ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
ii
Laporan praktek…, Harry Utomo, FF UI, 2015
Laporan praktek…, Harry Utomo, FF UI, 2015
iii
iv
Penulis
2014
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma (KF) No. 352 Depok
bertujuan untuk mengevaluasi secara umum kegiatan pelayanan kefarmasian di
Apotek KF No. 352 Depok; serta mengetahui peran dan fungsi apoteker dalam
aspek profesional dan aspek manajerial di apotek secara umum, dan di Apotek KF
No. 352 Depok secara khusus. Apoteker memiliki tiga peran di apotek, yaitu
sebagai profesional, penjual, dan manajer. Sebagai profesional, apoteker harus
menjamin mutu dan rasionalitas pengobatan yang diterima pasien. Sebagai
penjual, apoteker harus dapat memberikan pelayanan kepada pelanggan sehingga
dapat meningkatkan omset apotek. Sebagai manajer, apoteker harus dapat
mengelola sistem manajerial apotek dengan baik untuk kelangsungan apoteknya.
Tugas khusus yang diberikan berjudul Kajian Service Level Apotek Kimia Farma
No. 345 kepada Pelanggan. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pelayanan kefarmasian dengan ketersediaan perbekalan farmasi dalam
penerimaan dan penolakan obat dalam resep, sehingga dihasilkan persentase
penerimaan dan penolakan obat dalam resep di Apotek Kimia Farma No. 345.
Universitas Indonesia
Pharmacist Professional Practice in Kimia Farma (KF) Pharmacy No. 352 Depok
aims to evaluate the general activities of pharmaceutical cares in KF Pharmacy
No. 352 Depok; and to know the role and function of the pharmacist in the
professional aspects and managerial aspects in Pharmacy in general, and in KF
Pharmacy No. 352 Depok in particular. Pharmacists have three roles in the
Pharmacy, which are a professional, seller, and manager. As a professional, the
pharmacist must ensure the quality and the patient received treatment rationality.
As a seller, the pharmacist should be able to provide service to customers in order
to increase the turnover of Pharmacy. As a manager, the pharmacist should be
able to manage the pharmacy with good managerial system for continuity of
his/her pharmacy. The given special assignment titled Service Level Assessment
of Kimia Farma Pharmacy No. 345 to the Customer. This special assignment
aimed to determine the relationship of pharmaceutical cares with the availability
of pharmaceuticals in the acceptance and rejection in prescription drugs, so it’s
resulting in a percentage of acceptance and rejection in prescription drugs in
Kimia Farma Pharmacy No. 345.
Universitas Indonesia
Lampiran ....................................................................................................... 59
vi Universitas Indonesia
ix Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 352
Margonda Depok bertujuan agar calon apoteker:
1. Mengevaluasi secara umum kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia
Farma No. 352 Margonda Depok.
2. Mengetahui peran dan fungsi apoteker di Apotek Kimia Farma No. 352
Margonda Depok dalam aspek profesional
3. Mengetahui peran dan fungsi apoteker di Apotek Kimia Farma No. 352
Margonda Depok dalam aspek manajerial.
Universitas Indonesia
2.1 Apotek
2.1.1 Pengertian
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang dimaksud dengan apotek
adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Menurut Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang
dimaksud dengan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sediaan farmasi yang
dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014, Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
apoteker. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang wajib
menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu
baik. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker di apotek merupakan
bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasiannya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, tugas dan fungsi
apotek adalah:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi,
antara lain: obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.1.1 Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan:
a) pola penyakit,
b) Kemampuan masyarakat,
c) Budaya masyarakat, dan
d) Pola penulisan resep oleh dokter sekitar.
2.2.1.2 Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-
undangan.
2.2.1.3 Penyimpanan
a. Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor bets, dan
tanggal kadaluarsa.
b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan
menjamin kestabilan bahan.
2.2.1.4 Pelayanan Apotek
Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari drug
oriented menjadi patient oriented. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi
tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku agar dapat melakukan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi
tersebut antara lain adalah melaksanakan pelayanan resep, pelayanan obat bebas,
obat bebas terbatas, obat wajib apotek dan perbekalan kesehatan lainnya juga
pelayanan informasi obat dan monitoring penggunaan obat agar tujuan
pengobatan sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.
Apoteker harus mengidentifikasi kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan kefarmasian. Oleh karena
itu, apoteker harus berupaya mencegah dan meminimalkan masalah terkait obat
(drug related problem) dengan membuat keputusan profesional untuk tercapainya
pengobatan yang rasional.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
media agar dapat diterima dan dimengerti oleh orang lain sesuai dengan maksud
pesan atau informasi tersebut. Media merupakan alat yang digunakan untuk
mempermudah suatu komunikasi. Media yang tepat akan memberikan informasi
atau pesan yang ingin disampaikan oleh seorang pengirim pesan.
