Anda di halaman 1dari 17

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8

Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

STUDI PROVENANCE DAN GRANULOMETRI PADA SINGKAPAN BATUPASIR


FORMASI BALIKPAPAN PADA DAERAH PALARAN DAN SANGA-SANGA
CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR

Muhammad Rizki Sudirman*, Rahmadi Hidayat


Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl.Grafika No.2 Bulaksumur, Yogyakarta,
Indonesia Tel. 02574-5138
*corresponding author : Rizkisudirman@gmail.com

ABSTRAK
Batupasir Formasi Balikpapan yang berumur Miosen Tengah merupakan salah satu elemen penting
dalam kaitannya dengan reservoar minyak bumi pada Cekungan Kutai. Dengan tipe lingkungan
pengendapan fluvio-deltaik yang memungkinkan perbedaan batuan asal dan mekanisme sedimentasi
secara lokal, studi provenance dan granulometri menjadi sangat penting untuk dilakukan, termasuk
pada singkapan di daerah Palaran dan Sanga-Sanga, Kutai Kertanegara sebagai area penelitian ini.
Analisis petrografi serta granulometri secara grafis dan matematis dilakukan pada sampel perconto
batuan. Pengamatan petrografi menunjukkan kategori arenite dengan komposisi kuarsa monokristalin
(64,99% - 92,54%), kuarsa polikristalin (0,21% - 2,40%), litik sedimen (4,44%-34,24%), dan feldspar
(0,17-0,55%). Analisis granulometri memperlihatkan mean ukuran butir antara pasir kasar-halus
(0,74 – 2,54 phi untuk metode matematis; 0,75-2,50 untuk metode grafis). Nilai skewness berada pada
interval very fine skewed – very coarse skewed ([-0,61] – 1,07 untuk metode matematis; [-0,53] - 0,77
untuk metode grafis). Nilai kurtosis berkisar 1,24 - 10 untuk metode matematis dan 0,49-2,23 untuk
metode grafis. Analisis morfologi butir dari data sampel menunjukkan interval subangular-
subrounded dan subequent-very equent. Berdasarkan hasil analisis, daerah penelitian berada pada
sistem tektonik orogen terdaurkan (recycled orogen) dengan batuan asal dari formasi yang lebih tua
(diperkirakan dari Kiham Haloq) serta mekanisme sedimentasi yang didominasi proses rolling-
saltasi-suspensi.

