Anda di halaman 1dari 12

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rokok
1. Definisi Rokok dan Merokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara). Diameter sekitar 10 mm
yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada
salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dihirup lewat
mulut pada ujung yang lain (Hernowo, 2007).
Sedangkan merokok merupakan menghisap rokok yaitu menghisap
gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas yang dibakar ke
dalamtubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong, 2007).
Merokok adalah kegiatan mengeluarkan asap dengan membakar tembakau
secara langsung melalui mulut dan dengan menggunakan pipa. Menurut
sebagian orang, merokok sebagai wujud kemandirian dan kebanggaan
(Hernowo, 2007). Aktivitas merokok dapat menghasilkan asap rokok yang
berasal dari proses pembakaran yang tidak sempurna (Valavanidis, 2009).
Diketahui bahwa asap rokok mengandung 4800 macam senyawa
kimia yang berbahaya (Valavanidis, 2009), salah satunya yaitu radikal
bebas (Sarah dkk., 2002). Senyawa radikal bebas timbul akibat berbagai
proses kimia kompleks dalam tubuh, seperti hasil sampingan dari proses
oksidasi atau pembakaran (Halliwell & Guteridge, 1999).
2. Bahan-bahan yang Terkandung dalam Rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi
komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi
asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan
demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari
bagian gas (85%) dan bagian partikel (15%). Racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu, dalam
sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah
6

beracunnya (David, 2003). Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok


antara lain adalah sebagai berikut :
a. Tar
Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang
merupakan bagian partikel rokok setelah kandungan nikotin dan uap air
dikeluarkan (Gondodiputro, 2007). Dengan adanya kandungan tar yang
beracun ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan
menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan
terjadinya kanker (Sitepoe, 1997).
Tar dalam asap rokok mengandung bahan karsinogenik yang
dapat melumpuhkan silia di paru-paru sehingga berkontribusi terhadap
terjadinya emfisema, bronkitis kronis dan kanker paru-paru, selain itu
juga meningkatkan risiko karsinoma sel skuamosa pada laring, serta
mengganggu fungsi organ mulut, pita suara, tenggorok, ginjal, kandung
kemih, uterus dan ovarium (Menach et all. 2012).
b. Nikotin
Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa
amin tersier, bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Pada pH fisiologis,
sebanyak 31% nikotin berbentuk bukan ion dan dapat melalui membran
sel. Asap rokok pada umumnya bersifat asam (pH 5,5). Pada pH ini
nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran secara
cepat sehingga di mukosa pipih hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari
asap rokok. Pada perokok yang menggunakan pipa, cerutu dan berbagai
macam sigaret Eropa, asap rokok bersifat basa dengan pH 8,5 dan nikotin
pada umumnya tidak dalam bentuk ion dan dapat diabsorpsi dengan baik
melalui mulut (Sugeng, 2007).
Nikotin yang mempunyai konsentrasi rendah bersifat stimulant
yaitu dapat meningkatkan tekanan darah, aktivitas, memori,
menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketergantungan pada
pemakainya. Sedangkan pada konsentrasi tinggi dapat berperan sebagai
depresan (Malik, 2011).
7

c. Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak
memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna
dari unsur zat arang atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis
yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun
penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai
3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah
400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi
hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, 1997).
d. Timah Hitam (Pb)
Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak
0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari
akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam
yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe, 1997). Bisa
dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus
rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.
(Sugeng, 2007)
e. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari
nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang.
Begitu kerasnya racun yang ada pada amoniak sehingga jika masuk sedikit
pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau
koma (Sitepoe, 1997).
f. Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan,
mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan
merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang
mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja sianida
dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian
(Sitepoe, 1997).
8

g. Nitrat Oksida
Nitrat Oksida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila
terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan
rasa sakit (Sitepoe, 1997).
h. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi
beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang.
Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan
menghalangi aktivitas enzim (Sitepoe, 1997).
i. Hidrogen Sulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang
terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim
(Sitepoe, 1997).

Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal di kalangan


masyarakat Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan
mempunyai kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku
pembuatan rokok. Berikut daftar elemen yang terkandung dalam daun
tembakau sebagai bahan baku rokok:

Tabel II.1 Daftar Elemen dalam Daun Tembakau (Allan, 2009)


9

Elemen Symbol Presentasi berat kering (%)

Oksigen O 43
Karbom C 43
Hydrogen H 6.0
Nitrogen N 5.0
Phospor P 0.2
Potassium K 1.0
Calsium Ca 0.35
Magnesium Mg 0.20
Sulfur S 0.15
Chloride Cl 0.10
Besi Fe 0.10
Molybdenum Mo 0.05
Zinc Zn 0.02
Borron B 0.02
Copper Cu 0.01
Lainnya 0.80

3. Pembagian Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Rokok berdasarkan bahan baku atau isinya, dibedakan menjadi:
a. Rokok Putih
Isi rokok ini hanya daun tembakau yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok
putih mengandung 14 - 15 mg tar dan 5 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
b. Rokok Kretek
10

Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh


yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu
(Mardjun, 2012). Rokok kretek mengandung sekitar 20 mg tar dan 44-
45 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
c. Rokok Klembak
Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan
kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.

2. Rokok berdasarkan penggunaan filter menurut Mardjun (2012) dibagi


menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Rokok Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus
b. Rokok Non Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus
Filter rokok yang terbuat dari asetat selulosa berfungsi untuk
menahan tar dan partikel rokok yang berasal dari rokok yang dihisap,
namun dalam jumlah sangat sedikit. Filter juga berfungsi untuk
mendinginkan rokok sehingga menjadi mudah dihisap (Mustikaningrum,
2010).
4. Paparan Asap Rokok
Asap rokok merupakan campuran kompleks antar 4700 bahan
kimia sebagai salah satu sumber radikal bebas yang dikaitkan dengan
ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Beban oksidan dalam
paru akan bertambah akibat pelepasan Reactive Oxygen Spesies (ROS)
dari makrofag dan neutrofil sehingga akan terjadi peningkatan sekuestrasi
neutrofil pada sirkulasi mikro paru akibat paparan asap rokok dapat
meningkatkan oksidan (Agil, 2012).
Paparan asap rokok dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dihisap,
pola penghisapan, usia mulai merokok, lama merokok dan dalamnya
hisapan. Udara yang dihisap melalui rokok berkisar 25-50 ml tiap hisapan
11

dan sebanyak 1014 molekul radikal bebas akan masuk ke dalam tubuh
(Komala, 2011).
Perokok aktif memperoleh paparan asap melewati sebatang rokok
yang dihisap ke dalam paru. Perokok pasif terpapar asap rokok dari ujung
rokok yang terbakar (Komala, 2011). Menurut International Non
Government Coalition Against Tobacco (INGCAT) bahwa paparan dari
asap rokok lingkungan dapat menyebabkan kanker paru dan kerusakan
kardiovaskuler pada orang dewasa yang tidak merokok, serta dapat
merusak kesehatan paru dan pernapasan pada anak (Haris, 2012).

4. Dampak Merokok pada Kesehatan


Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011)
merokok membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok
menyebabkan penyakit dan memperburuk kesehatan,seperti :
a. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok
mengalami penurunan pada Forced Expiratory Volume in second
(FEV1), dimana kira-kira hampir 90% perokok berisiko menderita
PPOK (Saleh, 2011).
b. Jantung koroner
Merokok terbukti merupakan factor resiko terbesar untuk mati
mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4
kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko ini
meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap.
Penelitian menunjukkan bahwa factor resiko merokok bekerja sinergis
dengan factorfaktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak, gula darah
yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa resiko
kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen
pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.
Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran
(aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak
12

pembuluh darah perifer. Pembentukan aterosklerosis pada pembuluh


darah koroner jantung jauh lebih banyak bagi perokok dibandingkan
dengan yang non perokok. Kondisi ini akibat mendorong vosokonstriksi
pembuluh darah koroner. Sebagai pendorong factor resiko PJK yang
lain tentu perokok akan meningkatkan kadar kolesterol didalam darah
yang akan memberikan resiko tinggi terhadap PJK. Demikian juga
merokok mempercepat pembekuan darah sehingga agregasi trombosit
lebih cepat terjadi, yang merupakan salah satu factor pembentukan
aterosklerosis sebagai penyebab PJK.

