Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Mata adalah suatu panca indera yang sangat penting dalam kehidupan manusia
untuk melihat. Dengan mata manusia dapat menikmati keindahan alam dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan baik. Jika mata mengalami gangguan
atau penyakit mata, maka akan berakibat sangat fatal bagi kehidupan manusia. Jadi
sudah semestinya mata merupakan anggota tubuh yang perlu dijaga dalam kesehatan
sehari-hari

Mata pada dasarnya memiliki kepekaan terhadap cahaya dan warna. Untuk dapat
melihat warna melalui spektrum cahaya maka mata harus mempunyai kemampuan
untuk membedakan warna dasar yaitu RGB (red green blue) secara akurat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak yang besar bagi
kehidupan manusia sekarang ini, khususnya teknologi di bidang telekomunikasi.
Penerapan teknologi telekomunikasi yang pesat sangat membantu kehidupan manusia
dalam melakukan kegiatan dan aktivitas manusia khususnya kepada masyarakat
berkebutuhan khusus.

Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali
kurang terperhatikan, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati
dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan. Gangguan
penglihatan yang paling sering dialami adalah rabun, dapat berupa rabun melihat
benda jauh, rabun melihat benda pada jarak dekat. Semua jenis rabun mata pada
intinya merupakan gangguan memfokuskan bayangan benda yang dilihat atau kelainan
refraksi/Ametropia.

Pelangi di Matamu Page 1


1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur anatomi mata
2. Untuk mengetahui fisiologi mata
3. Untuk mengetahui embriologi mata
4. Untuk mengetahui histologi mata
5. Untuk mengetahui patofisiologi pressbiopi
1.3.Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui struktur anatomi mata
2. Mahasiswa dapat mengetahui fisiologi mata
3. Mahasiswa dapat mengetahui embriologi mata
4. Mahasiswa dapat mengetahui histologi mata
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi pressbiopi

Pelangi di Matamu Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Data Tutorial

Sesi 1 : Senin, 13 September 2018

Sesi 2 : Rabu, 13 September 2018

Tutor : dr. Fitriannisa Faradina Zubaidi

Ketua : Rangga Kembang Taruna

Sekertaris : Qatrunnada Emilia Kholidianti

2.2.Skenario LBM 1

LBM 1

PELANGI DI MATAMU
Adi seorang anak laki-laki berusia 6 tahun sedang bermain hujan didepan
rumahnya, saat hujan reda ia melihat sekelompok warna-warni yang begitu indah
diatas langit. Kemudian ia bertanya kepada abangnya, “apakah nama benda itu?”,
abangnya menjelaskan bahwa yang dilihat Adi itu adalah pelangi yang terdiri dari
berbagai warna.
Adi baru saja memiliiki seorang adik perempuan berusia 1 bulan, ia sangat senang
melihat mata adiknya. Matanya bulat besar dan berwarna kecoklatan seperti boneka.
Keesokan harinya nenek Adi dating ke rumah, Adi meminta neneknya untuk
membacakan buku cerita, tetapi neneknya mengatakan bahwa kacamatanya tertinggal
di rumah jadi ia tidak bisa membacakan buku cerita pada Adi, Adi merasa bingung
karena ibu dan ayah tidak memerlukan kacamta untuk membaca.

Pelangi di Matamu Page 3


2.3.Pembahasan LBM 4
I. Klarifikasi Istilah
1. Mata

II. Identifikasi Masalah


1. Kenapa nenek Adi tidak bisa membaca jarak dekat atau membutuhkan kaca mata
untuk membaca?
2. Apa yang menyebabkan mata adik Adi berwarna kecoklatan?
III. Brain Storming
1. Kenapa nenek Adi tidak bisa membaca jarak dekat atau membutuhkan
kaca mata untuk membaca?
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi
mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan
kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka
lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi
cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang (Ilyas,
2011).
2. Apa yang menyebabkan mata adik Adi berwarna kecoklatan?
Saat lahir, pada permukaan anterior iris tidak ada atau hanya ada sedikit
pigmen; lapisan pigmen posterior yang terbayang melalui jaringan translusen
membuat mata kebanyakan mata bayi berwarna kebiruan, namun dengan
bertambahnya pigmen pada permukaan anterior, iris mendapat warna
definitifnya. Jika banyak pigmen yang diendapkan, mata tampak coklat.
Pigmentasi stroma iris yang kurang menghasilkan warna iris yang biru, coklat
muda , atau hijau (Ilyas, 2011).

Pelangi di Matamu Page 4


IV. Rangkuman Permasalahan

Mata

Pelangi di Matamu

Embriologi Anatomi Fisiologi Histologi

Mekanisme
pengelihatan
Pergerakan bola
mata
Diferesiasi warna

Pelangi di Matamu Page 5


V. Learning Issues
1. Jelaskan embriologi dari mata!
2. Jelaskan anatomi dari mata!
3. Bagaimana fisiologi dari mata
4. Bagaimana histologi dari mata?
5. Jelaskan definisi sampai patofisiologi pressbiopi!

VI. Referensi
a) Embriologi
1. Sadler, T.W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 10. Jakarta:
EGC.

b) Anatomi
1. Waschke. J. 2012. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Ed-23. Jakarta: EGC.
2. Tortora, Gerard J., Bryan Derrickson. 2009. Principles of Anatomy and
Physiology. 12th Ed. America : John Wiley & Sons

c) Fisiologi.
1. Guyton and Hall. 2011. Fisiologi Kedokteran. Ed-11. Jakarta: EGC.

2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed ke-4. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011
3. Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta:
EGC

d) Histologi
1. Mescher, A. L. 2011. Histologi Dasar Junqueira: teks & atlas. Edisi ke-12.
Jakarta: EGC.

Pelangi di Matamu Page 6


VII. Pembahasan Learning Issue
1. Jelaskan embriologi dari mata!
CAWAN OPTIK DAN VESIKULER LENTIS
Mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang alur
dangkal di samping otak depan. Dengan menutupnya tabung saraf (neural
tube), alur-alur ini membentuk kantong luar di otak depan, vesikuler optika
(vesikel mata). Vesikel-vesikel ini kemudian melekat ke ektoderm permukaan
dan memicu perubahan di ektoderm yang diperlukan untuk membentuk lensa.
Segera sesudahnya, vesikula optik mulai mengalami invaginasi dan
membentuk cawan optik (optic cup) berdinding ganda (Salder, 2007).
Gambar 1.
a. Mudigah pada akhir
minggu ke-4
perkembangan
menunjukkan vesikula
otika dan vesikula
oftalmika.
b. Potongantransversal
melalui otak depan
mudigah pada usia 22 hari
(sekitar 14 somit)
menunjukkan alur optik.
c. Potongan transversal
melalui otak depan
mudigah berumur 4
minggu menunjukkan
vesikula oftalmika
bersentuhan dengan

Pelangi di Matamu Page 7


ekktoderm
permukaan.Perhatikan
penebalan ringan ektoderm
(plakoda lentis).
d. Potongan transversal
melalui otak depan
mudigah berukuran 5 mm
menunjukkan vesikula
oftalmika yang mengalami
invaginasi dan plakoda
lentis.

