Disusun Oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Histologi Tulang dan Tulang
Rawan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat tugas Pancasila dan Kewarganaan.
Dalam menyusun Makalah, penulis banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, atas ridho-Nya kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan
sebagaimana semestinya.
2. Teman – teman Fakultas Kedokteran Gigi Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
3. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
atau yang diharapkan oleh Bapak dan Ibu dosen, penulis mohon maaf jika ada kesalahan atau
menyinggung perasaan pihak yang dilibatkan di dalam Makalah. Untuk itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah
ini. Setelah penyelesaian Makalah ini, penulis berharap Makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan orang banyak.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. I
DAFTAR ISI………………………………………..………………….. II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................. 1
1.3 Tujuan ……………............................................. 1
BAB II DESKRIPSI UMUM
2.1 Pengertian dan fungsi tulang ............................. 2
2.1.1 Pengertian dan fungsi tulang rawan........2
2.2.2 Klasifikasi tulang ……………………....3
2.2.3 Klasifikasi tulang rawan………………..5
2.2 Struktur Tulang dan Tulang Rawan.................... 7
2.2.1 Struktur tulang ………………………... 7
2.2.2 Struktur tulang rawan ………………….15
2.3 Osifikasi ………………………………………. 21
2.3.1 Osifikasi Intramembrosa ……………….21
2.3.2 Osifikasi Endokondral …………………22
2.4 Gangguan pada tulang ……………..………......24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................. ……..26
3.2 Saran.................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................27
II
BAB I
PENDAHULUAN
Histologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari struktur dan sifat jaringan dan untuk
menjelaskan fungsinya dalam keadaaan normal. Didasari oleh ilmu Biologi dan Anatomi serta
mendasari ilmu fisiologi, Patologi anatomi, dan Patologi klinis. Pada prakteknya, ilmu Histologi
dapat menjadi dasar untuk mempelajari proses perubahan jaringan akibat usia dan penyakit.
Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras di dalam tubuh manusia dan hanya di bawah
tulang rawan dalam kemampuannya untuk menahan stress. Sebagai unsur utama kerangka tubuh,
ia menyokong struktur-struktur berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat di
dalam rongga tengkorak dan dada, dan mengandung sumsum tulang, di mana sel darah dibentuk.
Tulang rawan ( L. acunage, tulang muda) merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri
dari sel-sel yang disebut kondrosit dan matriks ekstrasel. Sel-sel kondrosit berada di dalam
rongga-rongga yang disebut acuna. Fungsi dari tulang rawan yaitu menyokong jaringan lunak,
untuk pertumbuhan tulang panjang sebelum atau sesudah lahir, berdasarkan permukaan yang
halus untuk memberikan suatu daerah bagi persendian sehingga mempermudah pergerakan
tulang.
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan
dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain:
1.2.1 Bagaimana pengertian dari tulang?
1.2.2 Bagaimana histologi tulang pada manusia?
1.2.3 Bagaimana proses pembentukan tulang?
1.2.4 Bagaimana gangguan yang terjadi pada tulang manusia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui pengertian dari tulang
1.3.2 Mengetahui histologi tulang pada manusia
1.3.3 Mengetahui proses pembentukan tulang
1.3.4 Mengetahui gangguan yang terjadi pada tulang manusia
1
BAB II
ISI
3
lempeng-lempeng tulang rawan pada laring, hidung, dan dinding bagian medial tuba auditori
(yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring dan memungkinkan terjadinya
keseimbangan tekanan udara antara kedua rongga itu). Tulang rawan juga terdapat pada tulang
iga (yang menghubungkan ujung anterior iga dengan sternum), berupa bagian yang
menghubungkan iga-iga dengan sternum yang kuat namun cukup fleksibel sehingga
memungkinkan kerangka iga meluas pada gerakan respirasi.
Tempat kedua tertinggalnya tulang rawan seumur hidup ialah pada persendian. Pada
sendi yang bergerak bebas, ujung-ujung tulang rawan disebut tulang rawan sendi, dan unsur
interselnya (yang dikenal sebagai matriks) membentuk permukaan pelincir yang licin pada ujung
sendi tulang. Tulang rawan juga terdapat pada beberapa sendi yang tidak dapat bergerak bebas.
Tulang rawan biasa disebut sebagai tulang rawan hialin (Yun. Hyalos) karena matriksnya
tampak putih kebiruan mirip mutiara dan agak tembus cahaya dalam keadaan segar. Namun pada
beberapa tempat lain lagi mengandung banyak kolagen sehingga pantas disebut sebagai
fibrokartilago.
A. Skeleton Aksial
Merupakan tulang-tulang yang menyusun sumbu utama tubuh manusia dari ujung kepala
sampai ujung tulang ekor.
