KARAKTERISTIK PASIEN
KOLELITIASIS
DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012
OLEH :
PEMBIMBING
dr. Muh. Rum Rahim, M.Kes
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas perkenaan-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu
“KARAKTERISTIK PASIEN
KOLELITIASIS
DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012”
berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan tersebut dapat penulis atasi.
ii
3. Kedua orang tua tercinta, Drs. Mukmin, M.S i, Ak dan S t. Naisah, terima
kasih atas semua yang telah diberikan, seluruh keluarga dan teman-
teman yang selalu memberi dorongan dan bantuan kepada penulis dalam
bantuan kepada penulis dalam berbagai hal, mulai dari penyusunan hingga
dalam skripsi ini, olehnya itu sumbangan berupa saran dan kritik
senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis ber harap kiranya tulisan ini
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………...……………………………………..i
AHAN……………………………………………………......iv KATA P
xi DAF TAR
LAMPIRAN………………………………………………………......xii
RINGKAS AN………………………………………………………...…...
……….…1
2.1 Defenisi………………………………………………………..………..…5
2.2 Epidemiologi………………………………………………...………….…6
2.5 Etiologi………………………………………………………...…………10
v
2.6 Faktor Resiko………………………………………………………….…12
2.7 Patofisiologi……………………………………………………..….……13
2.8 Diagnosis……………………………………………………...……….…17
2.9 Penatalaksanaan……………………………………………..……...……21
2.10 Komplikasi………………………………………………..……..…...…23
2.11 Prognosis………………………………………………...…………...…24
vi
BAB V K ESIMP ULAN DAN SARAN…………………………………….……
40
6.1 KESIMPULAN…………………………………………………......……40
6.2 SARAN………………………………………………………..…....……42
vi
i
DAFTAR TABEL
Leukosit
vii
DAFTAR BAGAN
viii
viiiv
DAFTAR LAMPIRAN
Ujian Skripsi
ix
KARAKTERISTIK PASIEN KOLELITIASIS DI RSUP DR.
WAHIDIN SUDIROHUS ODO PERIOD E JANUARI-DES EMBER
2012
ABSTRAK
xi
Berdasarkan kadar bilirubin serum, insiden terbanyak terjadi pada
pasien dengan kadar bilirubin total <1,1 mg/dL sebanyak 58 kasus (66,66%),
dan pasien dengan kadar bilirubin total ≥1,1 mg/dL sebanyak 29 kasus
(33,33%).
Berdasarkan kadar alkali fosfatase (ALP) didapatkan insiden
terbanyak pasien dengan kadar ALP > 100 IU/L sebanyak 31 kasus
(50,61%), kadar ALP
30-100 IU/L sebanyak 21 kasus (40,39%). Tidak ditemukan kasus dengan kadar
ALP < 30 IU/L. Sebanyak 35 pasien tidak dilakukan pemeriksaan kadar ALP.
Kesimpulan : Kolelitiasis terbanyak ditemukan pada rentang umur 40 – 49
tahun dengan paling banyak menyerang pasien yang berjenis kelamin
perempuan. Pasien kolelitiasis terbanyak dengan IMT 25,0-29,9 (Overweight),
dan riwayat opname terbanyak pada rentang 14-20 hari. Hampir seluruh pasien
ditemukan leuksositisis, dan lebih dari setengahnya terjadi peningkatan
bilirubin dan alkali fosfatase. O leh sebab itu perlu dilakukan penyuluhan lebih
lanjut mengenai kolelitiasis dan faktor-faktor resikonya, untuk mengurangi
angka kejadian dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Kata Kunci : Kolelitiasis, karakteristik
xii
BAB I
PENDAHULUAN
atau pada kedua- duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama batu
dewasa lebih tinggi di negara Amerika Latin (20% hingga 40%) dan rendah
2
batu empedu pada penduduk Negro Masai ialah 15-50 %. Pada orang-
orang
Desember
2012.
3
kolelitiasis yang dirawat di RSUP Dr. Wahidin S
udirohusodo Makassar.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
kelamin.
5
g. Untuk mengetahui distribusi pasien kolelitiasis yang
kolelitiasis.