Pelangi di Matamu Page 8


Gambar 2.
a. Pandangan ventrolateral cawan optik dan tangkai optik pada mudigah 6
minggu. Fisura koroidea di bawah permukaan tangkai optik secara perlahan mulai
menghilang.
b. Potongan transversal melalui tangkai optik seperti yang ditunjukkan pada A,
menunjukkan arteri hialoidea pada fisura koroidea.

Pelangi di Matamu Page 9


c. Potongan melalui vesikula lentis, cawan optik,dan tangkai optik di bidang
fisura koroidea.
d. Mikrograf elektron scanning melalui mata mudigah berumur 6 minggu.
Vesikula lends belum terlepas sempurna dari ektoderm permukaan, dan dua lapisan
cawan optik telah terbentuk.
e. Mikrograf elektron scanning melalui mata mudigah berumur 6,5 minggu.
Lensa telah terlepas sempurna dari ektoderm permukaan dan akan segera
membentuk serabut lensa.

Gambar 3.
Potongan melalui mata pada mudigah 7 minggu. Primordium mata seluruhnya
terbenam dalam mesenkim. Serabut-serabut saraf retina berkumpul ke arah nervus
optikus.
Lapisan dalam dan luar dari cawan ini mula-mula dipisahkan oleh suatu
lumen, ruang intraretina, tetapi lumen ini segera lenyap, dan kedua lapisan

Pelangi di Matamu Page 10


tersebut berhadapan satu sama lain. Invaginasi tidak terbatasan pada bagian
tengah cawan optik tetapi juga melibatkan sebagian dari permukaan inferior
yang membentuk fisura koroidea. Pembentukan fisura ini memungkinkan arteri
hialoidea mencapai ruang dalam mata. Selama minggu ketujuh, bibir-bibir fisura
koroidea menyatu, dan mulut dari cawan optik menjadi lubang bundar yaitu
bakal pupil (Salder, 20011).
Selama proses ini berlangsung, sel-sel ektoderm permukaan yang pada
awalnya menempel dengan vesikula optik, mulai memanjang dan membentuk
plakoda lentis (lempeng lensa). Plakoda ini kemudian mengalami invaginasi dan
berkembang menjadi vesikula lentis (vesikel lensa). Selama minggu kelima,
vesikel lentis terlepas dari ektoderm permukaan dan berada dimulut cawan optic
(Salder, 20011).
 RETINA, IRIS, DAN KORPUS SILIAR
Lapisan luar cawan optik yang ditandai oleh granula-granula
pigmen kecil, dikenal sebagai lapisan pigmen retina. Perkembangan
lapisan saraf (dalam) cawan optik berlangsung lebih rumit. Empat
perlima bagian posterior, pars optika retinae, mengandung sel-sel yang
berbatasan dengan ruang intraretina yang berdiferensiasi menjadi
elemen-elemen penyerap cahaya, sel batang (rod) dan kerucut (con). Di
dekat lapisan foto reseptif ini terdapat lapisan mantel yang seperti di
otak, menghasilkan neuron dan sel-sel penunjangnya, termasuk lapisan
inti luar, lapisan inti dalam, dan lapisan sel ganglion. Di permukaan
terdapat lapisan fibrosa yang mengandung akson sel saraf dari lapisan
lebih dalam. Serabut-serabut saraf di zona ini mengumpul ke arah
tangkai optik yang berkembang menjadi nervus optikus. Karena itu,
impuls cahaya berjalan melalui sebagian besar lapisan retina sebelum
mencapai sel batang dan kerucut (Salder, 20011).
Seperlima anterior lapisan dalam, pars sekaretinae, tetap
memiliki ketebalan satu lapis sel. Bagian ini kemudia terbagi menjadi

Pelangi di Matamu Page 11


pars iridika retinae yang membentuk lapisan dalam iris, dan pars siliaris
retinae yang ikut serta membentuk kurpus siliare (Salder, 20012).
Sementara itu, regio antara cawan optik dan epitel permukaan
diatasnya terisi oleh mesenkim longgar. M. Sfinter pupilae dan m.
Dilator pupilae terbentuk di jaringan ini. Otot-otot ini berkembang dari
ektoderm dibawah cawan optik. Pada orang dewasa, iris terbentuk oleh
lapisan luar yang mengandung pigmen, lapisan dalam tak berfigmen
cawan optik, dan suatu lapisan kaya jaringan ikat bervaskuler yang
mengandung otot-otot pupil (Salder, 20012).
Pars siliaris retina mudah sekali dikenali karena sangat berlipat-
lipat. Di sebelah luar, bagian ini di tutupi oleh suatu lapisan mesenkim
yang membentuk m. Siliaris; di sebelah dalam bagian ini berhubungan
dengan lensa malalui suatu jaringan serabut elastis, ligamentum
suspensorium atau zonula. Kontraksi m. Siliaris mengubah tegangan
ligamentum dan mengatur kelengkungan lensa (Salder, 20012).

Gambar 4.
Berbagai lapisan dari pars optika retina pada mudigah berusia sekitar 25
minggu.

Pelangi di Matamu Page 12


Gambar 5.
Perkembangan iris dan korpus siliare. Bagian tepi cawan optik dilapisi oleh
mesenkim, tempat terbentuknya m.sfingter pupilae dan m. dilator pupilae
dari ektoderm di bawahnya.

 LENSA
Segera setelah vasikuler terbentuk, sel-sel dinding posterior
mulai memanjang ke arah anterior dan membentuk serabut-serabut
panjang yang secara bertahap mengisi lumen vesikel. Pada akhir
minggu ke-7, serabut lensa primer ini mencapai dinding anterior vasikel
lentis. Namun, pertumbuhan lensa belum selesai tahap ini, karena
serabut-serabut lensa baru (sekunder) terus ditambahkan ke inti sentral
tersebut (Salder, 20013).
 KOROID, SKLERA, DAN KORNEA
Pada akhir minggu kelima, primordium mata seluruhnya
diklilingi oleh mesenkim longgar. Jaringan ini segera berdiferensiasi
menjadi lapisan dalam yang setara dengan pia mater otak dan lapisan
luar yang setara dengan duramater. Lapisan dalam kumudian
membentuk lapisan pigmen kaya pembuluh darah yang dikenal sebagai
koroid; lapisan luar berkembang menjadi sklera dan bersambung
dengan dura mater di sekitar nervus optikus (Salder, 20013).

