1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum analisa total fenol adalah untuk menganalisa kadar
fenol total pada sampel uji berupa teh hitam dan teh hijau.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teh
Teh merupakan salah satu minuman berantioksidan tinggi yang banyak
dikonsumsi masyarakat. Kandungan antioksidan teh berasal dari senyawa
polifenol. Teh mengandung 4 sub kelas polifenol, yakni flavanol, flavonol, flavon,
flavanon, phenolic acid dan depsides. Teh hijau dan teh hitam merupakanjenis teh
yang telah banyak dikenal masyarakat. Kedua macam teh ini berbeda dalam
proses pembuatannya. Teh hitam melalui proses fermentasi sedangkan teh hijau
tidak. Proses inilah yang memberi perbedaan pada karakter sensori kedua teh
tersebut. Komponen antioksidan pada teh hijau adalah flavanols, flavandiols,
flavonoids, dan asam phenolik. Golongan flavanol teh hijau terdiri dari
Epicathetin (EC), Epicatechin gallate (ECg), Epigallocatechin (EGC),
Epigallacatechin gallate (EGCg). Senyawa Catechin tersebut terbukti mampu
mencegah dan menghambat serangan oksidatif pada sel tubuh seperti membran
sel, DNA, dan lemak dari radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif. Aktivitas
antioksidan catechin berasal dari gugus hidroksi sedangkan pada asam phenolic
berasal dari gugus karbonil. Teh hitam memiliki senyawa yang berperan sebagai
antioksidan adalah theaflavins, thearubigens dan turunannya, dan tannins.
Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa hasil oksidasi enzim polifenol
yang terbentuk selama proses fermentasi. Namun demikian senyawa-senyawa
tersebut masih memiliki kapasitas antioksidan karena strukturnya yang mirip
dengan catechin (Dewi et al., 2009).
2.2. Antioksidan
Senyawa antioksidan dapat diperoleh secara alami melalui konsumsi sayur -
sayuran atau buah - buahan. Senyawa antioksidan dapat berupa vitamin E, vitamin
C, flavonoid, polifenol, dan karotenoid. Senyawa antioksidan sendiri membantu
mencegah timbulnya penyakit degeneratif karena dapat menangkal radikal bebas
dan menghambat proses oksidasi yang dimungkinkan terjadi. Antioksidan dapat
menghambat oksidasi melalui dua jalur, jalur pertama melalui penangkapan
radikal bebas atau disebut juga antioksidan primer dan jalur yang kedua tanpa
penangkapan radikal bebas yang disebut juga antioksidan sekunder yang bekerja
dengan berbagai mekanisme seperti menangkap oksigen dan pengikatan logam
(Kusmiyati et al., 2012).
2.3. Fenol
Menurut Susilo (2016), kandungan polifenol dalam teh hijau dapat
membantu penghambatan senyawa - senyawa radikal bebas penyebab penyakit
degeneratif yang masuk ke dalam tubuh. Polifenol sendiri dapat berupa senyawa
flavonoid ataupun non - flavonoid, tapi polifenol yang ditemukan dalam teh hijau
hampir semuanya merupakan senyawa flavonoid. Kusmiyati et al. (2012)
menambahkan bahwa senyawa fenol mampu mencegah oksidasi LDL 20 kali
lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E. Polifenol dalam tanaman terdiri atas
flavonoid dan asam fenolat. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari
polifenol yang juga sangat efektif sebagai antioksidan. Flavonoid sebagai
antioksidan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, mampu memperkuat
dinding sel darah dan mengatur permeabilitasnya, mengurangi terjadinya proses
atherosklerosis di pembuluh darah yang selanjutnya akan mengurangi risiko
kematian akibat penyakit jantung koroner.
.
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum analisa total fenol adalah sebagai berikut :
4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fenol pada jenis
teh hijau dan teh hitam dengan masing-masing dua jenis merek teh yang berbeda.
Telah banyak penelitian mengenai antioksidan yang terkandung pada teh. Teh
sangat digemari oleh masyarakat hal ini dikarenakan selain aromanya yang khas,
teh juga memiliki kandungan fenolnya yang cukup tinggi dan baik untuk
kesehatan. Teh yang dianalisa pada praktikum ini terdiri atas teh hijau Cap Kepala
Djenggot dan te hijau Cap Botol. Sedangkan, untuk teh hitam yang dianalisa
antara lain bermerek Tjap Zefflin dan CTC. Teh hijau Cap Kepala Djenggot
memiliki nilai total fenol yang lebih tinggi sebesar 0,0632 mg/L dari pada teh
hijau Cap Botol sebesar 0,0614 mg/L. Namun lebih rendah dari pada teh hitam
merk CTC yaitu sebesar 0,0645 mg/L dan teh hitam merk Tjap Zefflin memiliki
kandungan total fenol paling rendah yaitu 0,0617 mg/L.
Menurut Anjani et al. (2015), kandungan total fenolik dalam ekstrak
ditentukan dengan metode Folin-ciocalteu yang didasarkan pada kemampuan
sampel untuk mereduksi reagen folin-ciocalteu yang mengandung senyawa asam
fosfomolibdat-fosfotungstat. Reaksi reagen Folin-Ciocalteu dengan senyawa
fenolik akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi biru. Intensitas
warna biru ditentukan dengan banyaknya kandungan fenol dalam larutan sampel.
Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik dalam sampel semakin pekat warna
biru yang terlihat. Sehingga terdapat relasi antara total fenol dengan kapasitas
antioksidan pada teh karena sumber antioksidan teh yang dominan berasal dari
komponen polifenol yang dikandungnya.
Perbedaan kapasitas antioksidan antara teh hijau dan teh hitam dikarenakan
adanya perbedaan proses pembuatan kedua teh tersebut. Pada proses pembuatan
teh hijau tidak terdapat proses fermentasi seperti pada teh hitam. Proses
fermentasi pada teh hitam mengakibatkan hilangnya beberapa komponen
antioksidan akibat reaksi oksidasi enzimatis catechin oleh polifenol oxidase. Pada
teh hitam oksidasi tersebut mengubah catechin menjadi theaflavin dan theaflavin
gallat. Meskipun catechin sudah teroksidasi, senyawa hasil oksidasi tersebut
masih memiliki aktivitas antioksidan, namun nilai kapasitas antioksidan senyawa
tersebut lebih rendah dari pada catechin (Dewi et al., 2009).
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tursiman, Ardiningsih, P. dan Nofiani, R., 2012. Total fenol fraksi etil asetat dari
buah asam kandis (Garcinia dioica Blume). Jurnal Kimia Khatulistiwa
[Online], 1(1), 45 – 48.
LAMPIRAN
Blanko
Y = 0,0077(0,026) + 0,06
Y = 0,0002 + 0,06
Y = 0,0602