1. Pra analitik
Pra analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang pengambilan, persiapan,
penyimpanan, dan pengiriman spesimen.
b) Untuk spesimen urin, pasien tidak boleh minum obat 48-72 jam.
2) Semua obat dihentikan, bila ada obat yang harus diberi ditulis pada
formulir permintaan tes.
c. GD2PP
2. Analitik
Analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut cara kerja pemeriksaan glukosa darah
meliputi metode tes glukosa, prinsip pemeriksaan, alat dan bahan serta cara kerjanya.
b. Prinsip :
GOD
POD
3) Tabung mikro
4) Stopwach
5) Rak tabung
7) Reagen glukosa
d. Cara Kerja
3) Dibuat program untuk tes glukosa dimana tes berjalan secara automatik.
Tes Rujukan
Tes fungsi ginjal adalah istilah kolektif untuk berbagai tes individu yang bisa
dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik ginjal berfungsi. Tes ini digunakan untuk
skrining penyakit ginjal, monitoring kondisi kesehatan ginjal, membedakan penyebab
penyakit ginjal, dan menentukan tingkat disfungsi ginjal. Tes ini berusaha untuk menentukan
keadaan klinis disfungsi ginjal. Dalam melakukan tes ini, fungsi renal yaitu: filtrasi,
reabsorpsi atau ekskresi akan diuji.
Ada berbagai tes urine dan darah yang dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal, yaitu:
1. Urinalisis Rutin
Tes skrining yang sederhana dan murah disebut urine rutin, merupakan tes yang
seringkali pertama diberikan jika masalah ginjal dicurigai.
Pra Analitik:
Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah persiapan pasien seperti makanan,
minuman atau obat yang dikonsumsi sebelum pengambilan sampel. Lalu, pada proses
pengambilan sampel, pertama pemilihan bahan specimen. Yang terbaik adalah urin pagi atau
setelah bangun tidur. Specimen ini pekat sehingga lebih mudah mendapatkan kelainan yang
ada. Kedua cara pengambilan specimen dianjurkan urin porsi tengah secara bersih. Porsi
tengah urin adalah bagian urin yang dikeluarkan di tengah proses miksi. Secara bersih yaitu
didahului dengan membersihkan alat kelamin lalu urin ditampung tanpa mengenai bagian
badan atau penampung lain. Pada perempuan disarankan penampungan urin dengan
membuka labia alat kelamin. Ketiga adalah menggunakan penampungan yang bersih, kering,
bermulut lebar, ditutup dengan rapat, , disposable dan memakai label.
Urin tersebut harus diperiksa/dianalisis dalam jangka waktu 1 jam dari saat pengeluaran
agar unsur-unsur yang ada tidak berubah terutama pH dan unsur-unsur selular. Apabila perlu
jangka waktu lebih lama sebelum dapat diperiksa maka diusahakan dengan menempatkan
penampung urin dalam pendingin atau menggunakan pengawet seperti toluene, formalin
40%, dll. Dilakukan pengolahan sampel urin untuk pemeriksaan sedimen dengan cara diputar
pada sentrifuge 1500-2000 rpm selama 5’. Supernatan dibuang ± 1 cc disisakan lalu dicampur
dengan sedimen.
Analitik:
Nilai Normal:
pH 4.5-7.8
Protein Negative
Glucose Negative
Ketones Negative
Bilirubin Negative
Nitrite Negative
WBCs 0-4/hpf
female: 0-5/hpf
Casts 0-4/lpf
Bacteria Negative
Uji klirens kreatinin mengevaluasi seberapa efisien ginjal membersihkan zat yang
disebut kreatinin dari darah. Kreatinin merupakan produk limbah dari metabolisme energi
otot, diproduksi pada tingkat yang konstan yang sebanding dengan massa otot individu .
Karena tubuh tidak mendaur ulangnya, sehingga semua kreatinin disaring oleh ginjal, dalam
jumlah waktu tertentu diekskresikan ke dalam urin, hal ini membuat pengukuran kreatinin
sangat spesifik untuk fungsi ginjal.
