Anda di halaman 1dari 16

AKTIVITAS NITRAT REDUKTASE

Oleh :
Fatma Kurniati Rohma B1A017152
Felia Rima Alifia B1A017153
Rizal Berlian Novella B1A017154
Dhea Nur Khomala Sari B1A017155
Rombongan : IV
Kelompok : 4
Asisten : Juniar Susiani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Enzim adalah senyawa protein yang bersifat katalisator dalam yang


dihasilkan melalui ekspresi gen tertentu di dalam suatu gen. Enzim bekerja secara
spesifik dalam reaksi metabolisme. Hampir semua reaksi metabolisme diatur dan
dikendalikan oleh enzim. Begitu juga regulasi metabolisme juga berjalan secara
dinamis yang melibatkan interaksi DNA dan RNA serta karakteristik dari suatu
organisme masing-masing. Enzim nitrat reduktase merupakan enzim yang
mengkatalisis reduksi NAD(P)H dari nitrat menjadi nitrit. NR dijumpai pada
tanaman, alga, dan jamur yang berfungsi untuk metabolisme nitrogen NR termasuk
jenis flavoprotein yang memiliki ko-enzim berupa FAD (Flavin Adenin
Dinukleotida) dan memiliki sitokrom b–557 serta memiliki MoCO (Molybdenum
Cofactor) dalam mekanisme kerjanya. NR merupakan enzim indusibel yang
diinduksi oleh subtratnya yakni nitrat dan juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang lain seperti kadar CO2, intensitas cahaya, pH, pupuk, salinitas, dan kadar
glukosa (Campbell et al., 2002).
Enzim memiliki spesifikasi yang sangat sempit, misalnya hanya
mengkatalisator reaksi – reaksi dalam kisaran yang kecil atau bahkan dalam beberapa
hal hanya satu macam reaksi dalam kisaran yang kecil. Enzim juga hanya berfungsi
pada kondisi – kondisi tertentu yang meliputi pH, suhu, konsentrasi substrat,
kofaktor, dan sebagainya. Hanya beberapa yang dapat diukur secara langsung karena
untuk proses katalis hanya dibutuhkan dalam kadar yang sangat rendah, karena itu
adanya enzim ditunjukkan secara tak langsung oleh berkurangnya atau hilangnya
substrat atau oleh adanya hasil reaksi. Enzim yang memiliki sifat spesifik terhadap
substrat. Spesifik enzim disebabkan oleh sisi aktif enzim yang terdiri oleh urutan
asam amino yang memiliki rantai samping dengan gugus reaktif tertentu sehingga
hanya spesifik oleh substrat tertentu (Plamer, 1995).
Enzim nitrat reduktase adalah enzim yang mampu mereduksi nitrat menjadi
nitrit menjadi amonium NO3- → NO2- → NH4+. Enzim ini banyak terkandung dalam
jaringan pada tanaman baru/muda dan ikut berperan dalam sintesa protein pada
tanaman. Enzim amilasi merupakan salah satu enzim yang tergolong enzim hidrolase
yang bekeja sebagai katalisi pada reaksi hidrolisis. Enzim amilase dapat memecah
ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Terdapat tiga macam enzim
amilase yaitu α-amilase yang terdapat dalam saliva, dan pankreas yang disebut
endoamilase; β-amilase terutama terdapat pada tumbuhan dan dinamakan
eksoamilse; dan α-amilase yang terdapat dalam hati (Poejiadi, 1994).
Energi nitrat berasal dari koenzim NaOH dan energi untuk reduksi berasal
dari cahaya fotosintesa (Trenggono,1989). Reduksi nitrat mengakibatkan pada organ
lain selain daun, aktivitas nitrat reduktase berjalan lambat karena pemasukkan nitrat
terganggu karena adanya penebalan dinding sel dan menurunnya kadar dan jumlah
sitoplasmanya (Lehninger, 1989).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui aktivitas nitrat
reduktase.
II. TELAAH PUSTAKA

