Jawab :
Cahaya yang masuk ke mata pertamakali akan melewati kornea yang merupakan selaput
bening yang tidak memiliiki pembuluh darah sama halnya dengan lensa. Namun tidak semua
cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka-cahaya karena adanya iris, suatu otot
polos tipis berpigmen yang membentuk struktur mirip cincin di dalam cairan aqueous.
Pigmen di iris merupakan penyebab warna mata. Berbagai bercak, garis, atau nuansa lain pada
iris bersifat unik bagi setiap orang sehingga iris menjadi dasar bagi teknologi identifikasi terkini.
Lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke interior mata adalah
pupil. Ukuran lubang ini dapat dises aaikan oleh kontraksi otot-otot iris untuk menerima sinar
lebih banyak atau lebih sedikit, seperti diafragma yang mengontrol jumlah cahaya yang masuk
ke kamera. Iris mengandung dua set anyaman otot polos, satu sirkular (serat serat otot berjalan
seperti cincin di dalam iris) dan satu radial (serat mengarah ke luar dari tepi pupil seperti jari-jari
roda sepeda) (Gambar 6-12). Karena serat otot memendek ketika berkontraksi, pupil menjadi
lebih kecil ketika otot sirkular (atau konstriktor) berkontraksi dan membentuk cincin yang lebih
kecil. Konstriksi pupil refleks ini terjadi pada keadaan sinar terang untuk mengurangi jumlah
cahaya yang masuk ke mata. Jika otot radial (atau dilator) berkontraksi, ukuran pupil bertambah.
Dilatasi pupil ini terjadi pada cahaya redup agar sinar yang masuk ke mata lebih banyak. Otot-
otot iris dikendalikan oleh sistem saraf autonom. Serat saraf para simpatis menyarafi otot sirkular
(menyebabkan konstriksi pupil) sementara serat simpatis menyarafi otot radial (menyebabkan
dilatasi pupil) yang kemudian akan diatur oleh lensa apakah objek yang terlihat jarak dekat atau
jarak jauh untuk menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang dikendalikan oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian
badan siliaris, suatu struktur khusus lapisan koroid bagian anterior. Badan siliaris memiliki dua
komponen utama: otot siliaris dan anyaman kapiler yang menghasilkan cairan aqueous). Otot
siliaris adalah suatu cincin melingkar otot polos yang melekat ke lensa melalui ligamentum
suspensorium.
Ketika otot siliaris berelaksasi, ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini
menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang refraktif Sewaktu otot ini
berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium
berkurang. Ketika tarikan ligamentum suspensorium pada lensa berkurang, lensa
menjadi Iebih bulat karena elastisitas inherennya. Meningkatnya kelengkungan karena lensa
menjadi lebih bulat akan meningkatkan kekuatan lensa dan lebih membelokkan berkas sinar.
Pada mata normal, otot siliaris berelaksasi dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot
ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Otot
siliaris dikontrol oleh sistem saraf autonom, dengan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi
dan stimulasi parasimpatis menyebabkannya berkontraksi. Lensa dibentuk oleh sekitar 1000
lapisan sel yang menghancurkan nukleus dan organel mereka sewaktu pembentukan sehingga
sel-sel tersebut benar-benar transparan. Karena tidak memiliiki DNA dan perangkat pembentuk
protein, sel-sel lensa matur tidak dapat memperbaiki diri atau menghasilkan sel baru. Sel-sel di
bagian tengah lensa mengalami kesialan ganda. Tidak saja berusia paling tua, sel-sel ini juga
terletak paling jauh dari cairan aqueous, sumber nutrisi lensa. Dengan bertambahnya usia, sel-sel
di bagian tengah yang tidak dapat diperbarui ini mati dan menjadi kaku. Dengan berkurangnya
elastisitas, lensa tidak lagi dapat mengambil bentuk sferis yang dibutuhkan untuk
mengakomodasi bayangan benda dekat. Pengurangan kemampuan akomodasi terkait usia ini,
presbiopia, mengenai sebagian besar orang pada usia pertengahan (45 hingga 50) sehingga
mereka perlu mengenakan lensa korektif untuk melihat dekat (membaca).