6
BAB II
TINJAUAN PUS
TAKA
2.1 Definisi
dibagi menjadi lobus kiri dan kanan, yang berawal di sebelah anterior
kanan a tas abdomen didominasi oleh hati serta saluran empedu dan
dalam usus. Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung
empedu, tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu. 3
8
Adanya infeksi dapat menyebabkan kerusakan dinding
pasien, tanpa gejala sakit ataupun demam. Namun, infeksi lebih sering
batu.1,2,6
2.2 Epidemiologi
dewasa lebih tinggi di negara Amerika Latin (20% hingga 40%) dan rendah
kandung empedu. Semua ukuran batu sekitar kurang dari 5 mm, dan 56%
batu merupakan batu soliter. Empat puluh satu anak (95,3%) dengan gejala
9
asimptomatik dan hanya 2 anak dengan gejala (Gustawan, 2007). 7
10
Tiap tahun 500.000 kasus baru dari batu empedu ditemukan di
mengidap penyakit batu empedu pada penduduk Negro Masai ialah 15-50
menegaskan batas anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung
buntu dari kandung empedu yang sedikit memanjang di atas tepi hati.
11
Korpus merupakan bagian terbesar dari
12
Empedu yang disekresi secara terus-menerus oleh hati masuk ke
saluran emped u yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil
bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang keluar dari permukaan
bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang segera bersatu
de ngan duktus
Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel
hati. 8.11
hati tidak dapat segera masuk ke duodenum, akan tetapi setelah melewati
hati. 2,4,13
14
Empedu disimpan dalam kandung empedu selama periode
kuat. Reseptor CCK telah dikenal terletak dalam otot polos dari dinding
menit setelah konsumsi makanan. Empedu secara primer terdiri dari air,
Zat terlarut organik adalah garam empedu, kolesterol, dan fosfolipid. 7,15
empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan
terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
16
vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan.
dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang
dihancurkan, serta obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan
tubuh.2
pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang
2.5 Etiologi
dan jarang dibentuk pada bagian saluran empedu lain. Etiologi batu
17
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu,
18
1. Eksresi garam empedu
dihydroxy bile acids adalah kurang polar dari pada asam trihidroksi. Jadi
menyebabkan
2. Kolesterol empedu
empedu dapat di jumpai pada orang gemuk, dan diet kaya lemak. 9
3. Substansia mukus
4. Pigmen empedu
5. Infeksi
19
2.6 Faktor Resiko
a. Usia
b. Jenis kelamin
20
mengurasi garam empedu serta mengurangi
d. Makanan
e. Aktifitas fisik
2.7 Patofisiologi
lemak. K ira-kira
21
80 persen ko lesterol yang disintesis dalam hati diubah menjadi
garam
22
empedu, yang sebaliknya kemudian disekresikan kembali ke dalam
23
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di
batu pigmen dan batu campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah
24
bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu. Faktor
motilitas kandung
25
empedu, billiary statis, dan kandungan empedu merupakan
a. Batu kolesterol
- Supersaturasi kolesterol
S fingter Oddi, striktur, operasi bilier dan infeksi parasit. Bila terjadi
26
c. Batu pigmen
hitam
Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan pada
pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam ini
terbentuk
karena adanya striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus
sistikus.1,6
ditemukan kelainan.8
2.8 Diagnosis
2.8.1
Anamnesis
27
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah
yang
28
simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kebanyakan perlahan- lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba. 1,4
1. Batu kandung
empedu
nafas. 2
2. Batu saluran
empedu
29
bila kadar bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl, gejala ikterik
tidak jelas.