Nitrogen di atmosfer berada dalam bentuk N2. Sebagian kecil N2 akan


mengalami oksidasi oleh O2 menjadi nitrogen oksida (NO, N2O). Nitrogen oksida
selanjutnya akan mengalami oksidasi asam menjadi nitrat (NO3-) yang melalui air
hujan akan masuk ke tanah. Sumber nitrogen lain di atmosfer yaitu amoniak (NH3)
dan ion amonium (NH4+) berasal dari pembakaran industri, aktivitas gunung berapi
dan kebakaran hutan. Penyerapan nitrat dan ion amonium memungkinkan tumbuhan
untuk membentuk berbagai senyawa protein. Pengubahan nitrogen organik menjadi
ion amonium oleh bakteri dan fungi tanah disebut amonifikasi. Ion amonium
selanjutnya dioksidasi menjadi nitrit (NO2-) dan nitrat. Oksidasi ini dinamakan
nitrifikasi. Nitrat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi N2, NO dan N2O
melalui tahapan yang dinamakan denitrifikasi. Kebanyakan nitrat diserap oleh akar,
sedang asimilasi nitrat dari kebanyakan tumbuhan tinggi terjadi di daun. Nitrat
sebelum diasimilasi di daun atau akar, harus direduksi menjadi amoniak. Reduksi
nitrat pada tumbuhan tinggi terbagi dalam dua reaksi. Pertama nitrat direduksi
menjadi nitrit yang dikatalisis oleh nitrat reduktase (NR), kemudian reaksi yang
kedua adalah pengubahan nitrit menjadi ion amonium yang dikatalisis oleh nitrit
reduktase (NiR). Nitrat merupakan bentuk dari senyawa nitrogen dengan kandungan
tertinggi pada air laut, namun nitrat harus melewati dua tahapan proses reduksi untuk
menjadi senyawa amonium, sebelum bergabung ke dalam senyawa organik (Erlania,
2012).
Aktivitas nitrat reduktase mempunyai korelasi positif dengan produksi, berat
kering, total nitrogen dan daya hasil tanaman. Menurut Lehninger (1989), semakin
tinggi aktivitas nitrat reduktase semakin tinggi juga berat kering tanaman. Enzim
nitrat reduktase berguna untuk merubah nitrat menjadi nitrit yang kemudian setelah
melalui serangkaian kerja enzim lain nitrit ini akan diubah menjadi asam amino dan
protein yang terlibat dalam metabolisme. Aktivitas enzim nitrat reduktase pada
tanaman berhubungan dengan hasil tanaman, sehingga tingkat aktivitas enzim nitrat
reduktase dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk memilih genotip dari suatu
tanaman yang berdaya hasil tinggi. Nitrogen merupakan unsur terbesar yang terdapat
di atmosfer (80%). Nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun asam amino yang
merupakan protein yang temukan pada semua organisme bahkan sampai ke virus.
Protein merupakan salah satu senyawa kimia utama yang dibutuhkan oleh tubuh.
Protein memiliki peranan vital bagi organisme, seperti fungsi struktural maupun
fungsi fungsional di dalam tubuh. Protein bahkan menyusun materi genetik yang
berperan sebagai pengatur di dalam tubuh serta yang akan diwariskan kepada
keturunannya. Nitrogen di alam dalam bentuk gas N2 yang tidak dapat digunakan
baik oleh tumbuhan maupun hewan. Dua kelompok mikroorganisme tanah, bakteri
pengoksidasi amonia (terutama Nitrosomonas sp. dan Nitrosospira sp.) serta archaea
pengoksidasi amonia, sebagian besar bertanggung jawab untuk oksidasi biologis
NH4+ hingga menjadi NO3− (Subbaraoa et al., 2015).
Dua jalur utama masuknya nitrogen ke dalam suatu ekosistem. Jalur pertama
nitrogen berasal dari deposit nitrogen atmosfer yang berjumlah sekitar 5% samai
10%. Dalam jalur ini baik amonium maupun nitrat yang terlarut air hujan maupun
yang terbawa oleh debu-debu dapat memasuki suatu ekosistem untuk selanjutnya
digunakan oleh tumbuhan, sedangkan jalur yang kedua masuknya nitrogen ke dalam
suatu ekosistem ialah melalui serangkaian reaksi kimia yang dibantu oleh
mikroorganisme (Poedjiadi, 1994).
1. Fiksasi Nitrogen
Fiksasi (pengikatan) nitrogen hanya dapat dilakukan oleh prokariota (bakteri
