatakan oleh fungsi x(t)= 0,1 t 3, dengan x dalam meter
dan t dalam detik. Hitunglah;
1. Kecepatan rata-rata dalam selang waktu t = 3 s ke t = 4 s
2. Kecepatan pada saat t = 3 s
3. Percepatan rata-rata dalam selang waktu t = 3 s ke t = 4 s
4. Percepatan pada saat t = 5 s
Jawab:
1. x(t=4s) = 0,1 (4)3m = 6,4m dan x(t=3s) = 0,1 (3)3m = 2,7m,
maka: v = (6,4 - 2,7)m/1 s = 3,7 m/s
2. v = dx/dt = 0,3 t2= 2,7 m/s
3. vx(t=4s) =0,3(4)2=4,8m/s dan vx(t=3s)=2,7 m/s, maka: ar = (4,8 - 2,7)m/1 s = 2,1 m/s2
4. as=dv/dt=d/dt(0,3t2)=0,6t=0,6(5)m/s2=3m/s2
Contoh 3:Sebuah mobil bergerak sepanjang jalan lurus (arah sumbu x) dengan kecepatan 15 m/s.
Kemudian sopir menginjak rem sehingga setelah 5 detik kecepatan mobil turun menjadi 5
m/s, berapakan percepatan rata-rata mobil?
Jawab:
(2.5)
16 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
(2.6)
atau
(2.7)
(2.8)
Oleh karena kecepatan berubah secara beraturan (uniform), maka kecepatan rata-rata v adalah
setengah dari jumlah kecepatan akhir, yaitu
(2.9)
Jika persamaan (2.9 disubstitusi ke dalam persamaan (2.7) diperoleh:
(2.10)
Persamaan (2.8) disubstitusi ke persamaan (2.10), diperoleh:
Persamaan (2.11) ini dapat diperoleh dengan mengintegralkan persamaan (2.8) sebagai fungsi
waktu. Selanjutnya persamaan (2.6) dapat ditulis sebagai
atau
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 17
(2.12)
Tanda vektor sudah dihilangkan karena pada gerak satu dimensi vektor arah bersesuaian dengan
tanda positif atau negatif.
Contoh 4:Sebuah bola dilemparkan vertikal ke atas (ke arah sumbu y positif) dengan laju 20 m/s,
hitunglah:
1. Tinggi bola maksimum dan waktu yang dibutuhkan bola untuk mencapai ketinggian
tersebut.
2. Kapan bola berada pada ketinggian 15 meter di atas tanah, dalam hal ini tanah berada
pada y=0.
Jawab:
1. vy2 = v02 - 2gymax, vy = 0
2. y = v0t - (1/2)gt2 15 =20 t - 5 t2 , t2=4t+3, sehingga (t-1)(t-3) = 0 t1 = 1 s dan t2 = 3 s.
Gambar 2.3
(2.13)
C2 = A2 + B2 (dalil Phytagoras)
(2.14)
maka
(2.15)
Pandang dua buah vektor D1 dan D2 (Gambar 2.4). Komponen-komponen vektor dapat diuraikan
menjadi:
18 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Gambar 2.4 Uraian komponen-komponen vektor
D = D1 + D2 = iDx + jDy (2.16a)
D1 = iD1x + jD1y (2.16b)
D2 = iD2x + jD2y (2.16c)
Dx = D1x + D2x (2.16d)
Dy = D1y + D2y (2.16e)
Berdasarkan Dalil Phytagoras:
Dx = D cos Ѳ (2.18b)
Dy = D sin Ѳ (2.18c)
Contoh 5:Seorang Explorer berjalan 22,0 km ke arah utara, kemudian berjalan 47,0 km ke arah 60 o
(arah tenggara), lalu berhenti. Berapa jauhkah ia dari posisi semula dan berapa sudut yang
dibentuknya?
Jawab:
B. Gerak peluru
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 19
Gerak peluru menggambarkan gerak benda yang dilepaskan ke udara dengan kecepatan awal
yang membentuk sudut tertentu terhadap horizontal. Contoh gerakan benda yang mengikuti gerak
peluru adalah bola yang dilemparkan atau ditendang, peluru yang ditembakkan dari moncong
senapan, benda yang dijatuhkan dari pesawat udara yang sedang terbang. Apabila benda dilepaskan
dari suatu ketinggian dengan kecepatan awal v0 = 0, maka benda dikatakan jatuh bebas.
Pandang jejak suatu obyek yang bergerak di udara dengan kecepatan v0 dan membentuk sudut
Ѳ terhadap sumbu-x (Gambar 2.6)
Pada tabel 2.1 disajikan persamaan-persamaan umum kinematika untuk percepatan tetap dalam dua
dimensi.
Umumnya diambil y-yo = h untuk gerak peluru dan gerak jatuh bebas. Dari persamaan (2.18),
vx0 = v0 cos Ѳ dan vy0 = v0 sin Ѳ.
20 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa lintasan peluru adalah parabolik, jika kita dapat
mengandaikan gesekan udara dan menganggap percepatan gravitasi konstan. Misalkan xo = yo =0,
berdasarkan Tabel 2.1 (persamaan (2.11) diperoleh x = v xot dan y = yo + vyot-(1/2)gt2 dari kedua
persamaan ini diperoleh:
atau y = ax - bx2 (2.19) dengan a = tan Ѳ (tangen arah) dan masing-masing adalah konstan.
Contoh 6: Sebuah bola ditendang sehingga memiliki kecepatan awal 20,0 m/s dan
membentuk sudut 37,0o, hitunglah:
1. Tinggi maksimum bola
2. Waktu lintasan bola hingga menyentuh tanah
3. Jarak horizontal bola menyentuh tanah
4. Vektor kecepatan pada tinggi maksimum
5. Vektor percepatan pada tinggi maksimum.
Jawab. vxo = vo cos 37o = (20 m/s)(0,799) = 16,0 m/s vyo = vo sin 37o =(20 m/s)(0,602) = 12 m/s
1. Pada tinggi maksimum vy = 0; vy = vyo - gt, maka t = vyo/g = 12 / 9,8 =1,22 s
y = vyo - (1/2) gt2 = (12)(1,22)-(1/2)(9,8)(1,22)2 =7,35 m atau y=(vyo2-vy2)/(2g)=[(12)2-
(0)2] / 2(9,8)=7,35 m
2. Pada saat ditendang yo = 0, setelah menyentuh tanah kembali y =0, maka
y = yo + vyot - (1/2)gt2 0 = 0 + vyot - 1/2)gt2, maka t=(2vyo)/g = [(2)(12)]/ 9,8 = 2,45 s
3. Jarak horizontal x = xo + vxot, dengan xo = 0 x = vxot = (16,0 m/s)(2,45 s) =39,2 m
4. Pada titik tertinggi, vy = 0 V = vx =vxo = vo cos 37o=16,0 m/s
5. a = -g =-9,8 m/s2
C. Gerak Melingkar
Sebuah benda yang bergerak pada lintasan berbentuk lingkaran mendapat percepatan yang
dapat diuraikan menjadi komponen yang normal dan tangensial terhadap lintasan tersebut.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 21
Gambar 2.7 Komponen gerak melingkar
Segitiga ABC dan abc pada Gambar 2.7 adalah sebangun. Sudut antara v1 (ca) dan v2 (cb)
pada Gambar 2.6b adalah ∆Ѳ sama dengan sudut antara CA dan CB pada Gambar 2.6a karena CA
tegak lurus terhadap v1 dan CB tegak lurus terhadap v2. Oleh karena itu kita dapat menulis:
Di mana v = v1 = v2 sebab harga kecepatan dianggap tidak berubah (hanya arahnya saja yang
berubah terus menerus). Percepatan normal rata-rata aN diberikan oleh:
(2.20)
Percepatan normal saat aN makin kecil menuju nol. Jadi sebuah obyek yang bergerak dalam
satu lingkaran dengan jari-jari r dan laju v konstan mempunyai percepatan yang arahnya menuju
pusat lingkaran dan besarnya adalah v2/r. Karena arahnya menuju pusat lingkaran sehingga
percepatan ini disebut “percepatan sentripetal E(sentripetal = mencari pusat) atau percepatan radial
karena arahnya sepanjang jari-jari lingkaran.
(2.21)
Pada obyek yang bergerak melingkar dengan laju yang berubah, maka selain memiliki percepatan
sentripetal, obyek juga memiliki percepatan tangensial yang arahnya sama dengan garis singgung.
Percepatan tangensial didefinisikan sebagai
(2.22)
dengan adalah percepatan sudut. Berdasarkan gambar 2.7 percepatan sesaat obyek diberikan oleh:
22 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
(2.23)
Contoh 7: Sebuah bola berputar pada suatu lingkaran horizontal berjari-jari 0,600 m. Bola
melakukan 2,00 putaran tiap detik. Berapa kecepatan sentripetal bola?
Jawab. Waktu yang dibutuhkan bola untuk satu kali putaran adalah:
Dalam hukum Newton pertama tersirat pula bahwa tidak ada perbedaan antara pengertian
tidak ada gaya sama sekali dengan ada gaya-gaya yang resultannya nol. Dengan demikian, bentuk
lain pernyataan hukum Newton pertama adalah “jika tidak ada resultan gaya-gaya yang bekerja pada
benda, maka percepatan benda sama dengan nol.
Gambar 2.1 (a) benda W digantungkan pada tali. (b) diagram gaya
Jawab. Karena benda tidak mengalami percepatan, maka T1+T2+W=0. Jika diuraikan
berdasarkan komponennya adalah: Proyeksi ke sumbu-x
-T1x+T2x =0, T1x = T1 cos 30o dan T2x = T2 cos 45o, T1 cos 30o = T2 cos45o
Proyeksi ke sumbu-y T1y+T2y-W=0, T1y = T1 sin 30o dan T2y = T2 sin 45o,
T1sin30o+T2sin45o=w maka T2 = 89,7N dan T1 = 73,2 N
Untuk melawan atau mengganggu sifat inersia benda dibutuhkan gaya. Gaya inilah yang
membuat kecepatan suatu benda berubah. Jika gaya dikenakan searah dengan kecepatan benda maka
kecepatan benda bertambah, dikatakan benda mengalami percepatan. Jika dikenakan gaya
24 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
berlawanan dengan kecepatan benda, maka kecepatan benda berkurang, dikatakan benda mengalami
perlambatan atau percepatan ke arah negatif.
Dari suatu percobaan tentang garis lurus, diperoleh kesimpulan bahwa percepatan sebuah
benda adalah berbanding lurus dengan resultan gaya-gaya yang bekerja padanya dan berbanding
terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah resultan gaya. Kesimpulan ini tidak
lain adalah ungkapan hukum Newton kedua yang secara matematika dituliskan . Kalau kita ambil
konstanta proporsional sama dengan satu, maka pernyataan hukum Newton kedua ditulis sebagai
berikut:
atau
(3.1)
Gaya Fi dapat diuraikan atas komponen-komponennya yang dapat dituliskan sebagai berikut:
(3.2a)
(3.2b)
(3.2c)
Jika , maka resultan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol.
Dengan demikian, percepatan, a sama dengan nol dan berarti bahwa benda dalam keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan. Ternyata bahwa hukum I Newton merupakan hal khusus dari hukum II
Newton.
Contoh 2.Tinjaulah sebuah balok bermassa m yang ditarik sepanjang bidang datar licin oleh gaya
horizontal F, seperti ditunjukkan dalam gambar 3.2. N adalah gaya normal yang dikerjakan
pada balok oleh lantai licin dan W adalah berat balok.
a. Jika massa balok adalah 2,0 kg, tentukan besar gaya normalnya.
b. Berapa gaya F yang dibutuhkan agar balok mendapat kecepatan horizontal 4,0 m/s
dalam 2,0 s mulai dari keadaan diam.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 25
Gambar 3.2 Balok bermassa m ditarik sepanjang bidang datar
Jawab.
a. Dari hukum Newton kedua dengan ay = 0, kita peroleh; Fy = may atau FN=w=mg,
sehingga FN=(2,0)(10)= 20N.
b. Percepatan ax diperoleh dari dari hukum Newton kedua Fx=max = (2,0)(2,0)=4,0 N
Contoh 3.Sebuah balok dengan massa m1 terletak pada suatu permukaan horizontal yang licin, dan
ditarik dengan seutas tali yang dihubungkan dengan balok lain dengan massa m2 melalui
sebuah katrol (Gambar 3.3a). Katrol dianggap tidak mempunyai massa dan gesekan, dan
hanya berfungsi untuk membelokkan arah gaya tarik tali. Hitunglah percepatan sistem dan
tegangan tali.
Gambar 3.3 (a) Benda m1 dan m2 dihubungkan dengan tali (b) Diagram gaya untuk m1 (c) Diagram
gaya untuk m2
Jawab: Misalkan kita pandang lebih dulu balok dengan massa m1, dan kita selidiki geraknya. Gaya-
gaya pada balok ditunjukkan pada gambar 3.3b. Gaya T yaitu gaya tarik di dalam tali,
menarik balok ke kanan, sedangkan m1g adalah gaya tarik oleh bumi, yaitu berat balok m1.
Gaya N adalah gaya normal oleh bidang datar pada balok. Balok hanya bergerak dalam
arah-x, sehingga ay = 0. Sehingga dapat dituliskan:
N-m1g = m1a1y = 0 T = m1a1x
Dari persamaan di atas kita peroleh N = m1g. Untuk menentukan gaya tegangan tali T kita
harus memandang gerak benda m2 yang tergantung pada tali. Gaya-gaya yang bekerja pada m2
ditunjukkan pada gambar 3.3c. Karena m2 bergerak dipercepat, maka kita dapat menganggap T
sama dengan m2g. Persamaan gerak dari m2 adalah :
M2g T = m2a2y
Karena panjang tali adalah tetap, maka balok m1 dan balok m2 mempunyai kecepatan sama,
jadi percepatannya juga sama, sehingga a2y = a1x. Dan percepatan sistem dapat ditulis sebagai a,
dapat diperoleh: m2g - T = m2a dan T = m1a. Akibatnya diperoleh:
26 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
dan
Jika salah satu di antara dua gaya yang muncul secara serempak, misalnya interaksi antar
massa (gaya tarik menarik gravitasi), maka yang mana saja dari salah satu gaya dapat disebut
sebagai gaya "aksi" sedangkan lainnya merupakan gaya "reaksi". Menyangkut hal ini tidak
terkandung pengertian sebab akibat sebab yang terjadi adalah interaksi timbal balik secara spontan.
Sifat ini pertama kali diungkapkan oleh Newton dalam hukum geraknya yang ke tiga dalam
rangkaian kalimat sebagai berikut: Untuk setiap aksi selalu terdapat reaksi yang sama besar dan
berlawanan arah, atau reaksi timbal balik satu terhadap yang lain antara dua benda selalu sama
besar, dan berarah ke bagian yang berlawanan. Kedua gaya aksi dan reaksi terletak sepanjang garis
lurus yang menghubungkan kedua benda. Gaya aksi dan reaksi selalu terjadi berpasangan dan
bekerja pada benda yang berbeda. Seandainya keduanya terjadi pada benda yang sama, tentu tidak
pernah ada gerak dipercepat karena resultan gaya pada setiap benda selalu sama dengan nol. Secara
matematis, hukum Newton ketiga dapat ditulis:
Faksi = Freaksi
(2.3)
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 27
Dalam satuan SI, g = 9,80m/s2 = 9,80 N/kg, dengan demikian berat dari 1,00 kg massadi bumi
adalah 1,00 kg x 9,80 m/s2 = 9,80 N. Harga g bervariasi di tempat-tempat yang berbeda
dipermukaan bumi karena pengaruh bentuk bumi yang tidak benar-benar bulat.
Gaya gravitasi akan terlihat pada obyek jika ia jatuh. Jika obyek diam di permukaan bumi,
gaya gravitasi tidak terlihat. Namun jika obyek disimpan di atas permukaan maka gaya gravitasi
akan terlihat meskipun obyek berada di atas permukaan bidang dan obyek diam. Ini berarti setiap
obyek mengalami gaya gravitasi sebagai konsekuensi hukum Newton kedua. Gaya tersebut disebut
gaya kontak. Bila gaya kontak tegak lurus dengan permukaan kontak maka ia disebut gaya normal
diberi simbol N.
dengan mb adalah massa bumi, m adalah massa obyek, dan r adalah jarak dari pusat bumi ke pusat
obyek.
Newton kemudian menemukan bahwa kesimpulannya tentang gaya gravitasi yang dialami
obyek di muka bumi berlaku pula pada benda-benda lain seperti matahari, bulan, Jupiter, dan lain-
lain. Dengan kata lain, kesimpulan Newton di atas berlaku universal, dan ditulis:
(3.5)
dengan m1 dan m2 merupakan massa dari masing-masing partikel, r adalah jarak antara keduanya,
serta G adalah konstanta universal atau disebut juga tetapan gravitasi alam semesta. Dari eksperimen
diperoleh G = 6,67x10-11 Nm2/kg2. Persamaan (3.5) disebut sebagai hukum gravitasi Newton.
28 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
maka berdasarkan persamaan (3.4) diperoleh
(3.6)
Perubahan percepatan gravitasi bumi diberikan oleh:
atau
Tanda minus menyatakan bahwa jarak bertambah sebesar dr, maka percepatan gravitasi akan
berkurang sebesar dg/2.
Karena bumi tidak benar-benar berupa bola, harga g dipermukaan bumi bergantung pada
lintang. Di khatulistiwa, yaitu untuk lintang 0 o harga g = 9,75039 m/s2 dan untuk lintang 60o harga g
= 9,81918 m/s2. Harga-harga tersebut hanyalah harga rata-rata g. Harga g masih berubah dari suatu
tempat ke tempat yang lain pada lintang yang sama karena sifat lapisan-lapisan bumi. Perbedaan
harga ini digunakan dalam eksplorasi bahan galian bumi.
Contoh 5. Berapa besar gaya gravitasi pada benda bermassa 2000 kg yang melakukan orbit di atas
permukaan bumi dua kali jari-jari bumi dari pusat bumi? Jari-jari bumi 6380 km, massa
bumi mb = 5,98x1024 kg dan G = 6,67x10-11Nm/kg2.
Jawab:
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 29
Gaya gesekan antara dua permukaan yang saling diam satu terhadap yang lain disebut gaya
gesekan statis. Gaya gesekan statik maksimum sama dengan gaya terkecil yang dibutuhkan agar
benda mulai bergerak. Gaya gesekan statik maksimum antara dua permukaan tidak bergantung pada
luas daerah kontak, tetapi besarnya sebanding dengan gaya normal. Perbandingan antara besar gaya
gesekan statik maksimum dengan besar gaya normal disebut koefisien gesekan statik μE antar kedua
permukaan tersebut. Jika fs menyatakan besar gaya gesek statik, maka
fs = μs N (3.7)
Dengan μs adalah koefisien gesekan statik dan N adalah besar gaya normal.
Gaya yang bekerja antara dua permukaan yang saling bergerak relatif disebut gaya gesekan
kinetik. Gaya gesekan kinetik fk juga tidak bergantung pada luas daerah kontak dan besarnya
sebanding dengan gaya normal. Perbandingan antara besar gaya gesekan kinetik dengan gaya
normal disebut koefisien gesekan kinetik yang diberikan sebagai
fk = μk N
(3.8)
Dengan fk adalah gaya gesekan kinetik.
Contoh 6. Jika koefisien gesek kinetik antara lantai dan balok adalah 0,25, tentukanlah tegangan tali
yang menghubungkan kedua balok dan percepatan sistem.
Gambar 3.7 Benda yang digandengkan dengan tali a. Dua buah benda dihubungkan dengan tali b.
Diagram benda bebas untuk m1 c. Diagram benda bebas untuk m2
Jawab. Berdasarkan diagram gaya untuk balok m1 pada gambar 3.7b dengan menggunakan hukum
Newton kedua maka; T-fges1=m1a T-m1a=?k m1 g = (0,25)(1)(10)=2,5 N Berdasarkan
gambar 3.7c, diperoleh; F-T-fges2=m2a T+m2a=F-?k m2 g = 10N-(0,25)(3kg)
(10m/s2)=2,5N Maka diperoleh : a=0m/s2 dan T = 2,5 N
Dengan ∑F adalah gaya total dalam arah radial, dalam hal ini benda dipandang bergerak
melingkar beraturan, yakni besar kecepatan sama tetapi arahnya selalu berubah.
Pada gerak melingkar sebenarnya paling sedikit dua buah gaya bekerja pada objek. Gaya-gaya
tersebut adalah gaya sentripetal yang arahnya menuju pusat lingkaran dan gaya sentrifugal (segaris
dengan gaya sentripetal tetapi arahnya berlawanan atau meninggalkan pusat lingkaran).