Pelangi di Matamu Page 13


Diferensiasi lapisan masenkim di atas permukaan anterior mata
berlangsung berbeda. Bilik mata depan (kamera anterior) terbentuk
melalui vakuolisasi dan pemisah mesenkim menjadi lapisan dalam di
depan lensa dan iris, membrana iridopupiliaris, dan lapisan luar yang
bersambung dengan sklera, substansia propria kornea. Bilik mata depan
itu sendiri dilapisi oleh sel mesenkim gepeng. Karena itu, kornea
dibentuk oleh (a) lapisan epitel yang berasal dari ektoderm permukaan,
(b) substansia propria atau stroma yang bersambung dengan sklera, dan
(c) lapisan epitel yang berbatasan dengan bilik mata depan. Membrana
iridopupilaris di depan lensa lenyap seluruhnya, membentuk hubungan
antara bilik mata depan dan belakang (Salder, 20014).
 KORPUS VITREUM
Mesenkim tidak saja mengelilingi primordium mata dari
sebelah luar tetapi juga menginvasi bagian dalamcawan optik melalui
fisura koroidea. Di sini, mesenkim membentuk pembuluh darah hialoid,
yang selama kehidupan intrauterus mendarahi lensa dan membentuk
lapisan vasikel di permukaan dalamretina. Selama itu, struktur ini
membentuk suatu jalinan serabut halus antara lensa dan retina. Ruang
interstisium jalinan ini kemudian terisi oleh bahan gelatinosa
transparan, yang membentuk korpus vitreum. Pembuluh darah hialoid
di regio ini mengalami obliterasi dan lenyap selama kehidupan janin,
meninggalkan kanalis hialoideus (Salder, 20014).
 NERVUS OPTIKUS
Cawan oprik dihubungkan ke otak oleh tangkai optik, yang
memiliki suatu alur, fisura koroidea, di permukaan ventralnya. Di
dalam saluran ini terdapat pembuluh darah hialoid. Serabut saraf retina
yang kembali ke otak terletak di antara sel-sel dinding dalam tangkai.
Selama minggu ke-7, fisura koroidea manutup, dan terbentuk suatu
terowongan sempit didalam tangkai otak. Akibat peningkatan jumlah

Pelangi di Matamu Page 14


serabut saraf yang tetus menerus, dinding dalam tangkai terus tumbuh,
dan dinding dalam dan luar tangkai menyatu. Sel-sel lapisan dalam
menghasilkan jalinan neuroglia yang menunjang serabut nervus optikus
(Salder, 20015).
Dengan demikian, tangakai optik berubah menjadi nervus
optikus. Bagian tengahnya mengandungsebagian dari arteri hialoidea
yang kemudian dinamai arteri sentralis retinae. Di bagian luar, terdapat
lapisan pia araknoid dan dura, yaitu kelanjutan dari koroid dan sklera
yang mengelilingi nervus optikus (Salder, 20015).

Gambar 6.
Potongan melalui mata mudigah berusia 15 minggu, menunjukkan bilik mata
depan, membrana iridopupilaris, lapisan vaskular dalam dan luar, koroid,
dan sklera.

Pelangi di Matamu Page 15


Gambar 7.
Transformasi tangkai optik menjadi nervus optikus A. Minggu keenam (9
mm). B. Minggu ketujuh (IS mm). C. Minggu kesembilan. Perhatikan arteri
sentralis retinae di dalam nervus optikus.

Gambar 8
A. Pandangan dorsal regio lempeng saraf kranial (area biru) pada mudigah
tahap presomit di usia kehamilan 3 minggu. B,C. Gambar-gambar regio
lempeng saraf kranial yang digambarkan di A menunjukkan tahap awal
perkembangan mata. Faktor transkripsi PAX6 adalah gen utama
perkembangan mata, dan pada awalnya diekspresikan dalam bentuk pita di
bagian tengah anterior neural ridge B Sonic hedgehog (SHH) yang
disekresikan oleh lempeng prekorda, menghambat ekspresi PAX6 di garis
tengah dan meningkatkan ekspresi PAX2 di lokasi yang sama C. PAX2

Pelangi di Matamu Page 16


kemudian mengatur diferensiasi tangkai optik, sedangkan PAX6 terus
mengatur diferensiasi mata.

Gambar 9.
Gambar yang memperlihatkan regulasi molekular interaksi epitel-mesenkim
yang berperan dalam penentuan pola pembentukan mata. A. Setelah PAX6
menetapkan bidang mata, FGFs, yang disekresikan oleh ektoderm
permukaan di tempat terbentuknya bakal lensa di atas vesikula oftalmika,
mendorong diferensiasi lapisan saraf retina; sedangkan anggota-anggota
famili TGF-β yang disekresikan oleh mesenkim sekitar, mendorong
diferensiasi lapisan pigmen retina. Sinyal-sinyal eksterna ini menyebabkan
regionalisasi lapisan dalam dan luar cawan optik dan meningkatkan ekspresi
gen-gen di hilir, termasuk CHX10 dan MITF yang mengatur kelanjutan
diferensiasi struktur-struktur ini. B,C. Selain perannya dalam menentukan
bidang mata, PAX6 mengatur perkembangan lensa. Oleh sebab itu, PAX6
meningkatkan ekspresi SOX2 di bakal lensa, sedangkan BMP4 yang
disekresikan oleh ves ikula luar, meningkatkan ekspresi faktor transkripsi
LMAF. Setelah gen ini diaktifkan, PAX6 menginduksi ekspresi gen-gen
SIX3 dan PROX1 yang mengandung homeodomain. Kombinasi ekspresi
PAX6, SOX2, LMAF, dan PROX1 menyebabkan pembentukan kristalina.

Pelangi di Matamu Page 17


SIX3 membantu mengatur proses ini dengan menghambat gen kristalina.

2. Jelaskan anatomi dari mata!

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2)
koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri
atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata.
Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung
pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam
dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di
sebelah luar dan sebuah lapisan saraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel
kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf (Waschke,
2012).

Mata terdapat di regio orbita, yaitu sebuah rongga berebntuk limas dalam
kerangka wajah; alas limas terletak di sebelah anterior dan puncak di sebelah posterior.

Pelangi di Matamu Page 18


Tulang-tulang yang membentuk rongga orbita dilapisi periorbita (periosteum). Orbita
memiliki empat dinding dan satu puncak, yaitu:

a. Dinding superior : Os. Frontalis pars orbitalis

b. Dinding lateral : Os. Zygomaticum dan ala major Ossis sphenoidalis

c. Dinding inferior : Os. Mazilla Facies orbitalis

d. Dinding medial :

- Anterior: Processus frontalis os maxilla, Os lacrimalis, os ethomoidalis


- Posterior: corpus ossis sphenoidalis
- Puncak orbita : canalis opticus

Ukuran mata normal ialah:

Pelangi di Matamu Page 19


Dalam bola mata terdapat 3 lapisan, yaitu:

1. Lapisan tunica fibrosa/ jaringan ikat eksternal

Lapisan ini berfungsi sebagai penyangga, dibentuk oleh sclera dan cornea.

2. Lapisan tengah/ tunica vasculosa

Lapisan tengah memiliki banyak pembuluh darah untuk memberikan nutrisi pada
mata dan berpigmen. Pada lapisan ini terdiri dari choroidea, corpus ciliare dan
iris.

3. Lapisan neural internal/ lapisan nervosa

Lapisan neural atau retina terdiri dari sel berpigmen (sel kerucut dan batang)
serta lapisan nervosa (Waschke, 2012).

Pelangi di Matamu Page 20


kornea

Sclera

Segmen
Iris
anterior

Pupil

Segmen
lensa
mata
Vitreus
humor
Segmen
Tetina
posterior
Nervus
optikus

 Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis


yang membungkus permukaan permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukan anterior sklera (konjungtiva
bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak
(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus (Waschke,
2012).

Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak


mata dan melekat erat ke tarsus . Di tepi superior dan inferior tarsus,
konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan
menbungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris
(Waschke, 2012).

Pelangi di Matamu Page 21


Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitales di
fornices dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Waschke,
2012).