e
setelah lensa memfokuskan berkas cahaya ke sel batang dan sel kerucut, sel fotoreseptor
retina. Fotoreseptor kemudian mengubah energi cahaya menjadi sinyal listrik untuk
ditransmisikan ke SSP. Bagian retina yang mengandung fotoreseptor sebenarnya adalah lanjutan
SSP dan bukan suatu organ perifer terpisah. Selama perkembangan mudigah, sel-sel retina
"mundur" dari sistem saraf, sehingga lapisan-lapisan retina,yang mengejutkan, menghadap ke
belakang. Bagian saraf retina terdiri dari tiga lapisan sel peka rangsang (Gambar 6-22): (1)
lapisan paling luar (paling dekat dengan koroid) mengandung sel batang dan sel kerucut, yang
ujung-ujung peka cahayanya menghadap ke koroid (menjauhi sinar datang); (2) lapisan tengah
sel bipolar dan antarneuron-antarneuron yang terkait; dan (3) lapisan dalam sel ganglion.
Akson-akson sel ganglion menyatu untuk membentuk saraf optik, yang keluar dari retina tidak
tepat dari bagian tengah. Titik di retina tempat saraf optik keluar dan pembuluh darah berjalan
disebut diskus optikus . Bagian ini sering disebut sebagai bintik buta; tidak ada bayangan yang
dapat dideteksi di bagian ini karena tidak adanya sel kerucut atau sel batang. Dalam keadaan
normal kita tidak menyadari adanya bintik buta ini karena pemrosesan di sentral agaknya
"mengisi" kekosongan ini.
Sinar harus melewati lapisan ganglion dan bipolar sebelum mencapai fotoreseptor di
semua bagian retina kecuali di fovea. Di fovea, yaitu cekungan seukuran pentul jarum yang
terletak tepat di tengah retina, lapisan sel ganglion dan bipolar tersisih ke tepi sehingga cahaya
langsung mengenai fotoreseptor. Karena adanya gambaran ini, disertai oleh kenyataan bahwa
hanya sel kerucut (dengan ketajaman atau kemampuan diskriminatif yang lebih besar daripada
sel batang) yang ditemukan di bagian ini, fovea merupakan titik dengan penglihatan paling jelas.
Pada kenyataannya, fovea memiliki konsentrasi sel kerucut tertinggi di retina. Karena itu, kita
memutar mata kita agar bayangan benda yang sedang kita lihat terfokus di fovea.Daerah tepat di
sekitar fovea, makula lutea, juga memiliki konsentrasi sel kerucut yang tinggi dan ketajaman
yang cukup tinggi. Namun, ketajaman makula lebih rendah daripada fovea karena adanya lapisan
sel ganglion dan bipolar di atas makula. Degenerasi makula adalah penyebab utama kebutaan di
dunia Barat. Keadaan ini ditandai oleh hilangnya fotoreseptor di makula lutea seiring dengan
penambahan usia. Penderita mengalami penglihatan "donat". Mereka menderita gangguan di
bagian tengah lapang pandang, yang normalnya memiliki ketajaman paling tinggi, dan hanya
memiliki penglihatan perifer yang ketajamannya kurang.
Fototrandusi oleh sel retina mengubah rangsangan cahaya menjadi sinyal saraf.
Fotoreseptor
(sel batang dan sel kerucut) terdiri dari tiga bagian:
1 . Segmen luar, yang terletak paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid. Bagian
ini mendeteksi rangsangan cahaya.
2. Segmen dalam, yang terletak di bagian tengah fotoreseptor. Bagian ini mengandung perangkat
metabolik sel.
3. Terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan bagian interior mata, menghadap ke sel
bipolar. Bagian ini bervariasi dalam laju pelepasan neurotransmiternya, bergantung pada luasnya
pajanan cahaya terang atau gelap yang dideteksi oleh segmen luar.
