Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI STIMULASI ACID WASH

Proposal Tugas Akhir

Oleh :

RONALDO JEREMY
153210262

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018

1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Adanya penurunan produktivitas sumur merupakan persoalan yang penting
dalam industri perminyakan yang akan menyebabkan tidak sesuainya laju alir
produksi yang sudah dirancang pada tahap pengembangan sehingga akan
mengganggu semua perancang awal, baik dalam hal pengembangan maupun
dalam keekonomiannya.
Penyebab penurunan produktivitas sumur antara lain adanya masalah pada
artficial lift, viskositas fluida sumur yang tinggi, permasalahan mekanis,
terjadinya bottle necking di fasilitas permukaan, permeabilitas yang rendah dan
adanya formation damage sebagai efek dari adanya skin (L, P, Dake 1978)
Oleh sebab itu maka penurunan produktivitas sumur harus sesegera mungkin
ditanggulangi sesuai dengan penyebabnya. Apabila dibiarkan akan merusak
seluruh rancangan terhadap suatu lapangan dari sisi development dan
keekonomiannya.
Pada peristiwa penurunan produktivitas sumur akibat adanya endapan scale
yang menjadikan nilai skin positif dapat ditanggulangi menggunakan metode acid
wash, dimana larutan asam diinjeksikan kedalam sumur sehingga endapan scale
yang menutupi zona perforasi akan dilarutkan oleh larutan asam.

1.2 Permasalahan
Produktivitas sumur yang menurun atau produktivitas sumur yang memang
sudah rendah sejak awal diproduksikan akibat dari nilai permeabilitas yang rendah
atau karena adanya formation damage yang merupakan efek nyata dari adanya
skin dapat ditanggulangi melalui stimulasi dengan metode acid washing dengan
memompakan larutan asam melalui sumur untuk membuka perforasi yang
tersumbat.

2
1.3 Tujuan khusus
Untuk mengetahui cara memperbaiki atau meningkatkan produksi sumur,
serta dapat mengevaluasi hasil dari kegiatan pengasaman dengan menggunakan
metode acid washing, dilihat dari perbandingan sebelum dan sesudah kegiatan
acid washing dari berbagai parameter yaitu Productivity Index (PI), Skin Factor
(S),

1.4 Target Luaran


Pada penilitian ini penulis tidak memiliki output target luaran kepada selain
penulis sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Acid Washing
Menurut Yang, F (2012) Pengasaman acid washing adalah operasi yang
direncanakan untuk menghilangkan endapan scale yang dapat larut dalam larutan
asam yang terdapat dalam lubang sumur, serta menstimulasi aliran hidrokarbon.
Adapun anggapan-anggapan yang digunakan dalam acid washing ini adalah :
1. Formasinya homogen.
2. Ukuran pori-porinya seragam.
3. Kecepatan reaksi menurun secara seragam dengan berkurangnya kosentrasi
asam.
4. Beratnya limestone yang terlarut pada tiap pertambahan jarak menurun secara
seragam sampai seluruh asam terpakai.

2.2 Jenis - Jenis Asam


Pertimbangan utama dalam pemilihan jenis asam adalah kesesuaiannya
dengan batuan dan fluida formasi. Bila asam tidak sesuai dengan formasi maka
treatment akan gagal atau bahkan mengakibatkan kerusakan formasi lebih lanjut.
Terdapat beberapa jenis asam, yaitu :
1. Hydrochloric Acid (HCl)

3
Asam hydrochloric (HCl) merupakan jenis asam yang paling banyak
digunakan dalam operasi pengasaman dilapangan. Asam ini merupakan larutan
hydrogen chloride yang berupa gas di dalam air dengan berbagai konsentrasi.
Konsentrasi asam ini bervariasi antara 5 – 35 %. Secara umum yang biasa
digunakan dilapangan adalah konsentrasi 15 % HCl. Asam jenis ini akan
melarutkan batu gamping, dolomite dan karbonat lainnya. Sedangkan untuk
pengasaman batu pasir digunakan 5 - 7 % HCl.
Keuntungan penggunaan asam HCl antara lain memiliki daya reaksi yang
cukup tinggi terhadap batu gamping dan dolomite, serta harganya relatif lebih
murah dibandingkan dengan asam jenis lainnya. Sedangkan kerugiannya, asam
memiliki sifat korosifitas paling tinggi, terutama pada temperatur tinggi diatas
250ºF. Oleh karena itu agar temperatur tidak melebihi tingkat korosifitasnya,
maka pada penggunaan asam HCl biasanya ditambahkan additif yaitu corrosion
inhibitor sebagai pencegah korosi.
2. Hydrofluoric Acid (HF)
Asam hydroflouric tersedia sebagai larutan dengan kosentrasi 40 - 70%.
Namun untuk keperluan pengasaman, HF biasanya digunakan bersama-sama atau
dicampur dengan HCl. Asam ini mempunyai kemampuan untuk melarutkan
padatan-padatan lumpur, mineral-mineral lempung feldspar dan silika. HF juga
bersifat korosi, tetapi tingkat korosifitas dari campuran asam ini relatif rendah
dibandingkan dengan HCl.
Asam HF dapat bereaksi dengan silika dan senyawa - senyawa silika seperti
gelas, bangunan beton, karet alam, kulit dan logam-logam tertentu seperti baja
serta material organik. Asam ini beracun baik dalam keadaan sendiri maupun
bercampur dengan asam HCl sehingga diperlukan penanganan yang hati - hati.
3. Organic Acid
a) Acetic Acid (CH3COOH)
Asam jenis ini digunakan untuk pengasaman batuan karbonat dengan laju
reaksi lebih lambat dibandingkan dengan HCl, karena derajat ionisasinya
lebih kecil. Asam acetic lebih mahal dibandingkan HCl dan tidak bersifat
korosif terhadap peralatan sumur, sehingga dapat dibiarkan lama dalam