 Kapsula Tenon

Kapsula Tenon adalah suatu membran fibrosa yang


membungkus bola mata dari limbus sampai ke nervus optikus. Di dekat
limbus, konjungtiva, kapsula tenon, dan episklera menyatu (Tortora,
20022).

 Sklera dan Episklera

Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian


luar. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta bersambungan
dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus optikus di
belakang. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah
lapisan tipis dari jaringan elastik halus, episklera yang mengandung
banyak pembuluh darah yang memasuk sklera (Tortora, 20022).

 Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya


sebanding dengan kristal sebuah jam tangan. Kornea merupakan
lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas
5 lapis, yaitu:

 Epitel
• Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng.

Pelangi di Matamu Page 22


• Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan
menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat dengan
sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
• Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi
rekuren.
• Epitel berasal dari ektoderm permukaan
 Membran Bowman
• Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
• Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
 Stroma
• Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang
sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sadangkan dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen
stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
 Membran Descement
• Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran
basalnya

Pelangi di Matamu Page 23


• Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 µm.
 Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-
40 µm.
 Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom
dan zonula okluden (Tortora, 20024).

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal


dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus
berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis
epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir
saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam
waktu 3 bulan(Tortora, 20024).

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan


menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan
oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk
kornea dilakukan oleh kornea (Tortora, 20024).

 Aqueous Humor (Cairan Mata)

Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan


lensa, keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh
darah di kedua struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke
fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh
jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid
di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea
dan akhirnya masuk ke darah. Aliran aqueous Humor ialah:

Pelangi di Matamu Page 24


Camera oculi
Corpus cilare Lensa Pupil
posterior

Aliran Canal Camera oculi


venosus Schlem anterior

 Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk


lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola
mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya
(transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis
pada saat terjadinya akomodasi (Waschke, 2012).

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di


dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa
yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan
membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling
dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di
dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di
bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut
sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus
lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya
korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras
dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul
lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar (Waschke, 2012).

Pelangi di Matamu Page 25


 Badan Vitreous (Badan Kaca)

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa.


Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih
kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang
sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang
menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Peranannya mengisi ruang
untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous
disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada
pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi .
Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata
yang sferis(Waschke, 2012).

Pelangi di Matamu Page 26


 Retina

Merupakan bagian yang penting dalam memberikan pesan


kepada otak dalam bentuk semula dari benda dan diterima oleh otak
sebagai impuls kimia yang dapat menggambarkan apa yang dilihat.
Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Berbatasan dengan koroid di bagian luar,
bagian dalam dengan badan vitreus. Lapisan: epitel, fotoreseptor,
membran limitan eksterna, lapisa nukleus luar, lapis pleksiform luar,
lapis nukleus dalam, lapis pleksiform dlam, lapis sel ganglion, lapis
serabut saraf, membran limitan interna(Waschke, 2012).

 Aparatus Lakrimalis

Terdiri dari komponen kelenjar Lakrimalis, kelenjar Krause,


dan kelenjar Wolfring yaitu bagian yang menghasilkan sekresi air mata,
sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis (Waschke, 2012).

3. Bagaimana histologi dari mata?


Secara histologis, dinding bola mata disusun oleh 3 lapisan:
 Tunika fibrosa yang terdiri atas sklera dan kornea.
 Tunika vaskularis yang terdiri atas khoroid, badan siliaris, dan iris.
 Tunika neuralis yang terdiri atas retina

Pelangi di Matamu Page 27



Tunika Fibrosa

Lapisan ini membentuk kapsul yang berfungsi menyokong bola


mata, tersusun atas sklera dan kornea. Sklera terletak di sebelah belakang
bola mata, merupakan bagian yang berwarna putih sementara kornea
terletak di sebelah depan bola mata, merupakan bagian bening yang
menutupi iris. Pertemuan antara sklera dan kornea disebut limbus.
(Mescher, 2012).

 Sklera

Sklera merupakan jaringan ikat yang disusun oleh serat kolagen tipe
1 serta elastin. Susunan ini membentuk struktur dinding bola mata yang
kokoh, disokong oleh tekanan intraokular yang berasal dari humor
akuaeous dan humor vitreus. Bagian belakang sklera yang ditembus oleh
serat saraf optik dinamakan lamina kribrosa. Di sklera dapat ditemukan
pembuluh darah, terutama di limbus(Mescher, 2012).

Pelangi di Matamu Page 28


 Kornea
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak
mengandung pembuluh darah dan kaya akan ujung-ujung serat saraf.
Kornea bersifat avaskular sehingga nutrisi didapat dari difusi dari
pembuluh darah perifer di limbus, dan melalui humor akweus. Kornea
terdiri dari 5 lapisan:
 Epitel kornea
- Disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk.
- Merupakan lapisan kornea terluar.
- Terdiri dari 7 lapis sel.
- Mengandung banyak ujung serat saraf bebas.
 Membran Bowman
- Terletak dibawah epitel.
- Disusun serat kolagen tipe-1.
 Stroma Kornea
- Lapisan kornea tertebal.
- Tersusun dari serat kolagen tipe-1, berjalan pararel membentuk
lamel kolagen.
- Terdapat sel fibroblas diantara serat kolagen.
 Membran Descemet
- Membran dasar tersusun dari serat kolagen
 Endotel Kornea
- Disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid.
- Mensintesis protein untuk membran descemet
- Memiliki pompa natrium yang berperan penting untuk menjaga
tekanan dalam stroma kornea (Mescher, 2012).

Pelangi di Matamu Page 29


Kelebihan cairan dalam stroma dapat diserap oleh endotel dengan
cara mengeluarkan ion natrium ke dalam kamera okuli anterior sehingga
air akan ikut keluar bersama ion natrium. Stroma kornea harus
dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi untuk menjaga kualitas
refraksi kornea. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal
mengeluarkan kelebihan cairan di stroma (Mescher, 2012).

 Tunika Vaskulosa
 Koroid
Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung
pembuluh darah dan sel berpigmen sehingga tampak berwarna hitam.
Lapisan ini tersusun dari jaringan penyambung jarang yang
mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel sel fibroblas, pembuluh
darah dan melanosit. Khoroid memiliki 4 lapisan:
 Epikhoroid
- Lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan
elastin.
 Lapisan pembuluh

Pelangi di Matamu Page 30


- Lapisan yang paling tebal dan tersusun dari pembuluh darah dan
melanosit
 Lapisan koriokapiler
- Tersusun dari pleksus kapiler, jaringan ikat kolagen dan elastin,
fibroblas dan melanosit
- Berfungsu menyuplai nutrisi untuk bagian luar retina
 Lamina elastika lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel
pigmen retina.
 Korpus Siliaris
 Merupakan perluasan khoroid ke arah depan.
 Disusun oleh jaringan ikat yang menganding elastin, pembuluh
darah, dan melanosit.
 Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek  prosessus
siliaris.
 Dari prosessus siliaris muncul benang fibrillin yang akan berinsersi
pada kapsula lensa, disebut sebagai zonula zinii.
 Zonula zinii berfungsi sebagai penggantung lensa
 Dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid.
 Sel-sel korpus siliaris merupakan penghasil aqueous humor.
 Cairan ini akan mengalir dari kamera okuli posterior ke kamera
okuli anterior melewati celah pupil, lalu masuk ke dalam kanal
Schlemm di limbus dan bermuara di sistem vena.
 Korpus siliaris mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal
sebagai mukulus siliaris.
 Satu berkas otot berfunsi membuka kanal Schlemm untuk aliran
humor akweus.
2 berkas lainnya untuk akomodasi mata (Mescher, 2012).