4
1. Tulang Tengkorak (Skull)
Tulang tengkorak terdiri atas tulang pipih yang berjumlah 28 buah. Tulang-tulang
pembentuk tengkorak dibedakan menjadi tengkorak wajah (muka) dan tempurung
kepala (tengkorak pelindung otak). Tulang tempurung kepala terdiri atas tulang dahi,
tulang kepala belakang, tulang ubun-ubun, tulang baji, dan tulang pelipis. Adapun
tulang muka terdiri atas tulang pipi, tulang hidung, tulang rahang atas, tulang rahang
bawah, tulang air mata, dan tulang langit-langit. Fungsi tulang tengkorak adalah
melindungi otak, mata, dan telinga bagian dalam.
2. Tulang Belakang (Vertebrae)
● Tulang rusuk melayang yang berjumlah dua pasang. Pada tulang rusuk melayang
ujung depannya tidak melekat pada tulang manapun, sedangkan ujung
belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang belakang.
Tulang dada dengan tulang rusuk dan tulang belakang secara bersama-sama berfungsi
melindungi organ vital seperti jantung dan paru-paru.
A. Skeleton Apendikuler
Tulang rawan elastis merupakan bentuk tulang rawan yang sangat kenyal yang
khusus diperuntukkan menahan akibat pembengkokan. Jenis tulang rawan ini menyokong
telinga luar dan epiglotis. Tulang rawan elastis menyerupai tulang rawan hialin kecuali
bahwa selain serat kolagen tipe II yang tersebat luas, matriksnya mengandung serat-serat
elastin. Kondroblas menghasilkan semua komponen matriks dan kemudian terbenam
sebagai kondrosit di dalam matriks yang dihasilkannya. Sebagaimana halnya pada tulang
rawan hialin, kondrosit terletak dalam lakuna dan beberapa terdapat berupa sel-sel
isogen. Lagi pula jenis tulang rawan ini tetap memiliki perikondrium sampai dewasa.
8
Klasifikasi matriks tidak sepenuhnya dimengerti, tetapi aspek dasar proses tersebut
diperlihatkan pada gambar 8-3. Polipeptida kecil yang bergantung-vitamin K, ostekalsin
merupakan salah satu protein non-kolagen yang mencolok dan disekresi oleh osteoblast,
yang bersama dengan berbagai glikoprotein mengikat ion Ca2+ dan meningkatkan kosentrasi
setempat. Osteoblast juga melepaskan vesikel berselubung-membran yang kaya akan
fosfatase alkali dan enzim lain yang aktivasinya meningkatkan konsentrasi ion PO4-
setempat. Dengan konsentrasi kedua ion tersebut yang tinggi, vesikel matriks tersebut
berfungsi sebagai tempat untuk pembentukan Kristal hidroksiaptit [Ca10(PO4)6(OH)2], yitu
langkah klasifikasi pertama yang dapat terlihat. Kristal tersebut cepat terbentuk melalui
penimbunan lebih banyak mineral dan akhirnya memebentuk suatu massa konfluen material
berkapur yang memendam serat kolagen dan proteoglikan.
B. Osteosit
Setiap osteoblast secara bertahap dikelilingi oleh produk sekresinya sendiri dan menjadi
osteosit yang terselubung sendiri-sendiri dalam ruang yang disebut lakuna. Pada transisi
dari osteoblast menjadi osteosit, sel menjulurkan banyak tonjolan sitoplasma panjang, yang
juga diselubungi oleh matriks berkapur. Suatu osteosit dan prosessusnya menempati setiap
lacuna dan kanalikuli ynag menyebar darinya (gambar 8-4 dan 8-1).
Prosessus sel yang berdekatan berkontak melalui taut erat, dan molekul lalu lalalng
melalui struktur tersebut dari sel ke sek. Pertukaran melalui taut erat dapat memberikan
nutrisi untuk sebaris yang terdiri dari 10 sel. Sjumlah pertukaran molekul anatar osteosit dan
9
pembuluh darah juga terjadi melalui sejumlah kecil cairan ekstrasel yang berada di antara
osteosit dan matriks tulang.
Bila dibandingkan dengan osteoblast, osteosit yang pipih dan berbentuk-kenari tersebut
memiliki sedikit RE kasar dan apparatus goli serta kromatin inti yang lebih padat (gambar 8-
4a). sel –sel ini secra aktif terlibat dalam mempertahankan matriks tulang, dan kematiannya
diikuti oleh resorpsi matriks tersebut.
10
1
1
C. O
steo
klas
O
steo
klas
adal
ah
sel
moti
l
berc
aban
g
yan
g
sang
at
besa
r
den
gan
inti
mult
ipel
(gambar 8-5). Ukuran yang besar dan inti yang multiple pada osteoklas terjadi karena
asalnya dari penggabungan sel yang berasal dari sumsum tulang. Dia area terjadinya resorpsi
tulang, osteoklas terdapat di dalam lekukan tau kriptus yang terbentuk akibta kerja enzim
pada matriks, yang dikenal sebagai resorption bays (dulu disebut lacuna Howship).