I. PENDAHULUAN Formasi Balikpapan di daerah Palaran dan


Sanga-Sanga. Hal tersebut diharapkan dapat
Cekungan Kutai merupakan salah satu menjelaskan tentang tipe batuan sumber dari
cekungan penting dan bernilai sangat formasi tersebut dan juga mekanisme
ekonomis yang ada di Indonesia. Salah satu sedimentasi lokal di daerah penelitian.
formasi yang terbukti menjadi reservoar
adalah Formasi Balikpapan. Supriatna dkk II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL
(1995) menjelaskan bahwa Formasi
Menurut Allen dan Chambers (1998) Cekungan
Balikpapan tersusun atas perselingan
Kutai berada pada batas Sundaland yang
batupasir dan lempung dengan sisipan lanau,
menunjukkan suatu aktivitas pemekaran pada
serpih, batugamping dan batubara. Batupasir
bagian Tenggara benua Eurasia. Beberapa
kuarsa berwarna putih kekuning-kuningan,
patahan besar yang terhubung di bagian Utara
tebal lapisan berkisar antara 1 – 3 m dan
Cekungan Kutai adalah kelurusan Bengalon
disisipi lapisan batubara tebal 5 – 10 cm
dan sesar Sangkulirang. Pada bagian Selatan
dengan tipe lingkungan fluvio-delta.
berkembang sesar Adang. Sesar-sesar regional
Lokasi penelitian berada di daerah Palaran dan tersebut terbentuk sabagai implikasi dari
Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kertanegara, penurunan ke arah zona engsel cekungan pada
Kalimantan Timur (Gambar 1) yang secara saat Oligosen Akhir hingga saat ini (Allen dan
geologi termasuk ke dalam Formasi Chambers, 1998). Pada bagian Barat cekungan
Balikpapan (Supriatna dkk, 1995). dibatasi oleh sedimen Paleogen yang
terangkat dan terdeformasi kuat serta
Penelitian ini menjelaskan tentang studi
metasedimen kapur yang berada pada Central
provenance dan granulometri pada singkapan
Kalimantan Ranges.
727
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Evolusi Cekungan Kutai menurut Moss dan Analisis laboratorium berupa analisis
Chambers (1999) diawali dengan proses granulometri dan analisis petrografi. Sampel
pemekaran cekungan (syn-rift) yang terjadi batuan berjumlah 22 sampel (G.01-G.02)
semenjak Eosen Tengah akibat pemekaran untuk analisis granulometri dan 7 sampel
Selat Makasar. Pada Eosen Akhir - Oligosen (MRS.P1-MRS.P7) untuk analisis petrografi.
Akhir pemekaran terus berlangsung dan Mesh yang digunakan untuk proses
menyebebakan penurunan dasar cekungan pengayakan berukuran 18 (pasir sangat kasar),
secara regional. Beberapa daerah tinggian 35 (pasir kasar), 60 (pasir sedang), 120 (pasir
yang terisolasi dan pada bagian batas halus), 230 (pasir sangat halus), dan > 230
cekungan, akumulasi karbonat mulai (wadah ayakan).
berkembang, tetapi pada bagian dalam
Analisis ukuran butir dilakukan dengan 2 cara,
cekungan yang berkembang adalah serpih laut.
yaitu cara matematis dan cara grafis. Analisis
Pada Oligosen Akhir - Miosen Awal terjadi
ini dilakukan untuk mengetahui nilai mean,
pengangkatan secara regional, kemudian
sortasi, skewness, dan kurtosis.
cekungan mengalami regresi secara
keseluruhan yang ditandai dengan proses
IV. DATA DAN ANALISIS
progradasi dari sungai proto-Mahakam dan
berasosiasi dengan sedimen delta. Pada Palaran
Miosen Tengah hingga Pliosen, prgoradasi Mean
delta terus berlanjut ke arah Timur disertai
dengan proses pembalikan cekungan. Mean dapat diartikan ukuran rata-rata butir
sedimen pada daerah penelitian. Nilai mean
Formasi Balikpapan berumur Miosen Tengah didapat melalui perhitungan berat tiap kelas
hingga Miosen Akhir bagian bawah (Gambar 2). butir dikalikan dengan nilai tengah. Dari hasil
Tersusun oleh perselingan batupasir dan penentuan nilai mean, dapat dilakukan
lempung dengan sisipan lanau, serpih, pengklasifikasian ukuran butir yang bertujuan
batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa untuk melihat ukuran butir dominan di daerah
berwarna putih kekuning-kuningan, tebal penelitian. Semakin besar nilai phi, maka
lapisan berkisar antara 1 – 3 m dan disisipi ukuran butir akan semakin halus dan begitu
lapisan batubara dengan ketebalan 5 – 10 cm. juga sebaliknya. Berdasarkan perhitungan
Tebal formasi sekitar 1000 – 1500 meter. secara matematis dari 16 sampel, 9 sampel
Formasi ini memiliki hubungan stratigrafi berukuran pasir sedang, 5 sampel pasir halus,
menjari dengan Formasi Pulau Balang dan 2 sampel pasir kasar dengan nilai mean
(Supriatna dkk, 1995). Menurut Wain dan maksimum adalah 2,54 dan nilai minimum
Berod (1989) Formasi Balikpapan juga 0,74. Pada perhitungan secara grafis, nilai
tersingkap di Cekungan Kutai Atas yang mean maksimum adalah 2,50 dan nilai
termasuk ke dalam grup Balikpapan dan mininum 0,75. Sehingga daerah Palaran dapat
terendapkan selaras di atas Formasi Warukin. dinyatakan didominasi oleh ukuran pasir
sedang (Gambar 4a).
III. SAMPEL DAN METODE
PENELITIAN Sortasi
Metode penelitian yang dilakukan adalah Nilai sortasi menunjukkan suatu tingkat
analisis laboratorium pada conto batupasir keseragaman butir. Nilai sortasi ini didapatkan
berukuran setangan yang bersifat semi loose. dari nilai deviasi standar. Dari hasil
Conto batuan diambil dari dua titik lokasi perhitungan nilai sortasi, semakin besar nilai
singkapan yaitu di daerah Palaran dan Sanga- deviasi standar maka akan semakin buruk
Sanga, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur sortasinya dan begitu juga sebaliknya.
(Gambar 3a dan 3b). Berdasarkan perhitungan secara matematis,
728
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