Pada gerak melingkar tidak beraturan, yakni objek bergerak melingkar dengan besar dan arah
kecepatan berubah, terdapat 2 percepatan, yakni percepatan sentripetal (ac) dan percepatan
tangensial (aT). ac dan aT selalu tegak lurus satu sama lain. Vektor percepatan total untuk gerak
melingkar tidak beraturan diberikan oleh:
a = aT+aT (2.10)
Harga percepatan total adalah
(2.11)
Karena itu gaya yang menyebabkan objek bergerak melingkar adalah
F = m a (2.12)
Dengan besar gaya diberikan oleh
(2.13)
Contoh 7. Sebuah bola bermassa 150 gram diikatkan pada tali yang panjangnya 1,10 m lalu diputar
secara vertikal. Tentukan a. Laju minimum bola agar pada posisi tertinggi bola tetap
berputar melingkar b. Tegangan tali pada saat posisi bola paling rendah di mana kecepatan
bola sama dengan dua kali kecepatan pada posisi tertinggi.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 31
Jawab:
a. Pada posisi tertinggi TA=mg=mvA2/r, laju minimum diperoleh kalau TA=0, sehingga
vA2=gr, maka vA=[(9,8m/s2)(1,1m)]1/2 vA =3,28m.s b. Pada posisi terendah: TB-mg=mvB2/r,
vB=2vA=6,56 m/s, diperoleh:
Jika T1 dan T2 menyatakan periode (waktu yang dibutuhkan planet untuk melakukan satu kali
orbit atau putaran penuh) masing-masing planet, serta r1 dan r2 menyatakan jarak rata-rata mereka
dari matahari, maka
Jarak rata-rata planet dari matahari adalah separuh jumlah p1M dan p3M (Gambar 2. 19).
Newton menunjukkan bahwa hukum Kepler dapat diturunkan secara matematika dari hukum
gravitasi alam semesta. Dari hukum Newton kedua, kemudian mensubtitusi gaya dengan gaya
gravitasi alam semesta dengan percepatan sentripetal.
32 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Dengan m1 adalah masa planet, r1 adalah jarak rata-rata planet dari matahari, v 1 adalah laju
rata-rata orbit planet, dan Ms adalah massa matahari. Jika T1 adalah periode planet dengan panjang
lintasan 2πr1, maka
Sehingga
atau
(2.15a)
untuk planet kedua ditulis
(2.15b)
Jika persamaan (2.15a) dibagikan dengan persamaan (2.15b) akan diperoleh persamaan (2.12)
yang merupakan pernyataan hukum Kepler ketiga.
Contoh 8. Periode Planet Mars yang dicatat pertama kali oleh Kepler sekitar 684 hari. Jika jarak dari
matahari ke bumi rbm = 1,50x1011 m, tentukan jarak dari matahari ke planet Mars.
Jawab.
Bab III
Kerja, Energi dan Daya
(4.1)
dengan W adalah Kerja (Joule), F = gaya (Newton), ∆x = perpindahan (meter), dan Ѳ= sudut arah
gaya F
Gambar 3.3 Gaya sebagai fungsi dari pergeseran a. Pergeseran kecil, b. pergeseran besar
Karena antara x1dan x2 terdapat N buah interval, kerja yang dilakukan adalah:
(3.3)
Bila ∆x1 --> 0, kurva F(x) sepanjang x1 s/d x2 dipandang sebagai sistem yang kontinu, sehingga
kerja yang dihasilkan adalah:
(3.4)
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 35
Sebagai salah satu contoh kasus, tinjau sebuah pegas yang konstanta pegas k diberi sebagai
gaya F sehingga mengalami deformasi sepanjang x. Gaya yang dilakukan oleh pegas F = k x. Kerja
yang dilakukan pada pegas yang menyebabkan terjadinya perubahan dari x1 s/d x2 adalah:
(3.5)
Bila gaya yang bekerja berubah terhadap waktu maka kerja yang dilakukan dapat dituliskan sebagai:
(4.7)
Perubahan gaya terhadap waktu umumnya disebabkan karena adanya perubahan kecepatan
terhadap waktu,atau dengan kata lain karena benda mengalami percepatan.
Contoh 2: Suatu partikel bermassa m digantungkan pada ujung seutas tali tanpa berat
dengan panjang l. Sistem ini disebut bandul sederhana seperti pada Gambar 3.4. Hitung
kerja yang dilakukan oleh gaya F yang bekerja dalam arah horizontal
Gambar 3.4 (a) Bandul sederhana (b) Diagram gaya yang bekerja.
Jawab. Misalkan partikel digeser sepanjang lintasan berbentuk busur -lingkaran berjari-jari l dari ф
= 0 sampai ф = ф0. Gaya seperti ini dapat diterapkan dengan menarik massa melalui seutas
tali yang diusahakan selalu horizontal. Akibatnya partikel akan mengubah posisi vertikalnya
sebesar h. Dengan menganggap bahwa selama gerak ini tidak ada percepatan, berarti dalam
kenyataannya gerak ini haruslah sangat perlahan. Gaya F selalu pada horizontal, akan tetapi
pergeseran ds terletak pada suatu busur. Arah ds bergantung pada nilai ? yang menyinggung
lingkaran pada setiap titik. Gaya F akan berubah besarnya sedemikian rupa sehingga selalu
mengimbangi komponen horizontal dari gaya tarik T.
= m g sin ф ds
Perhatikan bahwa sudut antara ds dan F adalah ф. Untuk menghitung kerja pada perpindahan
dari ф = 0 sampai pada ф. = ф0. kita harus melakukan integrasi sepanjang lintasan. Pada lintasan ini
kita mempunyai hubungan ds = 1 d?. Sehingga diperoleh:
akan tetapi
(3.8)
atau
(3.9)
Bila benda tersebut bergerak dari kecepatan v1 ke v2, kerja yang dilakukan oleh gaya adalah:
(3.10)
Kerja ini setara dengan perubahan besaran (1/2mv 2). Perubahan ini haruslah merupakan
pertambahan atau pengurangan energi. Karena kerja adalah perpindahan energi, berarti besaran
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 37
1/2mv2 merupakan besaran energi, yakni bentuk energi yang berhubungan dengan gerak benda,
yakni yang dikenal sebagai energi gerak atau energi kinetik yang disimbolkan dengan Ek:
Ek = 1/2mv2 (3.11)
Contoh 3: Anggap gaya gravitasi nilainya tetap untuk jarak yang tidak terlalu besar di
atas permukaan bumi. Sebuah benda dijatuhkan tanpa kecepatan awal dari ketinggian h di
atas permukaan bumi. Berapakah energi kinetik benda tepat sebelum sampai ke tanah.
Jawab: Pertambahan energi kinetik adalah sama dengan kerja yang dilakukan oleh gaya resultan
yang bekerja pada benda. Apabila gesekan udara diabaikan maka gaya resultan adalah gaya
gravitasi. Gaya ini besarnya tetap dan mempunyai arah sama dengan arah gerak benda,
sehingga kerja oleh gaya gravitasi:
W = F . d = m g h cos 0o = m g h Kecepatan awal benda, yaitu V0 = 0, dan kecepatan akhir adalah V.
Pertambahan energi kinetik, yaitu:
Ek = 1/2m v2 - 1/2 m V02 = 1/2 m V2
Dengan menggunakan teorema kerja energi kita peroleh:
1/2 m V2 = m g h
(3.12)
38 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
(3.13)
Jika posisi jauh dari permukaan bumi, maka gaya gravitasi tidak lagi konstan, melainkan
berubah menurut hubungan
dengan; G adalah konstanta gravitasi, MB adalah massa bumi, disebut energi potensial bumi.
Sedangkan potensial gravitasi V didefinisikan sebagai usaha yang diperlukan untuk membawa satu
satuan massa dari tak berhingga ke r dalam ruang di mana medan tidak lenyap, maka:
Kerja yang dilakukan bila benda tersebut berpindah dari posisi r1 ke r2 diberikan oleh:
(3.16)
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 39
gaya yang diberikan pada pegas F = -F'= k(x - x 0). Kerja yang dilakukan untuk mengubah panjang
pegas dari x0 menjadi x diberikan oleh:
(3.17)
Menurut persamaan (3.18), untuk mengubah panjang pegas sejauh x maka harus dilakukan
usaha sebesar (1/2)kx2. Bila pegas dilepaskan dari kedudukan simpangannya, maka pada pegas
terdapat potensi (kemampuan) untuk mengendalikan pegas ke keadaan awal. Hal ini berarti bahwa
jika perubahan panjang pegas adalah x, maka pegas menyimpan energi potensial (Ep) sebesar
(1/2)kx2.
Jadi kerja melawan gaya tidak membuang energi, atau dengan kata lain jumlah energi kinetik
dan energi potensial selalu konstan. Ciri khas dari gaya konservatif adalah bahwa kerja yang
dilakukan pada suatu lintasan tertutup adalah sama dengan nol atau:
(3.19)
Arti fisis dari persamaan (3.19) adalah energi yang lenyap dalam suatu proses tertutup
senantiasa sama dengan nol sejauh gaya-gaya yang bekerja adalah gaya konservatif. Ini berarti
bahwa: d(Ek+Ep) = 0 atau,
EK+EP = konstan
40 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
(3.20)
Contoh 4.Sebuah benda massa 0,2 kg dijatuhkan dari ketinggian 50 cm menimpa sebuah pegas
yang dipasang vertikal dengan konstanta k = 150 N/m. Hitunglah:
1. Kecepatan benda pada saat mengenai ujung pegas.
2. Berapa jauh pegas akan tertekan bila g = 10 m/s2.
Jawab.
1. EKA+EPA=EKB+EPB
2. mg(h+xo) = (1/2)mvB2 + mgxo
vB2=0,2x10x0,5= 1 m/s b. (1/2)mvB2 = (1/2)kx2 0,5x0,2x12 = 0,5x150x2 x2 = 0,0013,
maka x = 0,036 m = 3,6 cm.
Contoh 5. Sebuah benda massa 2 kg digantung pada pegas dan kemudian ditarik sejauh
20 cm dari posisi setimbang. Jika konstanta pegas k = 2N/cm. Hitung:
a. Kecepatan benda pada saat mencapai titik setimbang.
b. Tinggi maksimum benda akan naik jika tarikan dilepas.
Jawab.
a. Dalam keadaan setimbang, mg= kzo maka zo= mg/k=20/200 = 20 cm. EA =EB,
maka vB2=(-2x10x0,2)+(0,5x200x0,32)+ (-0,5x200x0,12) m2/s2
vB2=4 m2/s2, maka vB=2 m/s.
b.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 41
sehingga diperoleh koefisien gesek ( )=2,5/80 = 0,0125
Contoh 7. Sebuah bola kehilangan 15% energinya pada saat melenting kembali ke arah
datangnya bola. Berapa kecepatan awal yang harus diberikan agar bola melenting kembali
ke tinggi semula;
Jawab.
Energi kinetik lentingan
III.6 Daya
Menurut definisi daya adalah banyaknya kerja yang dilakukan per satuan waktu. Daya rata-
rata yang diberikan pada suatu benda adalah kerja total yang dilakukan benda dibagi dengan waktu
total yang dipergunakan untuk melakukan kerja yang dimaksud. Andaikan besarnya kerja yang
dilakukan dalam selang waktu ∆t adalah ∆W, maka daya rata-rata adalah:
, daya sesaat
Buat untuk sistem yang berputar dengan kecepatan dengan M adalah momen gaya. Sistem
satuan internasional satuan daya dinyatakan dengan Joule/det yang disebut Watt. Satuan lain yang
sering digunakan untuk peralatan berat adalah satuan tenaga kuda (Horse Power) Hp di mana 1 Hp
746 Watt. Dari hubungan di atas maka kerja dapat pula dinyatakan daya kali waktu dan yang sering
digunakan adalah kilo-Watt (KWh). Satu kilo watt adalah kerja yang dilakukan oleh suatu sistem
yang bekerja dengan daya konstan 1 kilowatt selama satu jam.
Contoh 8: Sebuah mobil menggunakan daya sebesar 150 hp bergerak dengan kecepatan
72 km/jam berapa gaya dorong mesin pada saat tersebut.
Jawab: 150 x746 watt = Sehingga diperoleh bahwa: F = 5595 N
42 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Contoh 9:Sebuah elevator massa 500 kg, dirancang untuk mengangkut penumpang maksimum 25
orang dengan massa rata-rata per-orang 60 kg, pada suatu gedung bertingkat 25. Bila tinggi
gedung untuk tiap tingkatnya 4 m dan dibutuhkan waktu 20 detik dalam menempuh 25
tingkat, Hitung
a. daya minimum yang diperlukan elevator
b. daya yang diperlukan jika efisiensi mesin 50 %
Jawab:
a. berat elevator G = m g = 5000 N, berat penumpang = 60 x 10 x 25 = 15000 N Berat
sistem = berat elevator + Berat penumpang = 20000 N Kerja yang diperlukan untuk
mencapai lantai 25 adalah W = 20000 x 25 x 4 = 2 x 10 6 Joule, Jadi daya minimum
yang diperlukan adalah: watt = 100 Kwatt.
b. Bila efisiensi 50% maka diperlukan daya 200 KW.
Bab IV
Momentum Linear dan Tumbukan
Hukum kekekalan energi yang dibahas dalam bab terdahulu, hanyalah salah satu hukum
kekekalan di dalam fisika. Kuantitas lain yang ditemukan memiliki sifat kekal adalah momentum
linier, momentum sudut dan muatan listrik. Pada bab ini kita akan membahas momentum linier dan
kekekalannya. Selanjutnya dengan menggunakan hukum kekekalan momentum serta hukum
kekekalan energi, kita akan menganalisis tumbukan.
Dalam pengertian umum, tumbukan melibatkan interaksi antara lebih dari satu obyek. Akan
tetapi, dalam fisika, pembahasan tumbukan meliputi pula peristiwa ledakan (obyek tunggal terurai
menjadi lebih dari satu obyek). Di samping itu, tumbukan yang melibatkan dua partikel tidak
mengharuskan keduanya bersinggungan satu sama lain. Tumbukan seperti ini akan dijumpai dalam
kajian interaksi medan dalam teori medan kuantum.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 43
Karena kecepatan adalah sebuah vektor, maka momentum pun demikian. Arah momentum
sama dengan arah kecepatan, dan besar momentum adalah p = mv. Karena v bergantung pada
kerangka acuan maka kerangka ini haruslah berdefinisikan.
Sebuah gaya diperlukan untuk mengubah momentum dari sebuah partikel, baik besar maupun
arahnya. Pernyataan Hukum II Newton tentang gerak dapat ditafsirkan dalam bahasa momentum
sebagai berikut: Laju perubahan momentum dari sebuah partikel sebanding dengan gaya resultan
yang bekerja padanya. Secara matematis ditulis:
(4.2)
dengan ∑F adalah gaya total yang bekerja pada obyek dan ∆p adalah perubahan momentum
resultan yang terjadi selama selang waktu ∆t. Jika sistem terdiri dari sebuah partikel bermassa m
konstan, maka dengan memasukkan persamaan (5.1) ke persamaan (5.2) kita dapatkan bentuk
hukum kedua Newton yang lazim kita gunakan selama ini.
(4.3)
Pada sistem partikel banyak yang terdiri dari n partikel dengan massa masing-masing m 1, m2,
m3 ...mn, sistem secara keseluruhan memiliki momentum total p. Momentum total didefinisikan
sebagai jumlah vektor semua momentum partikel dalam kerangka acuan yang sama, yaitu;
p = p1 + p2 + ...+ pn
= m1v1 + m2v2 + ... mnvn
(4.4)
dengan v1 adalah kecepatan m1, v2 adalah kecepatan m2, dan vn adalah kecepatan partikel ke-n
bermassa mn.
44 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Apabila total gaya eksternal pada sistem ini adalah nol, maka jumlah momentum dari kedua
bola tidak berubah. Total momentum sebelum dan setelah tumbukan adalah sama. Meskipun
momentum dari masing-masing bola berubah, tetapi total perubahan itu adalah nol. Artinya,
mengecilnya momentum dari bola yang satu akan disertai membesarnya momentum dari bola yang
lain.
Jika m1v1 adalah momentum dari bola 1 dan m2v2 adalah momentum dari bola 2, keduanya
diukur sebelum tumbukan, maka momentum total sebelum tumbukan adalah m1v1+m2v2.
Setelah tumbukan, tiap-tiap bola mempunyai momentum yang berbeda, yakni m1v'1dan m2v'2.
Momentum total setelah tumbukan adalah m 1v'1 + m2v'2. Dengan demikian tanpa gaya eksternal
keadaan berikut berlaku:
m1v1+m2v2 = m1v1 + m2v2 (4.4)
Dalam hal ini, vektor momentum total dari sistem dua bola adalah kekal atau konstan.
Meskipun prinsip kekekalan momentum ditemukan secara eksperimental, namun kita dapat
juga menurunkannya dari hukum gerak Newton. Dari Gambar 4.1, anggap gaya F terdapat pada satu
bola dan mendorong bola lain selama tumbukan. Gaya rata-rata selama waktu tumbukan ∆t
diberikan oleh:
F = ∆p/∆t atau F∆t =∆p (4.5)
Jika persamaan (4.5) diterapkan pada bola 1 (Gambar 4.1) dengan menandai kecepatan bola 1
sebelum tumbukan v1 dan v'1 sebagai kecepatan setelah tumbukan, maka
F ∆t=m1v'1 - m1v1.
Dalam hubungan di atas, F adalah gaya pada bola 1 mendorong bola 2, dan ∆t adalah waktu
kontak kedua bola selama tumbukan. Selanjutnya berdasarkan hukum III Newton, gaya oleh bola 2
terhadap bola 1 adalah F, sehingga ditulis
-F ∆t=m2v'2-m2v2
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 45
Kombinasi persamaan untuk bola 1 dan bola 2 diperoleh:
m1v'1 - m1v1= -( m2v'2-m2v2) atau m1v'1+ m2v'2 = m1v1+ m2v2.
Persamaan terakhir di atas menunjukkan bahwa jika jumlah gaya-gaya yang bekerja pada sistem
adalah nol, maka ∆p=0, sehingga tidak ada perubahan momentum total. Jadi pernyataan umum
hukum kekekalan momentum adalah momentum total dari suatu sistem terisolir adalah konstan.
Contoh 1: Sebuah truk bermassa 10.000 kg berjalan dengan kecepatan 24,0 m/s menabrak
mobil sejenis yang sedang mogok. Selanjutnya kedua mobil berjalan beriringan setelah
bertabrakan. Berapa kecepatan kedua mobil?
Jawab: Momentum total awal adalah m1v1+ m2v2 = (10.000 kg)(24,0m/s)+ (10.000 kg)(24,0m/s)
=2,4x105 kg m/s. Setelah tumbukan, kedua mobil bergerak dengan kecepatan yang sama
(mobil berjalan mendorong mobil mogok), jadi: (m1+m2)v' = 4x10 5kgm/s. Maka v'=
(2,4x105kgm/s) / (2,0x104 kg) =12,0 m/s.
Gambar 4. 2 Roket
Gambar 4.2a memperlihatkan sebuah roket bermassa M yang bergerak dengan kecepatan v
terhadap kerangka acuan tertentu. Pada sistem bekerja juga gaya eksternal Feks. Pada saat ∆t
berikutnya, susunannya berubah menjadi seperti dalam gambar 4.2b. Massa sebesar ∆M dikeluarkan
dari roket dan bergerak dengan kecepatan u terhadap pengamat. Massa sistem berubah menjadi M-?
M dan kecepatan sistem berubah dari v ke v+∆v. Berdasarkan persamaan (4.2):
46 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
(4.6)
Dengan pf adalah momentum akhir sistem (Gambar 4.2b) dan pi adalah momentum awal
sistem (Gambar 4.2a). Momentum akhir sistem diberikan oleh:
(4.7a)
(4.8)
Jika ∆t dibuat menuju nol, keadaan Gambar 4.2b mendekati keadaan Gambar 4.2a, dalam hal
ini ∆v/∆t mendekati dv/dt. Besaran ∆M adalah massa yang ditolakkan dalam waktu ?t. Karena
perubahan massa benda terhadap waktu, dM/dt, dalam hal ini harus berharga negatif, maka ketika ∆t
menuju nol, besaran positif ∆M/∆t kita ganti dengan ∆M/dt. Akhirnya, ∆v menuju nol bila ∆t
menuju nol. Dengan demikian persamaan (4.8) menjadi:
(4.9a) atau
(4.9b)
Persamaan (4.9) merupakan pernyataan matematis dari hukum Newton kedua, yang
mendefinisikan gaya luar pada obyek yang massanya berubah. Kita perhatikan bahwa jika laju
perubahan massa adalah nol (massa konstan) maka pernyataan (4.9) akan kembali ke bentuk lazim
kita kenal hukum Newton kedua F=Ma.