dan alga) tertentu yang mampu mengikat senyawa nitrogen dalam bentuk N2
(nitrogen anorganik) menjadi nitrogen organik dengan mengubahnya menjadi asam
amino yang merupakan penyusun protein. Keberadaan prokariota pengikat nitrogen
amat penting bagi suatu ekosistem mengingat peranan nitrogen ialah struktural
senyawa protein yang menjalankan banyak fungsi vital di dalam tubuh. Nitrogen
difiksasi oleh bakteri di ekosistem terestrial dan juga bakteri yang bersimbiosis
dengan akar tanaman Leguminoceae, Rhizobium leguminosa, sedangkan pada
ekosistem akuatik terdapat populasi sianobakteria (alga prokariot) yang mampu
mengikat nitrogen bebas dari atmosfer masuk ke badan air yang dapat digunakan
oleh tumbuhan air dan alga untuk nutrisi pertumbuhan. Mikroorganisme pengikat
nitrogen menggunakan senyawa tersebut untuk reaksi metabolisme di dalam
tubuhnya. Hasil samping dari reaksi fiksasi ini akan menghasilkan senyawa
amoniayang menjadi prekursor pertama kali nitrogen organik yang dapat digunakan
oleh tumbuhan (Lehninger, 1989).
2. Nitrifikasi
Merupakan reaksi kimia metabolisme amonium (NH4) oleh bakteri nitrit
(Nitrosomonas dan Nitrosococus) yang menghasilkan senyawa nitrit (NO2). Amonia
(NH3) hasil fiksasi N2 yang dibebaskan ke dalam tanah akan bereasi dengan ion
Hidrogen sehingga membentuk senyawa amonium (NH4) yang bersifat asam dan
dapat digunakan secara langsung oleh tumbuhan. Amonia (NH3) merupakan senyawa
nitrogen dalam bentuk gas, sehingga dapat menguap ke atmosfer. Saat ini amonia
mampu membentuk amonium dengan berikatan dengan ion hidrogen. Amonium
yang terbentuk di atmosfer akan ikut terbawa dengan aliran hujan yang akan
membasahi bumi. Kandungan amonium ini akan mempengaruhi pH tanah di suatu
ekosistem (Lehninger, 1989).
Amonium yang terakumulasi ditanah sebagian besar dimanfaatkan oleh
bakteri nitrit untuk menghasilkan energi dan akan menghasilkan senyawa buangan
NO2. Selanjutnya senyawa nitrit akan digunakan oleh bakteri nitrat (Nitrobacter)
yang menghasilkan senyawa nitrat (NO3). Senyawa ini dapat digunakan oleh
tumbuhan secara langsung untuk diasimilasi menjadi senyawa nitrogen organik,
asam amino yang akan menyusun protein. Hewan mendapat asupan nitrogen dengan
cara memakan tumbuhan atau hewan lain melalui rantai makanan pada suatu
ekosistem (Amir et al., 2015).
3. Denitrifikasi
Adalah suatu reaksi kimia yang merombak senyawa nitrat menjadi senyawa
N2 ke atmosfer. Denitrifikasi dilakukan oleh bakteri denitrifikans yang membantu
pengembalian senyawa nitrogen ke atmosfer. Contoh bakteri tersebut yaitu Bacillus,
Paracoccus, dan Pseudomonas (Campbell et al., 2002).
4. Amonifikasi
Sedangkan amonifikasi ialah penguraian nitrat menjadi amoniun (NH4)
melalui proses penguraian yang dibantu oleh dekomposer (bakteri dan jamur).
Pembebasan akumulasi nitrogen pada organisme yang telah mati akan sangat lama
siklusnya jika tidak dibantu oleh dekomposer. Sang pengurai menggunakan senyawa
nitrogen organik kompleks (protein atau asam amino) untuk memenuhi nutrisinya)
dan dalam reaksi ini mengembalikan senyawa amonium yang akan menggantikan
senyawa amonium yang telah digunakan baik oleh mikroorganisme maupun
tumbuhan. Korelasi positif nitrat reduktase pada fase pertumbuhan akan berdampak
pada daya hasil yang tinggi (Delita et al., 2008).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung gelap,
timbangan analitik, spektrofotometer, gelas ukur, tabung reaksi, mikropipet, cutter,
alat tulis dan label.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sampel daun kacang
(Arachis hypogea), akuades, larutan NaNO3 5 M, larutan buffer fosfat 0,1 M
(Na2HPO4 dan NaH2PO4), N-naftil etilin diamine (NAD), 0,02% larutan sulfanil
amide 1% (SA) dalam HCl 3 N.