nilai maksimum di daerah Palaran adalah 2,15 mean di daerah Sanga-Sanga didominasi oleh
dan nilai minimum 0,83. Berdasarkan kelas pasir sedang (Gambar 5a).
perhitungan grafis, nilai maksimum adalah
Sortasi
2,10 dan nilai minimum 0,81. Sortasi di daerah
Palaran di dominasi kelas poorly sorted Nilai sortasi didapatkan dari perhitungan
(Gambar 4b). deviasi standar, nilai maksimum sortasi secara
matematis di daerah Sanga-Sanga adalah 1,01
Skewness
dan minimum 0,54. Berdasarkan perhitungan
Skewness merupakan nilai yang menunjukkan secara grafis, nilai maksimum 0,94 dan
kesimetrisan kurva frekuensi. Nilai ini minimum 0,46. Berdasarkan perhitungan
didapatkan melalui perhitungan berat setiap tersebut sortasi di daerah Sanga-Sanga
kelas butir dikalikan dengan nilai tengahnya. menunjukkan kelas moderately well sorted
Berdasarkan perhitungan matematis, nilai (Gambar 5b).
skewness berkisar antara -0,64 – 1,07.
Skewness
Berdasarkan perhitungan grafis, nilai skewness
berkisar antara -0,53 – 0,77. Nilai skewness di Berdasarkan perhitungan matematis, nilai
daerah Palaran didominasi oleh nilai negatif skewness berkisar antara (-0,46) – 1,55 dengan
yang menunjukkan adanya pertambahan dominasi kelas very fine-skewed. Berdasarkan
material berukuran butir halus (Gambar 4c). perhitungan secara grafis, nilai minimum
adalah -0,21 dan nilai maksimum 0,32,
Kurtosis
dengan dominasi berada pada kelas fine
Nilai kurtosis adalah nilai yang menunjukkan skewed (Gambar 5c). Hal tersebut
kepuncakan kurva. Semakin besar nilai kutosis menunjukkan pada sampel di daerah Sanga-
maka bentukan kurva yang ditunjukkan akan Sanga terdapat suatu pertambahan material
semakin meruncing. Berdasarkan perhitungan berukuran halus pada populasi sampel.
matematis, nilai kurtosis berkisar antara 1,24 –
Kurtosis
3,16. Berdasarkan perhitungan grafis, nilai
kurtosis berkisar 0,49 – 1,32 (Gambar 4d). Perhitungan nilai kurtosis secara matematis
Perbedaan antara nilai kurtosis matematis dan grafis di daerah Sanga-Sanga memiliki
dengan grafis sangat terlihat pada semua perbedaan. Perhitungan secara matematis
sampel. Pada perhitungan matematis, hasil menunjukkan hasil yang lebih besar dengan
perhitungan jauh lebih besar jika dibandingkan dominasi kelas extremely leptokurtic. Nilai
dengan perhitungan grafis. Tetapi, tren yang minimum 3,74 dan nilai maksimum 10. Pada
ditunjukkan masih cenderung sama. Jika kurva perhitungan grafis, nilai minimum 1,00 dan
mengalami kenaikan pada cara matematis, nilai maksimum 1,76, berada dengan dominasi
maka cara grafis juga akan memiliki pola yang kelas leptokurtic – very leptokurtic (Gambar
sama. 5d).
Sanga-Sanga Morfologi Butir Pasir
Mean Bentuk butir
Perhitungan mean secara matematis di daerah Pengamatan bentuk butir pasir dilakukan
Sanga-Sanga menunjukkan nilai maksimum dengan melihat kenampakan partikel yang
2,19 dan nilai minimum 1,54 sedangkan berkaitan dengan ukuran panjang dari setiap
berdasarkan perhitungan secara grafis, nilai sumbu terpanjang, sumbu menengah, dan
maksimum adalah 2,17 dan nilai minimum terpendek menggunakan klasifikasi bentuk
1,47. Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai butir Zingg, yang terbagi menjadi 4, yaitu
tabular (oblate), equant, bladed, dan prolate.
729
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Hasil tabulasi bentuk butir di daerah penelitian Pengambilan sampel didasarkan kepada sifat
menunjukkan sampel di daerah penelitian fisik dan fasies batuan. Secara umum