30
Apabila sumbatan saluran empedu bertambah berat, akan
dalam
31
usus besar, di fleksura hepatika.8,11
32
2. Ultrasonografi (US G)
33
3. Kolesistografi
2.9 Penatalaksanaan
pengobatan. Nyeri yang hilang timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan
35
kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus koledokus.
laparoskopi.2,3,8
hilangnya batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini
36
2.9.5 Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ES WL)
2.9.6 Kolesistotomi
itis.4,6
2.10 Komplikasi
a. Kolesistitis
b. Kolangitis
batu empedu. 9
c. Hidrops
37
peradangan akut dan sindrom yang berkaitan dengannya. Hidrops
dapat diisi
38
lagi empedu pada kandung empedu yang normal.
d. Empiema
darurat segera.9
2.11 Prognosis
adanya infeksi dan halangan disebabkan oleh batu yang berada di dalam
dengan diagnosis dan pengobatan yang cepat serta tepat, hasil yang
39
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Pemeriksaan penunjang
Kolelitiasis
40
3.2 KERANGKA KONSEP
- Umur
- Jenis kelamin
- IMT Kolelitiasis
- Riwayat opname
sebelumnya
- Kadar leukosit
- Bilirubin seru m
- Kadar seru m ALP
1. Umur
rekam medik.
Kriteria objektif:
a. < 20 tahun
b. 20-29 tahun
c. 30-39 tahun
d. 40-49 tahun
e. 50-59 tahun
f. ≥ 60 tahun
2. Jenis Kelamin
Kriteria objektif:
a Laki- laki
b Perempuan
Kriteria objektif:
b. 18,5-24,9 (normal)
c. 25,0-29,9 (overweight)
d. 30-34,9 (obes I)
a. < 7 hari b.
7-13 hari c.
14-20 hari d.
21-27 hari e.
≥ 28 hari
5. Kadar leukosit
atau leukositosis.
Kriteria objektif:
duktus koledokus.
Kriteria objektif:
pembentuk tulang baru). Enzim ini juga berasal dari usus, tubulus
proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air
Kriteria objektif:
a. < 30 IU/L
b. 30-100 IU/L
8. Kolelitiasis
kedua- duanya.
BAB IV
METODE
PENELITIAN
banyak pasien.
4.3.1 Populasi
31
4.3.2 Sampel
udirohusodo Makassar.
yang dipergunakan adalah alat tulis dan tabel- tabel tertentu untuk
medik.
32
4.5.2 Pengolahan Data
ini adalah
disebutkan sebelumnya.
33
BAB V
dengan mengambil data sekunder dari rekam medis penderita kolelitiasis yang
2012. Adapun banyaknya populasi dalam penelitian ini berjumlah 155 orang,
namun karena ada rekam medis yang tidak memenuhi kriteria variabel yang
diambil. Maka hasil yang dipero leh disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Umur
35
Tabel 1. Menunjukkan distribusi pasien kolelitiasis
rentang umur
umur 20 -
29 tahun sebanyak 4 kasus atau sebesar 4,59%, dan terakhir umur < 20
menurut jenis kelamin, dan didapatkan pasien yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak
26 orang atau 29,88% dan pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
36
5.3 DISTRIBUSI SAMPEL MENURUT INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
berdasarkan Indeks
Indeks Massa
Jumlah (n) Presentase (%)
Tubuh (IMT)
< 18,5 kg/m2 5 5,75
18,5-24,9 kg/m2 8 9,19
25,0-29,9 kg/m2 55 63,22
30-34,9 kg/m2 19 21,84
2
> 35 kg/m 0 0
Total 87 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Indeks Massa Tubuh (IMT), dan didapatkan insiden terbanyak terjadi pada
atau sebesar
(normal) sebanyak 8 kasus atau sebesar 9,19%, dan terakhir rentang <
18,5 kg/m2 (underweight) dengan jumlah sebesar 5 kasus atau 5,75%. Tidak
37
5.4 DISTRIBUSI SAMPEL MENURUT RIWAYAT OPN
AME SEBELUMNYA
Opname Sebelumnya
Riw.
