Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL THINKING

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui

Dosen Pengampu:

Happy Marthalena S, SST. M. Keb

Disusun Oleh:

Qotrun Nada Salsabila Waris PO.62.24.2.17.376

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

JURUSAN D IV KEBIDANAN

REGULER 4

2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah mengenai critical thinking (berpikir kritis).

Makalah ini sudah selesai saya susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, saya menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi
makalah yang baik dan benar.

Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah


pengalaman serta ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup
memperbaiki bentuk maupun tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi
makalah yang memiliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.

Akhir kata saya meminta semoga makalah tentang critical thinking


(berpikir kritis ) ini bisa memberi manfaat atau inspirasi pada pembaca.

Palangka Raya, September2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................2

C. Tujuan ........................................................................................................2

D. Manfaat......................................................................................................2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ............................................................................................. 3-4

B. Komponen Critical Thinking................................................................. 4-6

C. Proses Critical Thinking ........................................................................ 6-7

D. Penerapan Critical Thinking dalam Asuhan Nifas ............................. 7-11

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan dan Saran..................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia


tercipta. Seorang filsuf pernah berkata, ”Aku hidup karena berpikir”. Proses
berpikir merupakan suatu hal yang natural, lumrah, dan berada dalam lingkaran
fitrah manusia yang hidup. Bahkan, seorang yang mengalami gangguan jiwa pun
merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya. Saat
kita berpikir, seringkali apa yang kita pikirkan menjadi biasa, tidak mempunyai
arah yang jelas, parsial, dan tidak jarang emosional atau terkesan egosentris.

Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibat di


dalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupun yang
kompleks. Apalagi sebagai seorang bidan, haruslah dapat mengambil suatu
keputusan penatalaksanaan yang tepat, tentunya sesuai dengan diagnosa yang
tepat pula.

Proses dalam pengambilan keputusan selalu terkait dengan proses berpikir.


Proses berpikir yang berlainan atau berbeda dapat menghasilkan suatu keputusan
yang sama, atau sebaliknya kesimpulan yang berbeda didapatkan dari proses
berpikir yang sama. Demikian pula halnya bagi bidan dalam menegakkan
diagnosa dan mengambil keputusan penalaksanaan, haruslah selalu didasari
dengan cara berpikir kritis dan menggunakan penalaran kritis.

Seseorang yang berpikir kritis tidak akan menerima informasi (baik verbal
atau tertulis) begitu saja, tetapi mereka akan mencari fakta-fakta yang
mendukung, mencari asumsi yang tersembunyi dan membentuk berbagai macam
keputusan atau kesimpulan. Sedangkan orang yang tidak berpikir kritis, tidak
dapat menggunakan dan menentukan pilihan secara rasional, dapat
membahayakan dirinya sendiri dan juga orang lain.

Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-


permasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat.

1
Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model
penyelesaian masalah secara efektif.

B.RUMUSAN MASALAH

Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub bab


masalah sesuai dengan latar belakang diatas yakni sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari critical thinking?

2. Apa saja komponen dari critical thinking?

3. Bagaimana proses dari critical thinking?

4. Bagaimana penerapan critical thinking dalam asuhan nifas?

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengertian dari critical thinking

2. Mengetahui apa saja komponen dari critical thinking

3. Mengetahui bagaimana proses dari critical thinking?

4. Mengetahui bagaimana penerapan critical thinking dalam asuhan nifas?

D. MANFAAT

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini ialah penyusun dan
pembaca dapat mengetahui pengertian, komponen, proses serta mengetahui
penerapan critical thinking dalam asuhan nifas.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian

Critical Thinking diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam


menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman, refleksi,
penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam meyakini suatu konsep dan atau
dalam melakukan tindakan. Dalam pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-
nilai universal intelektual yang melampaui cabang suatu ilmu yang meliputi:
kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan yang baik,
kedalaman, luasnya ilmu, dan keadilan.