B. Metode

Metode pada praktikum ini adalah:

(Daun dengan perlakuan Daun dipotong


Timbang berat
KNO3, urea, dan daun (0,2 gram)
kompos)

5 mL 0,1 mL 5 mL 0,1 mL
Buffer NaNO3 Buffer aliquot
Inkubasi 24 Inkubasi 3 0,2 mL SA
jam jam 0,2 mL NED
Masukkan ke dalam Ganti dengan larutan
larutan buffer fosfat buffer fosfat yang baru Sebanyak 0,1 mL diambil,
0,1 M (volume larutan sama) ditambahkan 0,2 mL SA + 0,2
mL NED, letakkan ke dalam
tabung reaksi, tunggu hingga
berubah warna.
2,5 mL
aquades Rumus :
SPEKTROPHOTOMETER
540 nm 𝑌−0,0854
X: 0,0651

(+) 2,5 mL aquades Absorbansi larutan tersebut


menggunakan panjang
gelombang 540 nm.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1.1 Nilai Absorbansi Nitrat Reduktase Rombongan IV

Kel. Nilai Absorbansi


Perlakuan Kompos Perlakuan Urea Perlakuan KNO3
1 0,641 0,434 0,263
2 0,821 0,714 0,235
3 0,329 0,354 0,275
4 1,099 0,971 1,443
5 1,482 0,992 0,612
6 0,67 0,234 0,789

Perhitungan :