Pada osteoklas aktif, permukaan yang menghadap matriks tulang terlipat secara irregular,
yang membentuk batas bergelombang (ruffled border). Pembentukan batas bergelombang
tersebut berhubungan dengan aktivitas osteoklas. Batas bergelombang ini dikelilingi oleh
zona sitiplasma terang yang kaya akan filament aktin dan merupakan tempat adhesi
osteoklas pada matriks tulang. Zona adhesi sirkumferensial ini menciptakan lingkungan
mikro di antara osteoklas dan matriks tempat terjadinya resorpsi tulang (gambar 8-5)
Osteoklas menyekresi kolagenase dan enzim lain dan pompa proton ke dalam kantong
subselular tersebut, yang menciptakan lingkungan yang asam untuk melarutkan
hidroksiapatit dan pencernaan kolagen setempat dan hormone. Osteoklas dikendalikan oleh
factor pensinyal setempat dan hormone. Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitonin, yakni
suatu hormone tiroid, tetapi bukan untuk hormone paratiroid. Osteoblast yang diaktifkan
oleh PTH akan memproduksi suatu sitokin yang disebut factor peransang osteoklas. Jadi,
aktivitas kedua sel tersebut terkoordinasi dan keduanya penting pada remodeling tulang.
12
Matriks Tulang
Kira – kira 50% berat kering
matriks tulang berupa
material anorganik. Hidroksiaptit paling banyak dijumpai, tetapi bikarbonat, sitrat, magnesium,
kalium, dan natrium juga ditemukan. CaPO4 amorf (nonkristalin) dalam jumlah tertentu juga
ditemukan. Ion permukaan hidroksiapatit mengalami hidrasi dan selapis air dan ion terbentuk di
sekitar Kristal ini. Lapisan ini, yaitu lapisan hidrasi, membantu pertukaran ion antara Kristal
dan cairan tubuh.
13
Jenis Tulang
Pada tulang panjang, ujung yang membulat disebut epifisis (Yun. Epiphysis, suatu pertumbuhan
keluar yang terdiri atas tulng rongga yang ditutupi selapis tipis tulang kompakta. Bagian silindris
yaitu diafisis (Yun. Diaphysis, pertumbuhan di antara) hamper seluruhnya terdiri atas tulng
kompkta, denga sedikit tulang spongiosa pada permukaan dalamnya di sekitar rongga sumsum
tulang.
Tulang pendek umumnya memiliki pusat yang terdiri atas tulang berongga, dan
seluruhnya dikelilingi oleh tulang kompakta.
Tulang pipih yang membentuk calvaria (tudung tengkorak) memiliki dua lapis tulang
tulang kompakta yang disebut lempeng (tablets), yang dipisahkan oleh selapis tulang berongga
tebal yang disebut diploe.
Pemeriksaan mikroskopik tulang memperlihatkan dua jenis: tulang primer/imatur dan
tulang sekunder/matur (gambar 8-8).
14
B. Jaringan tulang sekunder
Jaringan tulang sekunder adalah jenis tulang yang biasa ditemukan pada orang dewasa. Secara
khas, memiliki ciri-ciri serabut- serabut kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel 3-7 µm, yang
sejajar satu sama lain atau tersusun secara konsentris di skeitar suatu sluran vaskuler. Seluruh
kompleks yang terdiri dari lamel-lamel konsentris yang mengelilingi suatu saluran yang
mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan penyambung longgar disebut sistem havers
atau osteon (gambar 8-3). Lakuna-lakuna dengan osteosit ditemukan diantara lamel tersebut. Di
dalam tiap – tiap lamel, serabut havers atau lamel yang berdekatan, sering ada suatu lapisan
bahan amorf yang disebut zat semen atau (cementing substance).
Saluran havers berhubungan dengan saluran rongga sumsum, periosteum, dan saluran harvers
lain melalui saluran melintang atau mirin yang disebut dengan saluran Volkmann.
Sistem sirkumferensial internal dan eksternal, terletak di sekitar rongga sumsum dan terletak
dibawah periosteum. Lame-lamel mereka mempunyai distribusi sirkuler, dengan saluran medulla
sebagai pusatnya. Sistem sirkumferensial eksternal mempunyai lamel lebih banyak daripada
sistemsirkumferensial internal (gambar 8-5).
Sistem intermediet atau interstisial adalah sistem yang terdapat diantara dua
sirkumferensial dan saluran havers. Sistem intermediet terdiri dari kelompok lamel yang sejajar
dan berbentu segitiga atau tak beraturan.
15
2.2.2 Struktur Tulang Rawan
Tulang rawan merupakan sejenis jaringan penyambung di mana bahan intraselnya mempunyai
konsistensi keras, meskipun jaringan tersebut kurang resisten terhadap tekanan daripada tulang.
Permukaannya biasanya berpegas dan halus. Tulang rawan mengandung banyak bahan intrasel,
yang dikenal sebagai matriks tulang rawan, dengan rongga-rongga (lakuna) yang mengandung
sel tulang rawan (kondrosit).