Dengan adanya proses berfikir kritis diharapkan dapat:


a.Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/masalah yang sedang difikirkan,
kemudian dapat merumuskan masalah dengan jelas dan tepat
b.Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide
abstrak untuk menafsirkan secara efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan
solusi pemecahan masalah, menguji alternatif pemecahan masalah terhadap
kriteria dan standar yang relevan
c. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan
menilai setiap permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan
implikasi, dan konsekuensi praktis
d.Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi
untuk masalah yang kompleks.
Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan
kemampuan pemecahan masalah serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan
tertutup, dengan prosedur:
a. Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna
memecahkan masalah tersebut
b. Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan
masalah

3
c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan)
d. Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai
e. Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam
f. Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat
g. Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi
h. Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan
i. Menguji kesimpulan dan generalisasi masalah
j. Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih
luas
k. Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam
kehidupan sehari-hari.
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED
(Recognize assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali
masalah, menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam
menyimpulkan hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa
setiap keyakinan atau pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti
ilmiah (evidence based) yang mendukung kecenderungan pengambilan
kesimpulan tersebut.
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga,
apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan
prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan
tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis.

B.Komponen Critical Thinking

Komponen berpikir kritis terdiri atas standar yang harus ada dalam
berpikir kritis dan elemennya. Menurut Bassham (2002) komponen berpikir kritis
mencakup aspek kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, konsistensi, kebenaran
logika, kelengkapan dan kewajaran. sedangkan menurut Paul dan Elder (2002)
selain aspek–aspek yang telah dikemukakan oleh Bassham perlu ditambahkan
dengan aspek keluasan kemaknaan dan kedalaman dari berpikir kritis.

4
Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat bervariasi. Para
ahli membuat konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti interpretasi,
analisi, evaluasi, inference, explanation dan self regulation (APPA, 1990).

Definisi dari masing–masing komponen tersebut adalah :

1) interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud


suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan,
konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria.

2) Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan yang


benar di dalam hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau
bentuk pernyataaan yang diharapkan untuk manyatakan kepercayaan, keputusan,
pengalaman, alasan, informasi atau pendapat.

3) evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian lain


dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang, pengalaman, situasi,
keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan logika dari hubungan inferensial
yang diharapkan atau hubungan inferensial yang aktual diantara pernyataan,
deskripsi, pertanyaan atau bentuk–bentuk representasi yang lain.

4) inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur yang


diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk membentuk
hipotesis dengan memperhatikan informasi yang relevan.

5) explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning seseorang,


kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar bukti, konsep,
metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk akal, dan
kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang berupa argumentasi yang
meyakinkan.

6) Self- regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi dirinya,


elemen–elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil yang
dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan ketrampilan dalam
menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam mengambil kesimpulan

5
dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi terhadap alasan dan
hasil berpikir (APPA, 1990).

C.Proses Critical Thinking

1.Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan
sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui
pengorganisasian struktur tersebut . Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya
adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci
globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci.
Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca mengindentifikasi langkah-
langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut
kesimpulan (Harjasujana, 1987: 44).
Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir
analitis, diantaranya: menguraikan, membuat diagram, mengidentifikasi,
menggambarkan, menghubungkan, memerinci, dan sebagainya.
2. Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan
dengan keteramplian menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan
menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.
Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi
yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru
yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan sintesis ini
memberi kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol (Harjasujana, 1987: 44).
3. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada
beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami
bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu
menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah
konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan

6
menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru
(Walker, 2001:15).
4.Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia
berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak
mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain (Salam, 1988:
68). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan ini
menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek
secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan.
Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu : deduksi
dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang
memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah
pemikiran atau pengetahuan yang baru.
5. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan
nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai
menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur
dengan menggunakan standar tertentu (Harjasujana, 1987: 44).
Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan mengevaluasi merupakan
tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa ituntut agar ia
mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta
atau konsep.

