Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengadukan dan Pencampuran


Pengadukan (agitation) merupakan operasi yang menimbulkan gerakan
pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, dimana gerakannya membentuk
suatu pola sirkulasi (Mc Cabe, 1985). Fungsi utama operasi pengadukan adalah
sebagai sarana pencampuran, yang bertujuan untuk menyeragamkan suatu
campuran bahan. Fungsi lainnya adalah untuk menyelenggarakan reaksi,
mempercepat perpindahan panas, mempercepat perpindahan massa, serta
menyebarkan atau mendispersikan gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembung-
gelembung kecil. Salah satu sistem pengadukkan yang banyak ditemui di industri
proses kimia adalah tangki berpengaduk, yang umumnya digunakan untuk
mengaduk fluida cair. Sistem ini terdiri dari suatu tangki penampung fluida,
pengaduk (impeller) yang terpasang pada batang pengaduk dan perangkat
penggerak (motor) yang mengubah pasokan energi luar menjadi gerakan batang
pengaduk.
Pengadukan berbeda dengan pencampuran. Tidak semua operasi
pengadukkan melibatkan pencampuran. Akan tetapi, proses pencampuran
biasanya melibatkan pengadukan. Pencampuran (mixing) merupakan suatu
peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, di mana bahan yang satu
menyebar ke dalam bahan yang lain dan sebaliknya (Mc Cabe, 1985). Sebelum
adanya pencampuran, bahan-bahan yang akan dicampur terpisah dalam satu fasa
atau lebih. Misalnya, Carboxy Methyl Celluloce (berfasa padat) yang
dicampurkan ke dalam air (berfasa cair) di dalam suatu bejana. Pada proses
pencampuran, pengadukkan dilakukan untuk menyeragamkan suatu campuran
dengan cepat dan meningkatkan transfer momentum antar partikel pada fluida
yang diaduk. Dengan pengadukan maka akan mempercepat tercapainya campuran
homogen pada proses pencampuran.

2.2 Fenomena Pengadukan dan Pencampuran


Seringkali terjadi kesalahpahaman tentang pengadukan dan pencampuran.
Sebenarnya pengadukan (agitation) menunjukkan gerakan pada suatu bahan di
dalam bejana, dimana gerakan itu mempunyai pola sirkulasi tertentu. Sedangkan
pencampuran (mixing) ialah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak,
dimana bahan yang satu menyebar ke bahan lainnya, sebelum bahan tersebut
terpisah dalam dua atau lebih fase (Geankoplis,1993).

2.3 Tujuan Operasi Pengadukan.

Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai maksud, antara lain :


1. Untuk membuat suspensi partikel zat padat.
2. Untuk meramu zat cair yang mampu campur (miscible), seperti metal
alcohol-air.
3. Untuk menyebarkan (disperse) gas di dalam zat cair, dalam bentuk
gelembung-gelembung kecil.
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair
lain sehingga membentuk emulsi atau suspense butiran-butiran halus.
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor anatara zat cair dengan kumparan
atau mantel pemanas kalor.
Pencampuran diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan
membaurkan bahan-bahan. Proses utama pada pencampuran adalah penyisipan
antar partikel jenis yang satu di antara partikel jenis yang lain. Dalam hal ini
diperlukan gaya mekanik untuk menggerakkan alat pencampur supaya
pencampuran dapat berlangsung dengan baik. Proses pencampuran bisa dilakukan
dalam sebuah tangki berpengaduk.
Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang
yang luas, diantaranya dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair
maupun padat-cair, kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia.

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses pengadukan dan


pencampuran
Proses pengadukan dan pencampuran dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah
a. Perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk.
b. Bentuk dan jumlah pengaduk.
c. Posisi sumbu pengaduk.
d. Kecepatan putaran pengaduk.
e. Penggunaan sekat dalam tangki dan juga properti fisik fluida yang diaduk
yaitu densitas dan viskositas.
Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat alat tangki berpengaduk yang
bisa digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan dan pencampuran
tersebut.
Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :
a. Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara
keseluruhan (bulk flow).
b. Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida
yang terbentuk dan terhamburkan dalam medan aliran.
c. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling
menentukan adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran
dalam keadaan turbulen dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat
fisik fluida yang berpengaruh pada proses pengadukan
adalah densitas dan viskositas.
Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk
mengatasi tiga jenis permasalahan utama, yaitu :
a. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem
multifase multikomponen.
b. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-
bagian dari sistem yang tidak seragam.
c. Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan
atau tanpa perubahan komposisi.

a. Dimensi dan Geometri Tangki


Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah
satu pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam
kapasitas tertentu ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter
tangki sama dengan ketinggian fluida. Rancangan ini ditujukan untuk
mengoptimalkan kemampuan pengaduk untuk menggerakkan dan membuat
pola aliran fluida yang melingkupi seluruh bagian fluida dalam tangki.

Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder.


Sehingga salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan
mencari nilai dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang
diinginkan dalam pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan
dengan persamaan (2). Tangki dengan diamter yang lebih kecil dibandingkan
ketingannya memiliki kecendrungan menambah jumlah pengaduk yang
digunakan.

dengan D = t
Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan
perbandingan terhadap komponen-komponen yang menyusunnya ditunjukkan
pada Gambar 1.

Gambar 1.1. Dimensi sebuah Tangki Berpengaduk (Sumber: Tatterson,1991)


dimana :
C = Tinggi Pengaduk Dari Dasar Tangki
D = Diameter Pengaduk
Dt = Diameter Tangki
H = Tinggi Fluida Dalam Tangki
J = Lebar Baffle
W = Lebar Pengaduk

Hubungan dari dimensi pada Gambar 1 adalah :

Gambar 1.2. Hubungan dari dimensi pada Gambar 1.1

Geometri dari tangki dirancang untuk menghindari terjadinya dead


zone yaitu daerah dimana fluida bisa digerakkan oleh aliran pengaduk. Geometri
dimana terjadinya dead zone biasanya berbentuk sudut ataupun lipatan dari
dinding-dindingnya.

b. Posisi Sumbu Pengaduk


Pada umumnya proses pengadukan dan pencampuran dilakukan dengan
menempatkan pengaduk pada pusat diameter tangki (Center). Posisi ini memiliki
pola aliran yang khas. Pada tangki tidak bersekat dengan pengaduk yang berputar
ditengah, energi sentrifugal yang bekerja pada fluida meningkatkan ketinggian
fluidapada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran.
Pola ini biasa disebut dengan pusaran (vortex) dengan pusat pada sumbu
pengaduk. Pusaran ini akan menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan
kecepatan putaran yang juga meningkatkan turbulensi dari fluida yang diaduk.
Pada sebuah proses dispersi gas-cair, terbentuknya pusaran tidak diinginkan. Hal
ini disebabkan pusaran tersebut bisa menghasilkan dispersi udara yang
menghambat dispersi gas ke cairan dan sebaliknya.
Gambar 1.3. Posisi Center dari sebuah Pengaduk yang menghasilkan Vortex
(Sumber: Tatterson,1991)

Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan


merubah posisi sumbu pengaduk. Posisi tersebut berupa posisi sumbu pengaduk
tetap tegak lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off center) dan
posisi sumbu berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi
salah satu variasi dalam penelitian yang dilakukan.

c. Sekat dalam Tangki


Sekat (Baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada
dinding tangki. Tujuan utama menggunakan sekat dalam tangki adalah memecah
terjadinya pusaran saat terjadinya pengadukan dan pencampuran. Oleh karena itu,
posisi sumbu pengaduk pada tangki bersekat berada di tengah. Namun, pada
umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang berakibat
pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan. Sekat pada tangki juga
membentuk distribusi konsentrasi yang lebih baik di dalam tangki, karena pola
aliran yang terjadi terpecah menjadi empat bagian. Penggunaan ukuran sekat yang
lebih besar mampu menghasilkan pencampuran yang lebih baik.
Gambar 1.4. Pemasangan Baffle diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pencampuran (Sumber: Tatterson,1991)

Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 4 biasa
menghasilkan pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan
sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki.

d. Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk menggerakkan bahan didalam bejana pengaduk
yang digunakan. Alat pengaduk ini biasanya terdiri atas sumbu pengaduk dan sirip
pengaduk yang dirangkai menjadi satu kesatuan. Alat pengaduk dibuat dan
didesain sesuai dengan keperluan pengadukan. Jenis pengaduk harus disesuaikan
dengan faktor berikut ini, yaitu :
a. Jenis dan ukuran pengaduk
b. Jenis bejana pengaduk
c. Jenis dan jumlah bahan yang dicampur
Pemilihan alat pengaduk dari sejumlah besar alat pengaduk yang ada
hanya dapat dilakukan melalui percobaan dan pengalaman. Untuk masalah
pencampuran yang tertentu dari bahan campur dan bejana pengaduk tertentu,
pengaduk yang optimal biasanya hanya dapat dipilih melalui pengalaman saja
Pemilihan pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam
menghasilkan proses dan pencampuran yang efektif. Pengaduk jenis baling-baling
(propeller) dengan aliran aksial dan pengaduk jenis turbin dengan aliran radial
menjadi pilihan yang lazim dalam pengadukan dan pencampuran (Kurniawan,
2011).
Jenis-jenis Pengaduk
Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan secara umum,
yaitu pengaduk baling – baling (propeller), pengaduk turbin (turbine), pengaduk
dayung (paddle) dan pengaduk helical ribbon.
1) Pengaduk jenis baling-baling (propeller)
Ada beberapa jenis pengaduk yang biasa digunakan. Salah satunya
adalah baling-baling berdaun tiga.

