Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

DOKTER INTERNSIP

Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata Dextra

Disusun oleh :
Nama : dr. Avena Athalia Alim
Wahana : RSUD Sekadau
Periode : 10 November 2017 – 9 November 2018

Dokter Pembimbing :
dr. Phutri Pratiwy

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKADAU


KABUPATEN SEKADAU
2017-2018
PORTOFOLIO

Topik: Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata Dextra


Tanggal (Kasus) :15 November 2017 Presenter : dr. Avena Athalia Alim
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Phutri Pratiwi
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah
Istimewa
Bayi Anak Lansia Bumil
Neonatus Remaja Dewasa
Deskripsi : Laki- laki, 53 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan di
kantung kemaluan kanan sejak 3 bulan yang lalu.
Tujuan : Mendiagnosis pasien hernia inguinalis lateralis
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan : Pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan Pos
membahas diskusi Email

Data Nama : Tn. LN Umur : 53 tahun Pekerjaan : No. Reg :


Pasien : Karyawan Swasta Alamat : Dsn. Engkersik Agama :
Katholik Suku Bangsa : Dayak
Nama RS: RSUD Sekadau Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis:
Benjolan di kantung kemaluan kanan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu.
Awalnya benjolan kecil dan dapat masuk lagi ketika berbaring, namun sejak
dua hari terakhir ini benjolan bertambah besar dan tidak dapat masuk lagi.
Pada pemeriksaan didapatkan massa (+) diameter ± 6cmx4cm, kenyal,
mobile, nyeri (-), hiperemis (-), transluminasi (-).
2. Riwayat Pengobatan :
Belum ada berobat.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Riwayat keluhan serupa, tekanan darah tinggi, kencing manis, kolesterol,
penyakit lambung, penyakit paru, penyakit jantung, dan alergi obat disangkal.
4. Riwayat Keluarga :
Riwayat hipertensi dan DM disangkal.
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai karyawan swasta.
Daftar Pustaka:
1. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013; 619.
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders; 199-1217.
3. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004; 509-517
4. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2000; 313-317.
5. Maisonet L. Inguinal hernia. Pediatrics in Review. 2003 Jan; 24(1): 34-9.
6. Ruhl CE. Risk factor for inguinal hernia among adults in the US
population. American Journal of Epidemiology. 2007 Apr; 165(10): 62-6.
7. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by
stepapproach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global
Hospital & Endosurgery Institute; New Delhi; 2003.
8. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery. Edisi III. 2003. Hal 348-
356.
9. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit
GEM Foundation; 2004; 39-58.

10. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold; 2006.
11. Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis).
Edisi I. Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company; 1997.
12. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006; 148-173.
Hasil Pembelajaran
1. Mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit hernia inguinalis lateralis
inakarserata dan penyebab terutamanya.
2. Dasar diagnosis hernia inguinalis lateralis inkarserata
3. Penatalaksanaan dan prognosis hernia inguinalis lateralis inkarserata.
1. Subjektif

Autoanamnesis
Laki-laki berusia 53 tahun datang ke RSUD Sekadau dengan keluhan ada
benjolan di kantung kemaluan kanan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu.
Awalnya benjolan kecil dan dapat masuk lagi ketika berbaring. Namun sejak
dua hari terakhir ini benjolan bertambah besar dan tidak dapat masuk lagi.
Benjolan dirasakan terutama ketika berdiri, batuk, atau mengedan. Benjolan
tidak nyeri dan tidak pernah merah. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak
pernah menurun. Pasien sering mengejan saat BAB, karena konsistensi yang
keras. BAB biasanya 2 hari sekali.
Keluhan demam, mual, muntah, gangguan BAB, tidak bisa kentut, batuk, pilek,
nyeri ulu hati, hilang nafsu makan, dan berat badan turun disangkal oleh pasien.
Riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, kolesterol, penyakit lambung,
penyakit paru, penyakit jantung, dan alergi obat disangkal oleh pasien. Pasien
belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
2. Objektif

 Pada survei primer, didapatkan


o Airway : tidak ditemukan hambatan jalan nafas
o Breathing : laju pernafasan 20x/menit, nafas regular, nafas cuping
hidung (-)
o Circulation : tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 68x/menit
o Disability : GCS E4M6V5, pupil isokor 3mm/3mm, rc +/+
o Exposure / Environment : tidak ada keluhan, T= 36,0°C, BB : 72 kg,
TB : 168 cm