4
tubing maupun casing. Keuntungan yang didapatkan dari penggunaan asam
acetic yakni :
1. Tidak menimbulkan pengendapan dengan ion besi.
2. Tidak menyebabkan embrittlement atau stress cracking pada baja
yang mempunyai strength yang tinggi.
3. Tidak merusak peralatan aluminium.
4. Tidak merusak lapisan chrome pada temperatur di atas 200ºF.

b) Formic Acid (HCOOH)


Jenis asam ini termasuk asam organik yang yang lambat bereaksi dan
terionisasi secara lemah. Sifat formic mirip dengan acetic, tetapi pada
temperature tinggi asam formic lebih korosif dibanding asam acetic.
Keuntungan asam formic yaitu harganya lebih murah dibandingkan asam
acetic.

2.3 Jenis - Jenis Acid Additive


Acid additive digunakan untuk mencegah atau menanggulangi efek yang
ditimbulkan proses acidizing pada peralatan produksi maupun pada formasi.
Adapun jenis-jenis acid additif yang ada yaitu :
1) Surfactant
Surfactant digunakan selama pekerjaan acidizing dilakukan dan berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antara cairan dengan batuan sehingga lebih
mudah lewat, selain itu juga berfungsi sebagai non emulsifiers, emulsifiers,
emulsion breakers, anti-sludging agents, wetting agents, foaming agents, dan
surface tension atau interfacial tension reducers. Beberapa jenis surfactant yang
biasa digunakan berdasarkan fungsinya antara lain :
a) Anti Sludge Agent
Jika asam diinjeksikan ke dalam formasi dan kontak dengan crude oil akan
menyebabkan terbentuknya sludge (partikel-partikel seperti lumpur) di bidang
antar permukaan minyak dengan asam. Hal ini umumnya terjadi pada crude
oil yang mempunyai prosentase aspalt yang tinggi. Padatan sludge hanya

5
sedikit larut dalam minyak, karena itu jika sudah terbentuk akan sulit untuk
dihilangkan.
Dengan demikian material tersebut dapat terakumulasi di dalam formasi
dan dapat menurunkan harga permeabilitas batuan di sekitar sumur. Anti
sludge agent dapat mencegah terbentuknya endapan sludge yang terjadi
selama treatment pengasaman dengan cara menjaga bahan-bahan colloidal
terdispersi. Terbentuknya sludge oil di dalam formasi akan meningkat dengan
naiknya konsentrasi asam.
b) Suspending Agent
Suspending agent digunakan untuk mencegah terbentuknya endapan
butiran yang tidak larut dalam asam dengan cara mensuspensikannya dalam
larutan asam, sehingga dapat terangkut ke permukaan bersama larutan asam
sisa.
c) Non Emulsifying Agent
Reaksi antara asam dengan fluida formasi dapat menyebabkan
terbentuknya emulsi karena fluida formasi mungkin mengandung zat-zat
kimia yang terbentuk sebagai zat yang menstabilkan emulsi. Kecenderungan
terbentuknya emulsi akan meningkat dengan bertambahnya konsentrasi asam.
Non-emulsifying agent digunakan untuk mencegah terbentuknya emulsi,
karena dapat larut atau terdispersi dalam larutan asam ataupun dapat
bercampur dengan bahan-bahan lainnya. Non emulsifying agent
menghasilkan. tegangan permukaan dan tegangan antar muka yang rendah
sehingga mencegah natural emulsifier di dalam crude oil membentuk emulsi.
d) Retarder Agent
Additif retarder agent digunakan untuk mengontrol laju reaksi asam
sehingga spending time nya menjadi lebih lama. Additif ini diperlukan
terutama jika volume asam yang digunakan besar dan sumur relatif dalam.
2) Corrosion Inhibitor
Corrosion Inhibitor adalah campuran dari beberapa persenyawaan termasuk
quaternary amines, acetylenic, alcohols, methanol, dan surfactant. Kebanyakan
corrosion inhibitor adalah cationic (membuat batugamping menjadi bersifat water
wet). Corrosion inhibitor merupakan additif yang selalu digunakan dalam setiap

