Anda di halaman 1dari 16

EVIDENCE BASED PRAKTICE DALAM ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU NIFAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui

Dosen Pengampu:

Cia Aprilianti, MPH

Disusun Oleh:

1. Cahaya Asi 6. Meilisae 11. Rizka R


2. Defi D 7. Priska A 12. Sandra L
3. Fourensia P 8. Qotrun Nada 13. Summitri
4. Fitri Damayanti 9. Reisa
5. Mikha 10. Reitamara

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

JURUSAN D IV KEBIDANAN

REGULER 4

2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah mengenai evidence based practice dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah
ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.

Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman
serta ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki
bentuk maupun tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang memiliki
wawasan yang luas dan lebih baik lagi.

Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang evidence based practice
dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas ini bisa memberi manfaat atau inspirasi pada
pembaca.

Palangka Raya, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 1

1.3. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Pengertian ............................................................................................... 3

2.2. Manfaat ................................................................................................... 4

2.3. Karakteristik ........................................................................................... 4

2.4. Proses Eksplorasi Evidence Based Practice Dalam Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas .................................................................................................. 5

2.5. Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice.......................................... 6

2.6. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence Based
Practise ...................................................................................................... 7

BAB III : PENUTUP

3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 12

3.2. Saran ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kebidanan atau obstetric adalah bagian ilmu kedokteran yang khusus
mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi dan yang menjadi
objek ilmu kebidanan ialah kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi yang baru lahir
(Prawirohardjo Sarwono, 2009).

Tujuan dari kebidanan yang khusus mempelajari tentang kehamilan,


persalinan, bayi, ibu nifas, dan proses kembalinya alat reproduksi wanita dalam
keadaan normal. Tujuan dari ilmu kebidanan yaitu untuk memberikan asuhan
kehamilan, menolong persalinan yang bersih dan aman, penangan pada nifas, asuhan
pemberian ASI eksklusif pada bayi, dan kembalinya alat-alat reproduksi pada
keadaan semula.

Pelayanan kesehatan suatu Negara ditentukan oleh tingkat tinggi rendahnya


angka kematian ibu dan bayi di Negara tersebut. Indonesia merupakan penyumbang
terbesar dari kematian ibu dan bayi di ASEAN. Kebanyakan kematian ibu terjadi
pasca persalinan atau pada masa nifas ibu. Hai ini dikarenakan dalam menolong
proses persalinan kebersihan yang kurang terjaga dan keterlambatan dalam
mengambil keputusan klinis.

WHO menetapkan salah satu usaha penting untuk mencapai peningkatan


pelayan kebidanan yang menyeluruh dan bemutu dengan dilaksanakannnya praktik
berdasar pada evidence based practice. Evidence based practice telah dibuktikan
secara ilmiah dapat digunakan sebagai dasar praktik kebidanan yang baru dan aman,
dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan yang mampu memberikan
pelayananan bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian
ibu dan anak.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:

1
1. Apa pengertian evidence based practice?
2. Apa manfaat evidence based practice dalam asuhan kebidanan pada ibu
nifas?
3. Bagaimana karakteristik evidence based practice dalam asuhan kebidanan
pada ibu nifas?
4. Bagaimana proses eksplorasi evidence based practice dalam asuhan
kebidanan pada ibu nifas?
5. Bagaimana etika pemanfaatan evidence based practice dalam asuhan
kebidanan pada ibu nifas?
6. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan memanfaatkan
evidence based practice?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari evidence based practice.
2. Agar dapat mengetahui manfaat evidence based practice dalam asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
3. Agar dapat mengetahui karakteristik evidence based practice dalam asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
4. Agar dapat mengetahui proses eksplorasi evidence based practice dalam asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
5. Agar dapat mengetahui etika pemanfaaatan evidence based practice dalam
asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Agar dapat mengetahui asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan memanfaatkan
evidence based practice.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evidence Based

Pengertian evidence Based jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris)


maka evidence Based dapat diartikan sebagai berikut Evidence adalah Bukti atau
fakta dan Based adalah Dasar. Jadi evidence based adalah: praktik berdasarkan
bukti.