Rumus = x = ( y- 0,0854 )/ 0,0651

Kompos = ( y – 0,0854 )/ 0,0651

= ( 1,099 – 0,0854 )/ 0,0651

= 1,0136 / 0,0651

= 15,56

Urea = ( y – 0,0854 )/ 0,0651

= ( 0,971 – 0,0854 )/ 0,0651

= 0,8856 / 0,0651

= 13,60

KNO3 = ( y – 0,0854 )/ 0,0651

= ( 1,443 – 0,0854 )/ 0,0651

= 1,3576 / 0,0651

= 20,85
Gambar 4.1.1 Perlakuan saat masih didalam tabung gelap

Gambar 4.1.2 Perlakuan setelah berada di tabung reaksi


B. Pembahasan

Nitrat reduktase pada daun berada di sitosol. Enzim ini adalah enzim protein
kompleks yang terdiri dari FAD (flavin adenine dinukleotide), sitokrom b557, dan
molibdenum (M0C0) sebagai gugus prostetik. Nitrat reduktase merupakan enzim
monodimer dengan massa molekul sekitar 220-230 kD dan sebuah massa subunit
sekitar 100-115 kD. Nitrit reduktase pada tumbuhan adalah sebuah monomer dengan
massa molekul sekitar 68 kD. Enzim ini terdiri dari sebuah pusat [4Fe4S] dan
siroheme sebagai gugus prostetik. Baik nitrat reduktase maupun nitrit reduktase
memerlukan nitrat dan cahaya untuk pengaktifannya. Nitrat reduktase dipelajari
dengan intensif sebab aktifitasnya sering mempengaruhi laju sintesis protein dalam
tumbuhan yang menyerap nitrat sebagai sumber nitrogen utama. Aktivitas nitrat
reduktase dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah laju sintesis dan laju
perombakan oleh enzim penghancur protein serta penghambat dan penggiat dalam
sel. Cahaya dapat meningkatkan aktivitas nitrat reduktase apabila nitrat tersedia yang
menyebabkan adanya irama harian (siang-malam) pada aktivitas nitrat reduktase.
Selama terjadi cekaman air, aktivitas nitrat reduktase turun dengan cepat. Hal ini
disebabkan karena adanya penurunan pergerakan nitrat ke daun sebagai akibat dari
berkurangnya transpirasi. Menurut Poedjiadi (1994), aktivitas nitrat reduktase
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Pengaruh pH
Jika suatu enzim menunjukkan kegiatan pada pH tertentu, maka jika pH turun
atau naik akan mempengaruhi aktivitas enzim tersebut. Oleh karena itu pada
pengukuran aktivitas nitrat reduktase digunakan larutan buffer Na-fosfat untuk
menyeimbangkan pH nya. Masing-masing enzim juga mempunyai pH optimum
yang berbeda-beda (Poedjiadi, 1994).
2. Temperatur
3. Umur tanaman
Proses fotosintesis akan selalu melibatkan air, aktivitas nitrat reduktase
merupakan suatu proses yang prosesnya bergantung terhadap proses fotosintesis
tanaman. Aktivitas nitrat reduktase dipengaruhi oleh cahaya yang meningkatkan
laju fotosintesis, karena proses fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat dan
NADH yang diperlukan untuk reduksi nitrat. Kekurangan air dapat menghambat
laju fotosintesis. Kalium merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi
osmotik sel (Poedjiadi, 1994).
Asimilasi nitrogen tanaman mendapatkan nitrogen dari tanah melalui
absorbsi akar baik dalam bentuk ion nitrat atau ion amonium, sedangkan hewan
memperoleh nitrogen dari tanaman yang mereka makan. Tanaman dapat menyerap
ion nitrat atau amonium dari tanah melalui rambut akarnya. Jika nitrat diserap,
pertama-tama direduksi menjadi ion nitrit dan kemudian ion amonium untuk
dimasukkan ke dalam asam amino, asam nukleat, dan klorofil. Tanaman yang
memiliki hubungan mutualistik dengan rhizobia, nitrogen dapat berasimilasi dalam
bentuk ion amonium langsung dari nodul. Hewan, jamur, dan organisme heterotrof
lain mendapatkan nitrogen sebagai asam amino, nukleotida dan molekul organik
kecil. Baik akar maupun pucuk memerlukan senyawa nitrogen organik, namun organ
yang mereduksi NO3- dan mengubahnya menjadi senyawa organik masih belum
jelas. Akar beberapa spesies tumbuhan dapat mensistensis semua nitrogen organic
yang diperlukan dari NO3- sedang akar tumbuhan lain bergantung kepada pucuk
untuk nitrogen organiknya (Cambell et al., 2002).
Proses keseluruhan reduksi NO3- menjadi NH4+ adalah proses yang
bergantung energi NO3 + 8 elektron + 10 H + NH4+ + 3 H2O. Reaksi ini terbagi atas
2 tahap dengan enzim yang berbeda, yaitu reaksi pertama dikatalisis oleh Nitrat
reduktase (NR). Enzim yang mengangkut dua electron dari NADH atau pada
beberapa spesies NADPH, hasilnya berupa nitrit (NO3-) NAD(P)H + H+ + 2e+ →
