Anda di halaman 1dari 8

ACUAN PELATIHAN DASAR TEATER

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seni Teater merupakan ibu dari semua kesenian, karena dalam seni teater tercakup hampir
semua unsur seni. Oleh karena itu pendidikan seni teater perlu diupayakan semenjak dini; agar
minat, bakat, dan potensi peserta didik di bidang seni peran dapat digali dan dikembangkan.
Perkembangan dunia global pada saat ini sangat mendukung perkembangan budaya dan seni,
termasuk seni teater. Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan budaya, memiliki tradisi teater
yang cukup mengakar, kokoh, dan terpelihara hingga kini.
Berpadu dengan pengaruh tradisi teater modern yang berasal dari barat, maka perkembangan
seni teater juga semakin kompleks, kaya, dan lebih berwarna. Pendidikan seni teater di sekolah-
sekolah, merupakan pencerahan, harapan baru, dan sebuah upaya untuk lebih mencerdaskan
kehidupan dan melestarikan budaya bangsa, dengan cara memadukan unsur-unsur seni teater
tradisi dan seni teater modern, menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur.
Tujuan Kegiatan
Pengembangan Diri Melalui Diklat Teater bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
Memahami konsep dan pentingnya seni teater.
Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni teater.
Menampilkan kreativitas melalui seni teater.
Meningkatkan peran serta seni teater pada tingkat lokal, regional, maupun global.
Mengolah dan mengembangkan rasa humanistik.

BAB II
ISI LAPORAN

SUSUNAN PANITIA
Sterring Commitee :
Organization Commitee :
Ketua Panitia :
Sekretaris :
Bendahara :
Sie. Acara :
Sie. Konsumsi :

PELAKSANAAN KEGIATAN
Hari pertama
SESI 1. PENJELASAN ACARA PELATIHAN
Waktu : 60 menit
Jam : 09.30 – 10.30
Pokok-pokok materi :
Perihal latar belakang kegiatan pelatihan dn proses pelatihan teater komunitas.
Kesepakatan kontrak belajar.
Tujuan :
Peserta memahami latar belakang kegiatan pelatihan, sesi-sesi, proses dan menyepakatinya
bersama.
Peserta menyepakati kontrak belajar ( misal : wajib mengikuti seluruh acara dari awal hingga
akhir, tepat waktu, ponsel non-aktif selama dikelas, berkomunikasi secara efektif dan
efisien,dll.
Metode :
Presentasi
Curah pendapat dan koreksi langsung
Perlengkapan :
Lembar fotokopi/kertas catatan/pulpen.
Infokus/proyektor.

SESI 2. PERKENALAN & SHARING PENGALAMAN


Waktu : 90 menit
Jam : 10.30 – 12.00
Pokok-pokok materi :
Memperkenalkan diri melalui meta-plan atau permainan.
Berbagai harapan mengikuti pelatihan.
Berbagi pengalaman berteater ( jika sudah pernah).
Memetakan masalah berteater di lingkungan masing-masing.
Tujuan :
Peserta saling mengenal satu dengan yang lain.
Berbagai pengalaman, harapan , dan informasi.
Peserta mendapatkan pemetaan masalah terkait teater komunitas yang dihadapi di
tempat masing-masing.
Memperlengkapi peserta dengan hal-hal yang masih perlu ditegaskan terkait pelatihan
dan isu yang diusung.
Metode :
Meta-plan ( hijau untuk nama diri; biru untuk nama lembaga dan jabatan; kuning untuk
harapan mengikuti pelatihan ).
Curah pendapat dan sharing.
Pemetaan masalah.
Penjelasan.
Perlengkapan :
Meta-plan.
Kertas, pulen, lakban.
White board.
Kertas plano.
Hari ke 2
Sesi 3. Mengenal Dasar-Dasar Bermain Teater
Waktu : 120 menit
Jam : 08.00 – 10.00
Pokok-pokok materi
Mengenal seni peran.
Bidang-bidang yang membangun teater berkembang dari seni lakon dan seni-seni
lainnya.
Semua bidang yang di gunakan dalam teater dapat menjadi representasi bakat dan minat
terpendam.
Tujuan :
Peserta mengenal seni peran.
Peserta mampu melakonkan peran-peran tertentu.
Peserta mampu mengenal tata-artistik dalam teater ( panggung, dekorasi, tata lampu,
tata rias/kostum).
Metode :
Paparan.
Latihan-latihan.
Refleksi.
Perlengkapan :
Kertas kerja.
Foto-foto.
Proyektor.
Kertas plano.
Spidol.