c. Stroke
Stroke adalah penyakit deficit neurologist akut yang disebabkan
oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak serta
menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang
terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat,
waktu, dan keadaan penduduk.
Dr. Hans Tendra juga mengungkapkan bahwa penyumbatan
pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak
dikaitkan dengan merokok. Resiko stroke dan resiko kematian lebih
tinggi perokok dibandingkan tidak perokok.
d. Pengaruh rokok terhadap gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan
dengan penurunan fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi.
Risiko terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih tinggi
dibanding pada bukan perokok (Ananda, 2012).
e. Pegaruh rokok terhadap mata
Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuklear, yang
terjadi di bagian tengah lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak
diketahui, banyak logam dan bahan kimia lainnya yang terdapat dalam
asap rokok dapat merusak protein lensa (Muhibah, 2011).
f. Pengaruh terhadap sistem reproduksi
13

Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria


maupun wanita. Pada wanita hamil yang merokok, anak yang
dikandung akan mengalami penuruan berat badan, lahir prematur,
bahkan kematian janin (Anggraini, 2013).
5. Tahapan Perilaku Merokok
Perilaku merokok tidak terjadi secara kebetulan, karena ada tahap
yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu
Seorang yang telah menganggap rokok telah menjadi bagian dari
hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary dalam Fajar Juliansyah (2010)
ada 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:
a) Tahap preparatory
Tahap ini remaja mendapatkan model yang menyenangkan dari
lingkungan dan media. Remaja yang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat,
atau dari hasil bacaan yang menimbulkan minat untuk merokok. Life
model remaja yaitu:
1) Teman sebaya yang paling utama menjadi life model, remaja akan
menularkan perilaku merokok dengan cara menawari teman-teman
remaja lain tentang kenikmatan merokok, atau solidaritas kelompok.
Dari teman sebaya ini kemudian remaja yang belum merokok
menginterprestasi bahwa dengan merokok dia akan mendapatkan
kenyamanan, dan atau dapat diterimah oleh kelompok, dari hasil
interpretasi tersebut kemunkinan remaja membentuk dan
memperkokoh anticipatory belief yaitu belief yang mendasari bahwa
remaja membutuhkan pengakuan teman sebaya.
2) Orang tua, orang tua yang merokok kemungkinan berdampak besar
pada pembentukan perilaku merokok pada remaja. Hal tersebut
membuat permission belief remaja. Interpretasi remaja yang mungkin
terbentuk adalah bahwasanya merokok tidak berbahaya, tidak
melanggar peraturan norma. Hasil dari interpretasi tersebut
memungkinkan terbentuknya permission belief system.
14

3) Model lain yang sangat berpengaruh juga adalah peran media massa.
b) Tahap initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap seseorang meneruskan untuk
Tetap mencoba-coba merokok, setelah terbentuk interpretasiinpretasi
tentang model yang ada, kemudian remaja mengevaluasi hasil
interpretasi tersebut melalui persaan dan perilaku.
c) Tahap becoming smoker.
Menurut Leventhal dan Clearly dalam Rochayati (2015) tahap
becoming smoker merupakan tahap dimana seseorang telah
mengkonsunsi rokok sebanyak empat batang perhari. Hal ini didukung
dengan adanya kepuasan psikologis dari dalam diri, dan terdapat
reinforcement positif dari teman sebaya.
d) Tahap maintenance of smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan, pada tahap ini
individu telah betul-betul merasakan kenikmatan dari merokok
sehingga merokok sudah dilakukan sesering munkin untuk
mengeliminasi kecemasan, menghindari kecemasan juga sebagai upaya
untuk relaksasi menghilangkan kelelahan, rasa tidak enak ketika makan
ketika bekerja, ketika lelah berpikir, bahkan ketika merasa terpojokan.
5. Pengetahuan
a). Definisi
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar
menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa manusia, apa
alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005 : 3).
b). Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo S, 2003 : 128-130), yaitu :
1). Tahu (Know).
15

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah


dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkatan pengetahuan
yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2). Memahami (Comprehension).


Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3). Aplikasi (Application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4). Analisis (Analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain, kemampuan analisis dapat dilihat
penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan dan sebagainya.
16

5). Sintesis (Synthesis).


Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk
meletakkan suatu bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6). Evaluasi (Evaluation).
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden.

Anda mungkin juga menyukai