NO2- + NAD(P) + H2O. Reaksi ini terjadi dalam sitosol. NR adalah suatu enzim
besar dan kompleks yang terdiri atas FAD satu sitokrom dan molibdenum yang
semuanya akan tereduksi dan teroksidasi pada waktu elektron diangkut dari NADH
ke atom nitrogen dalam NO3- aktivitas NR dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya laju sintesis dan laju perombakan oleh enzim penghancur protein
penghambat dan penggiat dalam sel respon tumbuhan terhadap cahaya. Reaksi kedua
proses reduksi nitrat adalah pengubahan nitrit menjadi NH4+. Nitrit yang terbentuk
dalam sitosol diangkut kedalam kloropas dalam daun atau ke dalam protoplasida
dalam akar, tempat reduksi selanjutnya menjadi NH4+ berlangsung memerlukan
enam electron yang berasal dari H2O oleh sistem angkutan electron non siklik
kloropas. Selama perpindahan elektron itu cahaya menggerakan angkutan elektron
dari H2O ke feredoksin (Fd), kemudian Fd yang tereduksi menyediakan enam
electron yang digunakan untuk mereduksi NO2- menjadi NH4+. Tahap inilah
penggunaan 2H+ selama proses keseluruhan reduksi NO2- menjadi NH4+ , dan terjadi
reaksi sebagai berikut yaitu NO2- + 3 H2O + 6 Fd +2H+ + cahaya NH4+ + 1,5 O2 +
2H2O + 6 Fd. Reaksi tersebut menunjukan bahwa tiga molekul H2O diperlukan untuk
menyediakan enam elektron yang digunakan dalam reduksi Fd (dua elektron untuk
setiap H2O dipecah oleh energi cahaya), walaupun dalam reaksi keseluruhan itu
dihasilkan H2O. Meskipun masih belum pasti cara aka mereduksi NO2 menjadi NH4+
jelas bahwa karbohidrat dari daun diperlukan lagi pula secara tidak langsung terbukti
bahwa NADPH yang berasal dari jalur pentose fosfat (PPP) dalam plastida
merupakan zat pereduksi yang aktif. Nitrat adalah ion yang aktif sehingga supaya
efektif nitrit harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi nitrat (Campbell et al., 2002).
Banyak protein yang berfungsi sebagai enzim dan diperlukan sebagai unsur
metabolism. Fungsi nitrogen secara fisiologis yaitu berguna untuk pertumbuhan
tanaman, dan sebagai komponen dari hormone dan enzim sehingga berperan dalam
metabolism tanaman seperti respirasi dan genetic tanaman (Amir et al., 2015).
Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada semua tingkat pertumbuhan,
terutama pada awal pertumbuhan. Tumbuhan menyerap unsur N dalam bentuk ion
NO3- dan (NH4+). Peran unsur nitrogen, sebagai unsur utama adalah meningkatkan
produksi dan kualitasnya, untuk pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan tunas, daun,
batang), pertumbuhan vegetatif berarti mempengaruhi produktivitas (Salisbury &
Ross 1995). Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa
penting di dalam sel, termasuk protein, DNA, dan RNA. Bentuk nitrogen yang
tersedia bagi tanaman didominasi oleh mineral anorganik, baik pada kompleks
pertukaran ion maupun larutan tanah. Selain itu tanaman juga memperoleh nitrogen
sebagai bentuk dari hasil fiksasi bakteri penambat nitrogen yang hidup di daerah
rhizosfer (Campbell et al., 2002).
Larutan NaNO3 memiliki peran sebagai substrat dalam pengujian enzim
reduktase. Larutan N-naftil etilin diamine (NED). Buffer fosfat digunakan sebagai
larutan untuk menstabilkan pH, dan larutan Sulfanil amide (SE) digunakan sebagai
eagen warna untuk mengetahui terjadinya proses reduksi nitrat dan membenruk
warna merah muda. Larutan aliquot tersusun dari buffer fosfat sebagai larutan untuk
menstabilkan pH, dan NaNO3 sebagai substrat (Salisbury & Ross 1995).
Perbedaan pupuk urea, kompos, dan KNO3 adalah pupuk urea mengandung
satu atau beberapa unsur yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam pupuk. Pupuk
urea merupakan pupuk dengan kandungan nitrogen (N) sebebsar 46% yang berarti
bahwa dalam 100 kg pupuk urea, 46 kg didalamnya merupakan nitrogen. Jenis pupuk
urea menurut unsur hara utama nitrogen, hara utama fosfor (P), dan hara utama kalim
(K). selain itu ada pula pupuk yang berisi hara utama magnesium (Mg). Pupuk urea
diberikan dengan perlakuan secara tugal sebanyak tiga kali masing-masing 1/3 dosis
pada umur tanaman 7 HST, 21 HST dan 35 HST (Suratmini, 2009). Kompos adalah
hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Crawford,
