Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berperan dalam membentuk karakter
siswa. Karakter siswa yang ingin dikembangkan melalui pendidikan di sekolah seperti yang
dirumuskan dalam UU No. 20 tahun 2003, yaitu: “... Kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak-akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, Masyarakat, Bangsa dan Negara.”
Karakter siswa tersebut akan terwujud dalam suasana pembelajaran yang kondusif,
nyaman, dinamis, dan ditegakkannya nilai dan norma yang berlaku. Salah satu tujuan dari
pendidikan nasional, pengendalian diri siswa harus diperhatikan oleh pendidik, selain
pengembangan kemampuan intelektualnya. Menurut Goldfried dan Merbaum dalam Fani
Julia Fiana, pengendalian diri merupakan suatu kemampuan untuk menyusun, mengatur,
membimbing, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah
konsekuensi positif. Pengendalian diri siswa sangat mendukung pencapaian tujuan
pendidikan itu sendiri.
Menurut Ahmad Sudrajat dalam Fani Julia Fiana, Perilaku, aturan dan tata tertib yang
berlaku di sekolah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Kepatuhaan dan
ketaatan siswa terhadap berbagai peraturan dan tat tertib yang berlaku disekolahnya, itu biasa
disebut dengan disiplin siswa. 2) Peraturan, tata tertib dan berbagai ketentuan lainya yang
berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.
Senada dengan hal tersebut Elizabet Horlock dalam Fani Julia Fiana juga
mengemukakan bahwa anak membutuhkan disiplin, bila mereka ingin bahagia dan menjadi
orang yang baik penyesuaiannya, karena melalui disiplin mereka dapat belajar berperilaku
dengan cara yang diterima masyarakat dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok
sosial.
Bohar Soehartono dalam Fani Julia Fiana mengatakan “pada dasarnya semua orang sejak
lahir sudah mengerti dan terkena disiplin karena dalam kehidupannya manusia peranannya
penting sekali dalam berhubungan dengan kelompok atau manusia lain”. Selanjutnya
dikatakan juga, “para pendidik, orang tua dan guru, sebagaimana halnya dengan pemimpin
kelompok, melihat disiplin ini sebagai sesuatu yang sangat penting dalam interaksi manusia”.
Tujuan pendidikan nasional ini diperkuat dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, Masyarakat, Bangsa dan Negara.
Sementara itu Slameto dalam Ridho Ilahi menyatakan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yaitu faktor intern (berasal dari dalam diri
siswa) dan faktor ekstern (berasal dari luar diri siswa). Faktor intern dibagi menjadi tiga
bagian yaitu: faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, keterampilan belajar, kematangan, dan kesiapan), faktor
kelelahan (jasmani dan rohani). Sedangkan faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar
diri individu seperti lingkungan, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Peraturan dan tata tertib yang ada di sekolah bersifat tetap dan mengikat setiap siswa dan
wajib dilaksanakan, serta apabila ada yang melanggar biasanya diberikan sanksi. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suryo B. Subroto dalam Ridho Ilahi yaitu Salah satu
contoh peraturan tata tertib siswa/pelajar adalah : (a) siswa wajib datang sepuluh menit
sebelum pelajaran dimulai, (b) siswa yang terlambat harus mintak izin masuk yang
ditandatangani oleh guru piket, (c) siswa wajib membayar SPP paling lambat tanggal sepuluh
tiap bulan, (d) pada waktu jam kosong siswa harus tenang di dalam kelas tidak boleh gaduh,
dan (e) pada waktu istirahat siswa dilarang meninggalkan halaman sekolah, siswa yang
melanggar tata tertib dikenakan sanksi.