Menurut Sackett, Evidence-based (EB)adalah suatu pendekatan medik yang


didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan
penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya, EB memadukan antara
kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling
dapat dipercaya.

Pengertian lain dari evidence based adalah proses yang digunakan secara
sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil
studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.

The process of systematically finding, appraising and using research


findings as the basis for clinical decisions. Evidence base adalah proses sistematis
untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan klinis.

Jadi secara lebih rinci, Evidence Based merupakan keterpaduan antara :


1. Bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research
evidence)

2. Keahlian klinis (clinical expertise)


3. Nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).

EBP dalam praktik kebidanan yaitu Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik
yang tersedia sehingga tenaga kesehatan (Bidan) dan pasien mencapai keputusan

3
yang terbaik, mengambil data yang diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai
pasien secara menyeluruh dalam memberikan pelayanan kehamilan(Gray, 1997).

Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil


penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru
dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Evidence
Based artinya berdasarkan bukti Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau
kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti ilmiah terkini yang bisa
dipertanggungjawabkan.

2.2 Manfaat Evidence Based


Manfaat yang dapat diperoleh dari Evidence Base antara lain:

1) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti


ilmiah

2) Meningkatkan kompetensi (kognitif)

3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan


asuhan yang bermutu

4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien


mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2.3 Karakteristik Evidence Based


Evidence Based mempunyai karakteristik :
1. Semangat untuk meneliti
2. Tim dan belajar mandiri
3. Skenario klinik
4. Pertanyaan PICOT(pasien, intervensi, comparison /perbandingan dari
beberapa
intervensi, Outcome / hasil yang diinginkan, Time/ waktu untuk intervensi )
5. Mencari bukti untuk menjawab pertanyaan
6. Kajian kritis (sintesis)

4
7. Implementasi dari evidence pada praktek klinik
8. Evaluasi dari Implementasi
2.4 Proses eksplorasi
Proses dalam penerapan evidence based medicine-practice:

1. Penerapan evidence based medicine-practice dimulai dari pasien,


masalah klinis atau pertanyaan yang timbul terkait perawatan yang
diberikan pada klien
2. Merumuskan pertanyaan klinis (rumusan masalah) yang mungkin,
termasuk pertanyaan kritis dari kasus/ masalah ke dalam kategori, misal:
desain studi dan tingkatan evidence
3. Melacak/ mencari sumber bukti terbaik yang tersedia secara sistematis
untuk menjawab pertanyaan
4. Penilaian kritis (critical appraisal) akan bukti ilmiah yang telah didapat
untuk validitas internal/ kebenaran bukti, (meliputi: kesalahan sistematis
sebagai akibat dari bias seleksi, bias informasi dan faktor perancu; aspek
kuantitatif dari diagnosis dan pengobatan; ukuran efek dan aspek presisi;
hasil klinis; validitas eksternal atau generalisasi), dan kegunaan dalam
praktik klinis.
5. Penerapan hasil dalam praktek pada klien, dengan membuat keputusan
untuk menggunakan atau tidak menggunakan hasil studi tersebut, dan
atau mengintegrasikan bukti tersebut dengan pengalaman klinis dan
faktor pasien/ klien dalam menentukan keputusan tersebut.
6. Evaluasi kinerja, yaitu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah
dilakukan pada klien.

Untuk menggunakan hasil penelitian/ bukti sebagai referensi dalam


memberikan perawatan pada klien, diperlukan suatu tinjauan sistematis/ review
sistematis (evidence review/ systematic review) dari hasil penelitian-penelitian
serupa. Tinjauan sistematis ini dapat kita lakukan sendiri atau menggunakan
tinjauan sistematis yang sudah disusun dan dipublikasikan oleh seorang penulis
(peneliti, akademisi, praktisi) yang ahli dibidangnya untuk memberikan rencana

5
terperinci dan berulang tentang pencarian literatur dan evaluasi dari bukti-bukti
tersebut.