Pra Analitik:
Analitik:
Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan
kreatinin serum dan kreatinin urine metode jaffe reaction (fixed time). Lalu dilakukan
perhitungan klirens kreatinin dengan rumus:
B B
Dengan:
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas.
Pasca Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai
rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
Nilai Normal:
Kreatinin serum;
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih
rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6
mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan
produksi kreatinin.
Kreatinin klirens untuk orang dewasa < 40 tahun adalah 120 ( 100-140 ) mL/menit. Untuk
orang dewasa usia lebih dari 40 tahun secara fisiologis berkurang 1% per tahun.
3. Urea Clearance
Urea adalah produk limbah yang diciptakan oleh metabolisme protein dan
diekskresikan dalam urin. Urea Clearance mengukur fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi
melalui glomeruli itu. Tetapi urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai
glomerular filtration rate (GFR), karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli mendifusi
kembali ke dalam darah. Banyaknya ureum yang mendifusi lagi itu ditentukan oleh diuresis.
Tes urea ini memerlukan sampel darah untuk mengukur jumlah urea dalam aliran darah dan
dua spesimen urine, dikumpulkan satu jam terpisah, untuk menentukan jumlah urea yang
disaring, atau dibersihkan, oleh ginjal ke dalam urin.
Pra Anallitik:
Kira-kira setengah jam sebelum percobaan dimulai, penderita disuruh minum air 400-
500 mL sampai habis. Penderita mengosongkan kandung kencingnya habis-habisan, misal
pukul P dicatat waktunya tepat dengan menit ketika urin mulai ditampung. 1 jam kemudian
diambil darah vena penderita. 1 jam lagi yaitu P jam + 120 menit, penderita mengosongkan
kandung kecingnya lagi untuk disimpan dan catat tepat dengan menit. Ukur tinggi dan berat
badan. Volume urin yang dikeluarkan selama 2 jam ditentukan volumenya.
Analitik:
Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan
kadar ureum pada serum dan urin dengan metode kolorimetrik enzimatik (berthelot). Lalu
dilakukan perhitungan urea clearance dengan rumus:
B B
Dengan:
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas. Satuan urea
clearance yaitu ml/menit atau ada juga yang lebih lazim dipakai yaitu dengan %. Apabila
didapatkan diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai urea clearance dibandingkan dengan 75
ml/menit yang dianggap 100%, bilamana diuresis kurang dari 2 ml/menit nilai clearance
dibandingkan dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula.
Nilai Normal:
Kadar ureum normal umunya adalah 10- 40 mg/dL, dan dalam urin kadar normalnya
adalah 26-43 g/24 jam. Nilai normal urea clearance berkisar antara 70-110 %, nilai normal itu
sebenarnya diperhitungkan untuk seorang yang mempunyai luasn badan 1,73 m2. Jika luas
badan seseorang tidak mendekati nilai itu, maka harus diadakan koreksi atas berat badan dan
tinggi badan.
4. Tes Osmolalitas
Tes urine osmolalitas . Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel terlarut
dalam urin. Ini adalah pengukuran yang lebih tepat daripada berat jenis untuk mengevaluasi
kemampuan ginjal untuk berkonsentrasi atau encer urin. Ginjal yang berfungsi normal akan
mengeluarkan lebih banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan meningkat, menipiskan
urin. Jika asupan cairan menurun, ginjal mengekskresikan sedikit air dan urin menjadi lebih
pekat.
Pra Analitik:
Tes ini dapat dilakukan pada sampel urin yang dikumpulkan hal pertama di pagi hari,
pada beberapa sampel waktunya, atau pada sampel kumulatif yang dikumpulkan selama dua
puluh empat jam. Pasien biasanya akan diresepkan diet tinggi protein selama beberapa hari
sebelum tes dan diminta untuk tidak minum cairan malam sebelum ujian.
Analitik:
dilakukan pengujian terhadap sampel urin yang telah dikumpulkan dengan metode
yang tepat.