6
operasi pengasaman, dengan mengingat kondisi asam yang korosif terhadap
peralatan logam. Dengan adanya corrosion inhibitor, walaupun tidak bisa 100%
menghilangkan korosi, tetapi dapat mengurangi laju korosi hingga batas yang
dapat ditolerir. Corrosion inhibitor mengurangi laju korosi dengan cara
membentuk lapisan film dipermukaan peralatan logam tubing atau casing. Dengan
adanya lapisan ini, dapat dicegah reaksi penembusan asam terhadap logam
sehingga laju korosi terhambat.
Kesesuaian antara corrosion inhibitor dengan additif lain perlu diperhatikan.
Anomali ini dapat menimbulkan kerugiaan yang tidak diinginkan seperti misalnya
terjadi reaksi yang menghasilkan pengendapan. Fluida corrosion inhibitor
biasanya cenderung terpisah dari fluida asam. Pemisahan akan dapat dilihat pada
permukaan fluida asam yang telah didiamkan sekitar 15 menit berupa lapisan film
berminyak dan berwarna gelap. Karena itu pencampurannya harus selalu
dilakukan pengadukan agar tidak terpisah dari asam.
3) Iron Control Additive
Pada semua projek pengasaman, besi di pipa atau di formasi akan terlarut. Jika
besinya Fe3+, maka bisa menyebabkan kerusakan formasi jika asam telah terpakai
(spent acid) dan pH naik. Pada pH 2.2, Fe3+ (ferric) akan mengendap sebagai
ferric hydroxide, Fe(OH)3, suatu gel sangat kental yang akan mengakibatkan
kerusakan formasi. Kebanyakan ion besi di asam adalah Fe2+ (ferrous) dan ini
akan mengandap jika pH > 7 atau pH = 7. Dalam kebanyakan pengasaman, harga
7 dan keatas ini tidak akan pernah dicapai oleh spent acid maupun fluida
formasinya, sehingga ferrous cukup aman. Ada tiga cara untuk mengontrol
pengendapan ferric oxide, yaitu sebagai berikut :
a. Mengontrol pH agar tetap di bawah 2.2
b. Menggunakan sequestering agent yang akan membuuat produk yang
terlarut di dalam air.
c. Menggunakan reducing agent untuk merubah ferric ke ferrous
Ketiga metode ini tidak dapat dipakai secara kombinasi tetapi masing- masing
mempunyai keuntungan tersendiri tergantung situasinya.
4) Alcohol

7
Alcohol digunakan untuk membantu meningkatkan effisiensi pembersihan
sumur pada operasi pengasaman untuk sumur gas. Alcohol dan campuran antara
alkohol-asam mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah daripada
campuran asam. Alcohol yang biasa digunakan konsentrasinya berkisar antara 5 –
50% volume. Hal ini memudahkan sumur dengan tekanan dasar sumur yang
rendah untuk mendorong keluar fluida treatmen dari lubang sumur.
Untuk sumur dengan formasi yang sensitif terhadap air, alcohol dapat
digunakan untuk menggantikan sebagian air pada campuran asam, sehingga
penggunaan air dapat dikurangi. Alcohol yang paling banyak digunakan adalah
methanol. Pada temperatur dingin methanol dapat ditambahkan dalam asam utnuk
menurunkan titik beku asam.
5) Mutual Solvent
Umumnya mutual solvent digunakan pada saat after flush (overlfush)
dibelakang campuran HF-HCl. Fungsinya adalah untuk membersihkan formasi
dari sisa - sisa pengasaman. Dalam operasi pengasaman yang banyak digunakan
yaitu ethylene glycol monobuthyl ether (EGMBE) yang berguna untuk
mengurangi tegangan antar permukaan minyak - air, sebagai solvent untuk
melarutkan minyak dalam air, sebagai pencuci untuk merubah bahan - bahan
basah minyak menjadi basah air, serta meningkatkan aksi surfactant dan
demuslifier saat kontak dengan material-material formasi.
6) Clay Stabilizer
Clay stabilizer dikembangkan untuk meminimalkan kerusakan formasi akibat
pengembangan lempung (clay swelling) atau migrasi clay. Clay stabilizer yang
digunakan dalam pengasaman dimasukan dalam kategori polyquartenery amines,
polyamines, cationic organic polymer dan cationic surfactant.
Material - material ini dapat juga digunakan dalam fluida fracturing, tetapi
hanya baik untuk masalah clay swelling. Zirconium oxychloride salt dan hydroxy
aluminium merupakan clay stabilizar yang banyak digunakan untuk mengatasi
masalah migrasi clay. Clay stabilizer tidak perlu digunakan kecuali memang
diperlukan yang didasarkan pada hasil pengujian dilaboratorium atau berdasarkan
pengalaman sebelumnya yang menunjukkan perlunya penggunaan material ini.
7) Diverting Agents