Setelah semua bukti terbaik dinilai, pengobatan/ perawatan dikategorikan sebagai:

1) mungkin bermanfaat,
2) mungkin berbahaya, atau
3) bukti tidak mendukung salah satu manfaat atau bahaya.

Kualitas bukti dapat dinilai berdasarkan jenis sumber bukti (dari meta-
analisis dan review sistematis uji klinis), faktor lainnya termasuk validitas statistik,
relevansi klinis, keakuratan dan kekinian, dan penerimaan. Dalam evidence based -
practice kategori berbagai jenis evidence based dan tingkatan atau nilainya
disesuaikan dengan kekuatan hasil penelitian dari berbagai jenis bias penelitian.

2.5 Etika Pemanfaatan EBP


Etika merupakan seperangkat prinsip yang harus dipatuhi agar pelaksanaan
suatu kegiatan oleh seseorang atau profesi dapat berjalan secara benar (the right
conduct), atau suatu filosofi yang mendasari prinsip tersebut. Etika adalah aturan
yang dipegang oleh peneliti dalam melakukan riset dan oleh karenanya para peneliti
harus mengetahui dan paham tentang etika ini sebelum melakukan penelitian.

Etika riset dilandaskan dalam prosedur yang terdiri dari penghormatan


terhadap harkat dan martabat manusia, penghormatan terhadap privasi dan
kerahasiaan subyek penelitian, keadilan dan inklusivitas, serta memperhitungkan
manfaat dan kerugian yang ditimbulkan penelitian.

Dalam pemanfaatan evidenced based tidak menyalahi atau tidak


bertentangan norma dan budaya yang dianut masyarakat selama budaya itu tidak
membahayakan

1) semua keputusan praktis harus dibuat berdasarkan studi penelitian, dipilih dan
ditafsirkan menurut beberapa karakteristik norma tertentu (penelitian kuantitatif),
2) diperlukan keahlian klinis dari tenaga kesehatan,

6
3) dalam bingkai sistem pelayanan kesehatan yang berlaku,
4) dilaksanakan berdasarkan pilihan klien/ pasien.
2.6 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan EBP

Dalam jurnal tersebut, diberikan suatu rekomendasi-rekomendasi mengenai


penyediaan Postnatal care untuk ibu dan bayi baru lahir, antara lain :

1. Ibu sehat dan bayi baru lahir harus menerima perawatan di fasilitas selama
minimal 24 jam setelah lahir.
2. Waktu untuk kontak postnatal pertama antara ibu dan bayi yaitu, Jika lahir di
fasilitas kesehatan, ibu dan bayi baru lahir harus menerima perawatan setelah
melahirkan di fasilitas untuk setidaknya 24 jam setelah lahir. Jika lahir di rumah,
kontak postnatal pertama harus sedini mungkin dalam 24 jam setelah kelahiran.
Setidaknya tiga kontak postnatal tambahan yang direkomendasikan untuk semua
ibu dan bayi yang baru lahir, pada hari ke 3 (48-72 jam), antara hari 7-14 setelah
kelahiran, dan enam minggu setelah melahirkan.
3. Kunjungan ke rumah pada minggu pertama setelah lahir dianjurkan untuk
perawatan ibu dan bayi baru lahir.
4. Penilaian bayi
Tanda-tanda berikut harus dinilai selama setiap kontak postnatal dan bayi
baru lahir harus dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut jika ditemui tanda-tanda
antara lain : berhenti makan dengan baik, sejarah kejang, cepat pernapasan
(tingkat pernapasan ≥60 per menit), dada yang parahh, tidak ada gerakan
spontan, demam (suhu ≥37.5 ° C), suhu tubuh rendah (suhu <35,5 ° C), setiap
penyakit kuning pada 24 jam pertama hidup, atau kuning telapak tangan dan
kaki pada usia berapa pun. Keluarga harus didorong untuk mencari perawatan
kesehatan dini jika mengidentifikasi salah satu dari tanda bahaya kunjungan
perawatan postnatal.
5. Semua bayi harus mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan.