5. Uji Protein Urin
Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari aliran darah dan kemudian menyerap
kembali mereka, sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit jumlah protein, ke dalam urin.
Kehadiran terus-menerus dari sejumlah besar protein dalam urin, maka merupakan indikator
penting dari penyakit ginjal. Sebuah tes skrining positif untuk protein ( termasuk dalam urine
rutin ) pada sampel urin acak biasanya ditindaklanjuti dengan tes pada sampel urin 24 - jam
yang lebih tepat mengukur kuantitas protein.
Pra Analitik:
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan specimen urin 24 jam. Supernatan urin yang
telah disentrifuge 1500- 2000 rpm, 5’ digunakan untuk pemeriksaan protein secara manual.
Analitik:
Nilai normal: Urin acak : negatif (≤15 mg/dl) dan Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
Tes darah urea nitrogen ( BUN ) . Urea adalah produk sampingan dari metabolisme
protein . Produk limbah ini terbentuk dalam hati , kemudian disaring dari darah dan
diekskresikan dalam urin oleh ginjal . The BUN tes mengukur jumlah nitrogen yang
terkandung dalam urea . Tingkat BUN yang tinggi dapat mengindikasikan disfungsi ginjal ,
tetapi karena nitrogen urea darah juga dipengaruhi oleh asupan protein dan fungsi hati , tes ini
biasanya dilakukan bersamaan dengan kreatinin darah , indikator yang lebih spesifik fungsi
ginjal.
Pra Analitik:
Analitik:
Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau
analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim
yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea
umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood
urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat
urea total. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat
dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
Nilai Normal:
Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
Inulin merupakan marker yang ideal karena memenuhi semua persyaratan tersebut,
sehingga klirens inulin dipakai sebagai baku emas dalam penghitungan LFG baik pada
dewasa maupun pada anak-anak. Pengukuran LFG dengan klirens inulin hanya dipakai dalam
riset, karena klirens inulin sulit dilakukan dalam praktek sehari-hari. Prosedur pemeriksaan
adalah dengan cara infus inulin selama 3 jam agar diperoleh kadar yang stabil dalam cairan
ekstraseluler. Dibutuhkan intake cairan yang banyak.
Akhir-akhir ini telah dikembangkan sebuah marker baru dalam mengevaluasi laju
fitrasi glomerulus yaitu dengan mengukur kadar cystatin C dalam serum. Cystatin C adalah
protein berbasis nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti.
Cystatin C bebas filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal sehingga
tidak disekresi maupun direabsorbsi sebagai suatu molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin
C serum tidak bergantung umur, jenis kelamin dan masa otot maka cystatin C dapat dipakai
sebagai marker yang lebih baik dibandingkan dengan kadar kreatinin serum dalam mengukur
laju fitrasi glomerulus.
Sebagai organ tubuh yang memiliki banyak fungsi penting, seperti menetralkan racun yang
masuk ke dalam tubuh dan merombak nutrisi menjadi energi.
a. Persiapan Pasien
Variasi biologic juga terjadi pada enzim. Aktivitas enzim lebih tinggi pada
siang hari daripada pagi hari. Oleh karana itu pengambilan darah untuk pemeriksaan
enzim sebaiknya dilakukan pada pagi hari, kecuali memang ingin dipantau aktivitas
enzim tertentu seperti LDH dan SGOT pada kasus Penyakit Jantung Koroner.
b. Pengambilan Sampel
Enzim yang kandungannya dalam eritrosit lebih tinggi adalah adolase, asam
fosfatase, Laktat dehidroginase dan AST. Aktivitas AST (SGOT) dalam serum
meningkat 2% dan LDH 10% pada setiap peningkatan 10 mg/dl kandungan Hb dalam
serum.
d. Persiapan Sampel
Tahap Analitik
a. Reagen
2) Suhu penyimpanan
b. Alat
2) Peralatan bantu (pipet, penangas air) juga harus dipantau secara teratur
ketepatannya.