Hari ketiga
Sesi 4. OLAH TUBUH, SUARA DAN IMAJINASI
Waktu: 420 menit (7 jam)
Jam : 07.00 – 14.00
Pokok-pokok Materi :
Praktik kesiapan dan ketahanan organ-organ pendukung tubuh sebagai media utama
berteater
Melatih vokal dan konsonan
Melatih teknik vokal dalam kaitan pola pernafasan
Latihan daya ucap (artikulasi)
Latihan suara artifisial
Melatih imajinasi

Tujuan :
Peserta memahami peran tubuh dan kesiapannya dalam berteater.
Peserta memahami peran suara/vokal dalam berteater.
Peserta memahami peran imajinasi dalam berteater.
Metode :
Latihan
Sharing
Evaluasi-refleksi

Perlengkapan :
Musik instrumental (terpilih dan jika diperlukan)

Hari keempat
Sesi 5. PENCIPTAAN NASKAH PERTUNJUKAN
Waktu: 120 menit (2 jam)
Jam : 07.00 – 10.00
Pokok-pokok Materi :
Format teks pertunjukan dalam teknik pembabakan dan adegan
Hasil-hasil exposure

Tujuan :
Peserta mampu menuliskan perkisahan untuk kebutuhan pertunjukan berdasarkan
permasalahan sosial, pengalaman individu-individu, situasi dramatis di lokasi-lokasi exposure.
Metode :
Ceramah.
Curah pendapat.
Workshop kelompok (kelompok berdasarkan exposure).

Perlengkapan :
Hasil-hasil diskusi kelompok exposure
ATK/alat pencatat
Kertas plano
Slide proyektor

Catatan :
Fasilitator berperan penting sebagai motivator pagi setiap peserta dalam sesi ini.

Sesi 6. PEMBAGIAN PEMERANAN BERDASARKAN NASKAH, PERENCANAAN TEKNIS WORKSHOP


DAN PEMENTASAN
Waktu: 60 menit (1 jam)
Jam : 10.00 – 12.00

Pokok-pokok Materi :
Uraian dan pilihan atas tokoh-tokoh dari skenario
Penegasan peran
Tujuan :
Peserta memilih peran dan posisi setiap peserta secara sadar dan proporsional.
Peserta menyepakati teknis workshop dan simulasi.

Metode :
Curah pendapat
Workshop

Perlengkapan :
Proyektor
Fotokopi teks revisi
Spidol
HARI KELIMA
Sesi 7. WORKSHOP LAKON CERITA
Waktu: 480 menit (8 jam)
Jam : 07.00 – 15.00
Pokok-pokok Materi :
Memilah cerita yang dianggap lebih sulit atau lebih mudah untuk dipentaskan.
Menampilkan sosok tokoh yang diperankan secara terpisah.
Mempertemukan sosok tokoh itu dalam situasi non-cerita dan cerita yang diperankan.

Tujuan :
Peserta mampu berlakon sesuai dengan cerita dan teknis.
Peserta memahami dan mengalami kerja tim secara langsung.
Peserta mampu merealisasikan cerita di atas panggung.

Metode :
Workshop kelompok.
Pendampingan.
Atraksi tokoh.

Perlengkapan :
Panggung kecil.
Properti menurut ketersediaan bahan-bahan lokal dan sesuai kebutuhan pemeranan.

HARI KETUJUH
Sesi 9. PEMENTASAN BERSAMA KOMUNITAS & EVALUASI
Waktu: Disesuaikan
Pokok-pokok Materi :
Hasil manifestasi gerak dari teks cerita
Bentuk cerita lakon di panggung
Latihan bentuk pertunjukan untuk kepentingan pementasan
Latihan gabungan dengan iringan dan dukungan artistik
Pementasan bersama komunitas-komunitas exposure
Tujuan :
Peserta mampu mempersiapkan penampilan.
Peserta mampu mengidentifikasikan hasil pelatihan secara kongkrit.
Peserta mampu melakukan pementasan bersama komunitas-komunitas.

Metode :
Presentasi di panggung
Curah pendapat

Perlengkapan :
Properti panggung berdasarkan bahan-bahan lokal yang tersedia
Peralatan musik berdasarkan bahan-bahan setempat yang tersedia (termasuk benda-
benda yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian tertentu seperti gelas, sendok, dll).
Kostum berdasarkan bahan-bahan setempat yang tersedia
Lembar catatan
Lembar evaluasi

HASIL KEGIATAN
Hari Pertama
Fasilitator menjelaskan jadwal, materi dan pokok-pokok pemikiran penting, metode-metode
pelatihan yang digunakan, alur, proses, kegiatan dan tujuan serta hasil yang diharapkan.
Fasilitator menjelaskan kesepakatan dengan para peserta untuk dilaksanakan selama proses
pelatihan berlangsung. Kepada peserta ditanyakan kembali, apakah masih ada yang ingin
memberi masukan atau kesepakatan tersebut.
Kemudian Fasilitator membacakan hasil kesepakataan jadwal dan kebutuhan yang terkandung di
dalamnya. Usai menyepakati jadwal dan agenda pelatihan, Fasilitator kemudian memulai sesi
perkenalan. Untuk perkenalan, fasilitator membagikan meta-plan tiga warna, dan kroyan.
Fasilator mengajak peserta untuk menuliskan pada masing-masing karton warna. Karton warna
tersebut berisi nama, organisasi/lembaga, jabatan dan harapan. Masing-masing peserta diminta
untuk menempelkan ketiga warna meta-plan ke kertas plano yang telah disediakan di depan
kelas. Selanjutnya fasilitator mengajak para peserta untuk berbagi pengalaman berteater dan
permasalahan yang di hadapi di tempat/lingkungan kerja masing-masing.
Setiap permasalahan yang dikemukakan dicatat di kertas plano yang sudah disediakan. Fasilitator
menyimpulkan permasalahan dan mengaitkannya dengan tujuan-tujuan pelatihan dan harapan-
harapan yang dikemukakan para peserta.
Fasilitator mengajak peserta untuk berbagi refleksi, yang dilakukan secara bergiliran dari tempat
masing-masing. Setiap peserta ada kalanya tidak harus menyampaikan refleksikan, tapi fasilitator
dapat menyimpulkan pokok-pokok refleksi dan mengaitkan spiritualitas dengan kehidupan
pribadi sesama, tuhan dan alam ciptaan.
Hari Kedua
Fasilitator mengenalkan seni peran dan tata artistik ( panggung, dekorasi, tata lampu, tata
rias/kostum) dalam teater. Fasilitator menyajikan gambaran model panggung, pembagian
panggung, melangkah secara alami di atas panggung, blocking atau grouping. Fasilitator
mengajak peserta untuk latihan lakon secara spontan.
Fasilitator mengajak peserta untuk curah pendapat tentang meditasi. Fasilitator mengajak
peserta untuk latihan meditasi dengan pola duduk, terlentang dan ditambah pola berdiri secara
terpisah. Seusai latihan, fasilitator mengajak peserta untuk berbagi (sharing) refleksi atas situasi
internal dan eksternal yang dialami selama proses meditasi. Sebagai penutup fasilitator
menyimpulkan apakah meditasi itu, manfaat meditasi bagi diri sendiri, komunitas, dan dalam
berteater.