Salah satu implementasi dari komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
adalah kegiatan konseling. Konseling merupakan suatu proses yang sistematik
untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan
pengambilan dan penggunaan obat. Konseling dilakukan untuk mengoptimalkan
hasil terapi obat dan tercapainya tujuan dari terapi obat dengan cara membina
hubungan dan menumbuhkan kepercayaan, perhatian, dan kepedulian terhadap
pasien serta mencegah dan mengurangi terjadinya efek samping obat,toksisitas,
resistensi antibiotika, dan ketidakpatuhan pasien.
e. Swamedikasi
Swamedikasi (Self Medication) merupakan suatu bentuk pengobatan
mandiri yang dilakukan oleh masyarakat, tanpa melalui dokter. Biasanya
swamedikasi dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan mulai dari
batuk, pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal hingga iritasi ringan pada
mata.
Beberapa hal yang melatarbelakangi berkembangnya swamedikasi di
kalangan masyarakat saat ini, yaitu meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan
tersedianya obat-obatan menyebabkan sebagian masyarakat berinisiatif mengobati
dirinya sendiri tanpa melalui konsultasi dengan dokter.
Banyaknya obat yang beredar saat ini dapat membingungkan masyarakat
dalam memilih obat yang tepat dan aman. Masyarakat sebagai konsumen
memerlukan bantuan dalam membuat keputusan terhadap swamedikasi yang
dilakukan.
Apoteker adalah profesi yang ideal dalam membantu masyarakat memilih
obat yang aman dan efektif dalam mengobati penyakit yang diderita. Upaya
swamedikasi oleh apoteker harus tetap memperhatikan prinsip penggunaan obat
yang rasional dengan memperhatikan ketepatan indikasi penyakit, pemilihan obat,
dosis, cara pakai, lama penggunaan, dan kondisi pasien.
Universitas Indonesia
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam swamedikasi oleh seorang
Apoteker, yaitu
1. Membaca informasi yang tertera pada kemasan atau brosur yang meliputi
komposisi obat, indikasi, kontra indikasi, interaksi obat, efek samping, dosis
dan cara penggunaan.
2. Obat yang dipilih memiliki jenis kandungan zat aktif sesuai penyakit yang
diderita.
3. Penggunaan obat swamedikasi hanya untuk jangka pendek, jika penyakit tidak
membaik setelah beberapa hari penggunaan obat tersebut, maka sebaiknya
konsultasikan ke dokter.
4. Memperhatikan aturan pakai obat serta berapa jumlah yang diperlukan.
5. Perlu diperhatikan juga tentang masalah kontra indikasi dan cara penyimpanan
obat.
Untuk lebih mengarahkan ketepatan pemilihan obat pada saat melakukan
pelayanan swamedikasi, konseling pra pelayanan swamedikasi dapat dilakukan
kepada pasien dengan 5 arahan pertanyaan penuntun sebagai berikut :
1. W : who (Untuk siapa obat tersebut)
2. W : what symptoms (Gejala apa yang dirasakan)
3. H : how long (Sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung)
4. A : action (Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut)
5. M : medicine (Obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien).
Dalam melakukan kegiatan swamedikasi tidaklah selalu berjalan dengan
lancar. Terdapat beberapa kendala yang timbul dan menjadi penghalang
komunikasi antara apoteker dengan pasien pada saat pemberian pelayanan
swamedikasi, yaitu:
1. Kendala yang berasal dari pasien, yaitu perasaan malu, marah, sedih, takut dan
ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan sikap empati, mencari sumber
timbulnya masalah tersebut dan tetap bersikap terbuka dan siap membantu.
2. Kendala yang berasal dari latar belakang pendidikan, budaya dan bahasa.
Kendala ini dapat diatasi dengan menggunakan istilah yang mudah dimengerti.
Universitas Indonesia
3. Kendala yang berasal dari fisik dan mental. Kendala ini dapat diatasi dengan
upaya menggunakan alat bantu.
4. Kendala yang berasal dari Apoteker dapat berupa menunjukkan sikap yang
kurang perhatian, cara berbicara yang tidak sesuai, mendominasi percakapan,
menggunakan istilah yang sulit dimengerti oleh pasien, sikap dan gerak tubuh
yang mengganggu konsentrasi pasien.