Segmen luar, yang berbentuk batang pada sel batang dan kerucut pada sel kerucut, terdiri
dari tumpukan lempeng-lempeng membranosa gepeng yang mengandung banyak molekul
fotopigmen peka cahaya. Setiap retina mengandung lebih dari 125 juta fotoreseptor, dan lebih
dari satu miliar molekul fotopigmen mungkin terkemas di dalam segmen luar setiap fotoreseptor.
Fotopigmen mengalami perubahan kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Melalui
serangkaian tahap, perubahan yang dipicu oleh cahaya ini dan pengaktifan fotopigmen yang
kemudian terjadi menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya menghasilkan
potensial aksi di sel ganglion, yang menyalurkan informasi ini ke otak untuk pemrosesan visual.
Fotopigmen terdiri dari dua komponen: opsin, suatu protein integral di membrane plasma diskus;
dan retinal, suatu turunan vitamin A. Retinal adalah bagian fotopigmen yang menyerap cahaya.
Fototransduksi, proses pengubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal listrik, pada
dasarnya sama untuk semua fotoreseptor, tetapi mekanismenya bertentangan dengan cara biasa
reseptor berespons terhadap stimulus adekuatnya. Reseptor biasanya mengalami depolarisasi
jika dirangsang, tetapi fotoreseptor mengalami hiperpolarisasi ketika menyerap cahaya. Marilah
kita mula-mula memeriksa keadaan foto reseptor dalam keadaan gelap, kemudian melihat apa
yang terjadi ketika fotoreseptor terpajan ke cahaya. Kita menggunakan sel batang sebagai
contoh, tetapi hal yang sama terjadi pada sel kerucut, kecuali bahwa sel kerucut menyerap
cahaya dalam bagian spektrum cahaya yang berbeda.
PERSEPSI KEDALAMAN
Meskipun setiap separuh korteks penglihatan menerima informasi secara bersamaan dari bagian
lapang pandang yang sama seperti yang diterima oleh kedua mata, pesan dari kedua mata tidak
identik.Tiap-tiap mata melihat suatu benda dari titik pandang yang sedikit berbeda,
meskipun banyak terjadi tumpang-tindih. Daerah tumpang yang terlihat oleh kedua mata pada
saat yang sama dikenal sebagai lapang pandang binokular ("dua-mata") yang penting dalam
persepsi kedalaman. Seperti bagian-bagian korteks lainnya, korteks penglihatan primer tersusun
menjadi kolom-kolom fungsional, masing-masing memproses informasi dari suatu bagian kecil
retina. Kolom-kolom independen yang bergantian didedikasikan untuk informasi tentang titik
yang sama di lapang pandang dari mata kiri dan mata kanan. Otak menggunakan perbedaan kecil
dalam informasi yang diterima dari kedua mata untuk memperkirakan jarak, memungkinkan
Anda memersepsikan benda tiga dimensi dalam kedalaman ruang. Sebagian persepsi ke dalaman
dapat diperoleh dengan menggunakan satu mata, berdasarkan pengalaman dan pembandingan
dengan
petunjuk-petunjuk lain. Sebagai contoh, jika penglihatan Anda dengan satu mata memperlihatkan
sebuah mobil dan sebuah bangunan dan mobil tersebut tampak jauh lebih besar, Anda secara
tepat menginterpretasikan bahwa mobil tentu terletak lebih dekat kepada Anda daripada
bangunan tersebut. Kadang-kadang pandangan kedua mata tidak menyatu dengan tepat. Keadaan
ini
dapat terjadi karena dua sebab: (1) Mata tidak difokuskan ke benda yang sama secara bersamaan,
karena defek otot mata eksternal yang menyebabkan lapang pandang kedua mata tidak dapat
menyatu (contohnya, mata juling); atau (2) informasi binokular terintegrasi secara tidak tepat
sewaktu pemrosesan visual. Akibatnya adalahpenglihatan ganda, atau diplopia, suatu kondisi
ketika kedua mata secara bersamaan tidak melihat benda yang sama.