2003). Menurut Sutedjo (2002), kompos merupakan zat akhir suatu proses
fermentasi, tumpukan sampah atau seresah tanaman dan ada kalanya pula termasuk
bingkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentas suatu pemupukan, dirincikan
oleh hasil bagi C/N yang menurun. Perkembangan mikrobia memerlukan waktu agar
tercapai suatu keadaan fermentasi yang optimal. Kegiatan untuk mempercepat proses
dipakai aktifator, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak, yaitu bahan dengan
perkembangan mikrobia dengan fermentasi maksimum. Aktifator misalnya: kotoran
hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos 15 – 17.
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan
CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang
minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan
Urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau
terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam
Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat
dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman (Sutedjo, 2002).
Kalium Nitrat adalah suatu senyawa garam nitrat dari kalium dengan rumus
molekul KNO3. Garam kalium nitrat dapat dibuat dengan cara mereaksikan kalium
klorida, KCl yang ditemukan dalam mineral silvi, dengan natrium nitrat NaNO3.
Jikalau larutan jenuh masing-masing reaksi tersebut saling dicampurkan, maka akan
terbentuk garam natrium klorida, NaCl dan KNO3 karena larutan NaCl di dalam
pelarut air sangat kecil, maka garam tersebut akan mengalami pengendapan, dan
melalui penyaringan larutan KNO3 dapat dipisahkan dari NaCl. Dengan
mendinginkan filtrat tersebut secara perlahan, maka KNO3(aq) akan mengalami
proses kristalisasi, dan untuk memenuhi KNO3 yang dihasilkan perlu kristalisasi
(Azis, 2007).
Spektrofotometri merupakan salah satu jenis teknik dari spektroskopi yang
mempelajari tentang absorpsi dan emisi radiasi dari suatu senyawa. Radiasi tersebut
didasarkan atas gelombang elektromagnetik dengan kecepatan m/detik. Gelombang
elektromagnetik tersebut dapat diketahui panjang gelombangnya dari spektrum sinar
yang dibiaskan. Spektrum-spektrum tersebut dibagi menjadi dua yakni cahaya
tampak dan cahaya tak tampak. Dengan adanya spektrum inilah, maka dapat
digunakan untuk menganalisa suatu senyawa atau mikrobia dalam dalam sejumlah
penelitian. Alat yang betindak untuk spektrofotometri disebut spektrofotometer
(Azis, 2007).
Spektrofotometer bekerja dengan cara mengukur jumlah relatif cahaya dari
panjang gelombang yang berbeda yang diabsorbsi dan ditransmisikan oleh suatu
senyawa. Mekanisme kerja spektrofotometer yang mana cahaya putih dibiaskan oleh
prisma menjadi sejumlah cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda. Cahaya
tersebut akan melewati sampel dan kemudian melewati tabung/kuvet yang mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik yang digunakan untuk mengukur densitas
sampel tersebut (Campbell et al., 2002).
Berdasarkan hasil praktikum, nilai absorbansi urea kelompok 4 adalah 0,971,
kompos 1,099 dan KNO3 adalah 1,443. Sedangkan kandungan nitrit yang terdapat
pada urea 13,60, kompos 15,56 dan KNO3 20,85. Semakin tinggi nilai absorbansi
yang didapat maka semakin tinggi pula kandungan nitrat pada tanaman. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya aktivitas nitrat reduktase pada tanaman kacang tanah.
Kemudian dibandingkan dengan nilai absorbansi kelompok lain, yaitu kelompok 2
nilai absorbansi urea adalah 9,65, kompos 1,29 dan KNO3 2,29. Nilai absorbansi
kelompok 3, urea adalah 4,126, kompos 3,742 dan KNO3 2,912. Nilai absorbansi
kelompok 5,urea 12,61, kompos 20,14 dan KNO3 11,91. Sedangkan nilai absorbansi
kelompok 6 adalah uera 2,28, kompos 8,98 dan KNO3 10,8. Hal tersebut tidak sesuai
dengan referensi yang ada, seharusnya nilai absorbansi tertinggi yaitu terdapat pada
pupuk KNO3 bukan pada kompos, dikarenakan KNO3 memiliki banyak fungsi
seperti mengaktifkan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologi dalam tanaman,
proses dalam sel dan induksi nitrat reduktase (Sarief, 1986).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa:


