Fotogrametri Digital
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu dan teknologi yang
berkaitan dengan proses perekaman, pengukuran/pengamatan, dan interpretasi
(pengenalan dan identifikasi) suatu kondisi permukaan bumi serta objek fisik di
atasnya secara presisi sehingga diperoleh informasi tentang suatu ukuran dan
bentuk permukaan bumi serta objek fisik di atasnya yang dapat dipercaya. Produk
dari fotogrametri digunakan oleh berbagai disiplin yang di dalam kegiatannya
berkaitan dengan lahan/permukaan bumi.
Konsep Orientasi
Pemotretan suatu daerah yang dilakukan dengan overlap atau pertampalan
depan 60% serta pertampalan samping sebesar 20%-40% semua titik dari obyek
paling tidak akan terletak pada dua foto berurutann dipasang di dalam proyektor ,
dan diberi penyinaran maka akan terkontruksi atau terbentuk kembali berkas-
berkas sinar yang sesuai dengan berkas sinar di dalam kamera.
Kedua proyektor diorientasikan seperti kamera pada saat pemotretan, sinar-
sinar yang bersesuaian dari proyektor akan saling berpotongan. Seluruh titik akan
membentuk model optikal. Yang secara gometris sama dengan obyek yang
dipotret. Skala model tergantung dari basis antar kedua proyektor, dan dapat
bervariasi dengan melakukan pengubahan basisnya. Selanjutnya dengan gerakan
rotasi dan translasi model dapat dibawa kepada suatu bidang referensi (acuan)
horizontal.
Dalam Fotogrametri akan diketahui terdapat 4 macam orientasi yaitu :
Orientasi Dalam
Orientasi Luar
Orientasi relatif
Orientasi Absolut
Orientasi Dalam
Tujuan Orientasi dalam adalah membentuk kembali berkas sinar yang
terjadi pada saat pemotretan ke dalam proyektor. Pembentukan berkas dilakukan
dengan cara mengimpitkan pusat foto dengan pusat pembawa plat dan
memasangkan kembali ke tempatnya serta memasang harga panjang focus
kamera pada proyektor.
Orientasi Luar
Tiap berkas sinar dapat dinyatakan sebagai badan yang kuat. Posisinya di
dalam ruang tiga dimensional ditentukan dengan enam unsur umumnya dengan
tiga koordinat dan tiga sudut. Perangkat ke enam sudut tersebut adalah X L , YL ,
ZL , α , w , x. Posisi dan ketinggian berkas sinar tiap foto terhadap system koordinat
tanah.
Orientasi Relatif
Orientasi relatif merupakan penentuan kemiringan dan posisi relatif dua
buah foto pasangan stereo. Dimana sasaran orientasi relatif ini adalah
mengorientasikan dua buah foto sehingga setiap pasangan sinar yang sekawan
dari dua foto tersebut berpotongan pada ruang. Orientasi ini dapat dilakukan jika
lima pasang sinar sekawan dari sepasang foto berpotongan, sehingga setiap
pasang berkas sinar pada kedua foto akan berpotongan. Sedangkan pasangan
sinar ke-enam digunakan sebagai pengecekan/ukuran lebih. Bila minimal 5
pasang sinar dapat dipertemukan, maka seluruh pasangan sinar dari kedua
berkas akan saling berpotongan membentuk model 3D fiktif.
Pada instrumen restitusi analog yang dilakukan adalah menghilangkan
paralaks y di 6 titik standard (minimal 5 titik + 1 titik untuk checking). Hasil model
3D yang terbentuk masih mempunyai kedudukan relatif dengan sistem koordinat
sembarang. Oleh sebab itu proses ini disebut sebagai orientasi relatif.
Orientasi Absolut
Yang dilakukan pada orientasi absolute adalah operasi pada model relatif
3D, yaitu:
(1) memperbaiki skala
(2) pembetulan system koordinat.
Penentuan skala dilakukan dengan membandingkan jarak di model dan
jarak di obyek. Membawa model ke unsur koordinat dengan menggunakan unsure
gerakan rotasi. Untuk pekerjaan ini diperlukan sejumlah titik kontrol. Perkerjaan
orientasi absolut tidak lain adalah mengikatkan sepasang foto yang telah
terorientasi relatif ke system koordinat tanah.
Ground Control Point (GCP) atau titik kontrol tanah merupakan objek di permukaan
bumi yang dapat diidentifikasi dan memiliki informasi spasial sesuai dengan sistem
referensi pemetaan. Informasi spasial dalam bentuk koordinat X, Y, Z atau Lintang
Bujur dan ketinggian dari setiap GCP diukur dengan menggunakan GPS geodetik
berketelitian sub-meter. Keperluan GCP yang paling utama adalah proses georeferensi
hasil pengolahan foto sehingga memiliki sistem referensi sesuai dengan yang
dibutuhkan pada hasil pemetaan. GCP ini juga digunakan pada saat data processing
untuk membantu proses koreksi geometri pada mosaic orthophoto, sehingga
akurasi dari peta yang dihasilkan akan tinggi. Secara khusus GCP berfungsi pula
sebagai:
1. Faktor penentu ketelitian geometris hasil olah foto (ortofoto, DSM, DTM), semakin
teliti GCP maka semakin baik pula ketelitian geometris output (dengan kaidah-
kaidah peletakan GCP yang dipenuhi).
2. Faktor yang mempermudah proses orientasi relatif antar foto sehingga keberadaan
GCP bisa meningkatkan akurasi geometrik dari peta foto.
3. Faktor koreksi hasil olah foto yang berupa ball effect atau kesalahan yang
mengakibatkan model 3D akan berbentuk cembung ditengah area yang diukur.
4. Faktor yang mempermudah dalam proses penyatuan hasil olah data yang terpisah,
misal olah data area A dan area B dengan lebih cepat dan efektif, daripada proses
penyatuan berdasar seluruh pointcloud (jumlahnya jutaan) yang akan memakan
banyak waktu.
Koordinat titik-titik kontrol akan diukur menggunakan GPS Geodetik dengan sistem RTK.
Sistem RTK (Real-Time Kinematic) adalah suatu akronim yang sudah umum digunakan
untuk sistem penentuan posisi real-time secara diferensial menggunakan data fase.
Untuk merealisasikan tuntutan real-time, stasiun referensi harus mengirimkan data
fase dan pseudorange ke pengguna secara real-time menggunakan sistem komunikasi
data tertentu. Seluruh GCP diikatkan pada satu Benchmark milik Badan Informasi
Geospasial (BIG) yang terletak di sekitar area, sebagai base lokal. Dengan
menggunakan metode ini, peta yang dihasilkan akan sesuai dengan standar pemetaan,
serta memiliki referensi koordinat global.
aerogeosurvey.com/2016/09/08/apa-itu-ground-control-point-gcp/
2016