Dukungan khusus harus diberikan ketika ibu ketika ibu melahirkan bayi
prematur. WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif untuk semua bayi
prematur dan berat badan lahir rendah. Dua penelitian yang dilakukan di LMICs,

7
mengevaluasi efek dari EBF pada bulan pertama kehidupan untuk risiko
kematian neonatal (69, 70). Kualitas bukti itu dinilai sebagai moderat. Angka
kematian secara signifikan lebih rendah di antara neonatus ASI eksklusif
dibandingkan dengan orang-orang yang sebagian ASI. Neonatus ASI eksklusif
memiliki signifikan risiko yang lebih rendah memiliki infeksi akut pernapasan
(ISPA). Khusus neonatus ASI juga memiliki risiko signifikan lebih rendah
menderita diare dan sepsis.

Kesimpulannya, terdapat bukti kualitas moderat yang ASI eksklusif


neonatus beresiko lebih rendah dari semua penyebab kematian dan kematian
yang berhubungan dengan infeksi pada bulan pertama hidup dibandingkan
dengan neonatus sebagian ASI.

6. Perawatan tali pusat

Chlorhexidine Harian (7,1% chlorhexidine larutan diglukonat atau gel,


memberikan 4% klorheksidin) aplikasi untuk perawatan tali pusat selama
minggu pertama kehidupan direkomendasikan untuk bayi baru lahir yang lahir
di rumah. Mengingat kasus kematian neonatal yang tinggi (30 atau lebih banyak
kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup).

Penggunaan klorheksidin dalam situasi ini dapat dianggap hanya untuk


menggantikan aplikasi zat tradisional yang berbahaya, seperti kotoran sapi,
untuk sisa tali pusat. Selain itu, perawatan tali pusat bersih dan kering juga
dianjurkan untuk BBL.

7. Perawatan postnatal lain untuk bayi baru lahir antara lain :


Mandi harus ditunda sampai 24 jam setelah lahir. Jika hal ini tidak
mungkin karena alasan budaya, mandi harus ditunda selama sedikitnya enam
jam. Pakaian yang sesuai dari bayi untuk suhu ambien dianjurkan. Ini berarti 1-2
lapis pakaian lebih banyak dari orang dewasa, serta penggunaab tutup kepala
bayi. Ibu dan bayi tidak harus dipisahkan dan harus tinggal di ruangan yang
sama 24 jam dalam sehari.
Komunikasi dan bermain dengan bayi yang baru lahir harus didorong.
Imunisasi harus dipromosikan sesuai pedoman WHO yang ada. Prematur dan

8
bayi berat badan rendah harus diidentifikasi segera setelah lahir dan harus
disediakan perawatan khusus sesuai pedoman WHO yang ada.
8. Penilaian ibu 24 jam pertama setelah lahir

Semua wanita postpartum harus memiliki penilaian rutin perdarahan


vagina, rahim kontraksi, tinggi fundus, suhu dan denyut jantung (nadi) secara
rutin selama 24 jam pertama dimulai dari jam pertama setelah lahir. Tekanan
darah harus diukur segera setelah lahir. Jika normal, pengukuran tekanan darah
kedua harus diambil dalam waktu enam jam. Kekosongan urine harus
didokumentasikan dalam waktu enam jam.

Melampaui 24 jam setelah lahir

Pada setiap kontak postnatal berikutnya, pertanyaan harus terus


dilakukan sekitar kesejahteraan umum dan penilaian dibuat mengenai hal berikut:
berkemih dan inkontinensia urin, fungsi usus, penyembuhan setiap luka
perineum, sakit kepala, kelelahan, nyeri punggung, nyeri perineum dan
kebersihan perineal, nyeri payudara, kelembutan rahim dan lokia.