Karena kolagen dan elastin lunak, konsistensi keras kebanyakan jaringan tulang rawan tergantung
kepada glikosaminoglikan, yang molekul-molekulnya rupanya bergabung, dengan ikatan
elektrostatik, dengan kolagen yang ada di dalam matriks tersebut. Variasi dalam kadar dan jenis
serabut kolagen dan elastik memberikan sifat khusus kepada tulang rawan itu.
Di dalam daerah yang menahan beban berat badan atau daya tarikan yang kuat, kadar serabut kolagen
besar, dan tulang rawan di dalam darah seperti itu hamper tidak dapat diperpanjang. Daerah
dimana tulang rawannya fleksibel dan kebutuhan menahan beban berat dan stress kurang besar
mengandung suatu matriks dengan serabut elastik dan lebih sedikit serabut kolagen, sehingga
menyebabkan jenis tulang rawan yang lebih fleksibel dan elastik.
Tulang rawan yang tidak mempunyai pembuluh darah, mendapatkan zat gizi dan difusi dari kapiler
dalam jaringan penyambung ndi dekatnya atau melalui cairan synovial dari kavum sendi. Dalam
beberapa kasus, pembuluh darah menembus tulang rawan untuk memebri makan jaringan lain.
Tulang rawan tidak mempunyai pembuluh limfe atau saraf dan mempunyai kecepatan
metabolisme yang rendah.
Ada tiga jenis tulang rawan, yaitu: hialin (bentuk terbanyak), matriksnya mengandung serabut kolagen
dalam jumlah moderat, elastik matriksnya mengandung serabut kolagen dan sejumlah besar
serabut elastic. Fibrosa (fibrokartilago), yang mengandung suatu matriks yang dapat kebanyakan
dibentuk oleh suatu jalinan jala-jala serabut kolagen kasar.
16
Perikondrium, yang membentuk suatu permukaan bersama dengan tulang rawan dan matriks jaringan
penyambung yang membungkusnya, adalah suatu sarung khusus seperti kapsul dari jaringan
penyambung yang melapisi tulang rawan di dalam kebanyakan tempat.
Pada orang dewasa, tulang rawan hialin terutama terdapat di dalam dinding saluran pernafasan (hidung
sampai bronkus), pada ujung ventral iga, dan pada permukaan tulang di dalam persendian. 40%
berat kering tulang rawan hialin terdiri dari kolagen yang terdapat di dalam zat amorf intersel.
Mikrograf electron memperlihatkan bahwa fibril-fibril kolagen yang tersendiri, yang lebih halus
daripada fibril di dalam bentuk lain jarinagn penyambung, merupakan komponen utama matriks
tersebut. Variasi dalam penyusunan dan penampilan kolagen tulang rawan mencerminkan
komposisi kimianya. Matriks tulang rawan terutama mengandung kolagen jenis II yang terdiri
dari 3 rantai alfa-1 jenis II. Berkas kolagen kasar hanya terlihat pada kasus tertentu seperti,
kartilago artikularis.
Glikosaminoglikan merupakan komponen utama matriks amorf tulang rawan. Glikosaminoglikan dibagi
dua, yaitu asam hialuronat, suatu polisakarida tidak bercabang yang sangat panjang; dan sejenis
proteoglikan yang terdiri dari suatu inti protein dan dari inti ini tersebar banyak
mukopolisakarida sulfat pendek tak bercabang. Struktur proteoglikan
17
menyerupai sikat botol, inti protein tersebut menjadi rantai sikat dan rantai mukopolisakarida yang
tersebar menjadi bulu sikat tersebut.
Secara structural, kekerasan matriks tulang rawan disebabkan oleh ikatan silang diantara kolagen dan
glikosaminoglikan. Matriks tersebut terdiri dari jaringan jala-jala asam hialuronat dan kolagen,
yang diikat silang dengan kuat oleh proteoglikan.
Di dalam matriks tulang rawan, tepat di sekitar tiap kondrosit, terdapat suatu daerah matriks yang
banyak mengandung glikosaminoglikan dan sedikit kolagen. Daerah perifer ini, yang disebut
kapsul.
2. Perikondrium
Perikondrium banyak mengandung serabut kolagen (jenis I) dan mempunyai sel-sel yang menyerupai
fibroblas. Ini meluas dari bagian perifer perikondrium tetapi lebih banyak ketika mendekati
tulang rawan. Secara morfologis, sel-sel lapisan dalam perikondrium (diduga sel kondrogenik)
mirip dengan fibroblas dan dianggap demikian oleh beberapa pengarang. Meskipun demikian,
penulis lain mempolustasikan bahwa mereka merupakan sel mesenhim belum berdiferensiasi
yang dapat langsung berdiferensiasi menjadi kondroblas.