didominasi kelas equant dan bladed. Besarnya batupasir mempunyai tekstur berbutir pasir
jumlah butiran yang memiliki kelas equent halus hingga pasir kasar (0,1 – 1 mm), terpilah
menandakan bahwa perbandingan antara poorly sorted – well sorted, dengan bentuk
sumbu terpanjang, menengah, dan terpendek subangular – subrounded, dan terbilang
butiran pasir memiliki nilai yang relatif sama. submature.
Hal ini dapat disebabkan oleh mekanisme
Komposisi mineral di dalam batuan berupa
transportasi yang bersifat menggelinding
kuarsa 78,8 - 95,5%, feldspar 0,3 – 1,2%, dan
(rolling) atau dapat dimungkinkan karena
litik 4,05 – 20%. Litik secara keseluruhan
bentuk awalnya sudah relatif equent dan
didominasi oleh kandungan fragmen batuan
kemudian tertransportasi ulang (reworked).
sedimen yang tersusun oleh kuarsa. Kuarsa
Kebolaan (Sphericity) hadir dalam 2 jenis, yaitu kuarsa monokristalin
(Qm) dan kuarsa polikristalin (Qp).
Penentuan nilai kebolaan di daerah penelitian
Karakteristik antara kedua kuarsa tersebut
dilakukan dengan cara mengamati komposisi
memiliki perbedaan dilihat dari gelapan dan
pasir di bawah mikroskop kemudian
teksturnya. Feldspar memiliki persentase yang
dibandingkan dengan gambar visual
rendah, berupa plagioklas dengan persentase
Rittenhouse. Dari hasil tabulasi penentuan
0,3 – 1,2%. Mineral aksesoris yang dijumpai
nilai kebolaan (Tabel 1), daerah penelitian
pada sampel kurang dari 1% seperti mineral
didominasi kelas equent. Pada daerah Palaran,
opak dan material karbon. Matriks memiliki
terdapat sebanyak 537 butiran yang termasuk
persentase 8,7 – 14,78% (kelompok arenit)
ke dalam kelas equent, dan di daerah Sanga-
yang berasosiasi dengan mineral oksida
Sanga, kelas equent sebanyak 171 butir.
berwarna coklat dan material berukuran <0,03
Butiran yang semakin menyerupai bola
mm (Gambar 6A).
mempunyai kecepatan pengendapan yang
lebih besar dibandingkan dengan butiran yang Berdasarkan persentase komposisi kuarsa,
kurang menyerupai bola. Hal tersebut berlaku feldspar, dan litik pada diagram segitiga
pada sistem suspensi ataupun traksi. klasifikasi batupasir, batupasir Formasi
Balikpapan di daerah penelitian ini termasuk
Kebundaran (Roundness)
ke dalam sublitharenite dan quartz arenite
Kebundaran diartikan sebagai derajat (Gambar 6B).
kebundaran suatu butiran. Nilai kebundaraan
Tipe Batuan Asal
suatu partikel ditentukan oleh komposisi
penyusun, ukuran, proses transportasi, dan Metode aplikasi mengikuti Dickinson dan
jarak transportasi. Penentuan nilai Suczek (1979) di dalam diagram segitiga QtFL
kebundaran dilakukan dengan menggunakan dan QmFLt (Gambar 6C, Qt= quartz total, Qm=
visual Powers. Hasil perhitungan di daerah monocrystalline quartz, F= feldspar, L= Lithic,
Palaran dan Sanga-Sanga (Tabel 2) Lt= Lithic total). Batupasir Formasi Balikpapan
menunjukkan dominasi kelas subangular dan di daerah penelitian terletak di daerah orogen
kelas subrounded. terdaurkan (recycled orogen) yang dapat
diinterpretasikan sebagai daerah yang aktif
Data Petrografi
mengalami proses tektonik.
Sampel batupasir yang dianalisis untuk
Daerah orogen terdaurkan ini merupakan
pengamatan petrogafi berjumlah 7 sampel
suatu perulangan orogenesa yang terjadi pada
(Gambar 3). Sebanyak 3 sampel di daerah
lingkungan tektonik yang mengalami proses
Palaran dan 4 sampel di daerah Sanga-Sanga.
pengangkatan, perlipatan, dan erosi. Daerah
730
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