Contoh 2.Sebuah senapan mesin dipasang di atas kereta yang dapat menggelinding bebas tanpa
gesekan di atas permukaan horizontal. Massa sistem (kereta+senapan) pada suatu saat
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 47
tertentu adalah M. Pada saat tersebut senapan memuntahkan peluru-peluru bermassa m
dengan kecepatan u terhadap kerangka acuan. Kecepatan kereta dalam kerangka ini adalah v
dan kecepatan peluru terhadap kereta adalah u-v. Banyaknya peluru yang ditembakkan
terhadap satuan waktu adalah n. berapakah percepatan kereta tersebut?
Jawab. Anggap tidak ada gaya eksternal yang bekerja pada sistem, maka berdasarkan persamaan
(4.19a) kita peroleh:
Di sini dv/dt = a (percepatan sistem), vreal =u-v, dan dM/dt = -mn yaitu laju pengurangan
massa sistem tiap satuan waktu. Ma = (vreal)(-mn) atau
Kuantitas ruas kiri persamaan (4.11), yakni perkalian antara gaya F dengan interval waktu ∆t,
disebut impuls. Kita lihat bahwa perubahan total pada momentum sama dengan impuls. Konsep
impuls hanya terdapat pada tumbukan yang berlangsung sangat singkat. Besar impuls dinyatakan
oleh luas di bawah kurva Gambar 4.3.
Contoh 3. Hitung impuls yang dialami oleh seseorang yang bermassa 70 kg pada tanah
setelah melompat dari ketinggian 3,0 m. b. Kemudian perkiraan gaya rata-rata yang
didorongkan kaki orang tersebut oleh tanah kalau mendarat dengan kaki tegak c. Sama
dengan soal b tetapi kaki bengkok. Dalam hal ini, anggap tubuh bergerak 1,0 cm selama
tumbukan, dan pada kasus kedua, bilamana kaki bengkok sekitar 50 cm.
Jawab.
48 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
a. Ambil percepatan tubuh orang tersebut a=g=9,8 m/s2, dan kecepatan awal vo =0.
Maka kecepatan tubuh di tanah: v=[2a(y-yo)]1/2 = [2(9,8m/s2)(,0m)]1/2 = 7,7 m/s.
Impuls pada tubuh orang tersebut:
F∆t =∆p = p - po =0-(70 kg) (7,7 m/s) = -542 Ns
Tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya berlawanan dengan arah momentum
tubuh (gaya arahnya ke atas)
b. Tubuh berkurang kecepatannya dari 7,7 m/s menjadi nol dalam jarak d=1,0 cm=1,0x10 -
2
m. Laju rata-rata selama periode ini adalah v=(7,7+0)/2=3,8 m/s. sehingga waktu
tumbukan diberikan oleh ∆t=d/v =(1,0x10-2m)/(3,8m/s) = 2,6 x10-3t = (540 Ns)/(2,6x10-3)
= 2,1x105 N dan F = Ftanah Emg, maka:
Ftanah = F + mg = (2,1x105N) + (70 kg)(9,8 m/s2)
= 2,1x105 N + 690 N =2,1x105N
c. d = 50 cm = 0,5 m.
t =d / v = (0,5 m)/(3,8 m/s) = 0,13 s f =(540 Ns)/(0,13 s)
= 4,2x103 N
ftanah = F + mg = $,2x103 N + 0,6x103 N = 4,9x103 N.
Tumbukan di mana energi total adalah kekal disebut tumbukan elastik, sedangkan tumbukan
di mana energi kinetik total tidak kekal disebut tumbukan tidak elastik.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 49
Jadi pada tumbukan elastik berlaku hukum kekekalan energi kinetik dan hukum kekekalan
momentum, pada tumbukan tidak elastik tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik namun
berlaku hukum kekekalan momentum.
Dari hukum kekekalan momentum, kita peroleh; m1v1+m2v2 =m1v1' + m2v2' Oleh karena
tumbukan dianggap elastik, energi kinetik juga kekal; (1/2)m1v12+(1/2)m2v22
=(1/2)m1v12+(1/2)m2v22. Jika kita mengetahui massa dan kecepatan awal, maka dengan
menggambarkan kedua persamaan di atas kita dapat menentukan kecepatan sesudah tumbukan,
yakni v1'dan v2'.
Kita dapat menuliskan kembali persamaan kekekalan momentum dan energi kinetik sebagai
berikut:
m1( v1 - v'1 )=m2(v'2 - v2)
(4.13)
m1( v12 - v'12) =m2( v'22 - v22)
(4.14a)
Persamaan (4.14a) dapat dituliskan kembali seperti:
m1( v1 - v'1) ( v1+ v'1 )= m2 (v'2 - v2) (v'2 + v2)
(4.14b)
Jika persamaan (4.14b) dibagi dengan (4.13), diperoleh;
v1+ v'1= v'2 + v2
atau
v1 - v2= v'2 - v'1
(4.15)
50 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Dari persamaan (4.13) dan (4.15), dapat dinyatakan kecepatan akhir terhadap kecepatan awal.
Contoh 4. Dari data pada gambar di bawah ini, hitunglah
a. Kecepatan m1 dan m2 setelah tumbukan, bila tumbukannya bersifat elastik satu dimensi
b. Energi kinetik total sebelum tumbukan
c. Energi kinetik total setelah tumbukan dari hasil jawaban pertanyaan a.
Jawab. Karena bidang licin maka . Jadi kita dapat menggunakan
hubungan-hubungan di atas dengan ketentuan v1 = 5 m/s dan v2 = - 10 m/s.
a.
b. Ek (total) = (1/2)m1v12+ (1/2)m2v22 = (1/2)(30x10-3kg)(5m/s)2+(1/2)(20x10-3kg)(-10
m/s)2 = 1,375 J
c. E'k(total) = (1/2)m1v'12+ (1/2)m2v'22 = (1/2) (30x10-3kg)(-7m/s)2+(1/2)(20x10-3kg)
(8m/s)2 = 1,375 J.
52 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
gerak sebuah partikel bila dikenai gaya luar yang sama, titik tersebut dinamakan “pusat massa ∆E
Tinjau sistem dua partikel m1 dan m2 yang masing-masing berjarak x1 dan x2 dari suatu titik awal
0, pusat massa sistem terletak pada jarak x cm dari titik asal 0, dengan xcm didefinisikan sebagai
(lihat gambar 5.6). (5.17) Dengan M=m1+m2 adalah massa total sistem. Pusat massa terletak pada
garis antara m1 dan m2. Jika kedua massa sama (m1=m2=m), x cm persis berada di tengah, karena
dalam kasus ini . Jika m1>m2, maka pusat massa akan bergeser mendekati m1. Sebaliknya jika m1
atau
Mvcm = m1v1 + m2 v2 + ... + mn vn
(4.21)
Dari persamaan (4.21) kita melihat bahwa momentum total dari sistem sama dengan hasil kali
massa total dengan kecepatan pusat massa sistem. Persamaan (4.21) diferensialkan terhadap waktu
diperoleh:
atau
Macm = m1a1 + m2 a2 + ...+ mn an
(4.22)
Dengan acm adalah percepatan pusat massa sistem, sedang an adalah percepatan partikel ke-n.
Berdasarkan hukum gerak Newton kedua, persamaan (5.22) dapat ditulis menjadi:
Macm = F1+ F2 + ...+ Fn = Ftotal
(5.23)
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 53
Jadi dengan semua gaya-gaya yang bekerja pada sistem sama dengan massa total dari sistem
dikalikan dengan percepatan pusat massanya. Pusat massa dari sistem dengan massa total M
bergerak seperti sebuah partikel tunggal bermassa M disebabkan oleh gaya eksternal yang sama.
Bab V
ELASTISITAS
Pada bab ini kita akan mengkaji salah satu kasus di mana materi atau obyek dalam keadaan
alamiah. Keadaan ini disebut obyek dalam keadaan seimbang baik translasi maupun rotasi. Karena
sifat inersia, keadaan ini selalu berusaha dipertahankan oleh obyek. Namun jika jumlah gaya luar
(eksternal) yang bekerja pada obyek makin besar. Maka suatu saat obyek mengalami deformasi, atau
bahkan bisa patah yakni pada saat gaya-gaya luar lebih besar dari gaya ikat antara atom-atom yang
menyusun obyek (gaya internal). Keadaan deformasi pada obyek juga dapat terjadi jika vektor gaya-
gaya yang bekerja tidak berada pada garis yang sama. Dalam keadaan demikian kita memerlukan
besaran yang disebut besaran tensor, yang baru dijumpai pada kuliah fisika lanjutan.
Gambar 5.1
Apabila elongasi (perpanjangan) kawat ∆L cukup kecil dibandingkan dengan panjang mula-mula,
maka secara eksperimen diperoleh bahwa ∆L sebanding dengan berat beban atau gaya yang
dikenakan pada benda [dikemukakan pertama kali oleh Robert Hooke (1635-1707)]. Kesetaraan ini
dapat ditulis dalam bentuk persamaan :
F=k∆L
(5.1)
54 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Dengan F menyatakan gaya atau berat tarik pada obyek, ∆L adalah pertambahan panjang dan
k adalah tetapan.
Persamaan (5.1) dikenal sebagai Hukum Hooke, berlaku untuk semua material padat; dari
besi hingga tulang, tetapi hanya berlaku hingga titik tertentu. Jika gaya semakin diperbesar, obyek
akan terus bertambah panjang dan akhirnya putus. Gambar (5.2) menunjukkan suatu tipe grafik
elongasi terhadap gaya. Hingga titik yang disebut "batas kesetaraan", persamaan (5.1) merupakan
pendekatan terbaik untuk beberapa jenis material, dan kurvanya adalah garis lurus. Selama
perpanjangan masih dalam daerah elastis, yakni daerah di bawah batas elastisitas, obyek akan
kembali ke panjang semula jika gaya yang bekerja dihilangkan. Di luar batas elastisitas adalah
daerah plastis.
Jika perpanjangan dilanjutkan pada daerah plastis, maka obyek akan mengalami deformasi
permanen. Perpanjangan maksimum dicapai pada titik putus yang juga dikenal sebagai kekuatan
ultimasi (ultimate strength) dari material.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 55
Tabel 2 Modulus Young, Modulus Puntir dan Modulus bulk beberpa
Material
Modulus Modulus Modulus
Puntir G Material Puntir Y Bulk B
(N/m2)x106 (N/m2)x106 (N/m2)x106
Padat
40 Besi 100
80 Baja 200 90
35 Kuningan 100 140
25 Aluminium 70 80
Beton 20 70
Batu Bata 14
Marmer 50
80 Granit 45 70
Kayu cemara 10 45
(paralel urat) 1
(tegak lurus 15
urat)
Nilon 2,0
Tulang 1,0
Cair 2,5
Air
Alkohol 1,01
Air Raksa
Besar elongasi dari suatu obyek, seperti batang yang ditunjukkan pada gambar 5.1, tidak
hanya bergantung pada gaya yang dikenakan padanya, tetapi juga bergantung pada jenis material
dan dimensi obyek. Jika kita bandingkan batang yang terbuat dari material yang sama tetapi berbeda
panjang dan luas penampangnya, ditemukan bahwa jika gaya yang dikenakan sama, besar
perpanjangan sebanding dengan gaya dan panjang mula-mula serta berbanding terbalik dengan luas
penampangnya.
(5.2)
Di mana Lo adalah panjang mula-mula obyek, A adalah luas penampang dan ∆L adalah
perubahan panjang berkenaan dengan gaya yang dikenakan. Y adalah konstanta yang dikenal
sebagai modulus elastis, atau "Modulus Young". Nilai Y hanya bergantung pada jenis material. Nilai
56 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Modulus Young untuk beberapa jenis material diberikan pada tabel 5.1. Persamaan (5.2) lebih sering
digunakan untuk perhitungan praktis dari pada persamaan (5.1) karena tidak bergantung pada ukuran
dan bentuk obyek.
Gambar 5. 2
Gambar 5.2 Elongasi terhadap gaya Persamaan (5.2) dapat ditulis kembali seperti berikut :
(5.3)
Atau
Di mana stress didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, sedangkan strain sebagai ratio
perubahan panjang terhadap panjang mula-mula. Batang yang ditunjukkan pada Gambar 5.1
dikatakan berada di bawah tegangan merenggang (tensile stress). Bentuk tegangan lain adalah
tegangan menekan (compressive stress), yang merupakan lawan dari tensile stress, dan tegangan
memuntir (shear stress) yang terdiri dari dua gaya yang sama tetapi arahnya berlawanan dan tidak
segaris (lihat Gambar 5.3).
Gambar 5.3 Tipe-tipe Tegangan : (a) Merenggang (b) Menekan (c) Menekan
Persamaan 5.2 dapat diterapkan baik untuk tegangan menekan maupun tegangan memuntir, untuk
tegangan memuntir kita dapat tulis persamaan menjadi:
(5.4)
Tetapi ∆L, L0 dan A harus diinterpretasikan ulang sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
5.3c. ingat bahwa A adalah luas dari permukaan paralel terhadap gaya yang dikenakan, dan ∆L tegak
lurus terhadap Lo, konstanta porposionalitas adalah 1/G, dengan G dikenal sebagai Modulus Puntir
(share modulus) dan umumnya mempunyai harga 1/2 hingga 1/3 harga Modulus Young Y (lihat
Tabel 5.2).
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 57
Obyek empat persegi panjang berada di bawah tegangan memuntir dalam Gambar 5.3c tidak
secara aktual dalam keseimbangan di bawah gaya-gaya yang ditunjukkan, jika jumlah torsi tidak
sama dengan nol.
Kalau obyek ternyata dalam keadaan seimbang, berarti harus ada dua gaya yang bekerja
padanya yang membuat jumlah torsi sama dengan nol. Satu gaya bekerja ke arah vertikal ke atas di
sisi kanan, dan yang lain ke arah vertikal ke bawah pada sisi kiri seperti ditunjukkan pada gambar
5.4.
Jika pada sebuah obyek bekerja gaya-gaya dari smua sisi, volume obyek akan berkurang.
Keadaan seperti ini umumnya terjadi jika obyek berada di dalam fluida, dalam kasus ini fluida
mendesakkan tekanan pada obyek di semua arah. Tekanan didefinisikan sebagai gaya persatuan luas,
dan merupakan ekivalen dari tegangan (stress). Untuk keadaan ini perubahan volume ∆V, ditemukan
sebanding dengan volume mula-mula Vo dan penambahan tekanan ∆P.
Kita peroleh hubungan yang sama seperti persamaan (5.2) tetapi dengan konstanta
proporsionalitas 1/B, dengan B adalah Modulus Bulk (bulk modulus ), dalam hal ini:
(5.5)
Tanda minus menunjukkan bahwa volume berkurang dengan bertambahnya tekanan. Harga-
harga Modulus Bulk untuk beberapa jenis material diberikan pada Tabel 5.2. Selanjutnya inversi
Modulus Bulk (1/B), disebut kompresibilitas (conpressibility), diberikan simbol K yaitu :
(5.6)
Contoh 1: Balok dengan luas penampang A ditarik pada kedua ujungnya dengan gaya F
yang sama. Pandang sebuah bidang yang membentuk sudut Ѳ seperti terlihat pada gambar.
58 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
1. Hitunglah tegangan tarik pada bidang tersebut, dan tuliskan dalam F, A, dan Ѳ
2. Hitunglah tegangan geser pada bidang tersebut, dan tuliskan dalam F, A, dan Ѳ
3. Untuk harga Ѳberapa, tegangan tarik maksimum
Jawab :
1. Tegangan tarik pada A f :
Contoh 2. Sebuah kawat piano dari baja panjangnya 1,60 m memiliki diameter 0,20 cm.
Berapa besar tegangan pada kawat jika kawat bertambah panjang 0,30 cm setelah
direnggangkan?
Jawab :
Contoh 3. Suatu bahan . Bahan berupa kawat logam dengan panjang L dan luas
penampang A digulung menjadi pegas. Jika logam mempunyai modulus Young Y dan
perubahan transversal kawat gulungan kawat itu diabaikan, tunjukkan bahwa tetapan
pegasnya diberikan oleh YA/Lo.
Jawab : Sepanjang deformasi terjadi pada daerah hukum Hooke, maka akan berlaku F = k x.
Berdasarkan persamaan (5.5), F = Y A ∆L/Lo. Dalam hal ini x = ∆L, sehingga dari kedua
persamaan di atas diperoleh k ∆L = Y A ∆L/Lo atau k = Y A/Lo.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 59
Contoh 4. Volume minyak di dalam sebuah alat tekan hidrolik adalah 5 m3. Berapa
penyusutan volumenya bila minyak itu menderita tekanan sebesar 136 atm? Kompresibilitas
minyak tersebut 20 x 10-6 atm-1.
Jawab :
Contoh 5. Sebuah balok uniform massanya 1500 kg dan panjangnya 20,0 m ditindih oleh
15.000 kg peti besi, lihat gambar
b. Berdasarkan Tabel 5.1 kekuatan menekan ultimasi untuk material beton adalah 2,0 x
107 N/m2. Karena faktor keselamatan 6, maka stress maksimum yang diperbolehkan
adalah
(1/6)( 2,0 x 107 N/m2) = 3,3 x 106 N/m2 = F/A Karena F = 1,2 x 105 N,
60 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
maka
A = (1,2 x 105N) / (3,3 x 106 N/m2) atau 360 cm2
(5.7)
dengan ∆a, ∆b, dan ∆c masing-masing menyatakan perubahan sepanjang rusuk ao, bo, dan co.
Tanda negatif mempunyai arti : bila strain longitudinal positif (terjadi pertambahan longitudinal)
maka strain transversal negatif (terjadi penyusutan transversal). Untuk benda yang homogen, σb,
σc=σ. Ditemukan dalam eksperimen σselalu lebih kecil dari 1/2.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 61
Jika sepasang gaya F dikenakan padanya, akan timbul strain sebesar, dapat ditulis (untuk obyek
homogen). Jika volume balok mula-mula adalah Vo = aoboco maka setelah mengalami gaya F
volumenya menjadi
V = (ao + ∆a) ( bo + ∆b)(co + ∆c)
= ao bo co + ao bo ∆c + bo co ∆a + ao co ∆b + ao ∆b ∆c + bo ∆a ∆c + co ∆a ∆b + ∆a ∆b ∆c
Jika ∆a, ∆b, dan ∆c cukup kecil, maka empat suku terakhir ruas kanan persamaan diatas dapat
diabaikan, sehingga diperoleh :
V= ao bo co + ao bo c + bo co ∆a + ao co ∆b V = Vo + ao bo ∆c + bo co ∆a + ao co ∆b
Atau
∆V = V - Vo = ao bo ∆c + bo co ∆a + ao co ∆b
Selanjutnya pada sangkutan terakhir ruas kiri dibagi dengan Vo dan ruas kanan dibagi dengan ao bo co
(=Vo).
Jika gaya-gaya F yang sama dikenakan pada ketiga pasang sisi (6 sisi) Gambar 5.6 misalkan
berupa tekanan hidrostatik ∆P = F/A, maka perubahan volume akan menjadi tiga kali lipat yakni:
Dari pernyataan modulus Bulk di mana perubahan volume diberikan oleh, maka
(5.9)
Selanjutnya kita mencari hubungan antara modulus Young Y dengan modulus Puntir G.
Gambar 8.7
Tinjau bujur sangkar ABCD (Gambar 8.7), jika pada titik A dan C dikenakan tegangan F/A
yang arahnya ke dalam, sedang pada titik B dan D dikenakan tegangan yang sama besarnya seperti
titik A dan C tetapi arahnya keluar. Tegangan puntir yang dialami oleh obyek diberikan oleh
62 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Di mana px = -py dan py = po =F/A. Tegangan puntir ini menyebabkan pengecilan sudut apit
antara AB dan BC, sebaliknya terjadi pembesaran sudut apit antara BC dan DC. Andaikan
perubahan sudut ini adalah ф, maka berdasarkan Gambar 5.7 diperoleh:
dengan demikian
Selanjutnya menurut defenisi modulud puntir tan ф=ф =F/(AG)
yang menyatakan hubungan antara modulus puntir G dengan modulus young Y.
Contoh 7: Balok dengan panjang ao, lebar bo dan tebal co, ditarik pada kedua ujungnya
dengan gaya yang sama. Tunjukkanlah (suku yang mengandung diabaikan), bahwa
fraksi pertambahan luas penampang ab atau di mana ∑ adalah
perbandingan poisson.
Jawab:
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 63
VI. FLUIDA STATIS
Secara makroskopik, materi dapat digolongkan ke dalam benda padat dan fluida. Fluida
adalah suatu zat yang dapat mengalir, yaitu zat cair dan gas. Molekul-molekul di dalam fluida
mempunyai kebebasan lebih besar untuk bergerak sendiri-sendiri. Dalam zat cair gaya interaksi
antara molekul-molekul yang disebut gaya kohesi masih cukup besar, karena jarak antara molekul-
molekul tidak terlalu besar. Akibatnya zat cair masih tampak sebagai satu kesatuan, kita masih dapat
melihat batas-batas zat cair. Selain itu, zat cair tidak mudah dimampatkan. Lain halnya dengan gas,
molekul-molekul gas dapat dianggap sebagai suatu sistem partikel bebas di mana gaya kohesi antara
molekul sangat kecil. Di samping itu, gas lebih mudah dimampatkan daripada zat cair.
Klasifikasi materi ke dalam 3 keadaan tidaklah selalu jelas. Beberapa fluida, seperti gelas atau
ter (pitch) mengalir sangat lambat sehingga berperilaku seperti benda padat untuk interval-interval
waktu yang biasanya digunakan untuk bekerja dengan benda-benda tersebut. Plasma, yang
merupakan gas yang sangat terionisasi tidak cocok untuk digolongkan ke dalam salah satu dari
keadaan di atas Plasma sering kali dinamakan “keadaan ke empat dari materi” untuk
membedakannya dari keadaan padat, cair, dan gas. Bahkan beberapa ilmuwan percaya bahwa apa
yang dikenal sebagai koloid (suspensi dari partikel-partikel kecil di dalam zat cair) juga dianggap
sebagai keadaan atau fase tersendiri dari materi. Akan tetapi pada buku ini hanya membahas 3
keadaan yakni padat, cair, dan gas.
Karena gaya yang dilakukan oleh zat cair pada suatu permukaan harus selalu mempunyai arah
tegak lurus permukaan, maka dalam membahas gaya dalam fluida dipergunakan besaran fisis skalar
64 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
yang disebut tekanan yang didefinisikan sebagai besar gaya normal per satuan luas. Satuan tekanan
adalah N/m2, dyne/cm2, atau Pascal (Pa).
Suatu fluida yang mengalami tekanan akan mengarahkan sebuah gaya pada setiap permukaan
yang bersentuhan dengan fluida tersebut. Tinjaulah suatu permukaan tertutup yang mengandung
suatu fluida seperti pada gambar (6.1). Suatu elemen luas pada permukaan tertutup ini dinyatakan
dengan vektor dengan adalah vektor dengan satuan tegak lurus elemen luas dengan arah
ke luar permukaan.
Gaya yang dilakukan oleh fluida pada elemen permukaan adalah . Karena dan
mempunyai arah sama, maka tekanan p dapat ditulis :
Massa jenis ρ dari suatu fluida homogen dapat bergantung pada banyak faktor, seperti temperatur
fluida dan tekanan yang mempengaruhi fluida tersebut. Massa jenis suatu fluida didefinisikan
sebagai fluida persatuan volume:
dengan m adalah massa fluida dan V adalah volumenya. Satuan SI massa jenis adalah Kg/m3.
Kadang-kadang massa jenis dinyatakan dalam satuan gr/cm3. Massa jenis dari berbagai zat
diberikan pada Tabel 6.1.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 65
Jika suatu fluida berada dalam seimbang, maka setiap bagian fluida berada dalam keadaan
setimbang. Marilah kita tinjau sebuah elemen volume di dalam fluida. Misalkan elemen ini
mempunyai bentuk piringan tipis dan berada pada jarak y di atas suatu permukaan acuan. Seperti
diperlihatkan Gambar 6.2a.
Gambar 6.2a Suatu elemen di dalam fluida Gambar 6.2b Gaya-gaya pada elemen volume
Tebal elemen volume adalah dy dan setiap muka piringan mempunyai luas A. jika massa jenis
fluida adalah ?,maka massa elemen ini adalah dm = ρ dV = ρ Ady dan beratnya adalah dW = ρ
gAdy. Gaya-gaya yang dikerahkan pada elemen volume tersebut oleh fluida yang di sekitarnya
adalah tegak lurus pada permukaan elemen di setiap titik, seperti pada Gambar 6.2b.
Dalam bidang horizontal resultan gaya sama dengan nol, karena elemen tersebut tidak
mempunyai percepatan horizontal. Gaya-gaya horizontal hanya ditimbulkan oleh tekanan fluida.
Elemen fluida ini juga tidak bergerak dipercepat pada arah vertikal. Jadi gaya resultan pada arah
vertikal harus sama dengan nol. Akan tetapi, gaya-gaya vertikal bukan hanya ditimbulkan oleh
tekanan dari fluida saja tetapi juga ditimbulkan oleh berat elemen fluida itu sendiri.
Jika kita misalkan p adalah tekanan pada permukaan bawah dan (p+∆p) adalah tekanan pada
permukaan atas, maka gaya ke atas adalah pA (yang dikerahkan pada permukaan bawah) dan gaya
ke bawah adalah (p+∆p)A (yang dikerahkan pada permukaan atas) ditambah dengan berat elemen
∆W. Jadi untuk kesetimbangan adalah :
sehingga diperoleh :
(6.3)
Persamaan (6.3) menyatakan bagaimana tekanan dalam suatu fluida berubah dengan
ketinggian tempat di dalam fluida dalam keadaan statis. Kuantitas ρ g sering dinamakan berat jenis
dari fluida (berat persatuan volume dari fluida). Misalnya untuk air berat jenisnya adalah 9800 N/m2.
Jika p1 adalah tekanan pada jarak y1 dan p2 adalah tekanan pada jarak y di atas suatu
permukaan acuan, maka integrasi pada persamaan (6.3) memberikan :
66 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Untuk zat cair ρ dapat dianggap tetap dan beda letak lapisan y 1dan y2 biasanya kecil, sehingga g
dapat dianggap tetap. Jadi dengan mengambil ρ dan g tetap, diperoleh :
p2-p1 = -ρ g(y2-y1)
(6.4)
Jika kita ambil y2 sebagai letak permukaan bebas zat cair, maka tekanan p 2 pada zat cair adalah
tekanan udara, yaitu p0. Bila di ambil y1 kedalaman sembarang dan tekanannya dinyatakan sebagai
p, maka diperoleh :
(6.5)
Persamaan (6.5) memperlihatkan bahwa tekanan adalah sama di mana titik pada kedalaman yang
sama.
Contoh 3: Sebuah tabung berisi sebagian dengan air. Suatu cairan, yang tidak bercampur
dengan air, dituangkan ke dalam sebuah sisi sampai cairan tersebut berada sejarak d di atas
permukaan air yang ada di sisi lain, yang sementara itu telah naik sejarak 1 (lihat gambar).
Carilah massa jenis cairan relatif terhadap massa jenis air.
Jawab : Pada gambar di atas, titik-titik C berada pada tekanan yang sama. Maka, penurunan tekanan
dari C ke setiap permukaan adalah sama, karena setiap permukaan berada pada tekanan
atmosfer. Penurunan tekanan pada bagian tabung yang berisi air adalah ρw g 21; faktor 21
berasal dari kenyataan bahwa kolom naik sejarak 1 pada satu sisi lain, dari kedudukannya
semula. Penurunan tekanan pada sisi lain adalah ρg(d+21), dimana ? adalah massa jenis dari
cairan yang tidak diketahui.
maka : ρ wg21 =ρ g(d+21) Perbandingan massa jenis sebuah zat kepada massa jenis air dinamakan
massa jenis relative (berat spesifik) dari zat tersebut.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 67
Jika tekanan luar ditambahkan sebesar p0 yang sembarang, ternyata tekanan di titik A juga
bertambah sebesar ∆p0. Hasil ini mula-mula dinyatakan oleh ilmiawan Perancis bernama Blaise
Pascal (1623-1662) dan kemudian disebut “Prinsip Pascal”. Prinsip ini biasanya dinyatakan sebagai
berikut :
“ Tekanan yang dilakukan di dalam zat cair yang tertutup diteruskan ke setiap bagian dari
zat cair dan dinding-dinding tempat fluida tanpa mengalami perubahan nilai”
Jika suatu fluida bersifat tak dapat dimampatkan, maka suatu perubahan tekanan pada suatu
bagian akan diteruskan sesaat ke bagian yang lain sedangkan fluida yang dapat dimampatkan,
perubahan tekanan pada suatu bagian menjalar ke bagian lain dari fluida sebagai suatu gelombang
dengan kecepatan jalar gelombang bunyi di dalam fluida tersebut.
(6.6)
Besaran V = hA adalah volume silinder, dan produk ρ fgV = mfg adalah berat fluida yang
dipindahkan yang volumenya sama dengan volume silinder. Jadi gaya apung yang bekerja pada
silinder adalah sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh silinder. Hasil ini pertama kali
dikemukakan oleh Archimedes, dan disebut Prinsip Archimedes yang berbunyi sebagai berikut :
“ Setiap benda yang terendam seluruhnya ataupun sebagian di dalam fluida mendapat gaya
apung yang berarah ke atas, yang besarnya adalah sama dengan berat fluida yang
dipindahkan oleh benda tersebut”.
Contoh 4 : Berapakah bagian dari volume seluruhnya sebuah gunung es yang terbuka ke
udara jika massa jenis es adalah ρ e = 0,92 gr/cm 3 dan massa jenis air laut ρ a = 1,03
gr/cm3 dan kedua jenis benda tersebut berada dalam wadah yang sama.
Jawab : Berat gunung es adalah : We =ρ eVeg
Besaran Ve adalah volume gunung es.
Berat air laut yang dipindahkan adalah sama dengan gaya apung : Fa =ρ aVag. Karena es
berada dalam keadaan setimpang, maka Fa = We.
Volume air yang dipindahkan V a adalah volume dari bagian es yang tercelup, sehingga
11% dari gunung es tersebut adalah terbuka ke udara.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 69
Gambar 9.5 Manometer Tabung terbuka Gambar 9.6 Manometer air raksa
Tekanan atmosfer dapat diukur dengan alat jenis manometer air raksa dengan salah satu ujung
tabung tertutup, seperti pada gambar 9.6. Ruang di atas kolom air raksa hanya mengandung uap air
raksa, yang tekanannya begitu kecil pada temperatur biasa sehingga tekanan tersebut dapat
diabaikan besarnya. Dengan demikian dari persamaan (9.4) diperoleh tekanan atmosfer adalah P 0=ρ
gh.
Tekanan atmosfer di suatu titik secara numerik adalah sama dengan berat kolom udara
sebanyak satu satuan luas penampang yang membentang dari titik tersebut ke puncak atmosfer.
Maka tekanan atmosfer di suatu titik akan berkurang dengan ketinggian. Dari hari ke hari akan ada
variasi-variasi tekanan atmosfer karena atmosfer tersebut tidaklah statis. Kolom air raksa di dalam
barometer akan mempunyai tinggi sebesar kira-kira 76 cm di permukaan laut yang berubah dengan
tekanan atmosfer. Suatu tekanan yang ekuivalen dengan tekanan yang dikeluarkan oleh persis 76 cm
air raksa pada suhu 0oC di bawah gravitasi standar, g = 980 cm2, dinamakan satu atmosfer (1 atm).
Massa jenis air raksa pada temperatur ini adalah 13,595 gram/cm3, maka satu atm adalah ekuivalen
dengan :
1 atm = (13,595 gram/cm3)(980 cm/s2 (76 cm)
= 1,013 x 105) N/m2)= 1,013 x 105 Pa
Sering kali tekanan dispesifikasikan dengan memberikan tinggi kolom air raksa pada suhu 0 o)C,
sehingga tekanan sering dinyatakan dalam “sentimeter air raksa (cm-Hg)”.
70 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Keluarnya zat cair dari pipet bukan sebagai suatu aliran, tetapi sebagai tetesan-tetesan. Jika
kita letakkan sebuah pisau silet yang kecil dengan hati-hati pada permukaan zat cair, maka kita dapat
membuatnya terapung. Peristiwa-peristiwa tersebut berhubungan dengan tegangan permukaan.
Dapat dipahami bahwa bila suatu zat cair dibendung untuk tidak bergerak, maka pada
hakikatnya tersimpan energi potensial yang sebanding dengan luas permukaannya yang disebut
energi potensial permukaan zat cair. Jadi suatu zat air yang luas permukaannya A akan mempunyai
energi(kerja) W= A di mana adalah koefisien tegangan permukaan zat cair (satuannya
Joule/m2).
Jadi suatu elemen luas permukaan zat cair yang besarnya dA akan mempunya energi:
dW= dA
(6.7)
Jadi tegangan permukaan tidak lain adalah kerja yang dilakukan untuk menambah luas permukaan
sebesar satu satuan luas, yakni:
=dW/da
Sebagai contoh efek tegangan permukaan suatu zat cair, tinjaulah suatu kawat dibengkokkan
berbentuk U dan seutas kawat lurus lain dipasang sehingga dapat bergerak pada kaki kawat, seperti
pada gambar 6.7. Jika alat ini kita celupkan ke dalam larutan air sabun dan kemudian diangkat ke
luar, maka kawat lurus akan tertarik ke atas jika berat w 1 tidak terlalu besar. Kawat lurus ini dapat
dibuat setimbang dengan meletakkan pemberat kedua w2. Ternyata dengan gaya yang sama F =
w1+w2 akan membuat kawat lurus berada dalam keadaan setimpang pada setiap posisi, tak
bergantung pada luas selaput sabun, selama temperatur sabun tetap.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 71
Peristiwa di atas dapat ditinjau dengan menggunakan persamaan (6.7). Misalkan kawat lurus
bergerak ke bawah sejauh y oleh gaya F = w1 + w2. kerja yang dilakukan adalah sebesar Fy, dan
luas selaput sabun bertambah sebesar 2ly.
Kita telah membahas gaya permukaan zat cair, selain itu masih ada batasan-batasan lain
dimana juga terjadi lapisan perbatasan. Kita dapat mempunyai batas antara dinding padat dan zat
cair, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.8
Pengaruh tegangan permukaan yang paling dikenal adalah naiknya zat cair dalam pipa kapiler. Jika
sudut kontak Ѳ < 90o, maka zat cair akan naik dalam tabung sampai tercapai suatu ketinggian y,
seperti pada gambar 6.8.
Jika tabung mempunyai jari-jari r, maka zat cair bersentuhan dengan tabung sepanjang 2πr dan
tinggi zat cair dalam silinder y , maka gaya total ke atas adalah :
72 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Jika rapat massa zat cair adalah ρ, maka gaya ke bawah adalah gaya berat W adalah:
(6.10)
Peristiwa kapiler seperti ini memberikan keterangan tentang naiknya air dalam akar tanaman,
naiknya minyak dalam sumbu kompor dan sebagainya.
Bab VII
Akustik
Akustik merupakan bahan perkuliahan tentang getaran dan gelombang dalam medium elastik.
Deformasi elastik atau perubahan bentuk elastik dari udara menghasilkan gelombang yang disebut
gelombang bunyi. Secara khusus untuk dapat didengar gelombang bunyi memiliki daerah frekuensi
antara 20 Hz dan 20 kHz. Daerah gelombang dengan frekuensi di bawah 16 Hz disebut gelombang
infra bunyi atau infrasonik (infrasonic wave) dan yang di atas 20 kHz disebut gelombang ultra bunyi
atau ultrasonik. Di atas 10 GHz gelombang itu disebut gelombang hipersonik. Dalam perkuliahan
tentang akustik akan dibahas tentang sifat fisis gelombang bunyi, berbagai jenis sumber bunyi,
keadaan fisiologis dan psikologis dari alat pendengaran diakhiri oleh absorbsi atau penyerapan
suara. Contoh medium elastik penjalaran bunyi adalah udara dan bahan atau material padat seperti
logam, beton dan kayu.
Gelombang longitudinal menjalar pada medium elastik dalam bentuk permukaan yang
berbeda kerapatannya. Permukaan yang lebih rapat memiliki tekanan yang tinggi. Selain itu pada
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 73
ruang hampa tidak terjadi penjalaran gelombang. Setiap objek yang mediumnya bergetar akan
menghasilkan gelombang bunyi. Panjang gelombang bunyi dapat dihitung berdasarkan sebagai
λ= v/f
(7.1)
Di mana λ: panjang gelombang; v: kecepatan bunyi; f: frekuensi bunyi. Senar atau dawai adalah
sumber bunyi linear, di mana karakter getarannya adalah gelombang berdiri. Pada titik-titik tertentu
dari dawai terdapat sampul getaran. Panjang gelombang dari gelombang berdiri adalah:
λ= 2l/n
(7.2)
Dimana λ: panjang gelombang; l: panjang dari ojek yang bergetar dan n: 1, 2, 3, ... . Untuk n =1
karakter getaran disebut getaran dasar, dan untuk n = 2, 3, ... disebut getaran atas. Besar frekuensi
dasar dari suatu dawai yang telah ditegangkan adalah:
(7.3)
Di mana T adalah tegangan normal dari dawai yang besarnya T = (F/A) ; F adalah besar gaya yang
bekerja pada dawai, A penampang lintang dawai dan ρ adalah massa jenis dari material dawai.
Karena frekuensi getaran sebanding dengan akar dari gaya F, maka frekuensi ini dapat diatur dengan
menegangkan atau merenggangkan dawai seperti yang dilakukan pemain gitar sebelum bermain.
Contoh1: Seutas dawai bila diberi tegangan 100 N dengan luas penampang 1mm2 digetarkan, maka
frekuensi yang timbul adalah fo. Berapa besar tegangan yang diberikan agar dawai
tersebut bergetar dengan frekuensi fo .
Penyelesaian: Frekuensi dasar dawai
Membran, pelat dan lonceng adalah sumber bunyi dua dimensi. Suling atau seruling
dibunyikan dengan memberikan tekanan udara pada ujung atau mulutnya. Pada suling yang lubang
74 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
atasnya terbuka, terbentuk pola getaran pada kedua ujungnya, di mana panjang gelombang dari
getaran dasar adalah:
λo= 2l
Di mana l adalah panjang dari suling. Suling yang ditutup lubang atasnya mempunyai panjang
gelombang λo = 4 l. Getaran atasnya adalah 3fo, 5fo, 7fo, ... . Bunyi nada atas yang kelipatan genap
memberikan pengaruh yang jelek pada seruling. Pada sirene, sebuah cakram atau piringan diberi
banyak lubang kemudian diputar. Melalui cakram berputar ini dilewatkan aliran udara yang berhenti
secara periodik. Frekuensi dasar yang diperoleh merupakan hasil kali antara jumlah lubang dan
frekuensi putar sedangkan untuk sumber bunyi piezoelektrik menggunakan permukaan kristal yang
bergetar. Sumber bunyi ini utamanya digunakan untuk sumber bunyi frekuensi ultra.
Loudspeaker (pengeras suara) adalah pembangkit suara yang dimuati listrik. Ada dua jenis
pengeras suara yaitu pengeras suara elektromagnetik dan dinamik. Pengeras suara elektromagnetik
menggunakan membran logam di dalam sebuah medan magnet yang dapat divariasikan. Dengan
mengubah arus listrik, maka membran akan mengeluarkan getaran dan bunyi. Membran dinamik
menggunakan membran ringan yang dilekatkan pada kumparan listrik. Kumparan listrik ini berada
dalam medan magnet yang kemudian menghasilkan getaran.
Gelombang bunyi di udara dapat dilihat dengan memakai tabung Kundt. Tabung Kundt yang
dinamai menurut August Kundt (1839-1894) menggunakan pilar panjang tipis. Dalam tabung gelas
horizontal terdapat debu gabus. Sebuah penutup yang dapat bergerak menutup ujung tabung
pertama, sedang ujung tabung lain ditutup dengan sebuah batang. Dengan menggetarkan batang
penutup pada ujung pertama maka terbentuk getaran longitudinal, yang menjalar pada ujung tabung
yang lainnya. Dengan menggerakkan ujung yang lainnya maka diperoleh gelombang berdiri yang
hasilnya membentuk partikel debu dalam bentuk perut dan simpul. Karena kecepatan di udara
diketahui, dari bentuk debu dapat dihitung kecepatan gelombang bunyi dalam material batang, yaitu:
(7.4)
Di mana l adalah panjang batang; λbatang= 2l. Sedangkan dari:
(7.5)
Di mana ρ dan Y adalah masing-masing kerapatan dan modulus elastisitas batang.
Selanjutnya akan ditinjau kecepatan suara dalam medium gas. Dari hukum Newton, bahwa
resultan gaya pada elemen fluida yang mengalami kompresi adalah:
(7.6)
dengan P dan A masing-masing adalah tekanan dan luas penampang. Volume elemen fluida yang
mengalami kompresi di mana v adalah kecepatan aliran fluida dan massanya adalah
. Perlambatan a yang dialami oleh elemen fluida sewaktu memasuki daerah kompresi
adalah (karena ∆v bernilai negatif maka a positif), sehingga persamaan (7.6) menjadi:
(7.7a)
Karena volume fluida ketika memasuki daerah kompresi adalah maka ,
sehingga:
(7.7b)
Perbandingan perubahan tekanan (?P) kepada bagian perubahan volume yang dihasilkan (∆v/v)
yang dinamakan modulus Bulk , sehingga:
(7.8)
Di mana K dan ρ masing-masing adalah kompresibilitas dan massa jenis dari gas. Untuk gas ideal
berlaku:
(7.9)
Di mana P adalah tekanan gas. Karena gelombang bunyi adalah gelombang tekanan adiabatik, maka
perbedaan tekanan antara simpul dan perut tidak dapat setimbang secara cepat satu sama lain, maka
berlaku persamaan Laplace untuk gas nyata:
(7.10)
(7.11a)
Untuk kecepatan bunyi dalam benda padat 2 atau 3 dimensi, kecepatan ke arah transversalnya
diberikan oleh persamaan:
(7.11b)
Di mana μ adalah bilangan Poisson. Pada material yang sama, nilai v untuk persamaan (7.11)
di atas (longitudinalnya), lebih besar daripada kecepatan v ke arah dua dimensi yang lain
(transversalnya), misalnya pada Cu sekitar 25% lebih besar. Molekul pada medium perantara
memerlukan waktu tertentu untuk kembali pada keadaan diam (waktu relaksasi).
Hambatan pada gelombang bunyi adalah suatu besaran penting pada penjalaran gelombang
bunyi dari suatu medium ke medium yang lainnya. Hambatan di sini tidak sama dengan yang
biasanya, karena tidak disertai perubahan panas. Konsep yang cukup berguna sebagai perbandingan
di sini adalah hukum Ohm pada listrik di mana berlaku Z = ρ v, di mana Z adalah hambatan pada
penjalaran gelombang dengan satuan kg m-2 dt-1.
Kuat atau intensitas gelombang bunyi ( I) dengan satuan W/m 2, adalah energi gelombang
bunyi yang menumbuk suatu luas permukaan persatuan waktu, sehingga berlaku:
(7.12)
Di mana f adalah frekuensi gelombang bunyi, E =energi gelombang bunyi, A= luas permukaan, ym
adalah perubahan maksimum dari molekul pada medium penjalaran. Sebuah gelombang bunyi dapat
ditinjau baik sebagai gelombang pergeseran maupun sebagai sebuah gelombang tekanan, yakni:
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 77
(7.13)
dengan k=ρv (bilangan gelombang). I dapat diukur dengan alat rotasi Rayleigh menggunakan rumus
D =I/v. Daya pada gelombang bunyi ( D) diukur dalam Watt, yaitu integral dari keseluruhan sumber
gelombang suara D = I dA, dengan A adalah luas permukaan yang menutup sumber gelombang
secara keseluruhan.
Contoh2. Variasi tekanan maksimum P yang dapat ditolerir oleh telinga di dalam bunyi yang
nyaring adalah kira-kira 28 Pa . Tekanan atmosfer normal adalah kira-kira 100.000 Pa .
Carilah pergeseran maksimum yang bersangkutan untuk sebuah gelombang bunyi di
udara yang mempunyai frekuensi sebesar 1000 Hz
Penyesaian: Dari persamaan (7.13); Dan dari tabel diketahui pula bahwa:
v=331 m/det, sehingga Massa jenis udara adalah 1,22 kg/m3, maka
untuk P= 28 Pa , maka: Jadi amplitudo pergeseran untuk bunyi
yang paling nyaring adalah kira-kira 10-5 m. Dalam teknik gelombang bunyi kadang-kadang
diperlukan perbandingan antara dua daya gelombang bunyi D1 dan D2 . X sebagai perbandingan
memiliki satuan Bel yang diberikan nama menurut ahli fisika Alexander Bell (1847-1922). Berlaku
X = log(P1 / P2) dalam Bel. Satuan lain adalah dB (desibel) yaitu Bel/10.
Selain itu ada satuan Neper yang diberikan menurut nama John Neper (1550-1617) yang
dalam bentuk rumus dapat dituliskan X = 0,5 ln (P1/P2) dalam satuan Neper. Bel dan Neper
sebenarnya bukan merupakan satuan melainkan logaritma suatu perbandingan. Tetapi keduanya
tetap dianggap sebagai satuan dan digunakan bukan hanya dalam akustik. Untuk telinga manusia
(standar) dapat mendeteksi suara dengan intensitas antara 10 -2 W/m,2 hingga 1 W/m2 atau dalam
skala desibel (dB) antara 0 hingga 120 dB
Walaupun kekerasan bunyi berkaitan dengan intensitas tetapi hubungan keduanya tidak linear.
Intensitas suara berkurang dengan semakin jauhnya jarak pendengar sumber. Oleh karena suara
membentuk gelombang bola, maka penurunannya juga sebanding dengan luas bola, yaitu:
(7.14)
dengan d adalah jarak dari pendengar ke sumber
78 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Tabel: Beberapa Nilai Intensitas dan Jenis Suara yang Dihasilkan
Gelombang bunyi yang berasal dari telinga luar menyebar luas pada telinga dalam, yang
disebut gelombang berjalan menuju lapisan pemisah kokhlea. Ini berarti membran basilar
dibelokkan tegak lurus terhadap arah panjangnya. Tempat pembelokan bergantung pada frekuensi
gelombang. Gelombang bunyi juga diuraikan menjadi frekuensi tunggalnya yang praktis merupakan
analisis Fourier. Pada jalur masuk ke koklea, terutama komponen frekuensi tinggi membesar.
Frekuensi yang rendah tetapi masih dapat didengar diserap pada helikotrema. Amplitudo dan posisi
dari pembelokan ini diterima oleh sekitar 30.000 sel-sel saraf dalam rangkaian tumbukan arus listrik
yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui saraf pendengaran.
Kuat bunyi (L) adalah suatu fungsi dari frekuensi bunyi. Oleh sebab itu ambang kuat bunyi
yang dirasakan secara subjektif dalam fonometri diukur dengan perbandingan dengan bunyi 1 KHz
(bunyi normal), tetapi tampak sangat ribut. Berlaku untuk ambang kuat bunyi L = 10 log (I/I0) di
mana I0 = 10-16 W/cm2. (Orde besaran dari gelombang pendengaran telinga pada 1 KHz). L diukur
dengan bantuan mikrofon yang dibuat dengan sumber bunyi yang sebanding dengan frekuensi 1
KHz.
Ambang kuat bunyi disebut Fon. Misalnya L = 30 Fon mengandung arti bahwa I/I o = 103,
yaitu I = 10-13 W/cm2. Untuk L = 0 Fon, maka I = Io = 10-16 W/cm2.Contoh lain jika ambang kuat
bunyi meningkat dari 10 Fon menjadi 20 Fon maka kuat bunyi menjadi 10 kali lebih besar. Jika L
meningkat dari 30 Fon menjadi 80 Fon, maka I meningkat 105 lebih besar. Perbedaan sebesar 1 Fon
masih dapat dibedakan oleh telinga. Nilai Fon dengan desibel bersesuaian pada frekuensi bunyi 1
KHz. Di samping satuan Fon, yang sering digunakan adalah satuan desibel (dB) yang berhubungan
dengan satuan intensitas W/m2.
Kebisingan adalah suatu besaran subjektif fisiologis. Ini berlaku pada pendengar pada kedua telinga.
Jika seseorang mendengar secara bersamaan dua sumber bunyi dengan ambang kuat bunyi yang
sama (nilai Fon yang sama), maka kepekaan bunyi secara subjektif tidak meningkat dua kali.
Contoh3. Diketahui bahwa skala intensitas (ambang kuat bunyi) untuk pesawat jet pada jarak 30 m
adalah 140 dB. Hitung berapa besar skala intensitas dalam Watt/m2 dan dB untuk jarak
5000 m.
Penyelesaian: Dari persamaan L = 10 log (I/I0)
80 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Sumber bunyi memancarkan spektrum bunyi yang berbeda. Suara adalah suatu getaran
harmonik. Frekuensinya disebut tinggi suara, dan amplitudonya disebut kuat suara. Nada adalah
getaran periodik yang dapat dibedakan atas nada dasar dan nada atas. Analisis Fourier dari nada
menghasilkan suatu spektrum diskrit atau suatu spektrum garis. Instrumen musik menghasilkan
banyak nada. Warna nada suatu instrumen musik ditentukan oleh perbandingan antara amplitudo
dari nada atas dan nada bawah. Bunyi berisik terdiri atas gelombang tidak periodik. Analisis
Fouriernya menghasilkan suatu spektrum tidak kontinu. Ultrasonik adalah gelombang bunyi dengan
frekuensi di atas kemampuan manusia untuk mendengarnya yaitu 20 KHz. Sebagai batas atas
gelombang ultrasonik diambil 10 GHz (1010 Hz), yang merupakan awal dari gelombang hipersonik.
Tingkatannya: gelombang terdengar, gelobang ultrasonik, gelombang hipersonik.
Gelombang ultrasonik dihasilkan seperti pada penjelasan terdahulu yaitu dengan bantuan
peluit Galton melalui sirene berlubang yang diputar. Kebalikan dari efek piezo dan hambatan
magnetik menghasilkan juga gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik ini dapat difokuskan
untuk menghasilkan berkas gelombang ultrasonik. Berkas ini dapat digunakan untuk pengukuran
jangkauan waktu dan jarak, seperti sonar untuk mengukur jarak dan kedalaman laut. Pengukuran
karakter akustik dari ruang konser dilakukan dengan bantuan model arsitektur dan ultrasonik.
Sebuah gambar dapat dihasilkan dari kumpulan pengamatan titik-titik dengan bantuan berkas
gelombang bunyi yang sangat rapat dan analisis dari perjalanan waktu dari gemanya. Dangan cara
ini dapat diperoleh gambaran dalam dari tubuh. Suatu metode yang sangat penting pada penelitian
medis adalah karena gelombang ultrasonik tidak menghasilkan kerusakan radiasi seperti misalnya
pada radiasi Rontgen.
Gelombang hipersonik adalah gelombang bunyi yang berada pada frekuensi antara 1010 dan
1013 Hz. Gelombang pada daerah ini akan diserap sangat kuat oleh medium padat. Diatas frekuensi
1013 Hz tidak terjadi lagi getaran elastik, karena untuk suatu getaran bunyi, panjang gelombangnya
harus lebih besar atau sama dengan dua kali jarak antar atom. Frekuensi batas tersebut yang tidak
memenuhi syarat batas antar atom ini disebut frekuensi Debye.
Contohnya adalah frekuensi Debye dalam besi. Kecepatan gelombang bunyi 5,1 x 105 m/dt.
Jarak antar atom dalam besi adalah 2,9 x -10 m. Dari rumus v=λf diperoleh suatu frekuensi Debye
sebesar kira-kira 1013 Hz.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 81
Jika pada medium tempat penjalaran gelombang bunyi terdapat perubahan kerapatan, suhu
atau tekanan maka sifatnya tidak reversibel atau energi tersebut akhirnya akan bertransformasi
menjadi panas. Untuk itu berlaku I= Ioe-ax yang merupakan rumus penyerapan gelombang bunyi. I
adalah kuat gelombang bunyi pada kedalaman x; Io adalah I pada x =0; a adalah koefisien
penyerapan gelombang bunyi. Nilai a pada untuk gas nilainya tiga kali lebih besar daripa nilai a
untuk fluida dan zat padat. Untuk amplitudo gelombang bunyi berlaku keadaan
dimana A adalah amplitudo pada kedalaman x; Ao adalah amplitudo
pada x = 0; δ adalah koefisien peredaman; ; f adalah frekuensi; , di mana λ
adalah panjang gelombang. Karena maka berlaku a = 2δ.
VIII. Optika
1. Pengantar
Optika (ilmu cahaya) meliputi studi tentang penjalaran gelombang cahaya dalam medium. Optika
dibagi atas dua bagian:
a. Optika Geometri: Mempelajari sifat-sifat penjalaran cahaya dalam medium, misalnya
pemantulan, pembiasan, transmisi serta prinsip penjalaran cahaya pada alat-alat optik.
b. Optika Fisis: mempelajari tentang keadaan fisis cahaya serta tingkah laku cahaya sebagai
gelombang, misalnya peristiwa interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi serta gagasan-
gagasan mengenai hakikat cahaya.
Optik merupakan salah satu cabang fisika yang memanfaatkan gelombang elektromagnet,
khususnya cahaya, memiliki bidang aplikasi yang berkembang sangat pesat. Pemanfaatan sistem
optik dalam desain dan konstruksi komponen IC, menjadikan pembuatan peralatan elektronik dan
instrumentasi semakin efektif dan efisien. Dalam bidang komunikasi, sistem optik juga telah
meningkatkan kemampuan penyaluran dan transformasi informasi. Demikian pula dalam sistem
pemantauan menggunakan sistem informasi geografis, sistem optik ini meningkatkan kualitas dan
kuantitas dari hasil pemantauan sumber daya alam di permukaan maupun di bawah permukaan
bumi. Dalam bidang kesehatan, gelombang elektromagnet seperti laser, sinar-UV sampai dengan
inframerah sangat banyak digunakan baik untuk diagnosis maupun terapi. Dalam bidang lain,
penggunaan optik ini berkembang dengan pesat dan diramalkan akan mampu mengungguli
penggunaan material di bidang sistem informasi dan komunikasi.
82 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Dalam bab ini akan dibahas propagasi cahaya yaitu optik geometri. Pada hakikatnya cahaya
adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat dalam medium dan dalam ruang hampa.
Dalam medium yang bersifat homogen, propagasi berupa garis lurus. Ada tiga sifat penjalaran
berkas cahaya yakni: konvergen (mengumpulkan), divergen (menyebarkan), dan paralel (sejajar).
VIII. 1 Refleksi
A. Refleksi pada Cermin Datar
Jika suatu gelombang cahaya jatuh pada suatu permukaan cermin datar, maka sebagian dari
cahaya itu akan dipantulkan. Cahaya yang dipantulkan dapat diamati oleh mata karena cermin yang
memantulkan cahaya tersebut dapat membentuk bayangan. Bayangan yang dibentuk letaknya
simetri terhadap kedudukan benda dari cermin. Jika benda positif maka bayangannya negatif dan
sebaliknya. Benda dikatakan positif jika merupakan perpotongan sinar-sinar datang dan dikatakan
negatif jika merupakan perpotongan perpanjangan sinar datang. Bayangan dikatakan positif jika
merupakan perpotongan sinar pantul dan dikatakan negatif jika merupakan perpotongan
perpanjangan sinar pantul.
(8.1)
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 83
O = pusat optik; P = Pusat kelengkungan cermin; Su : sumbu utama; Jarak OP = jari-jari cermin; OF
= jarak titik api (fokus).
Titik api (fokus) adalah bayangan dari titik cahaya yang letaknya jauh tak berhingga. Konveksi sinar
utama pada cermin cekung adalah:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan lewat titik fokus
2. Sinar datang lewat titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama
3. sinar datang lewat titik pusat dipantulkan lewat titik itu juga.
Hubungan di atas sangat membantu untuk dapat mengetahui di mana posisi bayangan,
diperkecil atau diperbesar meskipun belum dilukiskan.
1. Jika (No) ruang bayangan > (No) ruang benda maka bayangan diperbesar
2. Jika (No) ruang bayangan < (No) ruang benda maka bayangan diperkecil
Jika Ob = s adalah jarak benda dan Ob' = s f adalah jarak bayangan, maka menurut hukum Gauss
untuk cermin cekung berjejari kelengkungan R akan berlaku:
(8.2)
Karena R = 2f
(8.3)
Pada pembentukan bayanan ada kemungkinan bayangan diperbesar atau diperkecil. Perbesaran
bayangan M dituliskan sebagai:
(8.4)
Persamaan yang berlaku pada cermin cekung juga berlaku pada cermin cembung. Yang
membedakan adalah bahwa fokus dalam cermin cembung dinyatakan dalam bilangan negatif, jadi:
(8.5)
Contoh 1:Sebuah benda berdiri tegak lurus sumbu utama sejauh 10 cm dari cermin cekung dengan
jejari kelengkungan 40 cm. Jika tinggi benda 2 cm, hitung tinggi bayangan.
Jawab: Diketahui : s = 10 cm ; R = 40 cm ; t = 2 cm
Contoh 2:
Kemungkinan I :
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 85
(a)
Kemungkinan II
(b)
Gambar 8.5(a) dan (b) Pembentukan bayangan oleh cermin gabungan
VIII.2 Refraksi
A. Refraksi oleh Medium Plan Paralel
Jika suatu gelombang datar tiba pada bidang batas suatu medium yang kerapatannya berbeda,
maka sebagian gelombang akan direfleksikan dan seb again lagi akan diteruskan ke dalam medium
kedua. Karena kerapatan medium pertama dan kedua berbeda, maka arah propagasi gelombang
berubah (terbias).
86 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
(8.7)
Ini adalah salah satu bentuk hukum pembiasan. Adalah lebih mudah untuk menulis hubungan
di atas dalam indeks bias kedua medium, yakni dengan menulis indeks bias medium pertama dan
kedua sebagai:
atau
n1 sin i = n2 sin r
(8.8)
(8.9)
Jika pada pengukuran dipergunakan sudut pembias ф yang kecil, sehingga sudut-sudutnya bisa
disamakan dengan perbandingan sudut-sudutnya. Dengan demikian akan diperoleh:
(8.10)
C. Refraksi oleh Suatu Permukaan Lengkung
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 87
Gambar 8.9 Pembiasan pada permukaan bidang lengkung
Bila berkas sinar B memancar menuju permukaan lengkung, maka sinar datang yang melalui P
(pusat kelengkungan), tidak dibiaskan melainkan diteruskan. Sinar bias lain memotong sinar yang
diteruskan di titik Bf maka Bf merupakan bayangan dari B. Dalam hal ini berlaku Hukum Snellius:
Bila diambil sinar paraxial, I dan r kecil, sehingga sin i = tan i dan sin r = tan r = r maka , di
mana selanjutnya akan diperoleh:
Di mana n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 dan 2, S adalah jarak benda dan S' adalah jarak
bayangan dan R adalah jejari kelengkungan.
Gambar 8.10 Jenis lensa cembung: (a) Bikonveks, (b) Plan konveks, (c) Konveks-konkaf
Sinar istimewa utama lensa cembung untuk menentukan letak bayangan sebagai berikut:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus.
88 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
2. Sinar datang melalui fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melaui pusat lensa diteruskan dengan arah tetap (tidak dibiaskan).
(8.12)
Di mana: S = jarak benda, S'= Jarak bayangan, n indeks bias relatif lensa terhadap sekelilingnya R1
dan R2 = jari-jari kelengkungan 1 dan 2 dari lensa
atau
(8.13)
sehingga secara umum fokus lensa dapat ditulis sebagai:
(8.14)
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 89
Gambar 8.12 Pembentukan bayangan oleh lensa cembung
Rumus yang berlaku pada lensa cembung berlaku pula untuk lensa cekung, yang membedakan
adalah bahwa titik api lensa cekung adalah fokusnya maya. Sinar istimewa pada lensa cekung
adalah:
1. Sinar yang datang sejajar sumbu utama dibiaskan seakan berasal dari fokus F1
2. Sinar yang datang melalui F2 dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar yang lewat titik optik tidak dibiaskan
(8.15)
Untuk menentukan sifat bayangan dari pembiasan oleh lensa dipergunakan juga rumusan yang
digunakan pada cermin yakni:
90 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
No(ruang benda) + No(ruang bayangan) = 5
Begitu pula untuk mengetahui apakah bayangan diperbesar atau diperkecil:
Jika (No) ruang bayangan > (No) ruang benda maka bayangan diperbesar
Jika (No) ruang bayangan < (No) ruang benda maka bayangan diperkecil, tapi untuk lensa ruamng
benda dan ruang bayangan dibedakan.
e. Kekuatan Lensa
Biasanya untuk menyatakan ukuran lensa tidak dinyatakan dengan jarak titik apinya, tetapi
dengan kekuatannya. Yang dimaksud dengan kekuatan lensa adalah suatu besaran yang kuantitasnya
sebagai kebalikan jarak titik api 1/f (m). Jika fokus lensa dinyatakan dengan meter, kekuatan lensa
dinyatakan dengan dioptri dengan rumus:
(8.16)
Di mana:
P = kekuatan lensa dioptri
f = jarak titik api dinyatakan dengan meter.
f. Lensa gabungan
Bila beberapa lensa saling diimpitkan dengan sumbu utama berimpit, maka disebut lensa gabungan.
Untuk kasus ini berlaku:
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 91
Untuk lensa II
Jika lensa I dan II dianggap sebagai satu lensa, maka S1 = S dan S'2 = S', sehingga persamaan
terakhir menjadi:
atau
(8.17)
Contoh 4:Sebuah akuarium berbentuk bola dengan jari-jari 60 cm berisi air dengan indeks bias 4/3,
di dalam akuarium terdapat seekor ikan yang berjarak 30 cm dari dinding akuarium.
Seorang yang berjarak 80 cm dari dinding tadi mengamati ikan tersebut, maka tentukan:
a. Di mana bayangan ikan dilihat ikan
b. Di mana bayangan orang dilihat ikan
Bab IX
Termodinamika
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 93
Cara yang paling sederhana dalam pengalaman hidup sehari-hari untuk mengetahui apakah
sesuatu itu panas atau dingin adalah dengan menyentuhnya. Akan tetapi dengan cara ini kita tidak
dapat memberikan ukuran panas bagi sesuatu benda. Sebagai gambaran sederhana, bayangkan kita
mempunyai tiga bejana yang masing-masing berisi air yang bercampur dengan es yang sedang
mencair, berisi air biasa dan yang terakhir berisi air panas. Bila tangan kiri kita dimasukkan kedalam
air berisi es dan tangan kanan masuk kedalam air panas, kemudian kedua tangan kita itu dicelupkan
kedalam bejana yang berisi air biasa, maka kita akan merasa bahwa tangan kiri menjadi lebih panas
tangan kanan lebih dingin. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sentuhan tak dapat dijadikan sebagai
alat ukur panas yang yang universal dan untuk itu diperlukan alat ukur suhu. Hal lain yang patut kita
catat mengenai gejala panas adalah bahwa suatu benda panas yang bersinggungan dengan benda lain
yang kurang panas (lebih dingin) ternyata benda yang lebih panas itu, panasnya turun sedang benda
yang lebih dingin panasnya akan naik hingga terjadi kesetimbangan antara keduanya. Panas sebagai
suatu besaran fisis skalar yang selanjutnya kita namakan suhu temperatur. Suatu sistem yang telah
mencapai kesetimbangan panas harus mempunyai suhu yang sama diseluruh bagiannya. Asas ini
dinamakan “Hukum ke nol termodinamika” (zeroth law of thermodynamics).
IX.1 Skala Suhu Termometer
Selanjutnya untuk memberi ukuran pada suhu itu, maka terlebih dahulu harus ditetapkan skala
alat pengukur yang kita namakan “skala termometer”. Dalam hubungan ini, dari pengamatan gejala
pemanasan terhadap benda dapat ditunjukkan bahwa pada umumnya setiap benda mengalami
perubahan akibat pemanasan. Dengan demikian setiap benda dapat dijadikan sebagai alat pengukur
suhu dengan memperhatikan hubungan antara perubahan keadaan benda dengan kepanasan benda.
Akan tetapi setiap pilihan benda yang berbeda akan memberikan skala suhu yang berbeda-beda. Ini
akibat penunjukkan termometer dengan termometer lain yang memakai skala suhu lain atas suhu
bahan tertentu akan memberikan reaksi hasil pengukuran suhu yang berbeda terhadap suatu benda
dengan panas yang sama. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka harus dibuat suatu perjanjian
berupa adanya bahan tertentu yang akan dijadikan sebagai standar penetapan skala suhu terhadap
semua termometer yang akan ditera.
Dalam hubungan tersebut sebagai skala suhu yang pertama oleh Celcius didefinisikan skala
suhu berdasarkan perubahan wujud air murni dimana pada tekanan 1 atmosfer angka nol termometer
diletakkan pada titik beku air dan pada titik didihnya diletakkan angka 100 dengan skala suhu 1/100
bagian antara titik beku dan titik didih air. Selanjutnya Reamur mendefinisikan skala suhu
termometer pada tekanan 1 atmosfer titik beku air pada angka 0 sedang pada titik didih air pada
angka 80, dimana antara titik beku dan titik didih air dibagi atas 80 skala yang sama. Skala
termometer Reamur ini jarang dipakai. Skala termometer lain yang banyak dipakai pula ialah skala
Fahrenheit. Dalam skala ini titik beku air diletakkan pada angka 32 sedang titik didih pada angka
94 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
212 dimana skala suhunya merupakan 1/180 bagian antara kedua titik tersebut. Berdasarkan
pembagian skala ketiga macam skala termometer yang disebutkan diatas maka apabila penunjukan
suhu Celcius kita tandai dengan tC, suhu Reamur dengan tR, dan suhu Farenheit dengan tF, maka
bila suhu dinyatakan dalam derajat Celcius, maka kita dapat menulis sangkutannya dengan kedua
skala suhu yang disebut terakhir sebagai :
tR = 4tC/5
(9.1)
tF = 32oF + 9tC/5
(9.2)
Berikutnya, dari banyak fakta penelitian di bidang termodinamika dapat ditunjukan bahwa di
alam ini terdapat adanya “suhu mutlak” terkecil. Atas dasar itu suatu skala yang berdasarkan skala
suhu yang berdasarkan skala suhu Celcius ialah yang dinamakan “skala suhu kelvin” yang biasa
juga disebut “skala suhu mutlak”.Dalam hal ini suhu terkecil itu diambil sebagai titik 0 mutlak yang
terletak pada angka – 273,16oC (dalam perhitungan praktis dibulatkan menjadi – 273,16oC). Jadi
antara suhu Celcius dengan suhu Kelvin terdapat sangkutan :
T = t + 273,16oC
(9.3)
Dimana T menyatakan suhu Kelvin dan t sebagai celcius. Akhirnya patut dicatat disini bahwa
dalam fisika skala suhu yang lazim digunakan adalah skala suhu Celcius dinyatakan dalam suhu
Kelvin. Dalam uraian-uraian kita, selanjutnya kita hanya menggunakan suhu Celcius dan suhu
Kelvin.
Contoh 1. Temperatur tubuh normal adalah 98,6oF. Berapakah temperatur normal tubuh jika
dinyatakan dalam Celcius ?
Jawab : T (oC) = (5/9){T(oF)-32} T (oC) = (5/9)(98,6-32) = 37,0oC
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 95
diberikan pada suatu sistem dapat diisolir sedemikian rupa sehingga tak ada tenaga yng hilang, maka
dari hasil eksperimen itu tenaga mekanik 4,2 joule setara dengan 1 kalori.Jadi kalau kita mengubah
satuan tenaga kedalam satuan kalori maka perbandingannya adalah 4,2 joule = 1 kalori.
Setelah definisi satuan panas kita definisikan maka segera kita dapat merumuskan sangkutan
antara kuantitas kalor dengan perubahan suhu.Dalam hal ini andaikan kalor yang diperlukan untuk
menaikan suhu m gram suatu benda dari t0 ke t1 = t0 + ∆t, kita lambangkan dengan ∆Q, maka:
Dengan demikian kita dapat mendefinisikan Sebagai "kalor jenis" suatu benda.Jadi nyatalah bahwa
besarnya klor yang diserap suatu benda jika suhunya dinaikan sebesar ∆t adalah:
(9.4)
Perlu kita catat disini bahwa besaran mc pada persamaan (9.4) sering dinamakan “harga air
kalorimeter” yang mempunyai satuan.
Sekarang kalau kita tinjau grafik perubahan wujud air (H2O) dalam bidang ( t, Q ) maka
diagramnya akan tampak seperti Gambar 9.1. Pada diagram tersebut tampak dengan jelas bahwa
suhu benda tidak berubah namun terjadi perubahan kalor. Pada peralihan tersebut jumlah kalor (Q)
sebanding dengan massa benda (m) dengan demikian menurut grafik di atas.
Qo – Qc = Q ( penguapan air )= u m
(9.5)
Di mana u = panas penguapan / pengembunan air, dan
Q1 – Qo = Q ( peleburan es ) = L m
Di mana L = panas peleburan / pembekuan air.
Perlu dicatat disini bahwa dalam praktek untuk keperluan perhitungan yang tidak teliti
biasanya diambil u = 540 kalori/gram dan L = 80 kalori/gram. Patut dicatat di sini bahwa dalam
proses perubahan benda dari fase yang satu ke fase lain ditandai dengan jumlah kalor tertentu. Hal
96 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
ini perlu diperingatkan bahwa dalam suatu proses yang berlangsung secara sinambung (seperti pada
proses pembuatan garam) perubahan wujud itu sebenarnya tidak mesti dikaitkan dengan suhu
tertentu. Yang penting jumlah kalor yang telah diserap dalam proses yang bersangkutan sesuai
dengan keperluan perubahan wujud tersebut.
Selain itu seperti telah disinggung pada uraian lalu bahwa dua buah sistem yang mempunyai
kalor yang berbeda, maka apabila kedua sistem dalam keadaan berkontakan satu sama lain akan
ternyata bahwa keadaan setimbang kedua sistem tersebut akan mempunyai kalori yang sama.
Menurut pernyataan ini suatu sistem yang kalornya besar akan memberikan kalornya kepada sistem
yang lain yang lebih rendah kalornya bila keduanya berkontakan. Perpindahan kalor tersebut akan
berlangsung terus ke pihak yang rendah kalornya sampai pada akhirnya kedua sistem sudah sama
kalornya. Azaz ini penting sekali artinya dalam kalorimetri. Tentu saja dalam proses kontakan antara
kedua sistem yang berkontakan itu haruslah terisolir terhadap sistem lainnya sedemikian tidak ada
proses perpindahan kalor kecuali antara kedua sistem yang bersangkutan.
Jawab :
Kalor lebur es = 80 kal/gr. Kalor yang dilepaskan aluminium :
∆Q1 = (m C∆t)Al = ( 20 gr )(0,21 kal/groC)(90oC) = 378 kalori
Kalor yang diterima es : ∆Q2 = L m = ( 80 kal/gr)(m) Azaz Black : ∆Q1 = ∆Q2
378 kal = 80 m kal m = 378/80 = 4,7 gram
IX.3 Pemuaian Benda Padat dan Benda Cair akibat Perubahan Suhu
Kita telah mengetahui dari pengamatan bahwa suatu benda ternyata pada umumnya akan
mengalami pemuaian karena pemanasan. sifat ini hampir berlaku umum untuk semua benda dengan
pengecualian untuk beberapa zat, misalnya air adalah merupakan zat yang beranomali
(menyimpang) dari sifat tersebut untuk daerah suhu tertentu. Dalam hal ini bila air membeku maka
volumenya akan bertambah besar, akibatnya massa jenisnya menjadi kecil (ρ es 0,5 gram/cm3),
sehingga apabila dipanaskan maka ia akan menyusut sampai suatu suhu tertentu. Selanjutnya bila
dipanaskan terus barulah ia memuai. Tentang cara pemuaian suatu benda kita dapat bagi atas
pemuaian panjang, luas dan volume.
A. Pemuaian Panjang
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 97
Dari hasil pengamatan ternyata bahwa perubahan panjang akibat pemanasan sebanding
dengan panjang sebelum diberi tambahan panas dan sebanding pula dengan perubahan suhu sebagai
akibat pemanasan. Jadi menurut uraian kita ini perubahan panjang itu.
Contoh 3:Sebuah skala meter terbuat dari baja diusahakan agar pada jelajah tertentu memiliki
akurasi 5 x 10-5 mm. Hitunglah perubahan / variasi maksimum temperatur selama
pengukuran berlangsung.
Jawab:
∆l = α ∆T
5 x 10-5 mm = (11 x 10-6/oC)(1,0 mm) ∆T
∆T= 5oC
Contoh 4:Sebuah balok baja mempunyai panjang 200 meter pada temperatur 20oC. kalau
temperatur ekstremnya (temperatur yang dimungkinkan berekspansi ) adalah – 30oC hingga
+40oC, berapakah panjang ekspansi maupun kontraksinya.
Jawab :
Berdasarkan tabel 11.1, koefisien muai panjang baja adalah 12 x 10-6/oC.
Panjang ekspansi : ∆L = (12 x 10-6/oC)(200m)(40oC – 20oC) = 4,8 x 10-2 m ( bertambah
sepanjang 4,8 cm).
Panjang Kontraksi; ∆L = (12 x 10 -6/oC)(200m)(-30oC – 20oC) = -12,0 x 10-2 m ( bertambah
panjang 12 cm)
B. Pemuaian Luas
98 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Sekarang tinjaulah suatu keping empat persegi panjang (misalnya dari suatu bahan
logam),pada suhu to, sisi-sisinya adalah ao. selanjutnya kita panaskan hingga suhunya menjadi t,
maka panjang sisi-sisinya sekarang akan menjadi a dan b.
C. Pemuaian Volume
Untuk mudahnya analisa di sini kita tinjau pararel epipedium siku-siku, yang pada suhu t o
misalkan panjang rusuk-rusuknya adalah ao,bo dan co. Berikutnya kita panaskan hingga suhu t, maka
rusuk-rusuknya sekarang menjadi a,b dan c.
Selanjutnya dengan mudah dapat kita pahami bahwa akibat pemanasan tersebut massa benda dapat
dianggap tidak berubah. Jadi di sini dipenuhi sifat invariansi massa benda terhadap pemanasan.
Dengan demikian dipenuhi:
ρo Vo = ρV = ρVo (l + ∆t)
Sehingga diperoleh
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 99
(9.9)
Di mana ρo = massa jenis benda pada suhu to dan ρ= massa jenis benda pada suhu t. Dari rumus (9.9)
dengan jelas tampak bahwa massa jenis benda akan makin kecil bila suhunya dinaikkan.
Contoh 5:Suatu kubus metal dipanaskan hingga volumenya bertambah sebesar 0,1 volume mula-
mula. Bila suhu mula-mula To dan koefisien muai panjang metal adalah a, maka hitunglah
suhu akhirnya.
Jawab : VT = Vo ( l + ∆T)
Misalkan suhu akhir T, = 3a dan ∆V = 0,1Vo.
VT – Vo = Vo (3a)(T-To),
Atau V = Vo (3a)(T-To)
100 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
0,1Vo = Vo (3a)(T-To)
T – To = 1/ 30 a atau T = To + 1/30a
Selanjutnya dalam uraian ini membahas konduksi panas saja. Sekarang tinjaulah suatu lempeng
konduktor panas yang tebalnya l dan luas penampang A dengan selisih suhu antara kedua belah
permukaannya adalah : ∆t = t2 – t1. Secara empris kita dapat menyadari besarnya kalor persatuan
waktu yang mengalir melewati luasan A sebagai akibat perbedaan suhu kedua belah permukaannya
adalah:
atau
(9.10)
Di mana H menyatakan tenaga (kalor) persatuan waktu yang mengalir dari daerah yang suhunya
tinggi ke daerah yang suhunya rendah, sedangkan tanda negatif pada (9.10) melukiskan pelepasan
kalor yang menyebabkan berkurangnya kalor dari daerah yang suhunya tinggi. Berikutnya , untuk
kalor yang tidak homogen (tidak merata) di setiap lapisan, maka rumus (11-10) dapat ditulis sebagai
berikut:
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 101
(9.11)
dengan K = Koefisien daya hantar yang satuannya adalah [K] = [ kalori/det.cmoC].
Akhirnya perlu dicatat di sini bahwa apabila sistem sudah dalam setimbang maka aliran kalor secara
hantaran itu akan terhenti. Ini berarti menurut (9.11) suhu kedua belah permukaan sudah sama,atau
dengan kata lain H = 0.
Sebagai contoh pemakaian tinjaulah suatu sistem penghantar yang berbentuk huruf Y yang ketiga
cabangnya sama besar penampangnya serta sama pula panjangnya. Dalam hal ini kalau t2 > t1,maka
suhu pada titik cabang penghantar dapat dihitung sebagai berikut. Andaikan suhu pada titik cabang
kita tandai dengan t, dan mengingat bahwa diandaikan pulatak ada kalor yang hilang, maka menurut
(9.10) kita akan dapatkan persamaan:
Dalam hal ini koefisien K ketiga cabang sama karena bahannya yang sama pula.Dari sangkutan ini
segera kita peroleh:
Contoh 6:Tinjaulah sebuah lempeng gabungan yang terdiri dari dua bahan yang ketebalannya
berbeda.l1 dan l2, dengan konduktivitas yang berbeda k1 dan k2. Jika temperatur pada
permukaan-permukaan luar adalah t2 dan t1, carilah banyaknya perpindahan kalor
persatuan waktu yang melalui lempeng gabungan di dalam keadaan lunak.
Jawab :
102 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Jika diadakan manipulasi matematik dengan menjumlahkan masing-masing luas diperoleh:
X. LISTRIK STATIS
X.1 Hukum Coulomb
Tinjaulah interaksi antara dua benda bermuatan yang dimensi geometrinya dapat diabaikan
terhadap jarak antar keduanya. Maka dalam pendekatan yang cukup baik dapat dianggap bahwa
kedua benda bermuatan tersebut sebagai titik muatan. Charles Augustin de Coulomb(1736-1806)
pada tahun 1784 mencoba mengukur gaya tarik atau gaya tolak listrik antara dua buah muatan
tersebut. Ternyata dari hasil percobaannya, diperoleh hasil sebagai berikut:
*Pada jarak yang tetap, besarnya gaya berbanding lurus dengan hasil kali muatan dari masing-
masing muatan.* Besarnya gaya tersebut berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua
muatan. * Gaya antara dua titik muatan bekerja dalam arah sepanjang garis penghubung yang lurus.
* Gaya tarik menarik bila kedua muatan tidak sejenis dan tolak menolak bila kedua muatan sejenis.
Hasil penelitian tersebut dinyatakan sebagai hukum Coulomb, yang secara matematis:
k adalah tetapan perbandingan yang besarnya tergantung pada sistem satuan yang digunakan.
Pada sistem SI, gaya dalam Newton(N), jarak dalam meter (m), muatan dalam Coulomb ( C ), dan k
mempunyai harga :
sebagai konstanta permitivitas ruang hampa besarnya = 8,854187818 x 10 -12 C2/Nm2. Gaya
listrik adalah besaran vektor, maka Hukum Coulomb bila dinyatakan dengan notasi vektor menjadi :
Di mana r12 adalah jarak antara q1 dan q2 atau sama panjang dengan vektor r12, sedangkan r12 adalah
vektor satuan searah r12. Jadi gaya antara dua muatan titik yang masing-masing sebesar 1 Coulomb
pada jarak 1 meter adalah 9 x 109 Newton, kurang lebih sama dengan gaya gravitasi antara planet-
planet.
Contoh 1: Muatan titik q1 dan q2 terletak pada bidang XY dengan koordinat berturut-turut(x 1,y1) dan
(x2,y2), tentukanlah :
a. Gaya pada muatan q1 oleh muatan q2
b. Gaya pada muatan q1 oleh muatan q2
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 103
Penyelesaian :
a. Gaya pada muatan q1 oleh muatan q2
Dari hasil perhitungan bahwa gayanya akan sama besar namun berlawanan arah.
Prinsip Superposisi
Dalam keadaan Rill , titik-titik muatan selalu terdapat dalam jumlah yang besar. Maka
timbullah pertanyaan : apakah interaksi antara dua titik muatan yang diatur oleh Hukum Coulomb
104 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
dapat dipengaruhi oleh titik lain di sekitarnya? Jawabannya adalah tidak, karena pada interaksi
elektrostatik hanya meninjau interaksi antar dua buah muatan, jika lebih dari dua buah muatan maka
diberlakukan prinsip superposisi (penjumlahan dari semua gaya interaksinya).
Secara matematik, prinsip superposisi tersebut dapat dinyatakan dengan mudah sekali dalam
notasi vektor. Jadi misalnya F12 menyatakan gaya antara q1 dan q2 tanpa adanya muatan lain di
sekitarnya, maka menurut Hukum Coulomb,
Begitu pula interaksi antara q1 dan q3 tanpa adanya muatan q2, dinyatakan oleh :
Maka menurut prinsip superposisi dalam sistem q 1, q2 dan q3, gaya total yang dialami q1 tak lain
adalah jumlah vector gaya-gaya semula :
Contoh 2 :Tiga buah muatan masing-masing q1 = 4 C pada posisi (2,3), q2 = -2 C pada posisi(5,-1)
dan q3 = 2 C pada posisi (1,2) dalam bidang x-y. Hitung resultan gaya pada q 2 jika posisi
dinyatakan dalam meter.
Penyelesaian :
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 105
X. 2 Medan Listrik
Medan adalah suatu besaran yang mempunyai harga pada tiap titik dalam ruang. Atau secara
matematis, medan merupakan sesuatu yang merupakan fungsi kontinu dari posisi dalam ruang.
Medan ada dua macam yaitu :
- Medan Skalar, misalnya temperatur, potensial dan ketinggian
- Medan vektor, misalnya medan listrik dan medan magnet
Untuk membahas suatu medan listrik, digunakan pengertian kuat medan, yakni : “Vektor gaya
Coulomb yang bekerja pada suatu muatan yang kita lewatkan pada suatu titik dalam medan gaya
ini”, dan dinyatakan sebagai E(r). dalam bentuk matematis :
106 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
X.2.1 Kuat Medan Listrik oleh Satu Muatan Titik
Muatan sumber q berupa muatan titik terletak pada vektor posisi r’, sedang titi p pada posisi r.
Posisi relatif p terhadap muatan sumber adalah (r-r’), vektor satuan arah SP adalah
Bila ada N buah muatan titik sebagai sumber, dengan muatan sumber q 1 yang masing-masing
berada pada jarak ri’, maka medan resultan pada vector posisi r adalah :
Contoh 3: Dua buah muatan berada pada bidang x-y dengan masing-masing muatan q 1 = 7μC pada
pusat koordinat dan muatan q2 = 5 μC terletak pada sumbu x positif berjarak 0,3 meter
dari pusat koordinat.
a. tentukan besar dan arah kuat medan listrik di titik P yang terletak pada sumbu y
positif yang berjarak 0,4 meter dari pusat koordinat.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 107
b. Tentukan gaya yang dialami oleh muatan sebesar 2 x 10-3 C jika terletak di titik P.
Penyelesaian :
X. 3 Hukum Gauss
Michael Faraday memperkenalkan cara menggambarkan medan (listrik, magnet, maupun
gravitasi) melalui konsep garis gaya (garis medan). Garis gaya adalah garis-garis lengkung dalam
medan yang dapat menunjukkan arah serta besarnya E pada setiap titik masing-masing dengan garis
singgung dan kerapatan garisnya pada titik yang bersangkutan
108 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Garis-garis gaya berawal pada titik muatan positif dan berakhir pada titik muatan negatif. Diantara
titik awal dan titik akhir, garis gaya selalu kontinu dan tidak mungkin berpotongan, kecuali pada
titik muatan lain yang terdapat diantaranya
Jumlah garis-garis gaya listrik yang menembus suatu permukaan secara tegak lurus
didefenisikan sebagai fluks magnetic ф. Bila diketahui kuat medan E, maka jumlah garis gaya d ф
yang menembus suatu elemen dA tegak lurus pada E adalah :
Bila permukaan dA tidak tegak lurus maka jumlah garis yang keluar dari dA haruslah
Dimana dA = ndA atau n adalah vektor normal dan sudut antara dA dengan bidang yang tegak
lurus pada E. Bila kuat medan pada elemen seluas dA dan E, maka jumlah garis gaya yang keluar
dari seluruh permukaan S adalah :
Elemen luas dA berada pada permukaan S harga medan ;listrik E diambil semua titik pada
permukaan S.
Tanda menyatakan integrasi yang meliputi seluruh permukaan A. Untuk permukaan tertutup, elemen
dA tegak lurus permukaan dan arahnya keluar. Fluks total untuk permukaan tertutup
Ternyata ada hubungan yang erat antara fluks listrik pada suatu permukaan tertutup dengan muatan
listrik yang berada dalam permukaan tersebut dan hubungan ini dikenal dengan hukum Gauss,
yaitu”jumlah garis gaya yang keluar dari suatu permukaan tertutup sebanding dengan jumlah muatan
listrik yang dilingkupi oleh permukaan tetutup tersebut. Secara matematis
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 109
Dimana S adalah suatu permukaan tertutup ∑q i adalah jumlah muatan yang ada di dalam atau
dilingkupi oleh permukaan tetutup S. jadi dengan hukum gauss kita dapat menentukan muatan yang
ada di dalam permukaan tetutup, bila kita tahu berapa garis gaya yang keluar dari permukaan tetutup
tersebut.
Contoh 4.
Di dalam ruang seperti pada gambar di atas terdapat medan listrik serba sama sebesar
10N/C berarah sumbu z kebawah. Hitung jumlah garis gaya yang keluar dari
a. Luas OABC (luas OABC = 2 m2)
b. Luas OFDC (luas OFDC = 2 m2)
Penyelesaian
a. Kuat medan listrik secara vector adalah E = -k 10 N/C Banyaknya garis gaya
Atau garis gaya banyaknya 20 buah dan arahnya menembus bidang OABC. Arah dA ada
pada sumbu z positif sehingga d = dA
b. pada bidang ini dA = -jdA sehingga
Jadi banyaknya garis gaya = 0, berarti tidak ada garis gaya yang menembus bidang OFDC
Di dalam konduktor dapat dialirkan arus listrik sebab elektron pada konduktor dapat bergerak
bebas. Berbeda dengan isolator, semua elektron terikat pada masing-masing atom sehingga bila ada
medan listrik, elektron tetap tidak bergerak, akibatnya tidak ada arus yang mengalir. Bila pada
110 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
konduktor diberi muatan, maka akan tejadi perubahan distribusi elektron bebas. Setelah semua
elektron menempati posisinya, medan listrik dalam logam harus sama dengan nol, sebab bila tidak
maka elektron bebas akan bergerak dalam logam. Bila terus diberikan (melampaui keadaan
setimbang), muatan ada pada permukaan logam . jika dipilih sebuah permukaan S tepat di bawah,
maka menurut hukum Gauss muatan pada permukaan itu harus nol sebab medan listrik pada
permukaan logam harus nol, atau:
Untuk menghitung kuat medan listrik, maka dibut sebuah permukaan Gauss. Bentuk
permukaan Gauss dipilih dengan tujuan untuk mempermudah persoalan. Jika dipilih permukaan
Gauss yang berbentuk silinder dengan panjang 2r dan penampangnya berbentuk lingkaran.
Permukaan tersebut dibagi tiga bagian
* Tutup kanan S1 berbentuk lingkran
* Selubung silinder S2 berbentuk persegi empat
* Tutup kiri S3 juga berbentuk silinder
Misalkan luas penampang silinder adalah A, maka rapat muatan = Q/A. karena muatan
tersebut secara homogen , muatan yang terkandung dalam permukaan gauss S adalah Q2 = A.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 111
Hukum Gauss dengan Qs sebagai muatan yang terkandung dalam S. Selanjutnya integral tertutup
dapat diuraikan menjadi :
suku pertama bagian kanan persamaan dengan elemen luas dA diambil pada S 1 sehingga
dA=idA dengan i sebagai vector satuan pada sumbu x positif. Sedangkan kuat medan E=+iE jadi :
Suku kedua pada bagian kanan persamaan sama dengan 0 sebab dA pada S2 berarah tegak lurus E.
Pad suku ketiga, elemen luas dA pada S3 berarah ke kiri, jadi dA=-idA dan kuat medan listrik pada
S3 juga berarah ke kiri, yaitu E=-iE: jadi :
Akibatnya menjadi :
c. Bola Bermuatan
Misalkan diambil sebuah bola terbuat dari bahan isolator dengan jari-jari R. Bola ini
mempunyai muatan yang tersebar merata di dalam bola isolator tersebut. Kemudian , bagaimana
menghitung kuat medan listrik di dalam dan diluar bola. Karena muatan tersebut merata dalam bola,
rapat muatan dalam bola adalah :
Kita buat permukaan gauss berupa bola dengan jejari r. Hukum Gauss menyatakan
Dimana Q adalah muatan listrik yang dilingkupi oleh S1 dalam hal ini :
112 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Pada permukaan Gauss,dA=rdA, sehingga E=rE, karena baik medan listrik maupun elemen luasan ,
keduanya dalam arah radial. Harga E tak bergantung pada arah , jadi juga tak bergantung pada dA.
Dengan demikian integral permukaan pada Gauss dapat ditulis sebagai :
Untuk medan diluar bola , kita pandang titik Q di luar bola dan berjarak r dari pusat bola . Kuat
medan pada titik Q dapat dihitung dengan membuat permukaan Gauss melalui titik Q dan
menggunakan hukum Gauss. Permukaan Gauss S dibuat membentuk bola dengan jari-jari r.Hukum
Gauss menyatakan
Muatan Q yang dilingkupi S sama dengan muatan tota; Q pada bola, Q = Q pada permukaan S, E
sejajar dA, kuat medan E isotropic yang mempunyai besar sama pada semua titik di permukaan S.
Hukum Gauss menjadi :
Persamaan diatas menyatakan bahwa kuat medan diluar bola sama dengan medan yang dihasilkan
bila seluruh muatan Q terletak di pusat bola.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 113
medan elektrostatik adalah bersifat konservatif sehingga dapat pula kita defenisikan disini energi
potensial listrik, dan berlaku pula hubungan EK + EP = Konstan.
Dalam mekanika telah ditunjukkan bahwa gaya gravitasi bersifat konservatif, yaitu kerja yang
dilakukan medan gaya tidak bergantung kepada lintasannya. Jika suatu muatan q’ diletakkan dalam
medan listrik, gaya listrik q’ adalah q’. Gaya ini adalah jumlah vektor dari gaya-gaya yang bekerja
pada q’ oleh berbagai muatan yang menghasilkan kuat medan.Masing-masing gaya memenuhi
Hukum Coulomb bersifat konservatif sehingga gaya q’ juga bersifat konservatif.
Kerja yang dilakukan oleh gaya listrik q’E pada muatan uji q’ untuk perpindahanyang sangat
kecil ds adalah
Menurut defenisi, kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif adalah negatif dari perubahan energi
potensial(dU), sehingga:
dengan dU=beda energi yang dihasilkan UB=energi potensial pada posisi B (kedudukan
akhir) UA = energi potensial pada posisi A(kedudukan awal) Misalkan ada (+q) di titik 0 dan muatan
uji q’ di titik Q, gaya yang bekerja pada muatan uji adalah :
Untuk mencari beda energi potensial bila muatan q’ dipindahkan dari Q ke P adalah sebagai berikut :
atau secara umum, energi potensial medan listrik dari muatan (q) oleh muatan uji (q’) pada jarak r
adalah :
114 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Dalam membahas medan listrik , kita tidak menggunakan pengertian energi potensial tetapi
menggunakan pengertian potensial listrik yaitu potensial persatuan muatan. Muatan listrik biasanya
dituliskan sebagai :
Dan mempunyai satuan volt atau joule/coulomb. Beda potensial listrik juga dapat dituliskan dalam
bentuk lain, yaitu :
atau dimana Dari dua persamaan di atas, maka dapat dilihat bahwa potensial listrik juga suatu
medan listrik. Tetapi potensial listrik merupakan interaksi medan skalar dengan gaya Coulomb.
Sekarang bagaimana menentukan potensial listrik bila diketahui medan listrik E(r). Untuk
menghitung E( r ) dan V( r ) harus melakukan operasi diferensial. Oleh karena kuat medan adalah
besaran vektor, operator diferensial harus operasi vektor, operasi ini disebut gradien yang dinyatakan
sebagai ?. Sehingga kuat medan E( r ) dapat ditulis sebagai :
Tinjau pelat tipis bermuatan dengan rapat massa serba sama, yaitu + . Dengan hukum Gauss,
diperoleh kuat medan E konstan dengan harga :
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 115
Dari grafik potensial dapat digambarkan sebagai berikut :
b. Bola bermuatan
Misalkan ditinjau bola logam dengan jari-jari R diberi muatan (+Q) yang tersebar merata pada
permukaan. Kuat medan listrik pada bola adalah, E(r)=0, untuk r
Contoh :
1. Pada konfoigurasi muatan berikut ini q1=10-7C, q2=2 q1, q3=-4 q1 dan d = 10 cm.
116 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Hitunglah:
a. Energi potensial listrik antara masing-masing pasangan muatan dan, b. Energi potensial listrik
konfigurasi tersebut.
Penyelesaian :
2. Suatu muatan titik 5 μC diletakkan di pusat koordinat, dan muatan titik sebesar -2μC diletakkan
pada posisi (3,0) meter (lihat gambar a). jika titik yang sangat jauh dipilih sebagai acuan nol
potensial listrik, hitunglah : a. Potensial listrik total di titik P(0,4) meter b. Kerja yang
diperlukan untuk membawa muatan ketiga sebesar 4 μC dari tempat yang sangat jauh dari titik
P. c. Energi potensial sistem ketiga muatan seperti pada gambar (b) di bawah ini :
Penyelesaian :
a. Potensial listrik total di titik P yang dihasilkan oleh dua muatan titik adalah :
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 117
3. Dua buah bola kondukter dipasang sepusat. Bola diberi muatan qA dan bola B diberi muatan
qB. Bola A mempunyai jari-jari RA dan bola B dengan jari-jari RB dan RA
Penyelesaian :
Selanjutnya sumber ggl atau sering disebut sumber tegangan), bila dihubungkan dengan
perumusan medan listrik, dapat dilakukan melalui hubungan kerja. Bila dalam rangkain tertutup ada
sumber tegangan dengan ggl sebesar ?, muatan q mendapat tambahan energi q?, sehingga kerja yang
dilakukan oleh medan listrik untuk menggerakkan muatan q dalam lintasan tertutup haruslah:
(11.1) atau
(11.2)
(11.3)
* Arus listrik adalah banyaknya muatan yang mengalir melalui suatu penampang tiap satuan waktu.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 119
* Arah arus listrik berlawanan dengan gerak muatan negatif.
* Arus listrik mengalir dari tempat berpotensial tinggi ke berpotensial rendah.
Bila jumlah muatan per-satuan volume adalah N dan satuan muatan dasar e, maka besar rapat
muatan p = ne. Andaikan pula laju rata-rata pembawa muatan adalah v dan setelah waktu dt, maka
banyaknya muatan dq=NeAvdt, sehingga pers.(11.3) menjadi:
(11.4)
Selanjutnya bila didefinisikan rapat arus (J) = arus/luas penampang, maka:
(11.5)
Jadi rapat arus sebanding dengan laju rata-rata pembawa muatan V.
Contoh 1:Arus pada kumparan kawat berubah dengan waktu menurut hubungan : I(t) = 4 + 2t 2
dengan I dalam ampere dan t dalam detik.
a. Berapa muatan yang melaui penampang kawat antara t = 5 detik dan t = 10 detik.
b. Berapa arus rata-rata interval waktu tersebut.
Penyelesaian : Dari pers. (11.3),
a.
b.
Coulomb / S
120 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
atom tetangganya Lo dan andaikan pula kecepatan rata-rata electron adalah vo, maka kecepatan rata-
rata muatan tersebut adalah:
(11.6a)
Dengan demikian rapat arus (J) dapat dinyatakan sebagai:
(11.6b)
Hubungan ini dikenal sebagai hukum Ohm dan tetapan pembanding disebut
konduktivitas listrik. Suatu bahan dengan konduktivitas yang besar akan mengalirkan arus yang
besar pula untuk suatu harga kuat medan listrik E. Bahan seperti ini disebut konduktor baik. Karena
besarnya ditentukan oleh banyaknya electron bebas (N), maka bahan bersifat sebagai penghantar
yang baik jika memiliki electron bebas yang banyak dan sebaliknya bahan bersifat sebagai isolator
jika memiliki sedikit electron bebas.
Selanjuntnya tinjau suatu logam kawat yang berpenampang (A) serba sama dengan panjang
(L) dialiri arus i.(Gambar 11.3). Misalkan beda potensial antara P dan Q adalah V, yaitu V (P) –
V(Q) = V, dan kuat medan listrik yang bekerja antara P dan Q dalam logam dianggap serba sama,
yaitu E = V/I, sehingga hukum Ohm dapat ditulis dalam bentuk lain:
(11.7)
dengan adalah resistansi (hambatan) dan ρ adalah hambatan jenis.
Tabel 11.1 Resistivitas pada temperatur kamar
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 121
Bahan dengan resistivitas antara logam dan isolator disebut semikonduktor. Dalam
semikonduktor jumlah elektron bebas bergantung pada temperature, makin tinggi temperatur makin
banyak elektron bebas. Pada temperatur mendekati 00 K ada elektron bebas sehingga bahan
semikonduktor bersifat isolator.
Bila logam dipanaskan maka hambatan R naik, karena gerakan atom dalam logam makin
keras dan tumpukan yang dialami pembawa muatan makin banyak. Ini sejalan dengan kenyataan
bahwa suatu bahan akan memuai jika dipanaskan sehingga hambatannya juga bertambah. Dikatakan
logam mempunyai koefisien temperatur positif. Sebaliknya jika suatu bahan makin tinggi
temperaturnya makin rendah harga hambatan listriknya, dikatakan bahan mempunyai koefisien
temperature negatif.
Contoh 2:
a. Seutas kawat yang panjangnya 100 m, diameternya 2 mm, mempunyai hambatan jenis
4,8 x 10-8 ?m. hitunglah hambatan kawat tersebut.
b. Kawat kedua terbuat dari bahan yang sama dan beratnya sama dengan kawat pertama,
memiliki diameter dua kali lebih besar. Hitunglah hambatan kawat kedua itu.
Penyelesaian :
a.
b.
Atau
122 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
XI.4 Hukum Joule
Bila sebatang logam dialiri arus listrik, maka tumbukan oleh pembawa muatan dalam logam
mendapat energi sehingga menjadi panas dan atom-atom akan bergerak semakin kuat. Daya hilang
yang diubah menjadi getaran atom dalam logam, dengan kata lain hilang sebagai kalor. Ini dapat
dipahami bahwa muatan dq yang bergerak akan mendapat tambahan energi sebesar dU = (dq) V.
Karena arus dan kecepatan tetap, maka energi yang hilang persatuan waktu (daya), adalah:
(11.8)
Persamaan (11.8) dikenal sebagai Hukum Joule yang menyatakan daya yang hilang (daya
disipasi) pada konduktor dengan hambatan R dan di aliri arus i. Sedangkan besar kalor disipasi
(kalor Joule) dalam waktu dt adalah:
(11.9)
Kalor ini disebut kalor Joule dimana 1 kalori = 4,2 Joule.
Contoh 3:Suatu lampu pijar bertuliskan 120 V/150 W, artinya lampu tersebut menggunakan daya
listrik sebesar 150 watt bila dipasang pada beda potensial 120 V. Filamen kawat tersebut
dari bahan dengan resistivitas 6 x 10-5 ?-m dengan luas penampang 0,1 mm2. Hitunglah:
a. Panjang filament
b. Arus yang melalui lampu jika dipasang pada tegangan 120 V
c. Arus dan daya pada lampu jika dipasang pada tegangan 60 V
Penyelesaian:
a.
b.
c. Lampu dengan spesifikasi 120 V/ 150 W, dengan hambatan:
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 123
XI.5 Rangkaian Sederhana
Perhatikan suatu rangkaian sederhana yang terdiri atas sebuah baterai yang dihubungkan
dengan sebuah resistor seperti pada gambar 11.7(a). Rangkaian 11.7 (a) dapat dinyatakan dengan
rangkaian seperti pada gambar 11.7 (b). Baterai dinyatakan dengan sumber ggl (?) yang
dihubungkan seri dengan hambatan dalam (r).
Gambar 11.4 (a) Rangkaian sederhana baterai dan resistor (b) Rangkaian ekivalen sumber ggl
dengan hambatan dalam r & beban R
Gaya gerak listrik yang dilambangkan dengan dari suatu sumber ggl menyatakan banyaknya
kerja yang dilakukan sumber ggl pada setiap satuan muatan yang melewatinya(volt). Sumber ggl
dapat pula diartikan sebagai beda potensial (tegangan) antara kutub positif dan kutub negative (V
= Vb – Va ) bila tidak dialiri arus. Bila arus mengalir, maka V disebut tegangan jepit dari sumber ggl
yang dinyatakan sebagai:
V = - ir
(11.11)
Karena tegangan V harus sama dengan beda potensial di antara kedua ujung resistor R (V=iR),
sehingga arus yang melalui rangkaian dapat ditulis:
(11.11)
Atau secara umum
124 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Misalkan i mengalir dari a ke b, maka di a daya yang dimiliki arus adalah i Va, dan setelah sampai di
b, daya yang tinggal adalah i Vb. Pada proses ini terjadi kehilangan daya antara a dan b sebesar i2 (R
+ r1 + r2 ) sebagai kalor joule. Pada ggl pertama diperoleh daya sebesar i 1, dan terjadi pula
kehilangan energi untuk mengisi sumber ggl kedua sebesar i 2, maka dapat ditulis persamaanya
sebagai:
(11.13)
Untuk menggunakan persamaan di atas harus diingat bahwa ggl ? atau arus i yang searah dengan
arah dari a ke b diberi tanda positif, dan yang berlawanan dengan tanda tersebut diberi tanda negatif.
Contoh 4:
Diketahui:
Hitunglah : Vac
Penyelesaian : Maka,
Jadi
Untuk penerapan hukum Kirchoff dapat dianalisa rangkaian pada Gambar 11.6 di bawah ini:
Loop 1 :
Loop 2 :
Dari persamaan (a), (b), dan (c), harga-harga i 1, i2, dan i3 dapat dihitung. Bila harganya negative,
berarti arah yang kita ambil (tetapkan) terbalik karena arah arus yang diambil sembarang.
B. Analisa Loop
Dalam metode analisis loop, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Loop 1 :
Loop 2 :
126 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Dari persamaan-persamaan (d) dan (e), harga-harga I 1 dan I2 dapat dihitung. Arus yang melewati
baterai 1 adalah I1, yang melewati baterai 2 adalah I2, dan melewati baterai 3 adalah I1 dan I2.
Contoh 5: Diketahui:
Penyelesaian
a.
b.
Bab XII
FISIKA RADIASI
XII.1 Struktur Atom
Atom terdiri dari elektron dan inti atom, sedangkan inti atom terdiri dari neutron dan proton.
Defenisi tentang atom seperti apa yang telah dipahami sekarang tidaklah muncul seketika, akan
tetapi mengalami perjalanan yang cukup panjang. Berikut ini diberikan beberapa defenisi tentang
atom menurut beberapa ilmuwan pada zamannya masing-masing:
1. Demokritos (460-370 SM) Setiap zat terdiri dari bagian-bagian yang terkecil yang tak dapat
dibagi l lagi, bagian terkecil tersebut disebut atom, kata atom berasal dari kata atomos yang
artinya tidak dapat dibagi lagi.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 127
2. John Dalton (1766-1844) - Atom-atom itu merupakan partikel kecil yang tak dapat dibagi lagi.
- Atom suatu unsure tidak dapat berubah menjadi atom unsure yang lain - Dua atom atau lebih
yang berasal dari unsure yang berlainan dapat membentuk suatu molekul. - Pada suatu reaksi
kmia, atom-atom berpisah tetapi kemudian bergabung lagi dengan susunan yang berbeda dari
susunan semula dan jumlah massa totalnya adalah tetap.
3. J.J. Thomson (1856-1940) - Atom mempunyai muatan positif yang terbagi secara merata
keseluruh isi atom. - Muatan-muatan tersebut dinetralkan oleh elektron-elektron yang tersebar
diantara muatan-muatan positif tadi.
4. Rutherford (1871-1937) - Muatan positif dan sebagian besar massa atom akan berkumpul
pada satu titik yaitu terpusat ditengah atom, disebut inti atom. - Pada jarak yang relatif jauh
ada electron yang berputar dalam lintasan yang tertentu. - Aton secara keseluruhan bersifat
netral - Inti atom dan netron saling menarik - Pada suatu reaksi kimia, inti atom tidak
mengalami perubahan kecuali elektron pada lintasan luar saling mempengaruhi. Kelemahan
Model Atom Rutherford - Karena dalam lintasannya electron memancarkan energi, maka
energi electron akan berkurang, jari-jari lintasannya akan mengecil. - Karena lintasan electron
mengacil maka waktu putarnyapun mengecil.
5. Niels Bohr (1885-1962) - Atom hydrogen terdiri dari sebuah electron yang bergerak dalam
lintasan edar yang berbentuk lingkaran yang mengelilingi inti atom. - Lintasan edar electron
dalam atom hydrogen mempunyai momentum sudut yang merupakan kelipatan dari tetapan
planck, - Dalan lintas edar yang diperkenankan, electron yang mengelilingi inti atom tidak
memancarkan gelombang elektromagnetik, - Dalam perpindahan electron dari lintas edar yang
diperkenankan ke lintas edar lain yang juga diperkenankan, akan memancarkan gelombang
elektromagnetik
Contoh 4:
a. Untuk memisahkan atom H menjadi sebuah electron dan sebuah proton, diperlukan energi
sebesar 13,6 Ev. Hitunglah jari-jari orbit electron didalam atom hydrogen tersebut.
b. Bohr tanpa mengetahui hipotesis de broglie telah membentuk model dengan mengajukan
postulat ke dua. Tunjukkan bahwa postulat ini menghasilkan nλ = 2πrn, dengan n = 1,2,3,
………………
128 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Jawab:
a. Energi ikat suatu atom mempunyai harga negatif = energi yang digunakan untuk dapat
memisahkan elektron dengan proton dari dalam sebuah atom, sehingga, E ikat= - 13,6 Ev = -2,2
x 1018 joule E = -ke2/2r Diperoleh r = 5,2 x 10-11 m.
b. Dapat dibuktikan dengan menggunakan postulat kedua dari Bohr tentang atom.
Pada tahun 1896 Marie Curie menemukan bahwa inti uranium dan banyak lagi unsure lainnya
bersifat memancarkan salah satu dari partikel alfa, beta atau partikel gamma. Inti-inti atom yang
mempunyai sifat memancarkan sinar-sinar tersebut disebut radioaktif.
A. Bagian-bagian Inti
Sebagaimana telah diketahui bahwa atom terdiri dari inti atom dan electron yang bergerak
mengelilingi inti atom, inti atom terdiri dari Z proton dan N = (A-Z) neutron. A adalah nomor massa
yang sama dengan jumlah proton dan neutron dalam inti. Z adalah nomor atom yang sama dengan
jumlah proton di dalam massa inti. N adalah jumlah neutron di dalam inti.
Sifat-sifat kimia hanyalah ditentukan oleh muatan inti atom dan tidak bergantung pada massa
inti. Dengan demikian dua buah atom dengan Z yang sama tetapi berlainan nilai A -nya akan
mempunyai sifat-sifat kimia yang sama tetapi akan berbeda sifat-sifat fisiknya. Atom-atom yang
bersifat demikian disebut sebagai isotop-isotop dari elemen.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 129
Kalau dinyatakan dengan hubungan antara satuan massa atom dengan energi eV maka diperoleh:
B = ∆m (sma) x 931 MeV
Sedangkan energi ikat rata-rata tiap nukleon adalah E = B A akan berubah harganya dari satu inti ke
inti yang lain.
Contoh 5:
a. Inti Uranium dilambangkan oleh : 92U238 Tentukan : jumlah neutron,jumlah electron dan
jumlah protonnya
b. Massa neutron, proton dan partikel alfa masing-masing adalah 1,008 sma ; 1,007 sma dan
4,002 sma. Jika 1 sma = 931 Mev. Hitung energi ikat partikel tersebut.
Jawab :
a. Jumlah neutron = 238 – 92 = 146
jumlah elektron = 92
jumlah proton = 92
b. partikel alfa adalah : 2α4
terdiri dari 2 proton dan 2 neutron.
Massa 2 proton = 2 x 1,007 sma = 2,014 sma
Massa 2 neutron =2 x 1,008 sma = 2,016 sma
Massa 2 proton + massa 2 elektron = 4,030 sma
Massa partikel = 4,002 sma
Massa yang hilang adalah = 0,028 sma
Massa yang hilang akan menjadi energi ikat partikel = 0,028 x 931 MeV
XII.3 Radioaktivitas
A. Radio Isotop
Setiap unsur radioaktif dalam peluruhannya mempunyai sifat statistik yaitu keboleh jadian
tertentu untuk meluruh atau berubah menjadi atom yang lain dengan memancarkan radiasi. Jadi
tidak mungkin meramalkan atom mana yang akan meluruh pada saat berikutnya.
Radioaktifitas mula–mula ditemukan oleh Becqurel pada tahun 1896 beberapa waktu
kemudian setelah sinar-x ditemukan oleh Rontgen pada tahun 1895. Becquerel melihat adanya sifat
tersebut uranium disulfat yang ternyata pada menghitamkan film potret. Percobaan lebih lanjut yang
dilakukan oleh Rutherford pada garam – garam uranium menunjukan bahwa ada 2 macam radiasi,
yang pertama mudah diserap oleh bahan yang oleh Rutherford disebut sinar alfa dan yang kedua
memiliki daya tembus yang lebih besar disebut sinar beta. Kemudian ditemukan pula bahwa zat
radioaktif alam memancarkan jenis radiasi ketiga yang di sebut sinar gamma.
130 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Radioaktifitas adalah pemancaran sinar–sinar radioaktif secara spontan dengan disertai
peluruhan inti atom menjadi inti yang lain. Sinar radioaktif ini ada 3 macam yaitu: sinar alfa (α),
sinar beta (β), dan sinar gamma (λ). Bila seberkas sinar radioaktif dilewatkan pada sebuah keping
dengan ketebalan x maka intensitas dari sinar radioaktif tersebut akan mengalami pelemahan sesuai
dengan persamaan berikut:
I=I0eμx
Apabila intensitas radiasi setelah melewati keping setebal x menjadi I = I0/2 maka diperoleh
atau
HVL (Half Value Layer) adalah lapisan atau tebal keping yang membuat intensitas menjadi
setengah dari intensitas semula. Pada tahun 1902 Rutherford dan Soldy menyimpulkan bahwa
fenomena radioaktif disebabkan transformasi spontan. Jenis atau macam radiasi yang dipancarkan
dapat diuraikan sebagai berikut:
Radiasi alfa
Alfa merupakan partikel yang di pancarkan oleh inti atom dan berbentuk inti atom Helium
(2He4). Alfa mempunyai energi berkisar 1 MeV hingga 10 MeV dan mempunyai kecepatan 7000
hingga 20.000 km/detik. Persamaan reaksi pemancar alfa dapat ditulis sebagai berikut:
Z Z-4
XA YA-2+ 4He2
dengan Z adalah nomor massa, dan A adalah nomor atom.
Oleh karena dia hanya mempunyai dua muatan listrik, maka alfa akan langsung diserap bahan.
Akibatnya radiasi alfa mempunyai daya tembus pendek, dan mempunyai jalur lurus, karena
massanya yang berat. Pada kulit, radiasi alfa hanya menembus hingga lapisan epidermis, khususnya
bagian sel yang mati, dan jarang sekali menembus hingga sel hidup kecuali alfa mempunyai energi
yang cukup besar. Sebagai proteksi, digunakan selembar kertas untuk radiasi eksternal, tetapi untuk
radiasi internal, radiasi alfa akan sangat berbahaya sekali.
Radiasi beta
Radiasi beta merupakan radiasi elektron (elektron bermuatan positif atau positron (β+), dan
elektron bermuatan negatif atau (β). Energi beta berkisar 0,018 MeV (untuk tritium) hingga 6,1 MeV
(untuk fluor). Untuk energi 1 MeV, kecepatan beta mendekati kecepatan cahaya. Beta mempunyai 3
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 131
jenis proses, yaitu pemancaran electron, pemancaran positron, dan penangkapan electron. Persamaan
reaksi radiasi beta adalah:
a. Pemancaran electron.
Z Z
XA YA+1+ 0e-1(β)
b. Pemancaran positron
Z Z
XA YA-1+ 0e+1(β+)
c. Pemancaran elektron
Z
XA + 0e-1 Z
YA-1
Oleh karena beta hanya mempunyai satu muatan listrik, maka dia agak sulit diserap bahan,
sehingga daya tembusnya di bahan menjadi lebih besar ( beberapa millimeter). Selain itu karena
massanya yang ringan, maka dalam bahan, beta akan dibelokkan. Pembelokan ini akan lebih sering
pada energi beta yang kecil. Untuk radiasi eksterna, selembar aluminium dapat digunakan untuk
mengahalangi jalannya radiasi beta, tetapi untuk radiasi interna, radiasi beta juga sangat berbahay
seperti halnya alfa.
Radiasi gamma
Radiasi gamma, seperti juga radiasi ultraviolet, maupun sinar –x merupakan radiasi
gelombang elektromagnetik. Oleh karena itu, dia bukan partikel dan monoenergitik, maka daya
tembusnya sangat besar. Untuk radiasi gelombang elektromagnetik ini mempunyai jenis interaksi
dengan bahan tertentu, yang akan di jelaskan lebih jauh dibawah. Untuk radiasi eksterna, gamma
sebaiknya dihalangi dengan timbal (Pb) atau beton. Radiasi ini akan sangat berbahaya bila berupa
radiasi eksterna.
B. Hukum Peluruhan
Inti – inti isotop yang dengan sendirinya dapat berubah menjadi inti isotop lain dengan jalan
memancarkan partikel – partikel alfa, beta dan lainnya. Proses demikian disebut peluruhan
radioaktif. Radioaktif hanya tergantung pada keadaan didalam inti isotop- isotop dan tidak
terpengaruh oleh keadaan – keadaan luar seperti tekanan, temperatur, ikatan kimia dan lain lain.
Unsur radioaktif adalah unsur yang tidak stabil yang dapat memancarkan atau menyerap baik
energi ataupun partikel. Oleh karena sifatnya yang tidak stabil, maka unsur ini tidak dapat disimpan,
ataupun dengan kata lain, dia akan meluruh sejak pertama terbentuk. Sedangkan partikel atau energi
yang dikeluarkan umumnya mempunyai daya tembus besar dan berupa sinar, sehingga disebut sinar
radioaktif.
132 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Umumnya, jika sebuah bahan contoh mengandung N inti radioaktif, maka dapat dinyatakan
ciri statistic dari proses peluruhan tersebut dengan mengatakan bahwa banyaknya peluruhan per
detik (- dN/dt) adalah sebanding dengan N, atau dN/dt = -λ N dengan λ adalah konstanta peluruhan
yang mempunyai nilai berbeda untuk setiap inti radioaktif. Dengan menuliskan kembali persamaan
diatas sebagai
dN/N = -λ dt
dan kemudian mengintegralkannya, maka akan menghasilkan:
N = No e-λt
dalam hal ini No adalah banyaknya inti radioaktif pada saat t = 0.
Aktivitas
Aktivitas suatu unsur radioaktif diartikan sebagai banyaknya peluruhan pada suatu waktu tertentu,
yang secara matematis dapat ditulis sbb:
A =λ N
dalam satuan Curie (Ci). 1 Ci = 3,7 x 10-10 peluruhan perdetik.
Waktu Paruh
Oleh karena inti radioaktif mempunyai waktu yang kurang dari satu detik hingga milyaran
tahun, maka untuk mengetahui unsur inti radioaktif, akan lebih mudah bila digunakan konsep waktu
paro (t1/2), yaitu waktu yang diperlukan untuk mendapatkan aktivitas setengah dari semula.
A0 = A0e-λt1/2 sehingga t1/2 = ln 2/λ = 0,693 /λ
dengan Ao adalah aktivitas pada saat t = 0, yang mempunyai satuan Curie (Ci) atau Becquerel (Bq),
di mana
1 Ci = 3,7 x 1010 Bq = 3,7 x 1010 dps (disintegrasi per sekon)
Untuk eliminasi pada media biologi akan berbeda dengan eliminasi pada media fisika. Untuk
keperluan tersebut, maka didefinisikan waktu paro biologi (t1/2 biologi). Berikut ini akan diberikan
beberapa contoh waktu paruh biologi:
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 133
Jawab: Konstanta peluruhan: λ= ln 2/T ½ = 0,8 x 10 9/detik. dengan bilangan Avogadro N A = 6,03 x
10 23 maka jumlah atom N dalam 1 mg Sr – 90 adalah sebanyak, N = (6,03 x 10 23/90) x
0,001 atom = 6,63 x 1018 atom. Dengan demikian diperoleh: A = 0,143 Ci.
Contoh 7:Hitunglah massa radioisotope C0 – 60 yang mempunyai aktifitas 1 Ci. Waktu paruh Co –
60 adalah 5,2 tahun.
Jawab: Konstanta peluruhan λ= ln 2/T½ = 4,23 x 10 9/detik
maka A = λn 3,7 X 1010 = 4,23 x 10-9N N = 8,75 X 1018atom Dengan demikian diperoleh,
M = 8,7 x 10 -4 gram = 0.87 mg
A. Dosis Ekivalen
Bila kita tinjau dari sudut biologi, ternyata efek yang ditimbulkan oleh bermacam– macam radiasi
pengion tidaklah sama, walaupun dosis serapnya sama. Hal ini disebabkan efek biologi bergantung
pada macam dan kualitas radiasi, sehingga diperlukan besaran lain. Besaran tersebut adalah rem
(roentgen equivalent man) dan di beri symbol H.
H = DQN
134 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Dengan D adalah dosis serap dalam satuan Gray, Q adalah faktor kualitas, dan N adalah faktor
modifikasi, dan ICRP menetapkan N = 1, mempunyai satuan Sievert (Sv) sebagai satuan SI, dan rem
(sebelum SI)
1 Sv = 1 J/kg
1 Sv = 100 rem
Tabel 12.2. Nilai faktor kualitas
Selain perhitungan dosis melalui nilai penyinaran diperlukan pula informasi mengenai laju
penyinaran pada jarak tertentu (τ) dari jenis radiasi tertentu, sehingga perhitungan laju dosis serap
menjadi: Xd = τ x A/d2 dengan d adalah jarak, dan A adalah aktivitas, dan mempunyai satuan R/jam.
Table 12.4. Laju penyinaran sinar gamma dari berbagai isotop dengan aktivitas 1 Curie pada jarak
1m
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 135
Contoh 8:Hitung laju dosis ekuivalen yang diterima pekerja operator radiasi pada jarak 10 m dari
sumber Co-60 dengan aktivitas 5 Curie (5Ci).
Jawab:
T untuk Co-60 = 0,53 x (f x gamma – 1 + fx gamma -2)
= 0,53 x (1,3 x 1,17 + 1,3 x 1,33) R/jam = 1,7225 R/jam
X10m = (1,7225 x 5 ) / (100)R/jam = 0,086125 R/jam = 86,125 mR/jam
Karena energi gamma sekitar 1 MeV, maka f berada sekitar 1, jadi
D10m = fX 10m = 86,125 mR/jam
H10m = QD 10m = 86,125 mR/jam, karena Q untuk gamma = 1
136 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Detektor radiasi ini menggunakan emulsi fotografi yang akan berubah menjadi hitam bila
terkena radiasi. Dengan mengukur derajat kehitaman akan dapat di ketahui dosis yang
diterima seseorang.
d. Thermoluminesence dosimeter (TLD).
e. Monitor lapangan.
XII.6 Penyinaran
Menurut ICRP tahun 1980, penyinaran di beri lambang X, yaitu hasil bagi antara nilai
absolute muatan total ion (dQ) dengan salah satu tanda dari semua ion yang terbentuk di udara
dalam keadaan bila semua electron (negatron dan positron) yang di bebaskan oleh foton, dalam salah
satu elemen volume udara kering dengan massa dm.
X = dQ/dm
Mempunyai satuan C/kg udara (SI) atau Roentgen ® (sebelum SI).
1 R = 2,58 x 10-4 Coulomb/kg = 1/(4,8 x 10-10) pasangan ion/cm3 udara, maka:
1R= 87,7 erg/gram udara = 95 erg/gram jaringan lunak.
Sebenarnya di dalam sel akan terjadi dua proses yang utama yaitu proses ionisasi dan proses
biokimia. Proses ionisasi. Pada proses ionisasi, akan terjadi perpecahan ikatan kimia (pembentukan
ion) dari struktur kimia sel, sehingga sel akan menjadi rusak. Proses biokimia. Pada proses ini,
ionisasi tidak langsung mengenai sel, melainkan bereaksi dengan air, yang mengakibatkan pecahnya
air menjadi H+ dan OH- dalam bentuk radikal yang sangat reaktif. Senyawa radikal ini akan bereaksi
dengan sel pada tubuh yang akan menimbulkan kelainan struktur kimia, yang akan mengakibatkan
kerusakan sel.
Dampak radiasi dapat di atasi sebagian dengan cara menjaga kondisi tubuh, yaitu melalui gizi
makanan yang baik, dan juga banyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung
betakaroten, vitamin C, dan vitamin E. Beberapa contoh efek radiasi terhadap organ manusia
diperlihatkan dalam Tabel 12.5.
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 137
Tabel 12.5 Efek radiasi terhadap organ manusia
Tujuan proteksi radiasi adalah membatasi peluang terjadinya resiko stokastik dan mencegah
terjadinya efek non stokastik. Misalkan katarak pada lensa mata, dan kerusakan sel kelamin yang
mengakibatkan kemandulan merupakan efek non stokastik, sedangkan efek genetik dianggap
sebagai efek stokastik.
Berbagai cara dilakukan untuk melindungi seseorang terhadap efek negatif radiasi pengion di
antaranya:
1. Pembatasan dosis
Pekerja radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun dan wanita menyusui tidak diizinkan
bekerja di daerah yang berkontaminasi tinggi. Misalkan, Nilai Batas Dosis (NBD) untuk
penyinaran seluruh tubuh adalah 5000 mrem per tahun. NBD untuk masyarakat umum (seluruh
tubuh) adalah 500 mrem dalam setahun.
138 | O e r l e e C a r t o o n – F i s i k a D a s a r
Untuk pembatasan penyinaran dan Monitoring, maka pekerja radiasi di golongkan menjadi dua,
yaitu: kategori A, untuk mereka yang dapat menerima dosis sama dengan atau lebih dari 1500
mrem per tahun, dan kategori B, yaitu mereka yang mungkin menerima dosis lebih kecil dari
1500 mrem per tahun.
4. Pemeriksaan dan pengujian perlengkapan
Pemeriksaan dan pengujian perlengkapan proteksi radiasi dan alat ukur radiasi.
5. Pengendalian bahaya radiasi
Pengendalian bahaya radiasi melalui pembatasan waktu kerja (bekerja sesingkat mungkin: Dosis
= laju dosis x waktu) pengendalian jarak kerja (bekerja sejauh mungkin, laju dosis x jarak 2 =
konstan) dari sumber radiasi, dan penggunaan penahan radiasi (sehelai kertas untuk radiasi alfa,
aluminium atau plexiglass untuk radiasi beta, dan timbal untuk radiasi gamma dan sinar X).
F i s i k a D a s a r – O e r l e e C a r t o o n | 139