TINJAUAN PUSTAKA
dengan D = t
Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan
perbandingan terhadap komponen-komponen yang menyusunnya ditunjukkan
pada Gambar 1.
Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 4 biasa
menghasilkan pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan
sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki.
d. Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk menggerakkan bahan didalam bejana pengaduk
yang digunakan. Alat pengaduk ini biasanya terdiri atas sumbu pengaduk dan sirip
pengaduk yang dirangkai menjadi satu kesatuan. Alat pengaduk dibuat dan
didesain sesuai dengan keperluan pengadukan. Jenis pengaduk harus disesuaikan
dengan faktor berikut ini, yaitu :
a. Jenis dan ukuran pengaduk
b. Jenis bejana pengaduk
c. Jenis dan jumlah bahan yang dicampur
Pemilihan alat pengaduk dari sejumlah besar alat pengaduk yang ada
hanya dapat dilakukan melalui percobaan dan pengalaman. Untuk masalah
pencampuran yang tertentu dari bahan campur dan bejana pengaduk tertentu,
pengaduk yang optimal biasanya hanya dapat dipilih melalui pengalaman saja
Pemilihan pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam
menghasilkan proses dan pencampuran yang efektif. Pengaduk jenis baling-baling
(propeller) dengan aliran aksial dan pengaduk jenis turbin dengan aliran radial
menjadi pilihan yang lazim dalam pengadukan dan pencampuran (Kurniawan,
2011).
Jenis-jenis Pengaduk
Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan secara umum,
yaitu pengaduk baling – baling (propeller), pengaduk turbin (turbine), pengaduk
dayung (paddle) dan pengaduk helical ribbon.
1) Pengaduk jenis baling-baling (propeller)
Ada beberapa jenis pengaduk yang biasa digunakan. Salah satunya
adalah baling-baling berdaun tiga.
Gambar 1.5. Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-
baling kapal (c) (Sumber: Tatterson,1991)
Pengaduk ini terdiri atas sebuah propeler yang mirip dengan baling-
baling pendorong kapal dengan dua atau tiga daun yang dipasang miring.
Biasanya alat pengaduk propeler dibuat dalam dua bagian dan berputar
dengan cepat. Pengaduk propeler digunakan untuk mengaduk bahan dengan
viskositas rendah (pada viskositas yang tinggi, biasanya bahan tidak dapat
digerakkan oleh propeler) pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750
rpm (revolutions per minute).
2) Pengaduk Turbin
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun
pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi
untuk cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari
sebuah turbin biasanya antara 30 - 50% dari diamter tangki. Turbin biasanya
memiliki empat atau enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar
memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang
baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah pengadukdan akan menuju ke
bagian daun pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas.
Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45o, seperti yang
terlihat pada Gambar 7, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga
sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan terbentuk. Jenis ini
berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah dan akan
menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun
miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial
menghasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per
satuan daya dan sangat berguna dalam suspensi padatan.
4) Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang
tinggi dan beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon
(bentuk seperti pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti
baling-balling helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan
bergerak dalam sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan
naik ke bagian atas pengaduk.
Gambar 1.9. Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral
(Sumber: Tatterson,1991)
e. Kecepatan Pengaduk
Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran
adalah kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran
pengaduk bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan
daya listrik yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara
umum klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan
putaran rendah, sedang dan tinggi.
1) Kecepatan Putaran Rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm.
Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental,
lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan
sebuah permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau
mencampur larutan dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama.
Gambar 1.10. Pola alir pengadukan. (a) Axial atau radial pada tangki tidak
bersekat. (b) Posisi off-center untuk menghindari terjadinya vortex. (c) Axial
pada tangki bersekat. (d) Radial pada tangki bersekat.(Walas,1988).
1.2.5. Parameter Hidrodinamika dalam Tangki Berpengaduk
Hidrodinamika fluida yang terjadi dalam tangki berpengaduk dapat
diturunkan dalam suatu korelasi empiris antara bilangan Reynolds, Power, dan
Fraude (Mc. Cabe et al, 1985).
1. Bilangan Reynold
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tidak berdimensi yang
menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos. Persamaan untuk
menghitung bilangan Reynolds seperti ditunjukkan pada persamaan (1) sebagai
berikut :
N Da2
N Re .............................................................................(1)
Dimana:
NRe = bilangan Reynolds
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
μ = viskositas fluida (kg/m.s)
Bilangan Reynolds mengklasifikasikan karakteristik sirkulasi dalam proses
pengadukan didalam tangki menjadi 3 (Brodkey and Hershey,1998), yaitu:
1. Laminar
Rezim laminar dalam pengadukan mempunyai bilangan Reynolds yang
nilainya kurang dari 10.
2. Transisi
Rezim transisi memiliki bilangan Reynolds mulai dari 10 hingga 10.000
bergantung pada pengaduk yang digunakan.
3. Turbulen
Rezim turbulen pada tangki memiliki bilangan Reynoldslebih dari 10.000.
Pada sistem tanpa sekat daerah turbulen ditandai dengan terjadinya
vortex di sekitar pengaduk.
2. Bilangan Power
Bilangan tak berdimensi lainnya adalah bilangan daya. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung bilangan daya seperti yang ditampilkan oleh
persamaan (2) sebagai berikut (Brodkey and Hershey,1998) :
p
NPo
N 3 Da5 ..................................................................................(2)
Dimana:
NPo = bilangan daya
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
P = daya (watt)
Pada sistem bersekat, bilangan daya sangat bergantung pada bilangan
Reynolds. Namun pada saat bilangan Reynolds mencapai nilai besar dari 104
(aliran turbulen). Bilangan daya akan konstan dan tidak lagi bergantung pada
bilangan Reynolds.
Bilangan Reynolds dan bilangan daya diperlukan untuk membuat kurva
karakteristik pengadukan. Skala yang dipakai pada kurva ini adalah skala
logaritmik. Kurva karakteristik pengadukan merupakan suatu kurva yang
menyatakan hubungan antara bilangan daya dan bilangan Reynolds. Bilangan
daya berada pada sumbu y dan bilangan Reynolds berada pada sumbu x.
3. Bilangan Fraude
Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya
inersia dengan gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan
berikut (Brodkey and Hershey,1998) :
dimana :
Fr = Bilangan Fraude
N = Kecepatan Putaran Pengaduk
D = Diameter Pengaduk
g = Percepatan Gravitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini
hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Pada
sistem ini permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga
membentuk pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya
gravitasi dengan gaya inersia.
2 r2 ............................................................ (5)
g (k f )
9 :v
Dimana
r = jari-jari kelereng (m)
v = kecepatan jatuh kelereng (m/s)
µ = viskositas fluida (kg/m.s)
g = kecepatan gravitasi (m/s2)
DAFTAR PUSTAKA