Pelangi di Matamu Page 31


 Iris
Iris merupakan bagian paling depan dari tunika vaskulosa
 Struktur ini merupakan kelanjutan badan siliar dan membentuk
sebuah diafragma di depan lensa.
 Iris merupakan pemisah kamera okuli anterior dan posterior,
dengan pupil di tengahnya.
 Iris disusun oleh jaringan ikat longgar berpigmen dan memiliki
banyak pembuluh darah.
 Permukaan iris yang menghadap ke kamera okuli anterior tidak
beraturan dengan lapisan pigmen yang tidak lengkap.
 Permukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-
sel pigmen yang akan mencegah cahaya melintas lewat iris.
 Hal ini membuat cahaya terfokuskan masuk lewat pupil.
 Jumlah sel melanosit yang terdapat pada iris akan memengaruhi
warna mata.

Pelangi di Matamu Page 32


 Bila jumlah melanosit banyak, mata akan tampak hitam,
sebaliknya jika sedikit, mata akan tampak biru.
 Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilator pupil dan otot
konstriktor pupil (Mescher, 2012).

 Lensa Mata

Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan


serat lensa. Kapsul lensa adalah lamina basalis yang terdiri atas serat
kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa bersifat elastis, jernih,
dan padat. Epitel subkapsul hanya terdapat di permukaan anterior lensa
yang terdiri atas epitel selapis kuboid. Serat-serat lensa merupakan sel
yang kehilangan inti dan organel lainnya, kemudian diisi oleh protein
lensa bernama crystallin. Cystalli akan meningkatkan index pembiasan
lensa (Mescher, 2012).

Pelangi di Matamu Page 33


Lensa tidak mengandung pembuluh darah, nutrisinya
diperoleh lewat aqueous humor dan korpus vitreus. Lensa bersifat
impermeabel, namun transparan (Mescher, 2012).

 Korpus Vitreus

Merupakan agar jernih yang mengisi urang antara lensa dan


retina. Korpus vitreus disusun 99% oleh air dan mengnadung
elektrolit, serta serat kolagen dan asam hialuronat. Di dalm korpus
vitreus terdapat sisa suatu saluran yang dikenal sebagai kanal
hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea pada masa janin
(Mescher, 2012).

Tunika Neuralis
 Retina
 Merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel
fotoreseptor batang dan kerucut.
 Di retina terdapat lempeng optik yang merupakan
tempat keluarnya nervus optikus.
 Serat-serat saraf di daerah ini bertumpuk membentuk
tonjolan yang disebut papila nervus optikus atau bintik
buta.
 Daerah ini tidak mengandung sel fotoreseptor sehingga
tidak peka terhadap cahaya.
 Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena
sentralis.
 Arteri ini merupakan satu-satunya arteri yang mensuplai
darah ke retina.
 Di lateral bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning
yang dikenal sebagai bintik kuning atau makula lutea.

Pelangi di Matamu Page 34


 Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea
sentralis dan merupakan daearah penglihatan yang
paling peka.
 Sel penglihatan pada lantai fovea terdiri atas sel kerucut
yang tersusun rapat dan berukuran lebih panjang
dibandingkan dengan sel-sel di bagian perifer retina.
 Di daerah fovea ini pula sel lapisan dalam retina lebih
dangkal, sehingga cahaya dapat mencapai sel kerucut
dan batang lebih mudah.
 Retina terdiri atas 10 lapisan dari luar ke dalam:
- Epitel berpigmen --> lapisan sel poligonal yang kaya
akan butir melanin, berfungsi menyerap cahaya dan
mencegah pemantulan, memberi nutrisi sel
fotoreseptor, sel pelepas dan penimbun vitamin A,
dan tempat pembentukan rhodopsin.
- Lapisan batang dan kerucut --> terdiri atas sel-sel
fotoreseptor yang merupakan modifikasi sel saraf.
Sel batang mengandung pigmen rhodopsin yang
sangat peka terhadap cahaya sehingga dapat
teraktivasi dalam keadaan cahaya redup, namun jika
cahaya terang, sel ini tidak dapat menghasilkan
sinyal. Sel kerucut mempunyai pigmen iodopsin
yang sensitif terhadap warna merah, biru, dan hijau.
Sel ini akan teraktivasi dengan cahaya terang.
- Membran limitas luar --> rangkaian kompleks tautan
antara sel batang dan sel kerucut.
- Lapisan inti luar --> lapisan yang terdiri atas inti sel
batang dan kerucut

Pelangi di Matamu Page 35


- Lapisan plesiform luar --> terdiri atas akson sel
batang dan kerucut serta dendrit sel bipolar
- Lapisan inti dalam -->dibentuk oleh inti-inti dan
badan sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, serta
sel Muller (gliosit retina)
- Lapisan pleksiform dalam --> terbentuk akibat
sinaps antara sel- sel di lapisan inti dalam
- Lapisan sel ganglion --> terdiri atas sel ganglion
yang menyerupai neuron otak dengan akson panjang
menuju nervus optikus
- Lapisan serat saraf --> dibentuk oleh akson sel

ganglion
- Membran limitans dalam --> membran basalis sel
Muller yang memisahkan retina dari korpus
vaskulosa (Mescher, 2012).

Pelangi di Matamu Page 36


 Organ-organ Tambahan
 Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang


melapisi permukaan dalam kelopak mata dan meutupi
permukaan sklera pada bagian depan bola mata. Konjungtiva
tersusun atas epitel berpalis silindris dengan sel goblet. Sekret
sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai
pelumas dan pelindung epitel bagian depan mata (Mescher,
2012).

 Kelenjar Lakrimal

Kelenjar lakrimal adalah kelenjar tubuloasinar serosa


dengan mioepitel. Lobus kelenjar air mata akan mencurahkan
isinya melalui 10-15 saluran menuju bagian lateral forniks
superior konjungtiva. Air mata bergerak menuju medial mata
dan kelebihannya akan memasuki puncta lacrimal, kemudian
kanalikuli lakrimal menuju sakus lakrimal. Dari sakus lakrimal,
air mata akan masuk ke dalam duktus nasolakrimal kemudian
dikeluarkan ke meatus inferior di dasar rongga hidung
(Mescher, 2012).

 Kelopak Mata

Kelopak mata terdiri atas jaringan ikat dan otot rangka


di bagian tengah yang diliputi kulit dan membran mukosa
(Mescher, 2012).

Kulit terletak di bagian depan, merupakan kulit tipis


dengan berbagai adnexa serta kelenjarnya (Mescher, 2012).

Pelangi di Matamu Page 37


Di bawah kulit terdapat lapisan otot rangka orbicularis
oculi. Kemudian di bagian tengah kelopak mata terdapat suatu
jaringan ikat yang disebut tarsus. Di dalam tarsus terdapat
kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom (Mescher,
2012).