Kemajuan menyusui harus dinilai pada setiap kontak postnatal. Pada


setiap kontak postnatal, semua wanita dan keluarga mereka / mitra harus
didorong untuk memberitahu dokter tentang perubahan suasana hati, keadaan
emosi dan perilaku yang berada di luar pola normal wanita.

Pada 10-14 hari setelah lahir, semua wanita harus ditanya tentang
resolusi ringan, depresi sementara postpartum ( "Mother Blues"). Jika gejala
belum diselesaikan, kesejahteraan psikologis wanita harus terus dikaji untuk
depresi postnatal, dan jika gejalanya menetap, dievaluasi.

Perempuan harus diamati untuk setiap risiko, tanda-tanda dan gejala


kekerasan dalam rumah tangga. Perempuan harus diberitahu siapa yang harus
dihubungi untuk saran dan manajemen. Semua wanita harus ditanya tentang
dimulainya kembali hubungan seksual dan mungkin dispareunia sebagai bagian
dari penilaian keseluruhan kesejahteraan dua sampai enam minggu setelah

9
kelahiran. Jika ada masalah yang menjadi perhatian setiap kontak postnatal,
wanita harus dikelola sesuai dengan pedoman WHO spesifik lainnya.

9. Semua perempuan harus diberikan informasi tentang proses fisiologis pemulihan


setelah kelahiran, dan mengatakan bahwa terdapat beberapa masalah kesehatan
yang umum terjadi, dengan menyarankan untuk melaporkan kesehatan apapun
serta kekhawatiran untuk perawatan kesehatan profesional, khususnya:
- Tanda dan gejala PPH: tiba-tiba keluar darah yang banyak atau persisten
meningkat kehilangan darah; pingsan; pusing; palpitasi / takikardia
- Tanda dan gejala pre-eklampsia / eklampsia: sakit kepala disertai dengan
satu atau lebih gejala visual gangguan, mual, muntah, epigastrium atau nyeri
hypochondrial, merasa pingsan, kejang (dalam beberapa hari pertama setelah
lahir)
- Tanda dan gejala infeksi: demam; gemetaran; sakit perut dan masalah pada
vagina
- Tanda dan gejala tromboemboli: unilateral nyeri betis; kemerahan atau
pembengkakan betis; sesak napas atau nyeri dada.

Perempuan harus diberi konseling tentang gizi, kesehatan, terutama


mencuci tangan, KB (pilihan kontrasepsi, metode kontrasepsi harus disediakan
jika diminta). Perempuan harus diberi konseling tentang seks aman termasuk
penggunaan kondom. Di daerah endemis malaria, ibu dan bayi harus tidur
menggunakan kelambu. Mereka juga harus didorong untuk mengambil olahraga
ringan dan waktu untuk beristirahat selama postnatal.

10. Besi dan suplemen asam folat harus disediakan untuk setidaknya tiga bulan
setelah persalinan. Potensi manfaat dari besi dan suplementasi asam folat dalam
mengurangi beban sakit yang terkait dengan anemia. Hal ini kemungkinan akan
lebih besar manfaatnya daripada risiko efek samping utama yang berbahaya,
dimana beberapa wanita mengalami efek samping yang tidak menyenangkan
dengan besi lisan suplemen, tetapi ini tidak mengancam nyawa.
11. Penggunaan antibiotik pada wanita dengan persalinan pervaginam dan gelar
ketiga atau keempat air mata perineum direkomendasikan untuk pencegahan
komplikasi luka. Bagi wanita yang telah menderita tingkat robekan perineum

10
ketiga atau keempat, panel mencatat manfaat dalam memberikan antibiotik
profilaksis untuk pencegahan komplikasi luka perineum dan karena itu
direkomendasikan penggunaan antibiotik untuk indikasi tertentu.
12. Dukungan psikososial oleh orang yang terlatih direkomendasikan untuk
pencegahan postpartum sebab depresi pada wanita berisiko tinggi
mengembangkan kondisi ini.