D.Penerapan Critical Thinking dalam Asuhan Nifas


Contoh Kasus :
Beberapa wanita karir di taiwan mengalami kelelahan pasca melahirkan,di
sebabkan sibuknya bekerja di luar rumah,mengurus bayi yang baru dilahirka,serta
sibuk mengurus rumah tangganya.
Solusi :
1. Efficacy of Warm Showers on Postpartum Fatigue Among Vaginal-Birth
Taiwanese Women: A Quasi-Experimental Design.
Penulis:

7
Ching-Hsing Hsieh; Chien-Lan Chen; Feng-Fang Chung; Su-Ying Lin
Subjek Minor:
Human; Quasi-Experimental Studies; Female; Adult; Taiwan; Scales;
Pretest-Posttest Design; Orem Self-Care Model; Conceptual Framework;
Control Group; Convenience Sample; Power Analysis; Effect Size;
Structured Questionnaires; Summated Rating Scaling; Coefficient Alpha;
T-Tests; Chi Square Test; Descriptive Statistics; Treatment Outcomes --
Evaluation
Abstrak:
Purpose: This study was done to test the effects of Oketani breast massage
on breast pain and breast milk pH of mothers, and sucking speed of
neonates. Methods: A nonequivalent control group and a pretest]posttest
design was used. Postpartum mothers complaining of breast pain were
recruited at a postpartum care center. The application of Oketani breast
massage by an Oketani massage therapist was the experimental treatment.
The control group received the conventional massage technique from a
nurse at the postpartum care centre. The collected data were analysed
using a x2-test and a t]test with the SPSS WIN 12.0 program. Results: The
participants were homogeneous in age, gestation period, and birth weight.
Breast pain (t=8.384, p<.001) was significantly relieved, and breast milk
pH (t=4.793, p<.001) was significantly increased in the experimental
group compared to the control group. The sucking speed of the neonates in
the experimental group was significantly increased compared to the
control group (t=9.920, p<.001). Conclusion: These findings indicate
that Oketani breast massage is effective in relieving breast pain and
increasing breast milk pH as well as the sucking speed of neonates

Khasiat Mandi Hangat pada Kelelahan Pascapartum Diantara Wanita Karir-


Kelahiran Taiwan: Desain Kuasi-Eksperimental.

Abstrak :
Latar belakang dan Tujuan: Kelelahan pascamelahirkan adalah salah satu

8
keluhan paling umum di kalangan wanita yang mengikuti persalinan.
Sebagai praktik ritual pascamelahirkan, wanita Taiwan menahan diri dari
mandi sambil “melakukan sebulan”.Namun, hujan air hangat adalah
aplikasi sistemik dari panas lembab, dan mereka menjaga kebersihan fisik,
menstimulasi sirkulasi darah, mengurangi ketidaknyamanan, dan
memberikan relaksasi. Ketika masyarakat Taiwan semakin menerima
praktik perawatan kesehatan ilmiah dan kontemporer, semakin banyak
perempuan memilih untuk mandi hangat setelah melahirkan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas mandi hangat pada
kelelahan setelah melahirkan di kalangan wanita kelahiran- vagina di
Taiwan. Metode: Ini adalah desain quasi-experimental dua kelompok.
Perempuan mandi di air hangat dengan suhu berkisar antara 40 ° C dan 43
° C selama kurang lebih 20 menit. Kelelahan wanita pascamelahirkan
diukur menggunakan 10-item Skala Kelelahan Postpartum (PFS). Efek
intervensi dianalisis menggunakan model persamaan estimasi umum
(GEE). Hasil:
Populasi penelitian terdiri dari 358 wanita kelahiran vagina postpartum
Taiwan berusia 20-43 tahun. Wanita pasca persalinan yang mandi air
hangat menunjukkan peningkatan dari pretest ke skor rata-rata postes dari
kelelahan postpartum dibandingkan dengan wanita postpartum yang tidak
mandi air hangat.Mandi yang hangat membantu mengurangi kelelahan
pascamelahirkan di kalangan wanita kelahiran-vagina selama masa studi.
Implikasi untuk Praktek: Perawat memiliki kesempatan unik untuk
memberikan intervensi kepada wanita Taiwan yang memiliki kelahiran
pervaginam untuk membantu mereka meredakan kelelahan setelah
melahirkan dengan mandi hangat saat “melakukan bulan”tanpa tabu
praktik adat tidak mandi pada periode postpartum awal.