Gambar 1.5. Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-
baling kapal (c) (Sumber: Tatterson,1991)

Pengaduk ini terdiri atas sebuah propeler yang mirip dengan baling-
baling pendorong kapal dengan dua atau tiga daun yang dipasang miring.
Biasanya alat pengaduk propeler dibuat dalam dua bagian dan berputar
dengan cepat. Pengaduk propeler digunakan untuk mengaduk bahan dengan
viskositas rendah (pada viskositas yang tinggi, biasanya bahan tidak dapat
digerakkan oleh propeler) pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750
rpm (revolutions per minute).

2) Pengaduk Turbin
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun
pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi
untuk cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari
sebuah turbin biasanya antara 30 - 50% dari diamter tangki. Turbin biasanya
memiliki empat atau enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar
memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang
baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah pengadukdan akan menuju ke
bagian daun pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas.

Gambar 1.6. Pengaduk Turbin pada bagian variasi (Sumber: Tatterson,1991)

Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45o, seperti yang
terlihat pada Gambar 7, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga
sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan terbentuk. Jenis ini
berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah dan akan
menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun
miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial
menghasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per
satuan daya dan sangat berguna dalam suspensi padatan.

Gambar 1.7. Pengaduk Turbin Baling-baling (Sumber: Tatterson,1991)


3) Pengaduk Dayung (Paddle)/Alat Pengaduk Jangkar
Berbagai jenis pengaduk dayung biasanya digunakan pada kesepatan
rendah diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung datar berdaun dua atau empat
biasa digunakan dalam sebuah proses pengadukan. Panjang total dari
pengadukan dayung biasanya 60 - 80% dari diameter tangki dan lebar dari
daunnya 1/6 - 1/10 dari panjangnya.
Gambar 1.8. Pengaduk Jenis Dayung (Paddle) berdaun dua (Sumber:
Tatterson,1991)

Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan,


karena aliran radial bisa terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi
kecil. Sebuah dayung jangkar atau pagar, yang terlihat pada Gambar 8 biasa
digunakan dalam pengadukan. Jenis ini menyapu dan mengeruk dinding
tangki dan kadang-kadang bagian bawah tangki. Jenis ini digunakan pada
cairan kental dimana endapan pada dinding dapat terbentuk dan juga
digunakan untuk meningkatkan transfer panas dari dan ke dinding tangki.
Bagaimanapun jenis ini adalah pencampuran yang buruk. Pengaduk dayung
sering digunakan untuk proses pembuatan pasn kanji, cat, bahan perekat dan
kosmetik.

4) Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang
tinggi dan beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon
(bentuk seperti pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti
baling-balling helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan
bergerak dalam sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan
naik ke bagian atas pengaduk.
Gambar 1.9. Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral
(Sumber: Tatterson,1991)

e. Kecepatan Pengaduk
Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran
adalah kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran
pengaduk bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan
daya listrik yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara
umum klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan
putaran rendah, sedang dan tinggi.
1) Kecepatan Putaran Rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm.
Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental,
lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan
sebuah permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau
mencampur larutan dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama.

2) Kecepatan Putaran Sedang


Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup
kental dan minyak pernis. Jenis ini paling sering digunakan untuk meriakkan
permukaan pada viskositas yang rendah, mengurangi waktu pencampuan,
mencampuran larutan dengan viskositas yang berbeda dan bertujuan untuk
memanaskan atau mendinginkan.