 Pada survei sekunder, didapatkan

Kepala: normocephal
Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung: simetris, krepitasi (-), sekret (-)
Telinga: sekret (-)
Mulut: lesi (-), membran mukosa kemerahan, mulut kering (-)
Tenggorok: dinding faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Leher: JVP 5+0 cmH20

Thorax:
Inspeksi: Dinding thoraks kanan dan kiri simetris, deformitas dinding thoraks (-),
deviasi tulang belakang (-), retraksi dinding dada (-), ketinggalan gerak (-), lesi
kulit (-), dinding dada lebih tinggi dibanding dinding abdomen, iktus kordis tidak
terlihat
Palpasi: nyeri (-), masa (-), krepitasi (-), pergerakan dinding dada simetris,
fremitus taktil simetris
Perkusi: suara sonor seluruh lapang paru, batas jantung kesan dalam batas
normal
Auskultasi: SNV +/+, BJ I-II reg, ST (-), Rh -/-, Wh -/-

Abdomen
Inspeksi: Supel, Sikatriks (-), striae (-), bentuk dinding abdomen datar, dinding
abdomen simetris, pembesaran organ (-)
Auskultasi: BU (+) 12x/ menit
Palpasi: distensi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi: suara timpani di empat regio abdomen, batas hepar dalam batas
normal, pembesaran lien (-)
Lipat paha dan genitalia: pembesaran KGB (-)
Ekstremitas: akral hangat (+), CRT < 2”
Fungsi Motorik: tidak diperiksa
Fungsi Sensorik: tidak diperiksa
Fungsi Nervi Kraniales: tidak diperiksa

Status Lokalis a/r Inguinalis Dextra :

Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium tanggal 15 November 2017, pukul 18:00 :

 Darah rutin:
 Hb : 14,5 g/dL 12.5-16.0
 Leukosit : 8.040 /μL 4.000-10.500
 Ht : 46,6% 37.0-47.0
 Trombosit : 322.000/μL 183.000-369.000
 Eritrosit : 4,78 juta/uL 3.95 – 5.26
 Kimia klinik
Glukosa sewaktu : 108 mg/dL

3. Assessment
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan
melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial
pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan.1 Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada
umumnya daerah inguinal.
Penyebab terjadinya hernia adalah lemahnya dinding rongga perut, akibat
dari pembedahan sebelumnya, congenital, dan akuisita (hernia yang bukan
disebabkan karena adanya defek bawaan, tetapi disebabkan oleh faktor lain
yang dialami manusia selama hidupnya). Hernia akuisita terjadi antara lain
karena tekanan intraabdominal yang tinggi seperti sering mengejan baik saat
BAB maupun BAK, konstitusi tubuh dimana orang kurus cenderung terkena
hernia jaringan ikatnya yang sedikit sedangkan pada orang gemuk juga dapat
terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang
menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR (Locus Minoris
Resistance), banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk,
distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal, dan
penyakit yang melemahkan dinding perut.
Adapun klasifikasi hernia adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan Waktu Terjadi
a. Hernia Bawaan/Kongenital
- Sempurna
- Tidak sempurna
b. Hernia Dapatan/Akuisita
-
Hernia Primer
-
Hernia sekunder
2. Berdasarkan Sifat
a. Hernia Reponibel
Apabila isi hernia dapat keluar masuk lewat cincin hernia, tanpa
ada gangguan vaskularisasi. Isi hernia keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Kalaupun ada
rasa nyeri, biasanya dirasakan di daerah
epigastrium/paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke
dalam kantong hernia.
b. Hernia Irreponibel
Apabila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga perut karena perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Terbagi atas hernia akreta (kantong hernia dan
isinya lengket kulit karena fibrosis) dan hernia irreponibel lainnya
(kantong dan isi terjepit cincin hernia). Masih tidak ada keluhan
nyeri dan tanda obstruksi usus.