Opname Jumlah (n) Presentase (%)
Sebelumnya
< 7 hari 6 10,72
7-13 hari 9 16,08
14-20 hari 19 33,92
21-27 hari 8 14,28
≥ 28 hari 14 25
Total 56 100
Tidak ada 31 -
keterangan
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
pada pasien dengan riwayat opname 14-20 hari dengan jumlah kasus 19
atau sebesar
kasus 14 atau sebesar 25%. Selanjutnya pasien dengan riwayat opname 7-13
hari dengan jumlah kasus 9 atau sebesar 16,08%, diikuti oleh pasien
dengan riwayat opname 21-27 hari dengan jumlah kasus 8 atau sebesar
14,28%, dan terakhir pasien dengan riwayat opname < 7 hari dengan jumlah
kasus 6 atau sebesar 10,72%. Sebanyak 31 kasus tidak menyertakan riwayat
Leukosit
Total 87 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
dengan kadar leukosit > 6 x 106 /L (leukositosis) dengan jumlah kasus
75 atau sebesar
6
86,21% diikuti oleh pasien dengan kadar leukosit 4-6 x 10 /L
(normal)
dengan kadar leukosit < 4 x 106 /L (leukopeni) dengan jumlah kasus 1
atau sebesar
1,15%.
5.6 DISTRIBUSI SAMPEL MENURUT KADAR BILIR UBIN SERUM
Bilirubin Serum
Kadar B
ilirubin Jumlah (n) Presentasi (%)
Serum
< 1,1 mg /dL 58 66,66
≥ 1,1 mg /dL 29 33,33
Total 87 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
kadar bilirubin serum, dan didapatkan insiden terbanyak terjadi pada pasien
dengan kadar bilirubin total <1,1 mg/d L dengan jumlah kasus 58 atau
sebesar 66,66%, dan pasien dengan kadar bilirubin total ≥1,1 mg/dL dengan
FATASE (ALP)
Fosfatase (ALP)
pasien dengan kadar ALP > 100 IU/L dengan jumlah kasus 31 atau
dimana pasien dengan kadar ALP < 30 IU/L. Sebanyak 35 pasien tidak
6.1 KESIMPULAN
sebanyak 4 kasus atau sebesar 4,59%, dan terakhir umur < 20 tahun
orang atau
atau 70,12%.
atau sebesar
2
21,84%. Selanjutnya rentang IMT 18,5-24,9 kg/m (normal) sebanyak
8
kasus atau sebesar 9,19%, dan terakhir rentang < 18,5 kg/m2
(underweight) dengan jumlah sebesar 5 kasus atau 5,75 %.
Tidak ditemukan kasus pada rentang IMT > 35 kg/m2 (obes II).
dengan riwayat opname 14-20 hari dengan jumlah kasus 19 atau sebesar
opname 7-13 hari dengan jumlah kasus 9 atau sebesar 16,08%, diikuti
oleh pasien dengan riwayat opname 21-27 hari dengan jumlah kasus
8 atau sebesar 14,28%, dan terakhir pasien dengan riwayat opname <
pasien.
86,21% diikuti oleh pasien dengan kadar leukosit 4-6 x 106 /L
11 atau sebesar 12,64%, dan terakhir pasien dengan kadar leukosit < 4
x
6
10 /L (leukopeni) dengan jumlah kasus 1 atau sebesar 1,15%.
total <1,1 mg/dL dengan jumlah kasus 58 atau sebesar 66,66%, dan
pasien dengan kadar bilirubin total ≥1,1 mg/dL dengan jumlah kasus
29 atau sebesar 33,33%.
7. Distribusi pasien kolelitiasis berdasarkan kadar alkali fosfatase (ALP),
dan didapatkan insiden terbanyak terjadi pada pasien dengan kadar ALP
> 100
pasien dengan kadar ALP 30-100 IU/L dengan jumlah kasus 21 atau
sebesar
40,39%. Tidak ditemukan kasus dimana pasien dengan kadar ALP < 30
6.2 SARAN
terjadi.
DAFTAR PUS
TAKA
464.
Jakarta : 2006.
Philadelphia : 2005.
12. Anna. Batu Empedu. Available from : www.Obor Berka tI ndo nes ia.
ht ml.
13. Tantri. Batu Empedu. Available from : www. med icas tore/b
at u-
Juli 2013].
sease/ I nDep t h/?c hunk iid=103348. Last update april 2010 [diakses
ht tp :// www.e med ic ine/e mer g/Ga ntro intes t ina l/ top ic863. ht m. Last
update :
Available from : http ://co nte nt. nej m.o r g/c gi/co nte
ht tp :// www.aa fp.o r g/a fp/20000315 /co nte ns. ht ml. Last update 15
maret