5. Kendala yang berasal dari lingkungan sekitar tempat swamedikasi berlangsung
misalnya dilakukan di tempat terbuka, suasana yang berisik dan adanya pihak
ketiga yang ikut mendengarkan.
Persiapan yang matang diperlukan agar Apoteker dapat mengembangkan
swamedikasi menjadi keunggulan dari pelayanan Apotek yaitu dengan
menyediakan obat serta informasi yang memadai untuk keperluan swamedikasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dosis, aturan pakai, efek samping , nomor batch, nomor registrasi, nama dan
alamat pabrik, serta cara penyimpanannya.
Universitas Indonesia
c. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,
dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam
dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis
tepi. Tanda dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 4. Obat yang masuk
ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa
yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan
cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum
tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia
serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menkes
Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
32 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Sifat Huruf
1) Kokoh, memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam
bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu hilir, dan merupakan
perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2) Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan
optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnis kesehatan.
3) Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan
keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Bidang Pemasaran
Kegiatan pemasaran ditangani oleh divisi pemasaran. PT. Kimia Farma
membagi kegiatan pemasarannya masing-masing untuk produk obat generik,
OTC, Ethical dan Obat Lisensi. Divisi pemasaran secara konsisten melakukan
penelitian pasar baik berdasarkan data primer dan sekunder sehingga mampu
menghasilkan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan. Divisi ini juga
membuat rencana pemasaran secara terpadu yang dikoordinasikan dengan unit
terkait seperti produksi dan distribusi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Bisnis Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan
Jakarta Timur dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, Matraman.
c. Bisnis Manager Depok, membawahi wilayah Depok dengan BM di Apotek
Kimis Farma No. 352, Depok.
d. Bisnis Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor dengan BM di Apotek
Kimia Farma No.7, Bogor.
e. Bisnis Manager Tangerang membawahi wilayah Provinsi Tangerang dengan
BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang.
f. Bisnis Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
g. Bisnis Manager Wilayah Bekasi
h. Bisnis Manager Wilayah Karawang
i. Bisnis Manager Wilayah Cilegon
Bisnis Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para
manager apotek pelayanan dan membawahi supervisor akuntasi dan keuangan
serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi -
fungsi yang menjalankan perannya masing-masing.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5) Membuat copy resep untuk obat iter, obat yang baru atau obat yang belum
diserahkan sebagian.
6) Menghitung bon penjualan kredit untuk resep kredit dari perusahaan atau
instansi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
7) Mencatat semua hasil panjualan tunai dengan cara memasukkan barang
secara benar di komputer mengenai harga dan jumlahnya.
8) Mencatat semua hasil penjualan tunai setiap hari pada penjualan harian.
9) Menghitung dan menyetorkan semua hasil penjualan tunai harian selama
bertugas dan mencatat semua penjualan.
10) Berpartisipasi dalam pemeliharaan dan menjaga kebersihan apotek.
c. Petugas Penjualan Obat Bebas
Petugas penjualan obat bebas bertugas:
1) Melayani penjualan barang seperti obat bebas, suplemen vitamin,
kosmetika, alat-alat kesehatan serta perbekalan farmasi lainnya.
2) Menulis laporan penjualan barang.
3) Bertanggung jawab atas ketersediaan barang apotek untuk keperluan
penjualan.
4) Memberikan informasi, solusi mengenai obat yang akan dibeli konsumen
dalam bentuk pelayanan self care.
5) Bertanggung jawab terhadap keamanan barang yang terdapat di bagian
penjualan dan kenyamanan ruang tunggu dan fasilitas konsumen lainnya.
d. Petugas keamanan
Bertanggung jawab dalam menjaga keamanan semua ruangan dan fasilitas
lain yang ada di Apotek Kimia Farma No. 352 Depok.
3.3.4 Kegiatan Operasional Apotek
Sebagai apotek pelayanan maka kegiatan utama yang dilakukan di Apotek
Kimia Farma No. 352 ini adalah kegiatan pelayanan farmasi. Apotek Kimia
Farma No. 352 memberikan pelayanan 24 jam. Kegiatan praktek kerja
kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 352 meliputi kegiatan teknis dan
kegiatan non teknis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya terdapat beberapa
perbedaan pada pelayanan resep kredit, seperti:
a) Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya resep langsung
dikerjakan oleh petugas apotek.
b) Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai dan dicatat pada
buku resep kredit.
c) Apabila kebutuhan obat pasien masih kurang karena persediaan obat yang
dibutuhkan habis, maka obat tersebut dicatat pada formulir obat janji, jika
persediaan obat telah ada, maka pasien dihubungi oleh AA atau apoteker
untuk mengambil obatnya.
d) Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien
pada bukti penerimaan obat.
e) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian
dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing-masing
instansi atau perusahaan. Dibuat alat tagih pada saat jatuh tempo
pembayaran yang telah disepakati bersama.