3. Berdasarkan Keadaan
a. Hernia Inkarserata
Apabila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan
untuk hernia irrenponibel.

b. Hernia Strangulata
Apabila bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan
pergerakan otot serta mungkin dapat menimbulkan penyumbatan
usus dan kerusakan jaringan.
4. Berdasarkan Lokasi
Hernia Inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia skiatika,
hernia diafragmatika, hernia insisional, hernia paraumbikalis, hernia epigastrika,
hernia skrotalis, hernia labialis, hernia lumbalis, hernia intra pariental, hernia jenis
lainnya seperti hernia Spigelli, hernia Ritcher, hernia Pantolan, hernia Littre.
Hernia inguinalis Merupakan suatu penonjolan keluar dari bagian isi
abdomen melalui daerah inguinal dinding abdomen. Hernia Inguinalis terjadi
lebih dikarenakan adanya titik lemah di inguinal triangle (dinding belakang
kanalis inguinalis). Ini adalah daerah di pangkal paha dimana terdapat celah
diantara lapisan otot yang membentuk dinding abdomen. Hernia ini mengikuti
funikulus spermatikus atau ligamentum teres uteri dengan tanda adanya benjolan
di regio inguinalis.
Terjadinya hernia inguinalis dapat karena congenital atau didapat.
Penyebab hernia inguinalis didapat antara lain adalah anulus inguinalis internus
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia, prosesus
vaginalis tempat turun masuk testis, vas deferens, pembuluh darah, dan saraf ke
skrotum terbuka, peninggian tekanan intraabdomen kronik mendorong isi hernia
melewati annulus internus (kehamilan, batuk kronis, mengangkat berat,
mengejan saat BAB dan BAK), dan kelemahan otot dinding perut karena
meningkatnya usia, kerusakan nervus iliofemoralis dan nervus ilioinguinalis
setelah apendektomi dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
Berdasarkan terjadinya, hernia inguinalis diabgi menjadi dua, yaitu hernia
inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Hernia inguinalis
medialis/directa (HIM) terjadi pada dinding posterior di bagian medial dari arteri
epigastrik inferior. Disebut medialis karena penonjolan berada di sebelah medial
vasa epigastrika inferior dan disebut direk karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna, lewat kelemahan dinding posterior (trigonum Hesselbach).
Hernia inguinalis medialis hampir selalu disebabkan faktor peninggian tekanan
intra abdomen kronik dan kelemahan dinding trigonum Hesselbach. Umumnya
tonjolan berbentuk bulat, dapat terjadi bilateral. Jarang mengalami inkarserasi
dan strangulasi. Hernia inguinalis lateralis/indirecta/oblique (HIL) dimulai pada
area cincin inguinal interna. Disebut lateralis karena penonjolan berada di
sebelah lateral vasa epigastrika inferior dan disebut indirecta karena tidak
langsung keluar ke anulus inguinalis eksternus (dinding abdomen), melainkan
masuk melalui anulus inguinalis internus terlebih dahulu kemudian melalui
kanalis inguinalis, baru keluar melalui annulus inguinalis eksternus. Disebut
oblique (kanal) karena keluarnya berjalan miring dari lateral atas ke medial
bawah.
Faktor Pembeda Hernia Inguinalis Hernia Inguinalis
Lateralis Medialis
Penyebab Kongenital/Akuisita Akuisita
Penonjolan melewati
atas cincin inguinal
akibat gagal penutupan Keluarnya langsung
cincin inguinalis interna menembus fascia
Deskripsi
waktu embrio setelah dinding abdomen.
penurunan testis. Bentuk hernia bulat.
Bentuk hernia
lonjong/oblique.
Letak pada vasa Medial, di Trigonum
Lateral
epigastrica inferior Hesselbach
Dibungkus oleh fascia
Ya Tidak
spermatica interna
Biasanya usia muda Pada orang yang lebih
Onset
(pria > wanita) tua (pria > wanita)
Bilateral 20% 50%
Tidak segera mencapai Mencapai ukuran
Muncul saat berdiri
ukuran terbesarnya terbesar dengan segera
Reduksi saat
Tidak tereduksi segera Tereduksi segera
berbaring
Penurunan ke
Dapat Tidak dapat
skrotum
Oklusi cincin internus Terkontrol Tidak terkontrol
Leher kantong Sempit Lebar
Strangulasi, inkarserasi,
Komplikasi Jarang
obstruksi
Herniotomy dan
Terapi Herniotomy
herniorrhaphy
Tangan di cincin Tangan di cincin
eksterna teraba eksterna teraba
Valsava test tekanan pada ujung tekanan pada sisi
jari, jalan keluar hernia medial dan hernia
tertutup timbul lagi