Oleh karena itu dalam Departemen Pendidikan Nasional dalam Ridho Ilahi dijelaskan
Aspek-aspek yang tercakup dalam tata tertib itu adalah sebagai berikut : 1) Tugas dan
kewajiban dalam kegiatan sekolah, meliputi (a) masuk sekolah (b) waktu belajar (c) waktu
istirahat (d) waktu pulang, 2) Upacara bendera dan hari besar lainnya, 3) Cara berpakaian, 4)
Laranganlarangan bagi pelajar/siswa, 5) Meninggalkan sekolah/pelajaran selama jam-jam
pelajaran berlangsung, tanpa izin kepala sekolah, guru yang bersangkutan dan guru piket.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara perlu adanya petunjuk dan
aturan yang jelas untuk mengatur antara hak dan kewajiban yang dimiliki oleh setiap
individu, agar tidak terjadi pelanggaran terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki oleh orang
lain, untuk itu perlu adanya petunjuk atau aturan yang dibuat, namun demikian kadang kala
tidak ditaati oleh oknum-oknum atau pelaku, sehingga aturan-aturan yang ada dilanggar,
akibat pelanggaran tersebut maka muncullah adanya sanksi atau hukuman yang dikenakan
kepada si pelanggar untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dalam Undang-Undang
Dasar 1945 hasil amandemen ke- 4 Pasal 27 ayat (1), menyatakan “Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”
Dalam UU RI No.14 kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, diha yati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dengan demikian kompetensi dapat dimaknai
sebagai perangkat, perilaku yang efektif, sehingga dapat mengarahkan seseorang menemukan
cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efesien, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Karena guru sebagai suatu profesi maka dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) telah
dirumuskan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi
profesional, personal, pedagogik, dan sosial. Namun menurut Johnson (dalam Sanusi,1991)
dalam Ridho Ilahi dan Arikunto (1993) dalam Ridho Ilahi menyatakan bahwa hasil kajian
P3G hanya menemukan tiga persyaratan kemampuan yang harus dimiliki para guru dalam
kaitannya dengan profesi, kinerja guru. Tiga aspek tersebut yaitu: (1) kemampuan
profesional, (2) kemampuan sosial, dan (3) kemampuan personal. Ada dua kompetensi yang
akan dikaji dalam penelitian ini yakni kompetensi profesional dan personal guru karena
kedua kompetensi ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran.
Wiyono (2009) dalam Ridho Ilahi menyatakan kompetensi personal guru mencakup: (1)
penampilan sikap positif terhadap tugasnya sebagai guru dan terhadap situasi pendidikan
beserta keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan,
dan penampilan nilai-nilai seyogyanya dianut oleh guru, dan (3) penampilan upaya untuk
menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi siswanya.
Darajat dalam Ridho Ilahi mengemukakan pentingnya kepribadian guru karena
kepribadian itu lah yang akan menentukan apakah ia akan menjadi guru dan pembina yang
baik bagi siswanya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan siswa
terutama bagi siswa yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Dengan demikian, guru harus mampu
menciptakan situasi yang dapat menunjang perkembangan belajar siswa. Semua ini tidak
terlepas dari bagaimana guru menampilkan kemampuan kepribadiannya dalam proses belajar
mengajar.
Mengingat beberapa pengertian di atas, penulis sebelumnya melakukan observasi
terhadap peserta didik di SMA Muhammadiyah 2 Majalaya pada tanggal 31 Juli 2018 tentang
keadaan disiplin peserta didik di sekolah tersebut, terlihat bahwa penulis menemukan peserta
didik yang masih melanggar seperti, datang terlambat kesekolah, duduk di kantin, diluar
lingkungan sekolah pada jam pelajaran dan terdapatnya peserta didik yang merokok di dalam
kantin diluar sekolah di saat jam istirahat berlangsung. Selanjutnya panulis melakukan
wawancara terhadap lima orang peserta didik SMA Muhammadiyah 2 Majalaya, yang mana
tiga orang peserta didik menyatakan mereka merasa penerapan disiplin di sekolah belum
begitu dapat membuat mereka untuk lebih disiplin dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku
disekolah, hal ini mereka rasa dikarenakan mereka sendiri belum mau untuk mematuhi aturan
yang berlaku di sekolah. Namun sebagai pembanding dalam penelitian ini, penulis juga
melakukan wawancara terhadap para guru BK yang ada di sekolah tersebut terungkap bahwa
penerapan disiplin dan penginformasian tentang aturan dan tata tertib yang ada di sekolah
telah diberikan kepada para peserta didik, namun masih terdapat peserta didik yang masih
melanggar aturan dan tata tertib di sekolah.