Aktivitas nitrat reduktase (ANR) pada tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea)
kelompok 4 didapatkan hasil bahwa nilai ANR pada tanaman yang menggunakan
pupuk kompos adalah 15,56, nilai ANR pada tanaman yang menggunakan pupuk
urea adalah 13,60, dan nilai ANR pada tanaman yang menggunakan KNO3 adalah
20,85.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya
praktikan teliti pada saat melakukan penimbangan dan lamanya perlakuan agar
didapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR REFERENSI

Amir, B., Didik, I., & Eka, T. S. P., 2015. Hubungan Bintil Akar dan Aktivitas Nitrat
Reduktase Dengan Serapan N Pada Beberapa Ultivar Kedelai (Glycine max).
Pros seminar nasional masyarakat biodiversitas Indonesia, 1(5), pp. 1132-
1135.
Azis, T., 2007. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Kendari: Universitas
Haluoleo.
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G., 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Crawford, J. H., 2003. Kompos. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi.
Delita, K., Mareza, E., & Kalsum, U., 2008. Korelasi Aktivitas Enzim Nitrat
Reduktase dan Pertumbuhan Beberapa Genotip Tanaman Jarak Pagar
(Jatropha curcas Linn.) yang diperlakukan dengan Zat Pengatur Tumbuh
2,4-D. Jurnal Akta Agrosia, 11(1), pp. 80 – 86.
Erlania, Nirmala, K., & Soelistyowati, D. T., 2012. Penyerapan Karbon Pada
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dan Gracilaria gigas Di
Perairan Teluk Cerupuk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Aquakultur, 8(2), pp. 11-20.
Lehninger, L.A., 1989. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Plamer, 1995. An Introduction to Practical Biochemistry. New Delhi: McGraw-
Hill.
Poedjiadi, A., 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI – Press.
Salisbury, F.B., & Ross, C. W., 1995. Fisiologi Tumbuhan Edisi Keempat. Bandung:
Penerbit ITB.
Sarief, S., 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka
Buana.
Suratmini, P., 2009. Kombinasi Pemupukan Urea dan Pupuk Organik pada Jagung
Manis di Lahan Kering. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 2(28), pp.
83-88.
Sutedjo, 2002. Potensi dan Pemanfatan Limbah Gula Sebagai Bahan Pembuatan
Pupuk Organik Tanah. Jakarta: Nalai Industri Indonesia.
Subbaraoa, G. V., Yoshihashi, T., Worthingtonb, M., Nakaharaa, K., Andoa, Y.,
Sahrawat, K. L., Madhusudhana, I., Lata, J. C., Kishii, M., & Braune, H. J.,
2015. Suppression of soil nitrification by plants. Plant Science, 233(1), pp.
155–164.

Anda mungkin juga menyukai