Oleh :
Fatma Kurniati Rohma B1A017152
Felia Rima Alifia B1A017153
Rizal Berlian Novella B1A017154
Dhea Nur Khomala Sari B1A017155
Rombongan : IV
Kelompok : 4
Asisten : Juniar Susiani
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui aktivitas nitrat
reduktase.
II. TELAAH PUSTAKA
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung gelap,
timbangan analitik, spektrofotometer, gelas ukur, tabung reaksi, mikropipet, cutter,
alat tulis dan label.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sampel daun kacang
(Arachis hypogea), akuades, larutan NaNO3 5 M, larutan buffer fosfat 0,1 M
(Na2HPO4 dan NaH2PO4), N-naftil etilin diamine (NAD), 0,02% larutan sulfanil
amide 1% (SA) dalam HCl 3 N.
B. Metode
5 mL 0,1 mL 5 mL 0,1 mL
Buffer NaNO3 Buffer aliquot
Inkubasi 24 Inkubasi 3 0,2 mL SA
jam jam 0,2 mL NED
Masukkan ke dalam Ganti dengan larutan
larutan buffer fosfat buffer fosfat yang baru Sebanyak 0,1 mL diambil,
0,1 M (volume larutan sama) ditambahkan 0,2 mL SA + 0,2
mL NED, letakkan ke dalam
tabung reaksi, tunggu hingga
berubah warna.
2,5 mL
aquades Rumus :
SPEKTROPHOTOMETER
540 nm 𝑌−0,0854
X: 0,0651
A. Hasil
Perhitungan :
= 1,0136 / 0,0651
= 15,56
= 0,8856 / 0,0651
= 13,60
= 1,3576 / 0,0651
= 20,85
Gambar 4.1.1 Perlakuan saat masih didalam tabung gelap
Nitrat reduktase pada daun berada di sitosol. Enzim ini adalah enzim protein
kompleks yang terdiri dari FAD (flavin adenine dinukleotide), sitokrom b557, dan
molibdenum (M0C0) sebagai gugus prostetik. Nitrat reduktase merupakan enzim
monodimer dengan massa molekul sekitar 220-230 kD dan sebuah massa subunit
sekitar 100-115 kD. Nitrit reduktase pada tumbuhan adalah sebuah monomer dengan
massa molekul sekitar 68 kD. Enzim ini terdiri dari sebuah pusat [4Fe4S] dan
siroheme sebagai gugus prostetik. Baik nitrat reduktase maupun nitrit reduktase
memerlukan nitrat dan cahaya untuk pengaktifannya. Nitrat reduktase dipelajari
dengan intensif sebab aktifitasnya sering mempengaruhi laju sintesis protein dalam
tumbuhan yang menyerap nitrat sebagai sumber nitrogen utama. Aktivitas nitrat
reduktase dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah laju sintesis dan laju
perombakan oleh enzim penghancur protein serta penghambat dan penggiat dalam
sel. Cahaya dapat meningkatkan aktivitas nitrat reduktase apabila nitrat tersedia yang
menyebabkan adanya irama harian (siang-malam) pada aktivitas nitrat reduktase.
Selama terjadi cekaman air, aktivitas nitrat reduktase turun dengan cepat. Hal ini
disebabkan karena adanya penurunan pergerakan nitrat ke daun sebagai akibat dari
berkurangnya transpirasi. Menurut Poedjiadi (1994), aktivitas nitrat reduktase
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Pengaruh pH
Jika suatu enzim menunjukkan kegiatan pada pH tertentu, maka jika pH turun
atau naik akan mempengaruhi aktivitas enzim tersebut. Oleh karena itu pada
pengukuran aktivitas nitrat reduktase digunakan larutan buffer Na-fosfat untuk
menyeimbangkan pH nya. Masing-masing enzim juga mempunyai pH optimum
yang berbeda-beda (Poedjiadi, 1994).
2. Temperatur
3. Umur tanaman
Proses fotosintesis akan selalu melibatkan air, aktivitas nitrat reduktase
merupakan suatu proses yang prosesnya bergantung terhadap proses fotosintesis
tanaman. Aktivitas nitrat reduktase dipengaruhi oleh cahaya yang meningkatkan
laju fotosintesis, karena proses fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat dan
NADH yang diperlukan untuk reduksi nitrat. Kekurangan air dapat menghambat
laju fotosintesis. Kalium merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi
osmotik sel (Poedjiadi, 1994).
