Disusun oleh :
1. Dhian Rachma M. F120155034
2. Ranti Hastuti F120155040
3. A. Haning S. F120155042
4. Andinna Meidayanti F120155055
5. Wahyu Irawati F120155057
PENDAHULUAN
Salah satu penelitian yang dilaksanakan di DKI Jakarta pada tahun 2003
mengenai standar pelayanan kefarmasian di apotek DKI Jakarta tahun 2003 23,5%
apotek tidak memenuhi standar pelayanan obat non resep, 92,6% apotek tidak
memenuhi standar pelayanan KIE, 11,8% apotek tidak memenuhi standar
pelayanan obat resep dan 26,5% apotek tidak memenuhi standar pengelolaan obat
di apotek. Rerata skor pelaksanaan dari keempat bidang tersebut adalah 38,60%
masuk dalam kategori kurang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Apotek
B. Apoteker
Mengacu pada definisi apoteker di Kepmenkes No.1027 tahun 2004 maka
untuk menjadi seorang apoteker, seseorang harus menempuh pendidikan di
perguruan tinggi farmasi baik di jenjang S-1 maupun jenjang pendidikan profesi.
Apoteker/farmasis memiliki suatu perhimpunan dalam bidang keprofesian yang
bersifat otonom yaitu ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia) yang sekarang
menjadi IAI (Ikatan Apoteker Indonesia)
C. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (first in first out) dan FEFO(first expire first
out)
(1). Perencanaan
(3). Penyimpanan
Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah aslidari pabrik. Dalam hal ini
pengecualian atau darurat dimana isidipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinyakontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomorbatch dan tanggal
kadaluarsa. Semua bahan obat harus disimpanpada kondisi yang sesuai, layak dan
menjamin kestabilan bahan.
c. Penerimaan,harusmenjaminkesesuaianjenisspesifikasi,jumlah,mutuwa
ktupenyerahan dan harga yang tertera dari surat pesanan.
E. Administrasi
Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakankegiatan
administrasi yang meliputi :
F. Pelayanan Farmasi
(1). Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,mengemas dan
memberikan etiket pada wadah. Dalammelaksanakan peracikan obat harus
dibuat suatu prosedur tetapdengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat
serta penulisanetiket yang benar
(2). Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat yang diserahkan atas dasar
resep harus dilengkapi dengan etiket berwarna putih untuk obatdalam dan warna
biru untuk obat luar.
(3). Kemasan Obat yang Diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocoksehingga
terjaga kualitasnya.
(4). Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukanpemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberianinformasi obat dan konseling kepada pasien.
(5). Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas danmudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini.Informasi obat pada pasien
sekurang-kurangnya meliputi: carapemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan,aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selamaterapi.Ruang lingkup kompetensi ini meliputi seluruh kegiatan
pemberianinformasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakatdan
pihak-pihak lain yang membutuhkan untuk kepentingan upayaupaya positif lain
yang terkait secara aktif maupun pasif.
PENUTUP
Kemenkes.2016. PeraturanMenteriKesehatanRepublikIndonesiaNomor73Tah
un 2016 tentang standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik. Kemenkes
RI.Jakarta
Oscar L, dan Jauhari M., 2016. Dasar-dasar Manajemen Farmasi. Prestasi
Pustaka.Jakarta.