Hari Ketiga
Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar anatomi tubuh manusia. Setelah peserta
memahami anatomi tubuh manusia, fasilitator mengajak peserta untuk latihan menggerakkan
tubuh secara anatomis.
Secara bertahap, fasilitator selanjutnya menjelaskan artikulator (alat ucap), Pola pernafasan dada
dan diafragma. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan simulasi gerak bebas yang
bersumber dari rasa dan mekanisme tubuh masing-masing peserta. Peserta diajak untuk
merasakan, mengikuti rasa dan mekanik pribadi masing-masing tanpa interaksi dengan yang lain.
Hari Keempat
Fasilitator mengajak peserta untuk curah pendapat tentang apakah yang dimaksud dengan
“cerita untuk lakon”. Fasilitator menyediakan kesempatan untuk tanya-jawab atau curah-
pendapat seputar naskah dan memberikan waktu untuk berdiskusi. Selanjutnya, kelompok-
kelompok exposure dipersilakan untuk menggarap skenario dan fasilitator mengingatkan batas
waktu untuk workshop.
Hari Kelima
Fasilitator mengajak peserta untuk latihan dialog dan lakon cerita dan kemungkinan spontanitas
dialog sesuai dengan pemeranan masing-masing. Lalu memberikan waktu latihan dalam
kelompok dan menekankan lamanya waktu latihan. Usai latihan dialog dan lakon dalam
kelompok, tiap peserta melakukan latihan pengulangan dialog dalam praktik lakon dan peserta
yang lain memperhatikan, menyimak, dan menanggapi. Selanjutnya fasilitator mengajak peserta
untuk latihan dialog dan peran sesuai dengan urutan alur.

Hari Keenam
Fasilitator menjelaskan ihwal belajar dari dan inventarisasi gerak di lapangan untuk pemeranan.
Kenudian memberi petunjuk-petunjuk yang mungkin dibutuhkan dalam pengamatan gerak di
lapangan untuk lakon. Fasilitator menjelaskan metode representasi dan presentasi dalam lakon.
Metode representasi bersifat teknis dan metode presentasi bersifat menjiwai.
Fasilitator menyediakan waktu kepada setiap peserta untuk latihan lakon cerita dengan
“mendekati” tokoh yang diperankan. Latihan dapat berlangsung dengan beberapa pemeranan
secara terpisah dengan pendampingan fasilitator. Fasilitator mengajak peserta untuk
melanjutkan latihan dari awal alur sampai selesai. Semua peserta sudah memastikan catatan atas
tokoh yang diperankan dengan manifestasi tindakan di atas panggung.
Fasilitator mendampingi peserta dalam penataan musik dan pendukung artistik panggung.
Pendampingan ini untuk melihat minat yang mungkin dapat berkembang dari setiap
pesertaFasilitator meminta peserta untuk berlatih di panggung. Setelah semua peserta latihan di
panggung, fasilitator memberikan masukan/komentar/koreksi yang diperlukan. Pengamat
dimintakan masukan dan komentarnya. Saat latihan, dilakukan pendokumentasian melalui video
atau foto untuk kebutuhan evaluasi.

Hari Ketujuh.
Pementasan bersama komunitas. Fasilitator Meminta kelompok-kelompok berbaur bersama
komunitas, menyimak dan membuat catatan kritis atas hasil simulasi sebagai evaluasi.
Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk sharing masalah/kesulitan, kesan unik,
kemudahan, dan harapan-harapan mengikuti pelatihan teater, refleksi dalam workshop
pementasan. Jika ada pengamat, fasilitator juga memintanya untuk menyampaikan hasil
pengamatannya secara tertulis dan dipresentasikan melalui proyektor saat evaluasi.
Setelah evaluasi, fasilitator menyampaikan acara diklat teater sudah berakhir dan peserta bisa
pulang.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Pendidikan seni teater perlu diupayakan semenjak dini; agar minat, bakat, dan potensi peserta
didik di bidang seni peran dapat digali dan dikembangkan. Dengan adanya diklat teater maka
hidup peserta training menjadi lebih bermakna, semakin penuh saja, dan terus bertambah
produktif dalam arti seluas-luasnya untuk bisa ditularkan ke komunitasnya yang lebih luas.
Perkembangan dunia global pada saat ini sangat mendukung perkembangan budaya dan seni,
termasuk seni teater. Pendidikan seni teater di sekolah-sekolah, merupakan pencerahan, harapan
baru, dan sebuah upaya untuk lebih mencerdaskan kehidupan dan melestarikan budaya bangsa,
dengan cara memadukan unsur-unsur seni teater tradisi dan seni teater modern, menjadikan
Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur.

SARAN
Sebaiknya, acara diklat teater dilaksanakan lebih sering lagi agar para peserta bisa lebih
mengembangkan potensinya dalam berteater.

Anda mungkin juga menyukai