Pada tanggal Bulan Agustus 2018, telah terjadi tawuran antar pelajar yang mana tawuran
tersebut dilakukan di saat proses pembelajaran sedang berlangsung, disana para peserta didik
SMA Muhammadiyah 2 Majalaya bolos sekolah pada jam pembelajaran, lalu mereka
berkumpul dan melakukan tawuran terhadap para peserta didik sekolah lain yang sedang
berada di jalan raya Babakan Majalaya. Selanjutnya penulis pun melihat para peserta didik
yang memakai sepeda motor melakukan ugal-ugalan di jalan raya setelah mereka menerima
hasil kelulusan, yang mana seharusnya para peserta didik tersebut sebelumnya telah
diberitahukan oleh pihak sekolah agar tidak melakukan kebut kebutan di jalan raya.
Pemberitahuan dari pihak sekolah tersebut kurang digubris oleh para peserta didik, yang
mana para peserta didik masih saja melakukan kegiatan tersebut dalam kelompok yang cukup
besar.
Fenomena yang ditemukan di SMA Muhammadiyah 2 Majalaya diketahui bahwa banyak
peserta didik yang melanggar disiplin sekolah yang telah ditetapkan. Berdasarkan observasi
yang dilakukan penulis selama praktek lapangan kependidikan semester ganjil Juli-Desember
tahun ajaran 2018/2019 di SMA Muhammadiyah 2 Majalaya, ada beberapa pelanggaran
peraturan dan tata tertib yang dilakukan oleh peserta didik seperti, model rambut yang tidak
sesuai dengan model rambut anak sekolah bagi peserta didik laki-laki (tidak boleh melebihi
kerah baju kemeja), keluar dari kelas apabila ada guru pelajaran yang tidak datang atau
terlambat masuk, keluar pada saat jam pergantian pelajaran, dan permisi melebihi satu orang
perkelas.
Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru piket pada tanggal 8 Agustus
2018, diketahui terdapat peserta didik tidak memakai topi dan dasi pada saat upacara bendera,
susah diatur baris-berbaris dan berbicara pada saat upacara, tidak memasukkan baju ke dalam
celana (bagi laki-laki) terlambat datang ke sekolah, dan memakai sepatu warna atau bles
putih. Selanjutnya berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru BK pada tanggal 21
Agustus 2018, diketahui peserta didik keluar dari pekarangan sekolah pada saat jam istirahat,
kedapatan merokok, dan melompat pagar sekolah. Dan ada pula peserta didik ketika di kelas
tidak ada Guru malah diluar kelas sambil ngobrol antara peserta didik yang satu dan peserta
didik yang lainnya, ketika guru datang malah tidak merasa takut atau segan terhadap guru
tersebut dan bahkan guru tersebut malah digandengnya oleh peserta didik terutama peserta
didik putri.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis berasumsi bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi pelanggaran pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah, salah
satunya adalah guru yang memiliki kompetensi sesuai standar pendidikan nasional.
Kompetensi kepribadian memiliki andil yang sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan pendidikan, khususnya dalam meningkatkan budaya dan karakteristik peserta
didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, karena kompetensi ini menjadi landasan
kompetensi-kompetensi lainnya. Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi
peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan mahluk yang suka mencontoh,
termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Kepribadian guru harus
menjadi contoh teladan bagi peserta didik, karena kepribadian guru mempunyai pengaruh
langsung dan komulatif terhadap perilaku peserta didik. Guru tidak hanya dituntut menguasai
ilmu yang diajarkan dan memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis
mengajar, namun guru juga dituntut untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi
teladan atau fublic figure bagi peserta didik.1
Namun kompetensi guru, tidak muncul begitu saja ada factor factor lain yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri guru itu sendiri seperti latar belakang lingkungan,
keluarga, pendidikan, tingkat kesejahteraan dan lain lain, atau factor yang lebih dari itu
adalah factor eksternal seperti kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan sekolah serta
budaya organisasi yang mampu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan kemampuannya, baik kemampuan mengajar di kelas atau pun jenjang karir
guru tersebut.
Oleh karena itu, dalam konteks organisasi sekolah dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
rangka peningkatan mutu lulusan, faktor-faktor seperti, kepemimpinan, motivasi kerja, dan
komitmen serta budaya organisasi menjadi faktor-faktor yang turut mempengaruhi terhadap
kedisiplinan peserta didik dalam upaya membangun karakter.
Berdasarkan permasalahan yang muncul di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang budaya organisasi dan kedisiplinan peserta didik, sehingga penelitian ini
penulis beri judul: “ ..................................”

1
Jurnal...................................??????

Anda mungkin juga menyukai