4. Bagaimana fisiologi dari mata?


 Proses Penglihatan

Berkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan pandang jatuh di


separuh kanan retina kedua mata. Demikian sebaliknya, berkas-berkas
cahaya dari separuh kanan lapangan pandang jatuh di separuh kiri retina
kedua mata. Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa informasi
dari kedua belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan
sewaktu kedua saraf optikus tersebut bertemu di kiasma optikus. Di dalam
kiasma optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan ke

Pelangi di Matamu Page 38

GAMBAR 1.1 TRAKTUS OPTIKUS


sisi yang berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh lateral tetap di
sisi yang sama. Berkas-berkas serat yang telah direorganisasi dan
meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai traktus optikus. Tiap-tiap
traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral salah satu retina
dan separuh medial retina yang lain. Dengan demikian, persilangan parsial
ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yang membawa informasi
dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus
menyampaikan ke belahan otak di sisi yang sama informasi mengenai
separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian pertama di
otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah nukleus genikulatus
lateralis di thalamus. Di korpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari
bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps di sel-sel yang
axonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke
lobus oksipitalis korteks serebrum (area Brodmann 17) (Sherwood,
2014).

 Refraksi mata
Mata membiaskan cahaya masuk untuk memfokuskan bayangan di
retina. Cahaya adalah suat bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari
paket-paket individual energy seperti partikel yang disebut foton yang
berjalan sepeti cara-cara gelombang (Sherwood, 2014).

Gelombang cahaya mengalami divergensi (memancar ke luar) ke


semua arah di setiap titik sumber cahaya . gerakan ke depan suatu
gemlombang cahaya dalam arah teretntu disebut sebagai berkas cahaya.
Berkas-berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus dibelokkan
kearah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka cahay di retina
agar dihasilkan suatu bayangan akurat mengenai sumber cahaya
(Sherwood, 2014).

Pelangi di Matamu Page 39


Pembelokan suatu berkas cahaya dikanal sebagai refraksi, terjadi
ketika berkas berpindah dari satu medium dengan kepadatan (densitas)
tertentu ke medium dengan densitas berbeda. Cahaya lebih cepat bergerak
melalui udara daripada melalui media transparan lain, misalnya air dan
kaca. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas yang
lebih tinggi, cahaya tersebut melamabat. Hal ini juga berlaku untuk keadaan
sebaliknya. Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai
permukaan medium baru pada setiap sudut saling tegak lurus (Sherwood,
2014).
Dua faktor yang berperan dala derajat refraksi :
1. Densitas komparatif antara dua media (semakin besar berbedaan
densitas, semakin besar derajat pembelokan cahaya)
2. Sudut jatuhnya berkas sinar cahaya di medium kedua (semakin besar
sudut, semakin besar pembiasan) (Sherwood, 2014).
Pada permukaan yang melengkung seperti lensa, semakin besar
kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat
lensa. Ketika suatu berkas mengenai permukaan yang melengkung
dengan densitas yang besar, arah refraksi bergantung pasa sudut
kaelengkungan (Sherwood, 2014).
Suatu lensa dengan permukaan konveks (cembung)
menyebabkan konvergensi, atau penyatuan berkas-berkas cahaya, yaitu
persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik focus. Dengan
demikian, permukaan refraktif mata bersifat konveks (Sherwood,
2014).

Pelangi di Matamu Page 40


Lensa dengan permukaan konkaf (cekung) menyebabkan
divergensi penyebaran berkas-berkas cahaya; suatu lensa konkaf
berguna untuk memperbaiki kesalahan refraktif mata tertentu, misalnya
mata berpenglihatan dekat (Sherwood, 2014).
Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif
yaitu kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang
dilalui cahaya sewaktu masuk mata yang melengkung berperan paling
besar dalam kemampuan refraktif total mata karena perbedaan desnsitas
pertemuan udara/kornea jauh lebih besar daripada perbedaan densitas
antara lensa dan cairran yang mengelilinginya (Sherwood, 2014).
Kemampuan refraksi mata seseorang tetap konstan karena
kelengkungan kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya, kemampuan
refraksi lensa dapat disesuaikan sesuai keperluan untuk melihat dekat
atau jauh (Guyton and Hall, 2011).
Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan
cahaya terfokus di retina agar penglihatan jelas. Apabila suatu
bayangan sudah terfokus sebelum mencapai retina atau belum terfokus
suewaktu mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur (Guyton
and Hall, 2011).
Berkas-berkas cahaya yang berasal dari benda dekat lebih
divergen seaktu mencapai mata dari sumber jauh. Berkas dari sumber
cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap sejajar saat
mencapai mata. Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya
dekat memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat
memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas dari sember
cahaya dekat masih berdivergensi seaktu mencapai mata (Guyton and
Hall, 2011).
Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama.
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina

Pelangi di Matamu Page 41


(dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebihbkuat
untuk sumber dekat . kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses
akomodasi (Guyton and Hall, 2011).
 Akomodasi Mata
Akomodasi mata meningkatkan kekuatan lensa untuk
penglihatan dekat. Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga
baik sumber cahaya dekat maupun sumber cahaya jauh dapat
difokuskan di retina. Ini disebut sebagai akomodasi mata. Kekuatan
lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris (Ilyas,
2011).
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris suatu spesialisasi
lapisan koroid di sebelah anterior. Korpus siliaris memiliki dua
komponen utama : otot siliaris dan
jaringan kapiler yang menghasilkan aquous
humour. Otot siliaris adalah otot polos
yang melingkar dan melekat ke lensa
melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas,
ligamnentum suspensorium menegang dan
menarik lensa, sehingga lensa berbentuk
gepeng dengan kekuatan refraksi minimal.
Sebaliknya, ketika berkontraksi , garis
tengah otot ini berkurang dan tegangan di
ligamentum suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat
tarikan dari ligamentum suspensorium, lensa mengambil bentuk yang
lebih sferis (bulat) karena elastisitasnya inherennya (Ilyas, 2011).
Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin bulat),
semakin besar kekuatannya, sehingga berkas-berkas cahaya lebih
dibelokkan (Ilyas, 2011).

Pelangi di Matamu Page 42


Pada mata normal, otot siliaris melamas dan lensa mendatar
untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk
memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk
penglihatan dekat (Ilyas, 2011).
 Pergerakan Bola Mata
Isi rongga orbita terdiri atas bola mata dengan saraf optik, enam
otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah cabang
arteri oftalmik, Nervus (N). III, IV, VI, lemak dan fasia (Kapsul
Tenon).2,7 Saraf orbita bersifat motorik (N. III, IV, VI) dan sensorik
(N. V) (Ilyas, 2011).

Bola mata digerakan oleh enam otot yang diseb ut otot luar
mata (ekstrinsik) yang terdiri oleh empat otot rektus dan dua otot o
blique. Otot rektus berasal dari suatu tendon yang melingkari foramen
nervus optik pada apeks orbita yang diseb ut annulus Zinn. Otot rektus
berinsersi ke sk lera, sesuai dengan namanya, yaitu o tot rektus
medialis, otot rektus lateralis, otot rektus superior dan otot rektus
inferior (Ilyas, 2011).

