Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rokok menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa rokok menyebabkan masalah
kesehatan yang fatal yang menjadi penyebab kematian kurang lebih 6 juta
orang pertahun. Risiko kematian akibat rokok pada perokok aktif lebih tinggi
dibandingkan dengan perokok pasif (WHO, 2016).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan bahwa beban
ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi rokok semakin
meningkat. Belum lagi beban yang ditanggung oleh keluarga perokok dan
pemerintah untuk menanggung biaya sakit akibat penyakit yang disebabkan
oleh rokok (KEMENKES, 2015).
Lebih dari 3000 jurnal dan penelitian yang dipublikasikan sejak tahun
1970-an menunjukkan bahaya merokok terhadap kesehatan manusia namun
ironisnya sejak tahun 1998 hingga 2008, Indonesia menempati urutan kelima
negara pengkonsumsi rokok terbanyak dan urutan ketiga negara dengan
jumlah perokok terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO)
memprediksi bahwa tahun 2020, penyakit yang disebabkan oleh rokok akan
mengakibatkan kematian sekitar 8,4 juta jiwa di seluruh dunia dan
setengahnya berasal dari wilayah Asia (WHO, 2008).
Data WHO tahun 2008 menunjukkan terdapat 1.250 milyar perokok
dewasa dengan usia di atas 15 tahun di seluruh dunia dan dari jumlah tersebut
sebanyak 250 juta adalah perempuan. Prevalensi perokok dewasa usia di atas
15 tahun di dunia adalah sebesar 24% dengan 40% laki-laki dan 9%
perempuan (WHO,2008).
Tingkat konsumsi rokok di Indonesia terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Selama kurun waktu antara tahun 1970 hingga 2000,
konsumsi rokok di Indonesia meningkat tujuh kali lipat dari 33 milyar batang
menjadi 217 milyar batang. Pada tahun 2008 menjadi 240 milyar batang

1
2

rokok pertahun. Dengan jumlah perokok di Indonesia lebih dari 60 juta dan
konsumsi rokok yang mencapai 240 milyar batang pertahun, maka dapat
dikalkulasi konsumsi rokok rata-rata per hari yaitu 10,95 batang (WHO,
2010).
Penduduk Indonesia yang merokok pada usia >15 tahun setiap hari
sebanyak 27,2%, kadang-kadang merokok sebanyak 6,1% dan mantan
perokok 3,7%. Jumlah perokok laki-laki sebesar 64%, sedangkan perempuan
4,9%. Pada tahun 2010, penduduk Indonesia berusia >15 tahun yang merokok
sebesar 28,2%, kadang-kadang merokok sebesar 6,5%, dan mantan perokok
sebesar 5,4%. Jumlah perokok laki-laki sebesar 65,9% dan perempuan
sebesar 4,2% (BPPK, RIKESDA, 2010).
Remaja merupakan masa yang paling rawan akan pengaruh dari
lingkungan. Pergaulan mempengaruhi seseorang dan berkaitan dengan
kebiasaan merokok. Pengaruh teman dan kelompok sangat kuat bagi seorang
remaja memutuskan merokok atau tidak. Remaja akan berusaha mengikuti
kebiasaan dari kelompok atau teman agar diterima di kelompok tersebut. Hal
ini juga dapat disebabkan rasa percaya diri yang rendah sehingga cenderung
mengadopsi kebiasaan yang berlaku seperti kebiasaan merokok (BPOM RI,
2011).
.Perokok biasanya mulai merokok sejak usia remaja. Salah satu
pencegahan penyakit akibat rokok adalah pencegahan merokok pada usia
muda (Banerjee, et all., 2009). Hasil survei Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 menunjukkan rerata proporsi perokok di Indonesia sebesar
29,3%. Jawa Barat menjadi salah satu provinsi dengan proporsi perokok
tertinggi (27,1%) (BPPK, RIKESDA, 2013). Berdasarkan data Riskesdas
2007, terjadi peningkatan jumlah perokok antara tahun 1995 hingga 2007.
Pada kelompok usia 10-14 tahun terjadi peningkatan dari 0,3% menjadi 2%,
usia 15-19 tahun 13,7% menjadi 18,8%, dan usia 20-24 tahun 20,3% menjadi
32,8%. Berdasarkan data ini didapatkan peningkatan tertinggi pada kelompok
usia 10-14 tahun yang meningkat hampir 7 kali lipat (BPPK, RIKESDA
2007).
3

Terjadinya peningkatan perokok pada usia dini yang mencapai 7 kali


lipat merupakan suatu landasan peneliti untuk meneliti apakah ada hubungan
faktor pengetahuan usia remaja yaitu pada siswa kelas VII dengan perilaku
merokok pada siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Kembangbahu.

B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai rokok dengan
perilaku merokok pada siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Kembangbahu?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai
rokok dengan perilaku merokok pada siswa kelas VII di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kembangbahu.
2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui tingkat pengetahuan mengenai rokok pada siswa kelas
VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kembangbahu.
b. Mengetahui perilaku merokok pada siswa kelas VII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kembangbahu
c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan mengenai rokok dengan
perilaku merokok pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Kembangbahu.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi dokter internship
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang rokok dan digunakan sebagai persyaratan menyelesaikan program
internship.
2. Bagi puskesmas
4

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi


untuk menanggulangi masalah merokok usia dini bagi pihak instansi
terkait dalam konteks ini yaitu puskesmas di wilayah penelitian.
3. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan
antara pengetahuan anak dengan angka kejadian merokok pada anak usia
dini sehingga masyarakat melalui keluarga masing-masing dapat
memberikan pengarahan dan nasihat kepada anak mereka agar dapat
mencegah anak mereka dari memulai atau ketergantungan rokok. Dengan
penelitian ini masyarakat juga diharapkan sadar bahaya merokok sehingga
bisa mencegah anak-anak mereka untuk merokok.

Anda mungkin juga menyukai