3) Kecepatan Putaran Tinggi


Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan
viskositas rendah misalnya air. Tingkat pengadukan ini menghasilkan
permukaan yang cekung pada viskositas yang rendah dan dibutuhkan ketika
waktu pencampuran sangat lama atau perbedaan viskositas sangat besar.
f. Jumlah Pengaduk
Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap
menjaga efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida
yang lebih besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih
besar dann diameter pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa
digunakan, merupakan kondisi dimana pengaduk yang digunakan lebih dari satu
buah, dengan jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah ke
dasar tangki.
g. Pemilihan Pengaduk
Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada
setiap jenis pengaduk adalah : (Walas,1988)
1) Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah
Pa.s (3000 cP).
2) Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s
(100.000 cp).
3) Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa
digunakan untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP).
4) Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas
1000 Pa.s dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk
viskositas lebih dari 2,5 - 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak
diperlukan karena hanya terjadi pusaran kecil.

1.2.4. Pola Arus Dalam Bejana Aduk


Meningkatkan kecepatan pengaduk akan menghasilkan pola aliran yang
sangat turbulen. Akibatnya terjadi arus putar (vortex) yang dapat mencapai sumbu
pengaduk. Beberapa cara untuk mencegah terjadinya vortex dalam proses
pengadukan antara lain: (Walas,1988)
1. Tidak memasang pengaduk di tengah tangki (off center). Poros pengaduk
digeser dari pusat tangki kemudian dimiringkan secara tegak lurus
terhadap pergeseran itu. Digunakan untuk tangki berukuran kecil.
2. Untuk tangki yang berukuran besar. Pengaduk dipasang pada sisi tangki
dengan poros pada bidang horizontal.
3. Memasang beberapa sekat secara vertikal terhadap dinding tangki.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 1.10. Pola alir pengadukan. (a) Axial atau radial pada tangki tidak
bersekat. (b) Posisi off-center untuk menghindari terjadinya vortex. (c) Axial
pada tangki bersekat. (d) Radial pada tangki bersekat.(Walas,1988).
1.2.5. Parameter Hidrodinamika dalam Tangki Berpengaduk
Hidrodinamika fluida yang terjadi dalam tangki berpengaduk dapat
diturunkan dalam suatu korelasi empiris antara bilangan Reynolds, Power, dan
Fraude (Mc. Cabe et al, 1985).
1. Bilangan Reynold
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tidak berdimensi yang
menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos. Persamaan untuk
menghitung bilangan Reynolds seperti ditunjukkan pada persamaan (1) sebagai
berikut :
  N  Da2
N Re  .............................................................................(1)

Dimana:
NRe = bilangan Reynolds
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
μ = viskositas fluida (kg/m.s)
Bilangan Reynolds mengklasifikasikan karakteristik sirkulasi dalam proses
pengadukan didalam tangki menjadi 3 (Brodkey and Hershey,1998), yaitu:
1. Laminar
Rezim laminar dalam pengadukan mempunyai bilangan Reynolds yang
nilainya kurang dari 10.
2. Transisi
Rezim transisi memiliki bilangan Reynolds mulai dari 10 hingga 10.000
bergantung pada pengaduk yang digunakan.
3. Turbulen
Rezim turbulen pada tangki memiliki bilangan Reynoldslebih dari 10.000.
Pada sistem tanpa sekat daerah turbulen ditandai dengan terjadinya
vortex di sekitar pengaduk.

2. Bilangan Power
Bilangan tak berdimensi lainnya adalah bilangan daya. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung bilangan daya seperti yang ditampilkan oleh
persamaan (2) sebagai berikut (Brodkey and Hershey,1998) :
p
NPo 
  N 3  Da5 ..................................................................................(2)
Dimana:
NPo = bilangan daya
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
P = daya (watt)
Pada sistem bersekat, bilangan daya sangat bergantung pada bilangan
Reynolds. Namun pada saat bilangan Reynolds mencapai nilai besar dari 104
(aliran turbulen). Bilangan daya akan konstan dan tidak lagi bergantung pada
bilangan Reynolds.
Bilangan Reynolds dan bilangan daya diperlukan untuk membuat kurva
karakteristik pengadukan. Skala yang dipakai pada kurva ini adalah skala
logaritmik. Kurva karakteristik pengadukan merupakan suatu kurva yang
menyatakan hubungan antara bilangan daya dan bilangan Reynolds. Bilangan
daya berada pada sumbu y dan bilangan Reynolds berada pada sumbu x.
3. Bilangan Fraude
Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya
inersia dengan gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan
berikut (Brodkey and Hershey,1998) :

dimana :
Fr = Bilangan Fraude
N = Kecepatan Putaran Pengaduk
D = Diameter Pengaduk
g = Percepatan Gravitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini
hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Pada
sistem ini permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga
membentuk pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya
gravitasi dengan gaya inersia.