3) Penjualan obat bebas atau swalayan farmasi
Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan
farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC
(Over The Counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas.Penjualan ini
dikenal sebagai pelayananHV (Hand Verkoop). Prosedur pelayanan penjualan
obat bebas yang dilakukan sebagai berikut:
a) Petugas swalayan farmasi menerima permintaan barang dari pasien dan
langsung menginformasikan harga.
b) Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir.
c) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti pembayaran
nota penjualan bebas.
d) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada
pasien.
e) Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor,
kemudian dicatat pada laporan penjualan harian.
Universitas Indonesia
e. Pelayanan resep
1) Skrining resep
a) Persyaratan administratif, seperti: nama, SIP, dan alamat dokter;
tanggal penulisan resep; tanda tangan atau paraf dokter penulis resep;
nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama
obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta; cara pemakaian serta
informasi lainnya.
b) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
b) Penyiapan obat
Penyiapan obat dimulai dengan peracikan. Peracikan merupakan
kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan
etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu
prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat, serta
penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya
dikemas dengan rapi. dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker
disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga
kesehatan.
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan
farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya
Universitas Indonesia
Bogor ke PBF Kimia Farma dengan membuat SP khusus narkotika yang dibuat
rangkap 4, yaitu 3 lembar SP asli diserahkan ke Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota, Balai POM dan PBF yang bersangkutan dan 1 lembar sebagai arsip
apotek. SP narkotika harus mencantumkan nama, alamat apotek, nama dan
tanda tangan APA, nomor SIKA, nomor SIA, serta nama dan alamat
distributor. Satu lembar SP hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika.
b. Penerimaan narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF berupa faktur harus diterima atau
dilakukan dengan sepengetahuan APA. APA kemudian akan menandatangani
faktur tersebut setelah dilakukan pencocokkan dengan SP Narkotik. Pada saat
diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis, jumlah narkotika yang
dipesan, bentuk sediaan, kemasan serta tanggal kadaluarsa.
c. Penyimpanan narkotika
Obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No.352
disimpan dalam lemari kayu yang kuat. Lemari tersebut terletak di tempat yang
tidak diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh asisten apoteker
yang bertugas. Sesuai dengan peraturan, lemari tersebut berkunci dua dan
mempunyai kunci yang dipegang oleh apoteker atau AA penanggungjawab
yang diberi kuasa oleh APA. Setiap obat narkotika dilengkapi dengan kartu
stok yang diletakkan dalam lemari dan dicantumkan tanggal kadaluarsanya.
d. Pelayanan narkotika
Apotek Kimia Farma No. 352 melayani resep narkotika sesuai ketentuan
yang berlaku yaitu hanya melayani resep narkotika dari resep asli dokter.
Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep danresep dengan
tulisan “iter” tidak boleh dilayani. Resep narkotika yang masuk dipisahkan dari
resep lainnya.
e. Pelaporan narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 352 dibuat
setiap bulan meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan
penggunaan bahan baku narkotika. Khusus untuk narkotika dilakukan stock
opname tiap bulan, pelaporannya dilakukan setiap bulan dan selambat-
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Apotek Kimia Farma No. 352 merupakan salah satu unit usaha dari PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. yang bergerak di bidang perapotekan. Apotek ini
memiliki total 11 orang sumber daya manusia yang terdiri dari 1 orang Apoteker
Penanggung jawab Apotek (APA) yang merupakan BM wilayah Depok, 1 orang
Apoteker Pendamping (Aping), 8 orang Asisten Apoteker dan 1 orang petugas
keamanan.
Apotek Kimia Farma No. 352 berlokasi di Jalan Margonda Raya No. 326
Depok. Lokasi apotek ini sangat strategis karena terletak di tepi jalan raya dan
mudah dijangkau oleh masyarakat dengan kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi, tersedianya area parkir kendaraan yang luas dan berada di dekat
pemukiman penduduk seperti Kompleks Perumahan Pesona Khayangan dan
Apartemen Margonda Residence. Selain itu apotek ini terletak di dekat pusat
perbelanjaan Margo City dan Depok Town Square, Universitas Gunadarma, BSI
dan Universitas Indonesia serta Rumah Sakit Umum Bunda Margonda.
Selain itu dilakukan strategi untuk menambah pelanggan antara lain
dengan melakukan kerjasama dengan dokter praktik (doctor in house) yaitu
praktik dokter umum dan dokter gigi, pelayanan pasien BPJS, serta adanya
pemeriksaan kesehatan seperti pengukuran tekanan darah, kadar gula darah, asam
urat dan kadar kolesterol dalam darah.
Kegiatan operasional Apotek Kimia Farma No. 352 diadakan setiap hari
selama 24 jam. Terdiri dari tiga shift, yaitu pagi (pukul 07.00 – 14.00 WIB), siang
(pukul 14.00 – 21.00 WIB), malam (pukul 21.00 – 07.00 WIB).
Semua sistem pengadaan dan pembelian barang dipusatkan serta
dikoordinasi oleh Bisnis Manager (BM) Bogor secara komputerisasi yang disebut
sebagai sistem Distribution Center (DC), sehingga BM Bogor dapat mengetahui
langsung barang yang mencapai stok minimum dan akan melakukan dropping
barang tersebut ke apotek yang bersangkutan. Dropping rutin dilakukan oleh BM
setiap dua kali dalam seminggu ke apotek.
53 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
1. Secara umum lokasi, bangunan, tata letak ruang, pengelolaan obat, dan
pelayanan di Apotek Kimia Farma No.352 Margonda Depok sudah baik dalam
memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada pasien.
2. Penerapan fungsi professional sudah baik karena beberapa fungsi seperti
skrining resep, pelayanan informasi obat, konseling, informasi dan edukasi,
serta home care dan dispensing obat sudah dilakukan dengan baik
3. Fungsi manajerial apoteker di Apotek Kimia Farma No. 352 dimana termasuk
fungsi retailer, pengelolaan obat mulai dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, sampai pelaporan dan pemusnahan
juga sudah dijalankan dengan baik.
5.2 Saran
1. Untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kecepatan dalam pelayanan, perlu
dilakukan penempelan label harga pada barang-barang khususnya barang-
barang yang berada di swalayan farmasi, agar pasien tidak kesulitan
mengetahui harga barang yang akan dibelinya.
1. Sebaiknya kedisiplinan pegawai dalam mengisi kartu stok perlu ditingkatkan.
Selain itu, pencatatan stok secara komputerisasi lebih dioptimalkan lagi
sehingga pengecekan ketersediaan obat menjadi lebih mudah, cepat dan selisih
antara stok fisik dan stok computer bisa diminimalkan
2. Dalam hal peningkatan keselamatan kerja serta kedisiplinan petugas sebaiknya
dalam mengerjakan peracikan menggunakan masker dan penggunaan
perlengkapan untuk mencuci alat racik sebaiknya dibedakan dengan
perlengkapan yang digunakan untuk mencuci piring dan gelas agar tidak ada
kontaminasi dari obat kepada petugas dan dari petugas terhadap obat.
3. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen
terhadap pelayanan Apotek Kimia Farma No.352 Margonda Depok, misalnya
dengan kuisioner yang diisi pasien pada saat berkunjung ke apotek sehingga
dapat diketahui hal-hal yang perlu ditingkatkan di apotek.
56 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Universitas Indonesia
Apoteker Penanggung
jawab Apotek
(APA)
Apoteker Pendamping
(Aping)
Ka Dinkes Kabupaten/Kota
a. Lantai 1 b. Lantai 2
Keterangan :
1, 3, G1-4 = Gondola swalayan farmasi
2 = Toilet
4 = Meja peracikan
5-8, 15-18 = Lemari putar penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi
9-10 = Lemari penyimpanan suplemen kesehatan
11-14, 20-21 = Rak penyimpanan sirup, krim, salep, dan alat kesehatan
19 = Meja untuk cek kesehatan
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
Lampiran ................................................................................................... 14
ii Universitas Indonesia
Lampiran 1. Daftar Obat yang Ditolak Periode 3-23 September 2014 .............. 14
Lampiran 2. Perhitungan Persentase Penolakan Barang ................................... 17
iv Universitas Indonesia
hidup masyarakat secara luas dengan menyediakan obat dan perbekalan farmasi
lainnya yang dibutuhkan masyarakat dengan mengukur kepada daya jangkau
masyarakat, seperti menyediakan obat generik. Sedangkan fungsi ekonomi dari
apotek adalah sebagai badan usaha yang harus dapat memberikan keuntungan. Hal
ini berguna untuk mengembangkan apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan
agar selalu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terhadap masyarakat
(2).
Seiring dengan majunya persaingan dan ketatnya kompetisi di industri
farmasu, terutama di retail product healt and beauty, sebuah perusahaan dengan
segala jenis produknya ini dituntut untuk mampu tetap bertahan dan
memenangkan persaingan. Persaingan tersebut tidak hanya terbatas pada
persaingan harga saja tetapi juga kualitas dan service. Pada sebuah supply chain
terdapat banyak pihak yang terlibat didalamnya, antara lain manufaktur, supplier,
dan customer. Para pemain supply chain tersebut memiliki peran masing-masing
yang saling terintegrasi. Satu diantara cara yang bisa dilakukan untuk
memenangkan persaingan antara lain dengan memberikan service yang terbaik
bagi customer. Dalam hal ini, service atau layanan bisa berupa pemenuhan
permintaan tepat waktu atau ketersediaan produk saat dibutuhkan customer.
Service level adalah ukuran kinerja suatu perusahaan dalam pemenuhan order
customer.
Penentuan service level harus ditentukan dengan tepat karena penetuan
yang kurang tepat akan berdampak timbulnya total cost yang membengkak akibat
bertambahnya biaya penyimpanan yang besar untuk bisa memenuhi semua
permintaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk mampu memenuhi semua
permintaan customer yang datang serta menetapkan kebijakan inventory atau
majemen dengan tepat. Dari permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
melihat seberapa besar “Service Level Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet
terhadap pelanggan”, yang dilihat dari jumlah persentase obat yang ditolak oleh
Apotek. Sehingga dengan data tersebut, dapat dilihat pemenuhan kepuasan
pelanggan terhadap apotek Kimia Farma No. 345 Tebet.
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui hubungan pelayanan kefarmasian dengan
ketersediaan perbekalan farmasi dalam penerimaan dan penolakan obat
dalam resep, sehingga dihasilkan persentase penerimaan dan penolakan
obat dalam resep di Apotek Kimia Farma No. 345.
Universitas Indonesia
2.1 Pelayanan
Pelayanan adalah suatu tindakan melayani, menyediakan, memberikan
sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang. Pelayanan merupakan suatu
upaya penjual barang atau jasa untuk memberi dan memenuhi unsur-unsur yang
menjadi harapan kepuasan konsumen. Dasar pertimbangan kepuasan konsumen
adalah kesesuaian antara biaya yang dikeluarkan konsumen (cost customer)
terhadap nilai barang atau jasa yang diperolehnya (customer delivered value) (3).
Universitas Indonesia
kembali ke apotek yang sama. Hal ini akan merupakan promosi dari mulut ke
kemulut bagi calon pasien lainnya yang diharapkan sangat positif bagi usaha
apotek.
Kepuasan merupakan pengalaman yang akan mengendap di dalam ingatan
pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian ulang
produk yang sama. Agar dapat bertahan di dunia persaingan bisnis apotek, maka
apotek harus berusaha sekeras mungkin agar pelanggan tidak pergi. Agar
pelanggan tidak pergi hendaknya apotek harus memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan. Untuk mewujudkannya, apotek dapat melakukan empat hal
yaitu sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi mengenai siapa yang akan menjadi pelanggan.
b. Memahami tingkat harapan pelanggan atas harga produk atau kualitas
produk.
c. Memahami strategi kualitas produk yang dihasilkan untuk pelanggan.
d. Memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari kepuasan
pelanggan.
Produk farmasi sangat banyak jumlahnya, menyulitkan dalam penyediaan
barang, ditambah lagi produk farmasi umumnya merupakan me too product, suatu
produk yang sama dengan kemasan yang berbeda, tapi isi obatnya sama. Bila di
apotek tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya pada waktu mereka
memerlukan, apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering terjadi, apotek
akan kehilangan konsumen.
Untuk mengelola persediaan apotek yang besar itu, diperlukan tindak
lanjut penolakan resep, pengendalian persediaan (kontrol inventori) yang baik
untuk mengoptimalkan dua tujuan yaitu memperkecil total investasi pada
persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam
sebuah apotek, sehingga pengendalian persediaan obat yang tepat sangat
diperlukan, pengendalian yang efektif berakibat pada investasi yang lebih kecil.
Tindak lanjut untuk melayani resep dapat dilakukan dengan mengganti obat
dengan obat lain yang kandungannya sama dengan persetujuan pasien, atau
membeli pada apotik lain.
Universitas Indonesia
7 Universitas Indonesia
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Penggolongan dan Persentase Penolakan
JUMLAH RESEP PERSENTASE
ALASAN PENOLAKAN
DITOLAK (%)
TAP (Tidak Ada Persediaan) 29 1,07
TAPD (Tidak Ada Persediaan Distributor) 15 0,55
TAP – TP Qty (Tidak Penuh Quantity) 7 0,25
TAP – TP Item (Tidak Penuh Item) 0 0
TT (Tidak Terbaca) 1 0,04
Total Jumlah Resep yang Ditolak 52 1,93
Total Jumlah Resep yang Diterima 2698 98,07
4.2 Pembahasan
Apotek Kimia Farma No.345 terletak di Jalan Prof. Dr. Supomo No. 45
BZ, Tebet Jakarta Selatan. Lokasi Apotek Kimia Farma No. 345 ini cukup
strategis dikarenakan terletak di tepi jalan raya yang ramai yang dilalui banyak
sarana angkutan umum, mempunyai tempat parkir yang cukup luas, aman dan
dekat dengan beberapa pusat perkantoran seperti bank, kantor polisi, dealer mobil
serta dekat dengan stasiun dan pusat perbelanjaan seperti pasar tebet dan
indomaret. Selain itu, tapotek Kimia Farma tebet berada di kawasan yang
masyarakatnya rata-rata memiliki tingkat pendapatan menengah keatas. Apotek
Kimia Farma No. 345 Tebet merupakan apotek yang buka 1 x 24 jam, dimana
terdapat tempat praktek dokter gigi yang buka pada hari senin-jumat dan sabtu-
minggu buka apabila dengan janji khusus antara pasien dengan dokter. Selain itu,
di lingkungan sekitar apotek ini juga banyak terdapat praktek dokter baik dokter
spesialis maupun non spesialis dan juga dekat sekali dengan RS Tebet.
Berdasarkan letak yang sangat strategis itu, dapat memberikan keuntungan bagi
8 Universitas Indonesia
apotek baik dalam jumlah resep yang masuk maupun penjualan obat dalam rangka
upaya pengobatan diri sendiri (UPDS).
Untuk dapat memberikan pelayanan resep dan swamedikasi yang baik,
apotek ini harus menyediakan berbagai jenis obat, dan menjamin ketersediaan
obat di apotek sehingga perbekalan yang lengkap juga dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan terhadap apotek. Untuk mengelola persediaan apotek yang
besar itu, diperlukan pengendalian persediaan (kontrol inventori) yang baik untuk
mengoptimalkan dua tujuan yaitu memperkecil total investasi pada persediaan
obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk mernenuhi kebutuhan
konsumen. Persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam sebuah
apotek, sehingga pengendalian persediaan obat yang tepat sangat diperlukan,
pengendalian yang efektif berakibat pada investasi yang lebih kecil.
Pengendalian persediaan obat penting dilakukan untuk mempunyai stok
yang benar agar dapat melayani pasien dengan baik. Untuk mendapatkan stok
yang benar adalah dengan menciptakan keseimbangan antara persediaan dan
permintaan, hal ini dilakukan cara-cara terus melakuan evaluasi terhadap
kepuasan pelanggan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang mana satu
diantara cara yang dapat digunakan dengan melakukan evaluasi mengenai service
level apotek Kimia Farma tebet terhadap pelanggan. Service level di Kimia Farma
dibagi menjadi 2 yakni service level gudang terhadap apotek Kimia Farma yang
dihitung dari persentase jumlah item barang yang datang dibandingkan dengan
barang yang dipesan pada BPBA dan juga service level apotek Kimia Farma
terhadap pelanggan.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi kepuasan pelanggan dengan menilai
service level apotek Kimia Farma terhadap pelanggan apotek. Untuk mengetahui
seberapa besar pemenuhan kepuasan pelanggan di Apotek Kimia Farma No. 345
Tebet, dilihat dari banyaknya persentase resep obat yang diterima dan persentase
resep obat yang ditolak dibandingkan dengan total resep yang masuk, pada
periode 3-23 September 2014.
Service level adalah ukuran kinerja suatu perusahaan dalam pemenuhan
order customer. Penentuan service level harus ditentukan dengan tepat karena
penetuan yang kurang tepat akan berdampak timbulnya total cost yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
resep. Persentase penolakan resep yang disebabkan oleh resep yang tidak
terbaca, hanya 0,25%.
Dalam upaya meningkatkan service level Kimia Farma terhadap pelanggan
ada beberapa upaya tindak lanjut yang biasa dilakukan di apotek, yang juga
merupakan prosedur tetap penangan barang kosong di Kimia Farma, yaitu :
1. Menawarkan atau mereferensikan apotek Kimia Farma lain yang mempunyai
stok obat yang dibutuhkan oleh pelanggan;
2. Meminta pasien agar menunggu untuk diambilkan di apotek Kimia Farma
lainnya;
3. Pasien dijanjikan untuk menunggu obat datang dari BM (dicatat dibuku janji
pasien); dan
4. Pasien ditawarkan obat lain yang memiliki kandungan yang sama dengan
obat yang diinginkan.
Berdasarkan besarnya presentase penolakan permintaan pelanggan, apotek
dapat melakukan evaluasi dalam hal manajerial inventory misalnya dalam hal
BPBA, apotek dapat lebih cermat memperhitungkan kapan seharusnya BPBA
dilakukan, berapa lama waktu tunggu (lead time) produk yang dipesan dan berapa
banyak produk penyangga (buffer stock) yang harus ada selama pemesanan obat.
Sehingga meminimalkan kekosongan produk obat di apotek dan memperkecil
kemungkinan penolakan permintaan pelanggan yang dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan apotek.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
1. Persentase service level Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet adalah
sebesar 1,98 % dengan 52 item obat ethical yang ditolak dan 2.698 item
obat ethical yang diterima.
2. Persentase alasan penolakan resep tertinggi adalah persediaan barang
yang kosong (TAP).
5.2 Saran
Perlu dilakukan evaluasi dan pengkajian secara akurat mengenai
persediaan barang, terkait dengan stok penyangga (buffer stock) dan lamanya
waktu tunggu barang (lead time), sehingga dapat menjamin ketersediaan barang
dan meningkatkan service level Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet terhadap
pelanggan.
12 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Universitas Indonesia
Alasan Penolakan
Tgl. No R/ Nama Obat TAP-TP Jumlah R/ Ket.
TAP TAP-D TT
QTY ITEM
4/9 Vestigo √ 1 Stok kosong
Ampisilin √ 1 Stok kosong
Cendamicetin 5 1 Stok barang kurang
Adalat 10 mg 20 1 Stok barang kurang
Ikaphen √ 1 Stok kosong
Piroxetine √ 1 Belum pernah ada
5/9 Bactrim √ 1 Stok kosong
N-Acethylcistein √ 1 Stok kosong
Valsartan √ 1 Kosong distributor
Naphrox √ 1 Kosong distributor
Hyalin √ 1 Stok kosong
6/9 Xenical √ 1 Stok kosong
Inhipraz √ 1 Belum pernah ada
Fixacep √ 1 Belum pernah ada
Vit. K √ 1 Stok kosong
Tribestan 10 1 Stok kurang
Anusol √ 1 Kosong distributor
Aminofilin √ 1 Kosong ditributor
8/9 Isoniazid √ 1 Stok kosong
Rifampisin 450mg √ 1 Stok kosong
Cefadroxil √ 1 Kosong distributor
14
Laporan praktek…, Harry Utomo, FF UI, 2015
9/9 ISDN √ 1 Stok kosong
Ascardia √ 1 Kosong distributor
Rifampicin 600mg 18 1 Stok kurang
Enzimplex √ 1 Kosong distributor
10/9 Rifampisin 600mg √ 1 Stok kosong
Enziplex √ 1 Kosong distributor
Floxsid 2 1 Stok kurang
11/9 Anusol √ 1 Kosong distributor
Aminfilin √ 1 Kosong distributor
Enzimfort √ 1 Stok kosong
12/9 Fenozol 5 1 Stok kurang
Alprazolam √ 1 Stok kosong
14/9 Ceftriaxone √ 1 Stok kosong
Fixcef √ 1 Stok kosong
15/9 Hyperil 5mg √ 1 Stok kosong
Inzana √ 1 Stok kosong
Lanprazid √ 1 Stok kosong
Pantoprazol √ 1 Kosong distributor
Ribone √ 1 Stok kosong
16/9 IUD Spiral √ 1 Kosong distributor
Quidex √ 1 Stok kosong
Enziplex √ 1 Kosong distributor
17/9 Valsartan √ 1 Kosong distributor
18/9 Tribestan √ 1 Stok kosong
19/9 Enziplex √ 1 Kosong distributor
22/9 Benoson √ 1 Tidak Terbaca
Benocol √ 1 Stok kosong
15
Laporan praktek…, Harry Utomo, FF UI, 2015
23/9 Amoxicilin √ 1 Kosong distributor
Neurodex √ 1 Stok kosong
Actos 19 1 Stok kurang
Ranitidin 150 mg √ 1 Stok kosong
16
Laporan praktek…, Harry Utomo, FF UI, 2015
17