Asimilasi nitrogen tanaman mendapatkan nitrogen dari tanah melalui
absorbsi akar baik dalam bentuk ion nitrat atau ion amonium, sedangkan hewan
memperoleh nitrogen dari tanaman yang mereka makan. Tanaman dapat menyerap
ion nitrat atau amonium dari tanah melalui rambut akarnya. Jika nitrat diserap,
pertama-tama direduksi menjadi ion nitrit dan kemudian ion amonium untuk
dimasukkan ke dalam asam amino, asam nukleat, dan klorofil. Tanaman yang
memiliki hubungan mutualistik dengan rhizobia, nitrogen dapat berasimilasi dalam
bentuk ion amonium langsung dari nodul. Hewan, jamur, dan organisme heterotrof
lain mendapatkan nitrogen sebagai asam amino, nukleotida dan molekul organik
kecil. Baik akar maupun pucuk memerlukan senyawa nitrogen organik, namun organ
yang mereduksi NO3- dan mengubahnya menjadi senyawa organik masih belum
jelas. Akar beberapa spesies tumbuhan dapat mensistensis semua nitrogen organic
yang diperlukan dari NO3- sedang akar tumbuhan lain bergantung kepada pucuk
untuk nitrogen organiknya (Cambell et al., 2002).
Proses keseluruhan reduksi NO3- menjadi NH4+ adalah proses yang
bergantung energi NO3 + 8 elektron + 10 H + NH4+ + 3 H2O. Reaksi ini terbagi atas
2 tahap dengan enzim yang berbeda, yaitu reaksi pertama dikatalisis oleh Nitrat
reduktase (NR). Enzim yang mengangkut dua electron dari NADH atau pada
beberapa spesies NADPH, hasilnya berupa nitrit (NO3-) NAD(P)H + H+ + 2e+ →
NO2- + NAD(P) + H2O. Reaksi ini terjadi dalam sitosol. NR adalah suatu enzim
besar dan kompleks yang terdiri atas FAD satu sitokrom dan molibdenum yang
semuanya akan tereduksi dan teroksidasi pada waktu elektron diangkut dari NADH
ke atom nitrogen dalam NO3- aktivitas NR dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya laju sintesis dan laju perombakan oleh enzim penghancur protein
penghambat dan penggiat dalam sel respon tumbuhan terhadap cahaya. Reaksi kedua
proses reduksi nitrat adalah pengubahan nitrit menjadi NH4+. Nitrit yang terbentuk
dalam sitosol diangkut kedalam kloropas dalam daun atau ke dalam protoplasida
dalam akar, tempat reduksi selanjutnya menjadi NH4+ berlangsung memerlukan
enam electron yang berasal dari H2O oleh sistem angkutan electron non siklik
kloropas. Selama perpindahan elektron itu cahaya menggerakan angkutan elektron
dari H2O ke feredoksin (Fd), kemudian Fd yang tereduksi menyediakan enam
electron yang digunakan untuk mereduksi NO2- menjadi NH4+. Tahap inilah
penggunaan 2H+ selama proses keseluruhan reduksi NO2- menjadi NH4+ , dan terjadi
reaksi sebagai berikut yaitu NO2- + 3 H2O + 6 Fd +2H+ + cahaya NH4+ + 1,5 O2 +
2H2O + 6 Fd. Reaksi tersebut menunjukan bahwa tiga molekul H2O diperlukan untuk
menyediakan enam elektron yang digunakan dalam reduksi Fd (dua elektron untuk
setiap H2O dipecah oleh energi cahaya), walaupun dalam reaksi keseluruhan itu
dihasilkan H2O. Meskipun masih belum pasti cara aka mereduksi NO2 menjadi NH4+
jelas bahwa karbohidrat dari daun diperlukan lagi pula secara tidak langsung terbukti
bahwa NADPH yang berasal dari jalur pentose fosfat (PPP) dalam plastida
merupakan zat pereduksi yang aktif. Nitrat adalah ion yang aktif sehingga supaya
efektif nitrit harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi nitrat (Campbell et al., 2002).
Banyak protein yang berfungsi sebagai enzim dan diperlukan sebagai unsur
metabolism. Fungsi nitrogen secara fisiologis yaitu berguna untuk pertumbuhan
tanaman, dan sebagai komponen dari hormone dan enzim sehingga berperan dalam
metabolism tanaman seperti respirasi dan genetic tanaman (Amir et al., 2015).
Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada semua tingkat pertumbuhan,
terutama pada awal pertumbuhan. Tumbuhan menyerap unsur N dalam bentuk ion
NO3- dan (NH4+). Peran unsur nitrogen, sebagai unsur utama adalah meningkatkan
produksi dan kualitasnya, untuk pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan tunas, daun,
batang), pertumbuhan vegetatif berarti mempengaruhi produktivitas (Salisbury &
Ross 1995). Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa
penting di dalam sel, termasuk protein, DNA, dan RNA. Bentuk nitrogen yang
tersedia bagi tanaman didominasi oleh mineral anorganik, baik pada kompleks
pertukaran ion maupun larutan tanah. Selain itu tanaman juga memperoleh nitrogen
sebagai bentuk dari hasil fiksasi bakteri penambat nitrogen yang hidup di daerah
rhizosfer (Campbell et al., 2002).
Larutan NaNO3 memiliki peran sebagai substrat dalam pengujian enzim
reduktase. Larutan N-naftil etilin diamine (NED). Buffer fosfat digunakan sebagai
larutan untuk menstabilkan pH, dan larutan Sulfanil amide (SE) digunakan sebagai
eagen warna untuk mengetahui terjadinya proses reduksi nitrat dan membenruk
warna merah muda. Larutan aliquot tersusun dari buffer fosfat sebagai larutan untuk
menstabilkan pH, dan NaNO3 sebagai substrat (Salisbury & Ross 1995).
Perbedaan pupuk urea, kompos, dan KNO3 adalah pupuk urea mengandung
satu atau beberapa unsur yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam pupuk. Pupuk
urea merupakan pupuk dengan kandungan nitrogen (N) sebebsar 46% yang berarti
bahwa dalam 100 kg pupuk urea, 46 kg didalamnya merupakan nitrogen. Jenis pupuk
urea menurut unsur hara utama nitrogen, hara utama fosfor (P), dan hara utama kalim
(K). selain itu ada pula pupuk yang berisi hara utama magnesium (Mg). Pupuk urea
diberikan dengan perlakuan secara tugal sebanyak tiga kali masing-masing 1/3 dosis
pada umur tanaman 7 HST, 21 HST dan 35 HST (Suratmini, 2009). Kompos adalah
hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Crawford,
2003). Menurut Sutedjo (2002), kompos merupakan zat akhir suatu proses
fermentasi, tumpukan sampah atau seresah tanaman dan ada kalanya pula termasuk
bingkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentas suatu pemupukan, dirincikan
oleh hasil bagi C/N yang menurun. Perkembangan mikrobia memerlukan waktu agar
tercapai suatu keadaan fermentasi yang optimal. Kegiatan untuk mempercepat proses
dipakai aktifator, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak, yaitu bahan dengan
perkembangan mikrobia dengan fermentasi maksimum. Aktifator misalnya: kotoran
hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos 15 – 17.
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan
CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang
minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan
Urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau
terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam
Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat
dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman (Sutedjo, 2002).
Kalium Nitrat adalah suatu senyawa garam nitrat dari kalium dengan rumus
molekul KNO3. Garam kalium nitrat dapat dibuat dengan cara mereaksikan kalium
klorida, KCl yang ditemukan dalam mineral silvi, dengan natrium nitrat NaNO3.
Jikalau larutan jenuh masing-masing reaksi tersebut saling dicampurkan, maka akan
terbentuk garam natrium klorida, NaCl dan KNO3 karena larutan NaCl di dalam
pelarut air sangat kecil, maka garam tersebut akan mengalami pengendapan, dan
melalui penyaringan larutan KNO3 dapat dipisahkan dari NaCl. Dengan
mendinginkan filtrat tersebut secara perlahan, maka KNO3(aq) akan mengalami
proses kristalisasi, dan untuk memenuhi KNO3 yang dihasilkan perlu kristalisasi
(Azis, 2007).
Spektrofotometri merupakan salah satu jenis teknik dari spektroskopi yang
mempelajari tentang absorpsi dan emisi radiasi dari suatu senyawa. Radiasi tersebut
didasarkan atas gelombang elektromagnetik dengan kecepatan m/detik. Gelombang
elektromagnetik tersebut dapat diketahui panjang gelombangnya dari spektrum sinar
yang dibiaskan. Spektrum-spektrum tersebut dibagi menjadi dua yakni cahaya
tampak dan cahaya tak tampak. Dengan adanya spektrum inilah, maka dapat
digunakan untuk menganalisa suatu senyawa atau mikrobia dalam dalam sejumlah
penelitian. Alat yang betindak untuk spektrofotometri disebut spektrofotometer
(Azis, 2007).