3) Alat-alat yang tidak memenuhi standar seperti kuvet pecah, retak, lampu
fotometer suram dan filter yang berjamur serta pengagas air yang tidak teratur
temperaturnya sebaiknya diganti.
c. Metode Pemeriksaan
1. SGOT
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka bisa dideteksi
dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti alkoholik, radang pancreas, malaria,
infeksi lever stadium akhir, adanya penyumbatan pada saluran empedu, kerusakan otot
jantung, orang-orang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat TBC,
kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis.
Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai
normalnya.
2. SGPT
SGPT adalah singkatan dari serum glutamic pyruvic transaminase,sering juga disebut
dengan istilah ALT (alanin aminotansferase). SGPT dianggap jauh lebih spesifik untuk
menilai kerusakan hati dibandingkan SGOT. SGPT meninggi pada kerusakan lever kronis
dan hepatitis. Sama halnya dengan SGOT, nilai SGPT dianggap abnormal jika nilai hasil
pemeriksaan anda 2-3 kali lebih besar dari nilai normal. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT
lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
kronis didapat sebaliknya.
3. Bilirubin
Pada pemeriksaan rutin, biasanya yang diperiksa adalah bilirubin total dan bilirubin
direk. Adajuga istilah bilirubin indirek yaitu selisih bilirubin total dengan bilirubin direk.
Bilirubin merupakan suatu pigmen atau zat warna yang berwarna kuning, hasil metabolisme
dari penguraian hemoglobin (Hb) di dalam darah.
Pada penyakit hati yang menahun (kronis), dapat terjadi peningkatan kadar bilirubin
total yang tentunya juga diiringi peningkatan bilirubin indirek atau bilirubin direk.
Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan produksi bilirubin atau akibat adanya
penyumbatan pada kandung empedu sebagai orgam tubuh yang menyalurkan bilirubin ke
dalam usus. Akibat penumpukan bilirubin ini, wajah, badan dan urin akan berwarna kuning.
4. Gamma GT
Gamma GT (glutamil tranferase) merupakan enzim hati yang sangat peka terhadap
penyakit hepatitis dan alkoholik. Kadarnya yang tinggi bisa bertahan beberapa lama pasca
penyembuhan hepatitis.
5. Alkali Fosfatase
Alkali Fosfatase merupakan enzim hati yang dapat masuk ke saluran empedu.
Kandung empedu terletak persis di bawah hati atau lever. Meningkatnya kadar fosfatase
alkali terjadi apabila ada hambatan pada saluran empedu. Hambatan pada saluran empedu
dapat disebabkan adanya batu empedu atau penyempitan pada saluran empedu.
6. Cholinesterase
Umunya kadar cholinesterase menurun pada kerusakan parenkim hati seperti hepatitis
kronis dan adanya lemak dalam hati. Pemeriksaan ini sering dipakai sebagai pemeriksaan
tunggal pada pasien yang mengalami keracunan hati akibat obat-obatan (termasuk keracunan
insektisida).
Protein dalam darah yang penting terdiri dari protein albumin dan globulin. Albumin
sepenuhnya diproduksi di hati, sedangkan globulin hanya sebagian yang diproduksi di hati,
sisanya diproduksi oleh system kekebalan dalam tubuh. Albumin dan globulin merupakan
suatu zat yang sangat berguna dalam sistem kekebalan tubuh. Perubahan kadar keduanya bisa
menunjukkan adanya gangguan pada organ hati atau juga bisa pada organ tubuh lainnya
misalnya ginjal.
Pada pemeriksaan laboratorium, penting untuk menilai kadar protein total, kadar
globulin dan kadar albumin. Pada penyakit-penyakit hati, kadar protein bisa meninggi dan
bisa juga menurun. Begitu pula kadar albumin dan globulin. Sebagai contoh, jika terjadi
infeksi pada hati yang baru diketahui kira-kira dalam tiga bulan terakhir, dapat terjadi
peningkatan kadar globulin dan penurunan kadar albumin.
8. Prothrombine Time