Seperti penyakit pada umumnya yang mempunyai faktor risiko hernia


inguinalis juga mempunyai beberapa faktor risiko diantaranya yaitu :
1. Umur
Hernia inguinalis terjadi pada semua umur. Bisa terjadi pada bayi
sampai pada orang tua. Berdasarkan data didapat jika yang terjadi
pada usia 24-39 tahun persentasenya sebesar 7.3, usia 24-39 tahun
persentasenya sebesar 14.8, usia 40-59 tahun persentasenya
sebesar 22,8. Sehingga diketahui jika insiden hernia inguinalis
meningkat dengan bertambahnya umur.

2. Jenis kelamin
Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu 13,9 persen
dengan jumlah 500 kasus dibandingkan dengan wanita yaitu 2,1
persen dengan jumlah 120 kasus.

3. Ras
Orang kulit putih memiliki risiko lebih besar terkena hernia inguinalis
yaitu 15,1 persen, dibandingkan dengan orang berkulit hitam yaitu
sebesar 8,4 persen.

4. Merokok
Merokok merupakan salah satu factor risiko terjadinya hernia
inguinalis, tetapi risikonya masih rendah.

5. Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hernia
inguinalis , tetapi risikonya juga masih rendah.

6. Pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan usaha fisik yang berat seperti
mengangkat barang, juga merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya hernia inguinalis.
Manifestasi klinisnya yang yang paling umum dirasa adalah rasa tidak
nyaman dan nyeri. Pasien biasanya mengeluh adanya tarikan, rasa nyeri di
pangkal paha. Hernia akan terasa sangat menyakitkan dan keras, bila terjepit.
Beberapa hernia tidak disertai rasa sakit, dan bisa mengecil bila pasien tidur
terlentang atau hilang bila di tekan. Jika hernia mengobstruksi lumen usus,
pasien bisa mengeluhkan satu atau lebih dari empat gejala cardinal berikut, yaitu
obstruksi intestinal, nyeri colic abdomen, muntah, distensi abdomen, dan
konstipasi.
Dari referensi, anamnesis, dan pemeriksaan penunjang, dapat ditarik
kesimpulan bahwa diagnosis dari kasus ini adalah hernia inguinalis lateralis
inkarserata dextra. Adapun dasar diagnosis dari kasus ini adalah:
1. Benjolan di lipatan paha kanan yang awalnya masih bisa masuk sendiri
terutama saat mengejan atau batuk.
2. Sesuai faktor resiko, pasien adalah laki-laki, berusia 53 tahun, memiliki
kebiasaan mengejan ketika BAB.
3. Dari pemeriksaan fisik didapatkan massa (+) diameter ± 6cmx4cm,
kenyal, mobile, nyeri (-), hiperemis (-), transluminasi (-)
Penanganan definitif HIL adalah dengan operasi berupa herniotomy atau
herniorrhaphy atau hernioplasty sebagai pencegahan residif. Hernia inguinalis
merupakan suatu kondisi yang memerlukan penanganan pembedahan.
Penanganan pembedahan yang tepat dan lebih awal dari kondisi ini akan
mendatangkan prognosis yang baik, komplikasi dari herniorrhaphy secara umum
kecil dan bisa sembuh sendiri dan angka kekambuhannya juga rendah.
4. Plan

Diagnosis : Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata Dextra


Tatalaksana

1. Non Farmakologi:
 Inform consent mengenai penyakit pasien dan kesediaan pasien
untuk melakukan tindakan pembedahan.
 Menyarankan pasien untuk istirahat total dan menghindari aktivitas
berat.
 Menyarankan pasien untuk mengkonsumsi makan tinggi serat
seperti sayur-sayuran.
 Menyarankan pasien untuk tidak melakukan pekrjaan yang dapat
meningkatkan tekanan intra abdominal seperti mengangkat
barang-barang berat, batuk terlalu keras, atau mengedan.

2. Farmakologi:
 IVFD RL 20 tpm
 Injeksi Ceftriaxone 1 gram / 12 jam / IV
 Pro Hernioraphy
5. Prognosis
a. Ad vitam : bonam
b. Ad functionam : bonam
c. Ad sanationam : bonam

Anda mungkin juga menyukai