18
3. Kondrosit
Pada bagian perifer tulang rawan hialin, kondrosit mempunyai bentuk bulat panjang, dengan sumbu
panjang sejajar dengan permukaan. Makin ke dalam mereka berbentuk bulat, dan bisa muncul
dalam kelompok sampai 8 sel yang berasal dari pembelahan mitosis satu kondrosit. Kelompok
ini disebut isogenik. Di dalam tulang rawan lempeng epifiseal, kondrosit yang sedang
berploriferasi berkumpul dalam deretan.
Di dalam jaringan hidup kondrosit mengisi penuh lakuna. Jika dilihat oleh mikroskop cahaya
permukaannya tampak halus, sedangkan dengan mikroskop electron terdapat cekungan dan
penonjolan yang lebih besar dan banyak pada kondrosit muda.
19
Kondrosit muda pipih, sedangkan yang tua bulat dan mengalami hipertrofi. Secara sitologis, sel-sel
tersebut memperlihatkan organel khas secretor protein- terutama reticulum endoplasmic yang
rumit dan kompleks golgi yang berkembang baik. Bukti baru-baru ini memperlihatkan bahwa
kondrosit merupakan suatu sel yang mesintesa sejumlah besar glikosaminoglikan dan kolagen
jenis II yang khas.
a) Histofisiologi
Sel tulang rawan hialin memetabolisir glukosa terutama dengan glikolisis anaerobic untuk menghasilkan
asam laktat sebagai produk akhirnya. Nutrient dari darah berdifusi dari perikondrium ke
kondrosit yang terletak lebih dalam. Oleh karena itu, lebar maksimum tulang rawan terbatas.
Dengan memakai radioautografi, telah diperlihatkan bahwa kondrosit mensintesa semua
komponen matriks tulang rawan.
b) Histogenesis
Tulang rawan berasal dari mesenhim. Sel-sel yang dibentuk oleh diferensiasi langsung sel mesenhim ini,
yang sekarang disebut kondroblas, mempunyai sitoplasma basofilik yang banyak mengandung
ribosom.
20
5. Fibrokartilago
Fibrokartilago adalah sebuah jaringan diantara sifat jaringan penyambung padat dan tulang rawan hiali.
Ia ditemukan di dalam diskus intervertebralis, pada perlekatan ligament tertentu ke tulang, dan di
dalam simfisis pubis. Fibrokartilago mengandung kondrosit yang mirip dengan kondrosit tulang
rawan hialin baik tunggal maupun dalam kelompok isogen kecil. Kondrosit-kondrosit tersebut
sering tersusun dalam kolom-kolom panjang. Matriks fibrokartilago bersifat asidofilik karena ia
mengandung sejumlah besar serabut kolagen kasar jenis I, yang mudah dilihat di bawah
mikroskop cahaya.
Di dalam fibrokartilago, serabut kolagen yang terdapat dalam jumlah banyak tersebut membentuk
berkas tak teratur diantara kelompok kondrosit atau tersusun dalam susunan sejajar sepanjang
kolom kondrosit. Arahnya tergantung stress tergantung stress pada kartilago. Fibrokartilago tidak
mempunyai perikondrium. Fibrokartilago berkembang dari jaringan penyambung pada dengan
diferensiasi fibroblast menjadi kondrosit.
6. Diskus Intervertebralis
Tiap diskus intervertebralis terletak diantara 2 vertebrata dan melekat padanya dengan melalui ligament.
Diskus ini mempunyai 2 komponen: anulus fibrosus kartilagenus dan nukleus pulposus cair.
anulus fibrosus mempunyai suatu lapisan luar yang terdiri dari jaringan penyambung padat,
21
tetapi ia terutama disusun oleh lapisan-lapisan overlapping fibrokartilago dimana berkas-berkas kolagen
tersusun secara orthogonal dalam lapisan yang berdekatan.
Nukleus pulposus terletak dibagian tengah annulus fibrosus. Ia berasal dari notokord dan terdiri dari
beberapa sel bulat yang tertanam di dalam cairan amorf seperti sirup yang banyak mengandung
asam hialuronat. Semakin bertambahnya usia, ukuran nukleus pulposus ini akan semakin
mengecil dan sebagian digantikan fibrokartilago.
2.3 Osifikasi
Osifikasi adalah sebuah proses pembentukan tulang. Pembentukan tulang dimulai dari
perkembangan jaringan penyambung seperti tulang rawan yang berkembang menjadi tulang
keras. Jaringan yang berkembang akan disisipi dengan pembuluh darah. Pembuluh darah ini akan
membawa mineral seperti kalsium dan menyimpannya pada jaringan tersebut.
Tulang pada awalnya dapat terbentuk melalui satu dari dua cara berikut, yaitu:
1. Osifikasi intramembranosa, osteoblas berdiferensiasi langsung dari mesenkim dan
mulai menyekresi osteoid.
2. Osifikasi endokondral, matriks tulang rawan yang sudah ada mengalami erosi dan
digantikan dengan osteoblas yang menghasilkan osteoid.