1.2.6. Kurva Karakteristik


Kurva karakteristik merupakan suatu kurva yang menyatakan hubungan
antara bilangan Reynold terhadap bilangan daya. Dengan menggunakan kurva
karakteristik, kita dapat menentukan besarnya daya yang diperlukan pada bilangan
Reynold tertentu. Hal ini sangat membantu, karena sulit untuk menentukan jumlah
daya yang diperlukan impeller pada pengadukan skala industri.
Kurva karakteristik pengadukan dibentuk dengan menggunakan skala
logaritmik dari komponen absis maupun ordinatnya. Kurva tersebut memiliki
kemiringan (gradien) yang negatif. Artinya, menunjukkan adanya hubungan yang
berbanding terbalik antara komponen absis dan komponen ordinatnya, yakni
bilangan Reynold dan bilangan Daya. Contoh bentuk kurva karakteristik untuk
tangki bersekat berpengaduk jenis six-blade turbin dapat dilihat pada Gambar
1.11 (Brodkey and Hershey,1998).
Gambar 1.11. Kurva karakteristik untuk pengaduk tipe six-blade turbine pada
tangki bersekat (Brodkey and Hershey,1998).

Dari Gambar 1.11. tampak digunakan pengaduk jenis turbin dengan


perbandingan W (lebar) dengan D (diameter) yang berbeda, yaitu 1/5 dan 1/8.
Selain itu, bentuk blade pada masing-masing turbin juga berbeda. Hal itu
mempengaruhi bilangan daya yang diperlukan untuk pengadukan.
1.2.7. Densitas dan Viskositas Fluida
Untuk menentukan bilangan Reynolds dan bilangan daya diperlukan data
densitas dan viskositas dari fluida yang diaduk. Densitas merupakan sifat fisis dari
fluida yang menyatakan banyaknya massa per satuan volume dan viskositas
adalah sifat fisis yang menyatakan ketahanan fluida terhadap gerakan alirannya.
Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Prinsip
kerja piknometer dalam menentukan densitas suatu fluida adalah dengan
menghitung massa fluida per volume piknometer. Untuk menentukan densitas
fluida dapat dilihat pada persamaan (4) sebagai berikut :
m1  m0
 ............................ ............................................................... (4)
V
Dimana :
m1 = massa piknometer berisi fluida (gr)
m0 = massa piknometer kosong (gr)
V = volume (cm3)
ρ = densitas fluida (gr/cm3)
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer. Jenis
viskometer yang dapat digunakan antara lain (Bird, 1993):
1. Viskometer kapiler

Prinsip kerja viskometer kapiler adalah menghitung waktu yang


diperlukan oleh fluida yang mengalir melalui pipa kapiler untuk menempuh
ketinggian tertentu.
2. Viskometer bola jatuh

Pada viskometer jenis ini, suatu benda berbentuk bola dijatuhkan di


dalam tabung yang berisi fluida yang akan diukur viskositasnya. Prinsip
kerjanya ialah menghitung waktu yang diperlukan oleh bola untuk mengalir
menempuh jarak tertentu di dalam tabung yang berisi fluida. Viskositas fluida
(µ) dapat ditentukan melalui persamaan (5) berikut :

2 r2 ............................................................ (5)
 g (k   f )
9 :v
Dimana
r = jari-jari kelereng (m)
v = kecepatan jatuh kelereng (m/s)
µ = viskositas fluida (kg/m.s)
g = kecepatan gravitasi (m/s2)
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony.1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia


Brodkey, R.S. and H.C. Hersey. 1998. Transport Phenomena-A Unifield
Approach, McGraw-Hill Book Co. Inc. Singapore.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation, 3rd edition,
Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey
Kurniawan, Rahmat. 2011. Pengadukan dan Pencampuran.
http://tekimku.blogspot.com/2011_08_21_archive.html. Diakses 27
September 2013.
Mc Cabe, W.L., J.C Smith and P. Harriot. 1985. Unit Operation of Chemical
Engineering, 5th edition. McGraw-Hill Book Co. Inc. New York.
Winanti H, dkk. 2012. Teknik Pencampuran Bahan Padat-Cair Berbasis
Pengadukan Dalam Sediaan Farmasi.
http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/23/teknikpencampu
ran-bahan-padat-cair-berbasis-pengadukan/. Diakses 27 September 2013.
Wallas, Stanley. 1988. Chemical Process Equipment, Selection and Desain.,
Butterworth-Heinneman. USA.

Anda mungkin juga menyukai