2. Solusi Menurt Para Ahli


Menurut Dr. Steve Faulkner, seorang peneliti di Loughborough University,
manfaat mandi air hangat mirip dengan olahraga, termasuk membantu pencegahan
diabetes tipe II,kelelahan,dan stress pada tubuh,insomnia,otot

9
kejang,penghambatan peredaran darah. Seperti yang dijelaskan, meski mandi air
hangat biasanya dikaitkan dengan relaksasi, penelitian terbaru mulai menemukan
bagaimana "pemanasan pasif" dapat meningkatkan kesehatan.

Dr. Faulkner dan rekan-rekannya telah mempelajari pengaruh mandi air panas
pada gula darah dan jumlah kalori yang terbakar. Penelitian ini melibatkan 14
peserta dengan masing-masing berendam selama satu jam dalam bak mandi
dengan suhu air 104 derajat Fahrenheit, serta bersepeda selama satu jam.

Kedua kegiatan tersebut dirancang untuk meningkatkan suhu inti tubuh sebesar 1
derajat sehingga tim dapat mengukur jumlah kalori yang dibakar di tiap sesi.
Bersepeda secara alami membakar kalori lebih banyak, tapi berendam dengan air
yang suhunya ditentukan juga dapat membakar kalori yang sama dengan 30 menit
berjalan kaki.

"Respons gula darah secara keseluruhan untuk kedua kondisi itu serupa. Tapi
puncak gula darah setelah makan peserta yang mandi air hangat, 10 persen lebih
rendah ketimbang yang berolahraga," ungkap Dr. Faulkner seperti dilansir
dari Besthealthyguide.com.

Ia juga menambahkan bahwa sifat anti-inflamasi olahraga sangat penting untuk


sistem kekebalan tubuh dan memerangi penyakit.

"Ini menunjukkan bahwa pemanasan pasif yang berulang dapat berkontribusi


mengurangi peradangan kronis, yang sering muncul dengan penyakit jangka
panjang, seperti diabetes tipe II."

Studi ini juga menunjukkan bahwa mandi air panas, sauna, dan bentuk lain
pemanasan pasif mampu mengurangi peradangan. Penemuan ini telah didukung
oleh ilmu pengetahuan dalam penelitian yang lebih besar.

Namun yang patut diingat, tidak semua kalori diciptakan sama. Misalnya 200
kalori bayam tentu lebih baik ketimbang 200 kalori permen. Dengan kata lain,
tentunya olahraga memiliki manfaat jauh melebihi angka kalori yang telah
ditentukan dalam penelitian tersebut.

10
Kesimpulan :
Dari solusi yang ada, menurut penulis solusi yang efektif bagi ibu postpartum
pada kasus diatas adalah dengan menggunakan teknik mandi menggunakan air
hangat,karna mandi menggunakan air hangat dapat memperlancar peredaran
darah,merilekskan otot-otot yang tegang akibat beraktivitas seharian,mencegah
insomnia (gangguan tidur),tetapi upayakan suhu air 40-50◦c,dan lakukan
maksimal 2 kali seminggu

11
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Critical Thinking yaitu berfikir secara aktif dalam menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan
atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau
komunikasi, sebagai acuan dalam meyakini suatu konsep dan atau dalam
melakukan tindakan.
komponen berpikir kritis mencakup aspek kejelasan, ketepatan, ketelitian,
relevansi, konsistensi, kebenaran logika, kelengkapan, kewajaran, kemaknaan dan
kedalaman dari berpikir kritis.

B. Kritik danSaran
Kami merasa pada makalah ini kami banyak kekurangan, karena
kurangnya referensidan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini, kami
sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada pembaca
agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Bermingham, M. (2015).Clearing up “Critical Thinking”: Its Four Formidable
Features.Creative Education, 2015, 6, 421-427. Published Online March 2015 in
SciRes.http://www.scirp.org/journal/cehttp://dx.doi.org/10.4236/ce.2015.6 4042.

Cottrell S (2015). Critical thinking skills: Developing effective analysis and


argument. Houndmills, Basingstoke, Hampshire, RG21 6XS, England: Macmillan
Publishers Limited

Arend, Bridget. 2012. Encouraging critical thinking in online threaded


discussions. The Journal of Educators Online, 6/1: 1-23.

Anda mungkin juga menyukai