Anda di halaman 1dari 5

Rizky Zanuar Tristanti (20/3B-D4)

Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) merupakan suatu plant


nonlinear dimana proses di dalamnya sangat dipengaruhi oleh suhu, di mana suhu
tersebut didapat dari uap panas yang mengalir di dalam dinding tangki melalui
pipa, sehingga suhu tersebut harus dijaga supaya tetap berada pada suhu kerja
dengan merancang suatu kontroler. Suhu di dalam tangki dideteksi oleh suatu
sensor dan dari informasi pengukuran (Hafid, 2014).
Proses pada stirred tank heater adalah fluida yang berasal dari proses lain
masuk ke dalam tangki kemudian diaduk dan dipanaskan secara bersamaan.
Fluida proses yang masuk ke dalam tangki menerima panas dari fluida pemanas
yang berada di dalam koil. Seringkali kondisi pada tangki pencampur dijaga
suhunya dengan menggunakan koil. Suhu fluida dalam tangki dapat berubah yang
disebabkan oleh perubahan laju alir atau suhu masuk fluida pemanas. Oleh karena
itu pada stirred tank heater diperlukan pengendali suhu untuk menjaga suhu
operasi sesuai yang diinginkan (Wahid 2017).
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan konstanta laju reaksi
di continuous stirred tank reactor pada berbagai suhu dan menentukan energi
aktivasi reaksi. Reaksi yang dipilih pada percobaan ini adalah saponifikasi etil
asetat dengan natrium hidroksida karena dapat dilakukan pada kondisi suhu dan
tekanan yang aman.
NaOH + CH3COOC2H5 → CH3COONa + C2H5OH
Data yang diperoleh dari software adalah laju alir umpan NaOH, laju alir
umpan etil asetat, konduktivitas, suhu, kecepatan pengaduk, volume reaktor,
konsentrasi umpan NaOH, konsentrasi umpan etil asetat, konduktivitas akhir,
konsentrasi NaOH akhir, konstanta laju reaksi. Dari data konsentrasi NaOH awal
dan akhir dapat dihitung nilai konstanta laju reaksi (k) tiap variabel suhu.
Konstanta laju reaksi sangat bergantung pada suhu reaksi (Fogler, 1999). Menurut
Arrhenius suhu mempengaruhi konstanta laju reaksi (k).
1
Dengan menggunakan metode grafik antara vs t. Nilai CA diperoleh
𝐶𝐴
1
dari current NaOH concentration kemudian menghitung nilai 𝐶𝐴 untuk diplotkan
pada grafik.
Kurva hubungan 1/Ca terhadap waktu
1000
800
600
1/Ca (L/mol)

400
200
0
-200 0 500 1000 1500 2000
-400 y = 0.0903x
-600 R² = 0.0353
-800
t (s)

1
Gambar 1. Kurva hubungan 𝐶𝐴 terhadap waktu pada suhu 20°C

Dari grafik antara 1/CA vs t pada suhu 20°C akan diperoleh nilai konstanta
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
laju reaksi (k) dari perhitungan 𝑘 = . Pada variabel suhu 20°C diperoleh nilai
𝐶𝐴0
slope yaitu 0,0903 sehingga diperoleh nilai k yaitu 2.55807.

Kurva hubungan 1/Ca terhadap waktu


1000

500
1/Ca (L/mol)

0
0 500 1000 1500 2000
-500
y = 0.0977x
-1000 R² = 0.0742

-1500
t (s)
1
Gambar 2. Kurva hubungan 𝐶𝐴 terhadap waktu pada suhu 30°C

Dari grafik antara 1/CA vs t pada suhu 30°C akan diperoleh nilai konstanta
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
laju reaksi (k) dari perhitungan 𝑘 = . Pada variabel suhu 30°C diperoleh nilai
𝐶𝐴0
slope yaitu 0,0977 sehingga diperoleh nilai k yaitu 1.316712.
Kurva hubungan 1/Ca terhadap waktu
500
0
-500 0 200 400 600 800 1000 1200 1400
1/Ca (L/mol)

-1000
-1500 y = 0.0284x
R² = -0.01
-2000
-2500
-3000
-3500
-4000
t (s)

1
Gambar 3. Kurva hubungan terhadap waktu pada suhu 40°C
𝐶𝐴

Dari grafik antara 1/CA vs t pada suhu 40°C akan diperoleh nilai konstanta
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
laju reaksi (k) dari perhitungan 𝑘 = . Pada variabel suhu 40°C diperoleh nilai
𝐶𝐴0

slope yang sama yaitu 0,0284 sehingga diperoleh nilai k yaitu -2.84.
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu
energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakin
banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.Sesuai dengan
Hukum Arrhenius yang menyatakan bahwa konstanta laju reaksi akan meningkat
seiring dengan meningkatnya suhu (Rosalina, 2012). Hal tersebut kurang sesuai
dengan hasil percobaan karena nilai konstanta laju reaksi (k) hasil perhitungan
mengalami fluktuatif. Disebabkan karena human eror pada saat pergantian
variabel suhu sensor konduktivitas tidak terlalu bersih sehingga nilai konsentrasi
yang diperoleh kurang sesuai.
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai energi aktivasi, energi aktivasi (E)
adalah Suatu reaksi terjadi bila energi tumbukan antara molekul-molekul reaktan
melampaui energi pengaktifan dan orientasi molekul-molekul harus sesuai untuk
terjadinya reaksi. Dapat diperoleh dengan metode plot grafik ln k dengan 1/T.
Nilai energi aktivasi (e) dapat dihitung dari slope, nilai e diperoleh dari persamaan
−𝑒
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = 𝑅𝑇.
Kurva ln k vs 1/T perhitungan
1

0.8
y = 125.62x
0.6 R² = 0.054
ln k

0.4

0.2

0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345
1/T

Gambar 4. Kurva hubungan antara ln K dengan 1/T perhitungan manual

Dari gambar 4 diperoleh nilai slope yaitu 125.62 sehingga diperoleh nilai
energi aktivasi sebesar -29,1915 J/mol. Jadi energi minimum yang harus dimiliki
oleh suatu reaktan untuk dapat bereaksi adalah sebesar -29,1915 J/mol.
Kemudian berikut adalah garfik antara ln K dengan 1/T perhitungan
menggunakan software :

Kurva ln k vs 1/T software


3

1 y = -20.453x
R² = 0.0013
ln k

0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345
-1

-2
1/T

Gambar 5. Kurva hubungan antara ln K dengan 1/T perhitungan software


Dari gambar 5 diperoleh nilai slope yaitu -20.453 sehingga diperoleh nilai
energi aktivasi sebesar 0.737443 J/mol. Jadi energi minimum yang harus dimiliki
oleh suatu reaktan untuk dapat bereaksi adalah sebesar 0.737443 J/mol.
Apabila dibandingkan antara nilai k dari software dengan perhitungan
manual terdapat perbedaan yang jauh. Energi aktivasi yang dihasilkan dari
software dan perhitungan manual juga menunjukkan nilai yang berbeda jauh. Hal
ini dikarenakan untuk perhitungan k dari software menggunakan data seperti laju
alir masuk,volume reaktor, CA0 dan CA. Sedangkan untuk nilai k hasil perhitungan
manual hanya menggunakan data CA dan CA0 saja. Namun jika dilihat secara
umum, nilai k dari software maupun perhitungan manual keduanya sama sama
mengalami fluktuasi.

Anda mungkin juga menyukai