Analisis dikumpulkan menunjukkan bahwa tiga perempat dari total kematian


selama periode neonatal terjadi pada minggu pertama kehidupan (74,3%). Selama
minggu pertama, tiga hari pertama kehidupanmenyumbang angka kematian tertinggi
(37,6%, 8,4% dan 10,7% dari total kematian neonatal terjadi pada hari 0, 1 dan 2
masing-masing).

Sebanyak enam studi yang disediakan distribusi kematian penyebab spesifik di


neonatal periode (16,19-21,24-25). Hampir semua kematian (98,2%) karena
asfiksia terjadi pada minggu pertama kehidupan. Hari pertama (hari 0) saja
menyumbang sekitar tiga perempat dari total asfiksia kematian.

Kurang dari setengah dari total kematian sekunder untuk sepsis terjadi pada
minggu pertama kehidupan. Tentang 30% dari kematian ini terjadi pada minggu
kedua kehidupan sementara sekitar seperempat terjadi di minggu 3-4.

Lebih dari 4/5 dari kematian karena prematuritas (83,2%) terjadi pada minggu
pertama kehidupan. Hari pertama (hari 0) memberikan kontribusi sekitar 40% dari
kematian ini. Sekitar 8-10% dari kematian terjadi pada minggu 2 dan jumlah yang
sama di minggu 3-4 kehidupan. Distribusi kematian karena malformasi hampir
meniru bahwa kematian prematur - sekitar empat perlima dari kematian ini (78,4%)
terjadi pada minggu pertama kehidupan dengan hari pertama (hari 0) berkontribusi
sekitar 40% dari kematian.

Dari rangkaian terbatas sumber daya Asia Selatan menunjukkan bahwa


kunjungan rumah oleh kader kesehatan masyarakat selama minggu pertama
kehidupan, dikombinasikan dengan intervensi lain, yang efektif dalam mengurangi
angka kematian neonatal dan perinatal.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Evidence based sangat bermanfaat dalam memberikan asuhan kebidanan


postnatal pada ibu dan bayi baru lahir. Evidence based dapat menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi melalui penemuan-penemuan terbaru yang
berhubungan dengan masa postnatal. Mengingat masa postnatal adalah masa yang
rentan bagi ibu dan bayi karena AKI dan AKB tertinggi berasal dari sumbangan masa
postnatal.

3.2 Saran

Mengingat manfaat dari evidence based masa postnatal untuk ibu dan bayi,
hendaknya ini dapat dijadikan pedoman untuk memberikan asuhan kebidanan pada
masa postnatal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes
RI.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Bipolpa, 2016. Makalah Evidence Based dalam Askeb Nifas dan Menyusui,
https://bipolpa.blogspot.com/2016/09/evidence-based-dalam-askeb-nifas-
dan.html, diunduh pada Rabu, 14 November 2018 pukul 22.00

Lestari, Puja. 2015. Evidence Pada masa Nifas, http://pujalestari-


sahdi.blogspot.com/2015/12/evidence-based-pada-masa-nifas.html, diunduh pada
Rabu, 14 November 2018 pukul 22.10 WIB

Chairunisa, Mutiara. 2018. Evidence Based Pada Masa Nifas,


https://www.scribd.com/document/386492523/MATERI-docx, diunduh pada
Rabu, 14 November 2018 pukul 22.15 WIB

Puji Wahyuningsih, Heni. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan menyusui,


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Asuhan-
Kebidanan-Nifas-dan-Menyusui_SC.pdf, diunduh pada Rabu, 14 November 2018
pukul 21.00 WIB

Nirmala Sari, Gita. 2015. Evidence Based Anc, Inc, Bbl, Nifas, Kb,
https://maybidan.files.wordpress.com/2015/03/2-materi-preseptor-ev-based-anc-
inc-bbl-pnc-kb_.pdf, diunduh pada Rabu, 14 November 2018 pukul 21.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai