DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
2.HERLINA HB(16101050006)
3.DELIMA(16101050020)
4.MURNIATI(16101050021)
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas
segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
ini sesuai dengan baik.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu perjuangan
beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Dalam penulisan ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada
hingganya kepada rekan dan teman yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang
konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga
Allah meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat adiktif )atau biasa disebut Narkoba, salah satu
kata yang selalu di dengar dari berbagai media massa dan mampu membuat gelisahpara orang
tua. Apalagi yang terkena narkoba tersebut pada siswa yang akan mempengaruhi belajarnya,
bahkan merusak moral dan mentalnya. Pengaruh narkoba sangat luar biasa buruknya, selain
merusak moral dan mental, juga merusak kesehatan dan menghancurkan ekonomi keluarga.
Masalah penyalahgunaan narkotika telah menjadi masalah nasional maupun internasional yang
tidak pernah henti-hentinya dibicarakan. Permasalahan penyalahgunaan narkotika telah
menghiasi pemberitaan hampir setiap harinya. Penyalahgunaan narkotika dapat menimbulkan
kerusakan fisik, mental, emosi dan sikap dalam masyarakat. Masalah penyalahgunaan narkotika
telah mengancam bangsa dan masyarakat tertentu sehingga menjadi suatu kejahatan teorganisasi
nasional ataupun transnasional.
B.TUJUAN
PEMBAHASAN
Pengaturan narkotika berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 (UU No.35 tahun
2009), bertujuan untuk menjamin ketersedian guna kepentingan kesehatan dan ilmu
narkotika.
pemasyarakatan) disebabkan oleh kasus narkoba atau narkotika. Berita kriminal di media masa,
baik media cetak maupun elektronik dipenuhi oleh berita penyalahgunaan narkotika. Korbannya
meluas kesemua lapisan masyarakat dari pelajar, mahasiswa, artis, ibu rumah tangga, pedagang ,
supir angkot, anak jalanan, pejabat dan lain sebagainya. Narkoba dengan mudahnya dapat diracik
sendiri yang sulit didiktesi. Pabrik narkoba secara ilegalpun sudah didapati di Indonesia.
Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika telah banyak dilakukan oleh aparat
penegakan hukum dan telah banyak mendapatkan putusan hakim di sidang pengadilan.
Penegakan hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor penangkal terhadap merebaknya
peredaran perdagangan narkoba atau narkotika, tapi dalam kenyataan justru semakin intensif
tersebut.
Tindak pidana narkoba atau narkotika berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009
(UU No.35 tahun 2009), memberikan sangsi pidana cukup berat, di samping dapat dikenakan
hukuman badan dan juga dikenakan pidana denda, tapi dalam kenyataanya para pelakunya justru
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor penjatuhan sangsi pidana tidak memberikan
saat ini sedang mencuat dan menjadi perdebatan para ahli hukum. Penyalahgunaan narkoba atau
narkotika sudah mendekati pada suatu tindakan yang sangat membahayakan, tidak hanya
menggunakan obat-obatan saja, tetapi sudah meningkat kepada pemakaian jarum suntik yang
Perkembangan kejahatan narkotika pada saat ini telah menakutkan kehidupan masyarakat.
pencegahan dari tingkat penyuluhan hukum sampai kepada program pengurangan pasokan
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sitensis
maupun semi sitensis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan
standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan atau
masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika disertai dengan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih
besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan
ketahanan nasional.
Yang dimakud narkotika dalam UU No. 35/2009 adalah tanaman papever, opium mentah,
opium masak, seperti candu, jicing, jicingko, opium obat, morfina, tanaman koka, daun koka,
kokaina mentah, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, damar ganja, garam-garam atau turunannya
dari morfin dan kokaina. Bahan lain, baik alamiah, atau sitensis maupun semi sitensis yang
belum disebutkan yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang ditetapkan
mengandung garam-garam atau turunan-turunan dari morfina dan kokaina, atau bahan-bahan lain
yang alamiah atau olahan yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika.
1. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan
ketergantungan.
3. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/ atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
PIDANA NARKOTIKA.
Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan Narkotika ini, maka perlu diingat
beberapa dasar hukum yang diterapkan menghadapi pelaku tindak pidana narkotika berikut ini:
1988)
TENTANG NARKOTIKA.
1. Sebagai pengguna
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 116 Undang-undang Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun.
2. Sebagai pengedar
tahun 2009 tentang narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 15 + denda.
3. Sebagai produsen
2009, dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun/ seumur hidup/ mati + denda.
Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang
sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, pada Sidang
Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002 melalui Ketetapan
Republik Indonesia untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika.
terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda, pidana penjara, pidana seumur
hidup, dan pidana mati. Di samping itu, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 juga mengatur
mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan pengobatan dan kesehatan serta mengatur
tentang rehabilitasi medis dan sosial. Namun, dalam kenyataannya tindak pidana Narkotika di
dalam masyarakat menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif
maupun kualitatif dengan korban yang meluas, terutama di kalangan anak anak, remaja, dan
Tindak pidana Narkotika tidak lagi dilakukan secara perseorangan, melainkan melibatkan
banyak orang yang secara bersama – sama, bahkan merupakan satu sindikat yang terorganisasi
dengan jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik di tingkat nasional
maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut guna peningkatan upaya pencegahan dan
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Hal ini juga untuk mencegah adanya kecenderungan
yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan korban yang meluas,
Selain itu, untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Narkotika dan
mencegah serta memberantas peredaran gelap Narkotika, dalam Undang-Undang ini diatur juga
mengenai Prekursor Narkotika karena Prekursor Narkotika merupakan zat atau bahan pemula
atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika. Dalam Undang-Undang ini
jenis Prekursor Narkotika.Selain itu, diatur pula mengenai sanksi pidana bagi penyalahgunaan
Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika. Untuk menimbulkan efek jera terhadap pelaku
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, diatur mengenai
pemberatan sanksi pidana, baik dalam bentuk pidana minimum khusus, pidana penjara 20 (dua
puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup, maupun pidana mati. Pemberatan pidana tersebut
dilakukan dengan mendasarkan pada golongan, jenis, ukuran, dan jumlah Narkotika.
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, diatur mengenai penguatan kelembagaan
yang sudah ada yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN tersebut didasarkan pada
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika
Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota. BNN tersebut merupakan lembaga non
struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang
hanya mempunyai tugas dan fungsi melakukan koordinasi. Dalam Undang-Undang ini, BNN
Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Selain itu, BNN juga mempunyai perwakilan
di daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai instansi vertikal, yakni BNN provinsi dan BNN
kabupaten/kota.
Untuk lebih memperkuat kelembagaan, diatur pula mengenai seluruh harta kekayaan atau
harta benda yang merupakan hasil tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika dan tindak
pidana pencucian uang dari tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dirampas untuk negara dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan upaya rehabilitasi medis dan sosial.
Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika yang modus operandinya semakin canggih, dalam Undang-Undang ini juga
terselubung (under cover buy), dan teknik penyerahan yang diawasi (controlled delevery), serta
teknik penyidikan lainnya guna melacak dan mengungkap penyalahgunaan dan peredaran gelap
dan Prekursor Narkotika yang dilakukan secara terorganisasi dan memiliki jaringan yang luas
melampaui batas negara, dalam Undang-Undang ini diatur mengenai kerja sama, baik bilateral,
Dalam Undang-Undang ini diatur juga peran serta masyarakat dalam usaha pencegahan
penghargaan bagi anggota masyarakat yang berjasa dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
penegak hukum dan masyarakat yang telah berjasa dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
Namun demikian, dalam tataran implementasi, sanksi yang dikenakan tidak sampai pada
kategori maksimal. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua hal.Pertama, kasus yang diproses
memang ringan, sehingga hakim memutuskan dengan sanksi yang ringan pula. Kedua, tuntutan
yang diajukan relatif ringan, atau bahkan pihak hakim sendiri yang tidak memiliki ketegasan
Berbicara mengenai penegakan hukum pidana, dapat dilihat dari cara penegakan hukum
pidana yang dikenal dengan sistem penegakan hukum ataucriminal law enforcement sebagai
bagian dari criminal policy atau kebijakan penanggulangan kejahatan. Dalam penanggulangan
kejahatan dibutuhkan dua sarana yakni menggunakan penal atau sanksi pidana, dan
menggunakan sarana non penal yaitu penegakan hukum tanpa menggunakan sanksi pidana
(penal).
Penegakan hukum dengan mempunyai sasaran agar orang taat kepada hukum. Ketaatan
b) takut karena kekuasaan dari pihak penguasa berkaitan dengan sifat hukum yang
bersifat imperatif;
c) takut karena malu berbuat jahat. Penegakan hukum dengan sarana non penal
Indonesia terhadap penanggulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika. Dengan demikian,
dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, serta menjadi acuan dan pedoman kepada
pengadilan dan para penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan yang menerapkan
undang-undang, khususnya hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap kejahatan yang
terjadi. Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba meneliti tentang kebijakan hukum pidana
Penegakan hukum salah satunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menghambat
berjalannya proses penegakan hukum itu sendiri. Adapun faktor-faktor tersebut, adalah sebagai
berikut:
1. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam hal ini dibatasi pada undang-undang saja;
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membuat atau membentuk maupun
diterapkan;
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
Kelima faktor tersebut di atas saling berkaitan, hal ini disebabkan esensi dari penegakan
hukum itu sendiri serta sebagai tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum.
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 1.Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
Dalam UU No. 35/2009 jenis-jenis narkotika adalah tanaman papever, opium mentah,
opium masak, seperti candu, jicing, jicingko, opium obat, morfina, tanaman koka, daun koka,
kokaina mentah, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, damar ganja, garam-garam atau turunannya
dari morfin dan kokaina. Bahan lain, baik alamiah, atau sitensis maupun semi sitensis yang
belum disebutkan yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang ditetapkan
mengandung garam-garam atau turunan-turunan dari morfina dan kokaina, atau bahan-bahan lain
yang alamiah atau olahan yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika.
terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda, pidana penjara, pidana seumur
hidup, dan pidana mati. Di samping itu, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 juga mengatur
mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan pengobatan dan kesehatan serta mengatur
3.2. SARAN
tanggung jawab bangsa Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya berada pada pundak
kepolisian ataupun pemerintah saja. Namun, seluruh komponen masyarakat diharapkan ikut
perperan dalam upaya penanggulangan tersebut. Setidaknya, itulah yang telah diamanatkan
dalam perbagai perundang-undangan negara, termasuk UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika
pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran, ingatan, hati, jiwa,
mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh karena itu maka Narkoba juga termasuk