Pelangi di Matamu Page 43


Otot obliq ue terdiri dari dua, yaitu otot oblique superi or dan
otot oblique inferior. Otot obl ique mengatur pergerakan torsi dan
pergera kkan menjauh, atas dan bawah. Otot oblique superior
merupakan otot mata ya ng terpanjang dan tertipis. Origo o tot oblique
superior terletak diatas dan medial dari foramen optik.6 Otot oblique ini
menuju kearah bagian nasal atas orbita, melalui troklea kemudian mem
belok ke belakang, dibawah otot rektus s uperior selanjutnya berinserasi
pada sklera di belakang ekuator (Ilyas, 2011).
Jarak insersi otot rectus ke sklera dihitung dari limbus disebut
Spiral of Tilaux. Tempat jarak insersinya dari limbus berbeda setiap o
totnya : otot rektus medialis 5,5 mm , otot rektus inferior 6,75 mm, otot
rektus lateralis 7 mm dan otot rektus superior 7,5 mm. Otot rektus
memiliki panjang sekitar 40 mm. Fungsi utama otot rektus adalah
aduksi, abduksi, meneka n dan elevasi bola mata. Origo otot oblique
inferior terletak pada dinding nasal orbita, menyilang di bawah otot re
ktus dan berinsersi pada sklera kuadran belak ang lateral inferior bola
mata di baw ah otot rektus lateralis. Otot ini mempunyai panjang 37
mm (Ilyas, 2011).

Gambar 5. Otot dan Saraf Bola Mata

Pelangi di Matamu Page 44


Selain dari otot rektus lateralis yang diinervasi oleh N. VI (N.
abdusen) dan otot oblique superior yang diinervasi oleh N. IV (N. tr
oklear), semua otot diinervasi oleh N . III (N. okulomotor) (Ilyas,
2011).
 Fisiologi Pergerakan Bola Mata
Penglihata n dipengaruhi oleh media refraksi, yaitu kornea,
pupil, iris, lensa, dan retina . Selain itu sistem penglihatan juga
dipengaruhi oleh gerakan bola mata yang d iatur oleh otot penggerak
bola mata / ekstraokuler.

Otot Fungsi Fungsi Inervasi Gambar

Primer Sekunder

M. A bduksi (-) N. VI

Rektus

Lateralis

M. Aduksi (-) N. III

Rektus

Medial

M. Elevasi Aduksi N. III

Rektus Intorsi

superior

Pelangi di Matamu Page 45


M. Depresi Aduksi N. III

Rektus Ekstorsi

Inferior

M. Intorsi Depresi N. IV

Oblique Abduksi

superior

M. E kstorsi Elevasi N. III

Oblique Abduksi

Inferior

Tabel 1.Otot Bola Mata

Fisiologi dari penglihatan normal adalah apabilaba yangan


benda yang dilihat kedua mata dapat diterima dengan ketajaman yang
sama dan kemudian se cara serentak dikirim ke susunan saraf pusat
untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal. Ada dua gerakan
yang dapat dilakukan oleh mata yaitu, gerakan konvergensi dan

Pelangi di Matamu Page 46


divergensi y ang berfungsi agar dapat melihat bersama secara serentak
pada kedua mata (Sherwood, 2014).
 Konve rgensi
Suatu keadaan dimana sumbu penglihatan ke dua mata
diarahkan pada satu titik dekat, yang mengakibatkan kedua pupil mata
akan saling mendekat dalam suatu gerakan yang terkoor dinasi (Ilyas,
2011).

Untuk dapat mengetahui konvergensi mata m aka pasien


diminta untuk melihat pensil yang diletakkan di bidang medial dari
mata yang kemud ian didekatkan. Normalnya mata akan melihat pensil
tunggal pada j arak 5 - 8 cm (Ilyas, 2011).

 Diver gensi
Kedua mata berputar ke luar untuk melihat benda jauh. Mata
akan searah bila dapat mempertahankan fusi kedu a mata. Kedudukan
mata n ormal disebut dengan ortoforia (Ilyas, 2011).
 Difrensiasi Warna

Retina sebagai detector cahaya


Cahaya adalah energi yang besarnya bergantung dari panjang
gelombangnya. Semakin tinggi frekuensi dari cahaya semakin tinggi
energi yang dibawa dan semakin pendek panjang gelombangnya.
Gelombang cahaya meliputi cahaya tampak (Visibel) dan tidak tampak
(Invisibel) baik sinar radiasi infra merah maupun ultraviolet (UV).
Warna dan panjang gelombang dapat diterangkan pada tabel:

Jenis gelombang Panjang gelombang (nm)

Pelangi di Matamu Page 47


Violet 400-435
Biru 435-480
Hijau 500-560
Kuning 580-595
Jingga 595-610
Merah 610-750

Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh


cahaya. Benda-benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api,
dan bola lampu, memancarkan cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai
benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu cahaya
yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang
tidak diserap akan dipantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas
cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda
tersebut (Sherwood, 2014).
Retina mengubah bayangan cahaya menjadi impuls listrik saraf
yang dikirim ke otak. Penyerapan suatu foton cahaya oleh sebuah
fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi fotokimia di fotoreseptor yang
melalui suatu cara akan memicu timbulnya signal listrik ke otak, yang
disebut suatu potensial aksi. Foton harus diatas energi minimum untuk
dapat menimbulkan reaksi (Sherwood, 2014).
Ada dua tipe umum reseptor cahaya di retina :

 Sel cone

 Jumlahnya sekitar 6,5 juta dimasing-masing mata.


 Digunakan untuk penglihatan siang hari atau fotopik
 Berguna untuk melihat detail harus dan mengenali beragam
warna.

Pelangi di Matamu Page 48


 Tersebar di seluruh retina, terutama di fovea sentralis.
 Memiliki sensitifitas maksimum di panjang gelombang sekitar
550 nm pada region kuning – hijau (Sherwood, 2014).

 Sel batang

 Jumlahnya sekitar 120 juta dimasing-masing mata.


 Digunakan untuk penglihatan malam hari atau skotopik.
 Berguna untuk penglihatan perifer
 Tidak tersebar merata di retina, namun memiliki kepadatan
maksimum di sudut sekitar 20 derajat.
 Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang
sekitar 510 nm pada region biru-hijau (Sherwood, 2014).

 Warna

Pada tahun 1666, ilmuwan Inggris Sir Isaac Newton menemukan


bahwa ketika cahaya putih bersih dipantulkan melalui prisma, Ia memisahkan
ke semua warna yang terlihat. Newton juga menemukan bahwa setiap warna
terdiri dari satu panjang gelombang dan tidak dapat dipisahkan lebih lanjut ke
dalam warna lain (Sherwood, 2014).

Psikofisikawan membedakan beberapa kualitas penginderaan berbeda


yang berhubungan dengan penglihatan terhadap warna. Termasuk di sini
luminusitas (intensitas cahaya), corak warna, dan kejenuhan warna. Apabila
semua cayaha memiliki luminusiras atau kecerahan, maka suatu cahaya
berwarna mempunyai corak warna tertentu. Misalnya merah muda merupakan
campuran warna merah dan putih, sehingga dikarakan warna itu kurang jenuh
dari pada merah murni (Sherwood, 2014).

Warna dapat dibagi menjadi warna primer, yaitu warna dasar ( merah,
hijau, biru) yang dapat memberikan jenis warna yang terlihat dengan campuran

Pelangi di Matamu Page 49


dalam ukuran tertentu dan warna komplemen, yaitu warna yang bila dicampur
dengan warna primer akan berwarna putih. Putih merupakan campuran semua
panjang gelombang, sedangkan hitam tidak ada cahaya (Guyton and Hall,
2011).

 Pembedaan warna
Penglihatan warna terjadi melalui 2 tingkatan proses, yaitu pada tingkat
reseptor sesuai dengan teori triwarna, sedangkan pada saraf optic dan diluarnya
sesuai dengan teori antagonis (Guyton and Hall, 2011).

Pada umumnya ada dua jenis teori penglihatan warna yang dianut yaitu
teori triwarna yang didukung oleh Young Helmholtz dan Maxwell, dan jenis
teori yang kedua yaitu teori tandingan atau antagonis (Guyton and Hall,
2011).

Teori triwarna menganggap bahwa pada retina terdapat tiga macam


(Kone) yang terdapat pada sel cone yang mempunyai penyerapan maksimum
terhadap warna biru, hijau, dan merah pada daerah spectrum. Pigmen-pigmen
ini dipostulatkan terdapat pada reseptor secara terpisah yang masing-masing
mengirimkan impuls-impuls yang dapat dibedakan otak (Guyton and Hall,
2011).

Teori antagonis mempostulatkan bahwa ada enam macam tanggapan


retina yang terjadi dalam bentuk pasangan-pasangan antagonistik. Dianggap
bahwa rangsangan yang menghasilkan setiap tanggapan tunggal dapat
menekan kegiatan anggota pasangan yang lain. Keenam tanggapan retina ini
diidentifikasi sebagai pasangan warna biru-kuning, merah-hijau, dan hitam-
putih. Kebanyakan teori antagonis tidak membicarakan secara terinci tentang
bagaimana sebenarnya retina dapat menghasilkan tanggapan-tanggapan ini
(Guyton and Hall, 2011).

Pelangi di Matamu Page 50


Ukuran saraf batang dan cone yang begitu kecilnya, jika
dikombinasikan dengan indeks bias relatifnya yang tinggi menunjukan bahwa
mereka dapat bertindak sebagai pemandu gelombang optic, yang secara
selektif mentransmisikan energy hanya di dalam suatu pita gelombang.
Karakteristik sempit bagi saraf batang atau cone. Secara teoritis, energy cahaya
dalam suatu pemandu yang berupa serat di transmisikan dalam bermacam
ragam yang karakteristik, artinya ada selektivitas warna dalam retina (Guyton
and Hall, 2011).

Penglihatan warna diperankan oleh sel cone yang mempunyai pigmen


terutama cis aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan
membedakan gelombang sinar yang berbeda. Warna ini terlihat akibat
gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak
antara 440-700 (Guyton and Hall, 2011).

Pada sel cone terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan


warna dasar merah, hijau, dan biru.

1. Sel cone yang menyerap long-wavelength light (red)


2. Sel cone yang menyerap middle-wavelength light ( green)
3. sel cone yang menyerap short-wavelength light (blue).
Ketiga macam pigmen itu membuat kita dapat membedakan warna
mulai dari ungu sampai merah.

Gelombang elektromegnet yang diterima pigmen akan


diteruskan rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila
panjang gelombang terletak diantara kedua pigmen maka akan terjadi
penggabungan warna (Iilyas, 2008). Untuk dapat melihat normal, ketiga
pigmen sel cone harus bekerja dengan baik. Jika salah satu pigmen mengalami
kelainan atau tidak ada, maka akan terjadi buta warna. Orang yang mampu

Pelangi di Matamu Page 51


membedakan ketiga macam warna, disebut sebagai trikromat (Guyton and
Hall, 2011).

Orang bisa melihat cahaya jingga monokromatik dengan panjang


gelombang 580 nm karena menstimulasi sel cone merah 99 % dari puncak
stimulasi panjang gelombang optimal, dan sinar ini juga menstimulasi sel cone
pigmen hijau sekitar 42 % tetapi sel cone biru tidak dapat. Jadi perbandingan
stimulasi dari ketiga sel cone pada keadaan ini ; merah : hijau : biru = 99 : 42 :
0, system saraf menginterpretasikan perbandingan ini sebagai sensasi warna
jingga. Pada keadaan lain cahaya biru monokromatik dengan panjang
gelombang 450 nm tidak menstimulasi pigmen merah sel cone dan 97 %
menstimulasi pigmen biru sel cone, hal ini memberikan perbandingan 0 : 0 : 97
yang diinterpretasikan sebagai warna biru oleh system saraf. Berbeda dengan
persepsi terhadap cahaya putih, dimana stimulasi yang sama besarnya terhadap
pigmen merah, hijau, biru pada sel cone sehingga memberikan sensasi melihat
warna putih (Guyton and Hall, 2011).

5. Jelaskan definisi sampai patofisiologi pressbiopi!


 Definisi

Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan


makin meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa
gangguan perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat
berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi.Berikut ini
gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita presbiopia (Ilyas,
2011).

Pelangi di Matamu Page 52


Terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia, sehingga
kemampuan lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal
tersebut menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat (Ilyas, 2011).

 Etiologi

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:

 Kelemahan otot akomodasi


 Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya akibat sklerosis lensa (Ilyas, 2011).
 Patofisiologi

Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya


refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks
lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya
umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya
untuk menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin
berkurang (Ilyas, 2011).

Pelangi di Matamu Page 53


BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Mata adalah suatu panca indera yang sangat penting dalam kehidupan
manusia untuk melihat. Secara embriologi mata mulai tampak pada mudigah
22 hari sebagai sepasang alur dangkal di samping otak depan. Secara anatomi
mata dibagi dua yaitu bagian luar yang terdiri dari bulu mata, alis mata,
kelopak mata palpebra), dan kelenjar air, dan bagian dalam yang terddiri dari
konjungtiva, sklera, kornea, iris, koroid, pupil, lensa, aquous humor, vitrous
humor, dan retina. Secara histologis, dinding bola mata disusun oleh 3 lapisan
yaitu, tunika fibrosa yang terdiri atas sklera dan kornea, tunika vaskularis yang
terdiri atas khoroid, badan siliaris, dan iris, dan tunika neuralis yang terdiri atas
retina. Seiring dengan bertambahnya usia, lensa pada mata menjadi lebih keras
(sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan
demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang atau yang disebut
dengan pressbiopi.

Pelangi di Matamu Page 54


DAFTAR PUSTAKA

Derrickson. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed. America :


John Wiley & Sons

Guyton and Hall. 2011. Fisiologi Kedokteran. Ed-11. Jakarta: EGC.

Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed ke-4. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011

Sadler, T.W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 10. Jakarta: EGC

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta:


EGC

Waschke. J. 2012. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Ed-23. Jakarta: EGC.

Tortora GJ & Derrickson B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. 13th


Ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.

e) Histologi

Mescher, A. L. 2011. Histologi Dasar Junqueira: teks & atlas. Edisi ke-
12. Jakarta: EGC.

Pelangi di Matamu Page 55

Anda mungkin juga menyukai