2.3.1 Osifikasi Intramembranosa
Osifikasi intramembranosa, yang menghasilkan sebagian besar tulang pipih, disebut
demikian karena terjadi di dalam kondensasi jaringan mesenkimal embrio. Tulang frontal dan
pariental tengkorak selain bangian tulang oksipital dan temporal mandibula serta maksila
terbentuk karena osifikasi membrana.
Pada lapisan kondensasi mesenkimal atau ‘membran’ titik awal untuk pembentukan
tulang disebut pusat osifikasi. Proses diawali saat sekelompok sel mesenkimal berdiferensiasi
menjadi osteoblas. Osteoblas menghasilkan matriks osteoid dan diikuti kalsifikasi, yang
menyebabkan enkapsulasi sebagian osteoblas , yang kemudian menjadi osteosid. Pulau-pulau
pembentukan tulang tersebut membentuk dinding yang membatasi rongga –rongga panjang yang
berisi kapiler , sel sumsum tulang, dan sel-sel yang belum terdiferensiasi. Beberapa kelompok
demikian hampir serentak muncul di pusat osifikasi sehingga penyatuan dinding menghasilkan
struktur mirip spons di tulang. Jaringan ikat yang tertinggal di antara dinding tulang disusupi
pembuluh darah dan sel mesenkim tambahan, yang membentuk sumsum tulang. Pusat-pusat
osifikasi tulang tumbuh secara radial dan akhirnya menyatu, yang akan menggantikan jaringan
ikat asal.
Pada tulang pipih tengkorak terdapat pembentukan tulang yang lebih mencolok
ketimbang resorpsi tulang pada permukaan internal dan eksternal. Jadi, dua lapisan tulang
kompakta (lempeng internal dan eksternal) terbentuk, sedangkan bagian pusat (diploe) tetap
mempertahankan ciri sponsnya. Fontanel atau ubun-ubun di kepala neonatus merupakan area di
tengkorak yang sesuai dengan bagian jaringan ikat yang belum mengalami penulangan. Bagian
lapisan jaringan ikat yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan endosteum dan periosteum
tulang baru.
22
2.3.2 Osifikasi Endokondral
Osifikasi endokondral terjadi di dalam sepotong tulang rawan hialin yang bentuknya
menyerupai miniatur tulang yang akan dibentuk. Jenis osifikasi ini pada dasarnya berperan pada
pembentukan tulang panjang dan pendek.
Osifikasi endokondral tulang panjang meliputi urutan kejadian yang diperlihatkan secara
skematis. Mula-mula, jaringan tulang pertama tampak berupa suatu kerah yang mengelilingi
diafis model kartilago. Kerah tulang (bone collar) ini dihasilkan melalui aktivitas osteoblas
setempat dalam perikondrium sekitarnya. Kerah tersebut kini menghambat difusi oksigen dan
nutrien ke dalam kartilago di bawahnya, yang memicu perubahan degeneratif di tempat tersebut.
Kondrosit mulai memproduksi fosfatase alkali dan membengkak (hipertrofi), yang membesar
lakunannya. Perubahan tersebut mengompresi matriks menjadi trabekula yang lebih sempit dan
menimbulkan klasifikasi di struktur tersebut. Kematian kondrosit menghasilkan struktur 3-
dimensi berpori yang dibentuk oleh sisa-sisa matriks tulang rawan yang mengapur. Pembuluh
darah dari bekas perikondrium yang kini menjadi periosteum, berpenetrasi melalui kerah tulang
yang sebelumnya disusupi osteoklas, yang membawa sel-sel osteoprogenitor ke daerah sentral
berpori tersebut. Berikutnya, osteoblas melekat pada matriks kartilago yang telah mengapur dan
menghasilkan lapisan-lapisan tulang primer yang mengelilingi sisa matriks tulang rawan. Pada
tahap ini, kartilago berkapur tampak basofilik, dan tulang primer terlihat eosinofilik.
Proses pada diafis ini membentuk pusat osifikasi primer. Pusat osifikasi sekunder
muncul tidak lama kemudian di epifis model kartilago dan berkembang dengan cara serupa.
Selama perluasan dan remodelling berlangsung, pusat osifikasi primer dan sekunder membentuk
rongga yang secara berangsur diisi dengan sumsum tulang.
Di pusat osifikasi sekunder, tulang rawan tetap berada pada dua daerah; kartilago sendi,
yang tetap ada sepanjang usia dewasa dan tidk ikut dalam pertumbuhan memanjang tulan, dan
kartilago epifiseal (juga disebut lempeng epifiseal atau lempeng pertumbuhan), yang
menghubungkan setiap epifis dengan diafisis. Tulang-tulang epifis bertanggung jawab atas
pertumbuhan memanjang tulang, dan tidak terdapat lagi pada tulang saat dewasa. Hilangnya
lempeng epifiseal (‘penutupan epifis’) terjadi pada waktu yang berbeda dengan tulang yang
berbeda pula serta akan tuntas di semua tulang saat berumur sekitar 20 tahun. Pemeriksaan
kerangka yang sedang tumbuh dengan pemeriksaan forensik atau sinar-X memungkinkan kita
menetapkan ‘usia tulang’ seseorang, dengan memperlihatkan epifis mana yang terbuka dan yang
sudah tertutup. Begitu epifis sudah menutup, pertumbuhan memanjang, tulang menjadi tidak
mungkin, meskipun pelebaran tulang masih dapat terjadi.