8
Dalam setiap treatmen pengasaman, penting untuk menangani seluruh zona
produktif. Biasanya permeabilitas tidak seragam di setiap interval produksi
sehingga penyebaran asam di tiap interval berbeda, lebih banyak masuk ke
permeabilitas tinggi. Karena itulah perlu penggunaan diverting agent untuk
memblok sementara saluran perforasi pada zona permeabilitas tinggi. Dengan ini
asam dapat diarahkan masuk ke zona permeabilitas rendah.
8) Nitrogen
Nitrogen sering dipakai pada proses pengasaman. Pertama untuk foaming acid,
kedua untuk enersi clean up pada reservoir bertekanan rendah, dan ketiga sebagai
sumber gas bagi foam untuk diverter. Selain itu, nitrogen kadang digunakan untuk
sumber gas lift sementara. Foaming acid digunakan pada acid fracturing dimana
viskositas foam membantu membuat rekahan dan sebagai retarder-nya. Foamed
acid tidak boleh dipakai untuk matrix acidizing karena viskositas foamed acid
lebih besar dari biasa, maka bisa terjadi fracture. Dengan adanya fracture, maka
semua asam akan masuk ke rekahan.
9) Aromatic Solvent
Formasi dengan minyak berat, sludge (gumpalan atau endapan), asphalt dan
scale berlapis minyak perlu digunakan aromatic solvent untuk melarutkannya
agar kerja asam lebih baik lagi. Solvent digunakan sebagai preflush atau
pendispersi dalam fluida asam treatment untuk melarutkan hidrokarbon sehingga
asam dapat bereaksi dengan material formasi atau materail asing penyumbat pori.

9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan-tahapan Penelitian
1) Pengambilan data
2) Pengujian dan analisa data
3) Evaluasi data
3.2 Lokasi Penelitian
Belum diketahui
3.3 Peubah yang Diamati
1) Skin factor
2) Productivity Index
3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan dan dilakukannya
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan.

10
Referensi
A, Ababil. and co. (2017). ANALISIS DATA PTS ( PRESSURE ,
TEMPERATURE , SPINNER ) SETELAH DILAKUKAN KEGIATAN
ACIDIZING PADA SUMUR ABL-1., 1–6.
Abrian, Y., Yusuf, M., Herlina, W., Pertambangan, J. T., Teknik, F., Sriwijaya,
U., … Inderalaya, K. (2014). PENDOPO FIELD PERFORMANCE
ANALYSIS OF ACIDIZING WORK ON PT PERTAMINA EP ASSET 2
PENDOPO FIELD, di.
Kalfayan, L. J., & Services, B. J. (2007). SPE 106371 Fracture Acidizing : History
, Present State , and Future, 1–8.
L, P, Dake (1978). Fundamentals of Reservoir Engineering.
Mahajan, M., Services, B. J., Pasikki, R., Gilmore, T., Riedel, K., Steinback, S., &
Services, B. J. (2006). SPE 100996 Successes Achieved in Acidizing of
Geothermal Wells in Indonesia.
Morsy, S., Sheng, J. J., Hetherington, C. J., Soliman, M. Y., & Ezewu, R. O.
(2013). SPE 167568 Impact of Matrix Acidizing on Shale Formations,
(2011), 1–8.
Yang, F., Texas, A., Aramco, S., & Members, S. P. E. (2012). SPE 157250
Acidizing Sandstone Reservoirs Using HF and Organic Acids, 14–16.
Ji, Q., Zhou, L., Texas, A., & Members, S. P. E. (2014). Acidizing Sandstone
Reservoirs Using Fines Control Acid, 21–23.
Punnapala, S., Rahman, M. A., Misra, S., Dhabi, A., & Oil, O. (2014). Challenge
of Acidizing Horizontal Wells in Tight Carbonate Reservoirs - Weak Acid
and Non-acid Alternates.
Surjaatmadja, J. B., Hamad, A. M. Al, & Waheed, A. (2013). SPE 164692
Improving Production Using a Unique Self-Positioning Tool to Deliver Four
Types of Acid Stimulations in a Well : Matrix Penetration , Acid Washing ,
Many Micro / Mini Fractures , and Large Fractures.
Taylor, R., Fyten, G. C., & Mcneil, F. (2012). Acidizing — Lessons from the Past
and New Opportunities, (November), 1–13.

11

Anda mungkin juga menyukai