Spektrofotometer bekerja dengan cara mengukur jumlah relatif cahaya dari
panjang gelombang yang berbeda yang diabsorbsi dan ditransmisikan oleh suatu
senyawa. Mekanisme kerja spektrofotometer yang mana cahaya putih dibiaskan oleh
prisma menjadi sejumlah cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda. Cahaya
tersebut akan melewati sampel dan kemudian melewati tabung/kuvet yang mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik yang digunakan untuk mengukur densitas
sampel tersebut (Campbell et al., 2002).
Berdasarkan hasil praktikum, nilai absorbansi urea kelompok 4 adalah 0,971,
kompos 1,099 dan KNO3 adalah 1,443. Sedangkan kandungan nitrit yang terdapat
pada urea 13,60, kompos 15,56 dan KNO3 20,85. Semakin tinggi nilai absorbansi
yang didapat maka semakin tinggi pula kandungan nitrat pada tanaman. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya aktivitas nitrat reduktase pada tanaman kacang tanah.
Kemudian dibandingkan dengan nilai absorbansi kelompok lain, yaitu kelompok 2
nilai absorbansi urea adalah 9,65, kompos 1,29 dan KNO3 2,29. Nilai absorbansi
kelompok 3, urea adalah 4,126, kompos 3,742 dan KNO3 2,912. Nilai absorbansi
kelompok 5,urea 12,61, kompos 20,14 dan KNO3 11,91. Sedangkan nilai absorbansi
kelompok 6 adalah uera 2,28, kompos 8,98 dan KNO3 10,8. Hal tersebut tidak sesuai
dengan referensi yang ada, seharusnya nilai absorbansi tertinggi yaitu terdapat pada
pupuk KNO3 bukan pada kompos, dikarenakan KNO3 memiliki banyak fungsi
seperti mengaktifkan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologi dalam tanaman,
proses dalam sel dan induksi nitrat reduktase (Sarief, 1986).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya
praktikan teliti pada saat melakukan penimbangan dan lamanya perlakuan agar
didapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR REFERENSI
Amir, B., Didik, I., & Eka, T. S. P., 2015. Hubungan Bintil Akar dan Aktivitas Nitrat
Reduktase Dengan Serapan N Pada Beberapa Ultivar Kedelai (Glycine max).
Pros seminar nasional masyarakat biodiversitas Indonesia, 1(5), pp. 1132-
1135.
Azis, T., 2007. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Kendari: Universitas
Haluoleo.
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G., 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Crawford, J. H., 2003. Kompos. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi.
Delita, K., Mareza, E., & Kalsum, U., 2008. Korelasi Aktivitas Enzim Nitrat
Reduktase dan Pertumbuhan Beberapa Genotip Tanaman Jarak Pagar
(Jatropha curcas Linn.) yang diperlakukan dengan Zat Pengatur Tumbuh
2,4-D. Jurnal Akta Agrosia, 11(1), pp. 80 – 86.
Erlania, Nirmala, K., & Soelistyowati, D. T., 2012. Penyerapan Karbon Pada
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dan Gracilaria gigas Di
Perairan Teluk Cerupuk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Aquakultur, 8(2), pp. 11-20.
Lehninger, L.A., 1989. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Plamer, 1995. An Introduction to Practical Biochemistry. New Delhi: McGraw-
Hill.
Poedjiadi, A., 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI – Press.
Salisbury, F.B., & Ross, C. W., 1995. Fisiologi Tumbuhan Edisi Keempat. Bandung:
Penerbit ITB.
Sarief, S., 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka
Buana.
Suratmini, P., 2009. Kombinasi Pemupukan Urea dan Pupuk Organik pada Jagung
Manis di Lahan Kering. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 2(28), pp.
83-88.
Sutedjo, 2002. Potensi dan Pemanfatan Limbah Gula Sebagai Bahan Pembuatan
Pupuk Organik Tanah. Jakarta: Nalai Industri Indonesia.
Subbaraoa, G. V., Yoshihashi, T., Worthingtonb, M., Nakaharaa, K., Andoa, Y.,
Sahrawat, K. L., Madhusudhana, I., Lata, J. C., Kishii, M., & Braune, H. J.,
2015. Suppression of soil nitrification by plants. Plant Science, 233(1), pp.
155–164.