Lempeng kartilago epifiseal dibagi menjadi lima zona, yang dimulai dari sisi epifis
kartilago :
1. Zona istirahat terdiri atas kartilago hialin dengan kondrosit yang tipikal.
2. Dalam zona proliferasi, kondrosit mulai cepat membelah dan membentukk kolom-
kolom sel yang paralel terhadap sumbu panjang tulang.
3. Zona hipertrofi tulang rawan mengandung kondrosit besar dengan sitoplasma yang
telah menimbun glikogen. Hipertrofi mengompresi matriks menjadi septa tipis di
antara kondrosit.
4. Di zona klasifikasi tulang rawan, kehilangan kondrosit mati melalui apoptosis
disertai oleh klasifikasi septa matriks tulang rawan melalui pembentukan kristal
hidroksiapatit.
23
5. Di zona osifikasi, jaringan tulang muncul pertama kali. Kapiler darah dan sel-sel
osteoprogenitor yang berasal dari periosteum menginvasi rongga yang ditinggalkan
kondrosit. Banyak rongga tersebut akan bersatu dan menjadi rongga sempit. Sel
osteoprogenitor membentuk osteoblas, yang menetap di suatu lapisan diskontinu di
atas septa matriks kartilago yang berkapur, yang membentuk tulang anyaman.
Sebagai kesimpulan, pertumbuhan memanjang tulang-tulang panjang terjadi melalui
proliferasi kondrosit di lempeng epifis yang berdekatan dengan epifis. Pada waktu yang sama,
kondrosit di sisi diafis lempeng tersebut mengalami hipertrofi, matriksnya mengalami
perkapuran, dan sel-selnya mati. Osteoblas meletakkan selapis tulang primer pada matriks yang
berkapur itu. Laju kedua kejadian yang berlawanan ini (proliferasi dan destruksi) kurang lebih
sama, tebal lempeng epifis tidak berubah. Alih-alih, lempeng epifis didesak menjauhi bagian
tengah diafisis sehingga tulang tersebut bertambah panjang.
PERTUMBUHAN, REMODELLING, & PERBAIKAN TULANG
Pertumbuhan tulang umumnya disertai resorpsi parsial jaringan yang ada dan sekaligus
peletakan tulang baru (yang melampaui laju kehilangan tulang). Proses ini memungkinkan
bentuk tulang dipertahankan selama pertumbuhan tulang. Laju remodelling (pergantian tulang)
sangat aktif pada anak-anak, yang dapat berlangsung 200 kali lebih cepat daripada remodelling
pada orang dewasa adalah suatu proses fisiologis dinamis yang berlangsung serentak di banyak
lokasi pada kerangka, dan tidak selalu berhubungan dengan pertumbuhan tulang.
Meskipun sifatnya keras, remodeling konstan membuat tulang menjadi sangat plastis dan
mampu mengalami perubahan struktural internal, bergantung pada berbagai stres yang
dialaminya. Contoh plastisitas tulang yang sangat dikenal adalah kemampuan modifikasi posisi
gigi di tulang rahang adalah kemampuan modifikasi posisi gigi di tulang rahang oleh tekanan
lateral yang dihasilkan oleh peralatan ortodontis. Tulang dibentuk di sisi terjadinya traksi dan
diresorbsi di sisi yang berlawanan tempat timbulnya tekanan. Dengan demikian, gigi digerakkan
di dalam rahang saat tulang mengalami remodelling.
Tulang tengkorak terutama tumbuh akibat pembentukan jaringan tulang oleh periosteum
antara sutura dan pada permukaan eksternal tulang. Pada saat yang sama, resorbsi berlangsung
pada permukaan internal tulang. Plastisitas tulang memungkinkannya berespons terhadap
pertumbuhan otak dan membentuk tengkorak dengan ukuran yang adekuat. Tengkorak akan
kecil jika otak tidak berkembang sempurna, dan akan lebih besar dari normal pada orang yang
mengalami hidrosefalus, suatu kelainan yang dintandai penimbunan cairan spinal secara
abnormal dan dilatasi vertikal otak.
Terkandung sel punca osteoprogenitor di seluruh endosteum dan periosteum serta
memiliki suplai darah yang ekstensif, tulang memiliki kapasitas yang baik untuk perbaikan dan
regenerasi. Fraktur tulang dan kerusakan lain diperbaiki secara efisien dengan menggunakan sel
dan proses yang sudah berlangsung aktif pada remodelling tulang. Celah yang terbentuk akibat
pembedahan dapat diisi dengan tulang baru, terutama saat jaringan periosteum tetap berdekatan.
24
2.4 Gangguan Pada Tulang
1. FRAKTUR TERTUTUP
Fraktur (patah tulang) tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar sehingga pada fraktur tertutup tidak terdapat luka luar. Fraktur tertutup
biasanya terjadi pada orang yang memiliki riwayat trauma atau pernah mengalami
kecelakaan , jatuh dan sebagainya yang dapat menyebabkan patah tulang. Waktu
penyembuhan fraktur dipengaruhi berbagai macam contohnya tulang anak kecil bisa sembuh
lebih cepat daripada tulang orang dewasa dan lokalisasi fraktur juga mempengaruhi
penyembuhan fraktur , fraktur metafisis lebih cepat sembuh daripada fraktur diafisis.
2. FRAKTUR TERBUKA
Fraktur terbuka adalah suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar
melalui kulit sehingga ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri yang dapat menimbul
komplikasi berupa infeksi. Biasanya fraktur terbuka di tandai dengan adanya rasa nyeri ,
patah tulang setelah terjadinya trauma , bagian yang mengalami trauma biasanya sulit di
gerakkan , bengkak , dan juga mengalami perubahan warna.
3. OSTEOMIELITIS
Suatu bentuk infeksi tulang yang menyebabkan kerusakan dan pembentukan tulang baru.
Biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh lewat luka atau
penyebaran infeksi lewat darah. Osteomyelitis biasanya lebih banyak di derita oleh anak-
anak dengan gejala yang timbul demam, malaise, dan rasa nyeri pada bagian yang terserang.
Osteomielitis terbagi menjadi dua jenis berdasarkan cara infeksi terjadi, yaitu osteomielitis
hematogen dan osteomielitis eksogen.
4. ACHONDROPLASIA
Salah satu kondisi yang menyebabkan dwarfisme atau tubuh kerdil yang termasuk
kelompok gangguan pertumbuhan tulang. Penderita achondroplasia memiliki lengan dan
tungkai yang pendek. Pada penderita achondroplasia dewasa jarang yang dapat mencapai
tinggi 152 cm. Rata-rata tinggi mereka adalah sekitar 124 sampai 132 cm.
5. LORDOSIS
Penyakit kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan punggung penderita terlalu
melengkung masuk pada daerah pinggang.Lordosis disebabkan oleh sikap tubuh yang buruk,
pembentukan tulang punggung yang kurang sempurna sejak lahir, alas kaki , dan posisi
tubuh. Ada juga faktor lain yang mempengaruhi lordosis , misalnya jenis kelamin, biasanya
lordosis banyak di derita oleh perempuan ketika hamil , karena disaat itu tubuh perempuan
banyak menghasilkan hormon relaksin yang berfungsi untuk merenggangkan otot dan sendi
di daerah pinggul sehingga tulang punggung akan cenderung condong kedepan mengikkuti
beban si janin.
25
6. SKOLIOSIS
Kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang. Sebanyak 75-
85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan
karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan
penyakit lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar tulang
belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi
melengkung.
7. KIFOSIS
Penyakit kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan tubuh penderita melengkung
melebihi batas normal atau bungkuk. Kifosis dapat disebabkan oleh postur tubuh yang buruk,
radang sendi, osteoporosis, ataupun beberapa faktor lainnya, namun kifosis pada anak-anak
dapat muncul tanpa sebab yang jelas. Kifosis dapat menimbulkan rasa lelah serta rasa nyeri
dan kaku pada punggung.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Tulang terdiri dari bahan intrasel yang mengalami klasifikasi, matriks tulang, dan
berbagai jenis sel osteosit, yang ditemukan dalam rongga (lakuna) di dalam matriks osteoblas,
yang mensintesa komponen organik matriks tersebut dan osteoklas, yang merupakan sel raksasa
berinti banyak yang diperlukan dalam resorpsi dan perubahan bentuk jaringan tulang.
Tulang rawan ( L. cartilago, tulang muda) merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri
dari sel-sel yang disebut kondrosit dan matriks ekstrasel. Sel-sel kondrosit berada di dalam
rongga-rongga yang disebut lacuna. Tulang rawan terbagi atas 3 tipe yaitu; Tulang rawan hialin,
Elastis dan Fibrokartilago
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, Penulis menuliskan Untuk mahasiswa khususnya, agar belajar
lebih mendalami lagi tentang Histologi Tulang dan Tulang Rawan. Karena, lebih banyak
mendalami, kita lebih banyak tau lagi tentang struktur tubuh manusia atau penyusun tubuh
manusia. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
26
Daftar Pustaka
Junqueira, L. C. (n.d.). Histologi Dasar. EGC.
Mescher, A. L. (n.d.). Histologi Dasar. EGC.
Patologi Umum. (n.d.). Retrieved from http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-paper-6661-
Patologi_Umum_13.pdf
Penyakit tulang, sendi, otot. (n.d.). Retrieved from
http://eprints.uny.ac.id/48401/2/BAB%20II.pdf
27