ini meliputi zona penunjaman, daerah juga didukung dengan kehadiran struktur
cekungan belakang busur, dan zona tumbukan sedimen bergelombang yang menggambarkan
antara lempeng mikro. adanya pengaruh pasang surut. Fasies FS
(sampel G.14-G.16) diinterpretasikan sebagai
Pembentukan batupasir Formasi Balikpapan
mouth bar dengan nilai mean yang semakin
berkaitan dengan proses pengangkatan
menghalus, nilai sortasi mengecil, serta nilai
batuan dasar dan sedimen syn-rift pada saat
skewness dan kurtosis yang membesar.
Oligosen Akhir yang menyebabkan
terbentuknya progradasi delta Mahakam yang Sanga-Sanga
terus berkembang hingga Miosen Tengah.
Parameter statistik dengan metode grafis
V. DISKUSI ditampilkan dengan kolom litologi di daerah
Sanga-Sanga (Gambar 7 kanan). Lingkungan
Integrasi Data Granulometri pengendapan diinterpretasikan berdasarkan
Integrasi data granulometri dilakukan dengan geometri, litologi, dan struktur sedimen yang
mengkombinasikan data litologi, fasies, ukuran kemudian dilihat hubungannya dengan
butir, sortasi, skewness, dan kurtosis yang parameter statistik ukuran butir. Fasies CBS
disusun secara vertikal. Paramater lain yaitu menunjukkan suatu perulangan batupasir
kurva distribusi ukuran butir juga digunakan silang siur yang diinterpretasikan sebagai
untuk melihat hubungan antara fasies batuan distributary channel. Pada fasies CBS bawah
dengan kepuncakan kurva. Data-data tersebut dan CBS atas, nilai mean, sortasi, dan
dapat digunakan untuk membantu skewness menunjukkan kurva yang cenderung
mendapatkan kondisi lingkungan lurus sedangkan pada kurva kurtosis kurva
pengendapan yang lebih komprehensif dengan cenderung lebih fluktuatif.
menggunakan parameter-parameter statistik. Mekanisme Sedimentasi
Tujuan dari integrasi ini adalah melihat
perubahan vertikal yang terjadi di daerah Interpretasi mekanisme sedimentasi dengan
Palaran dan Sanga-Sanga. menggunakan diagram Visher (1969)
bertujuan untuk melihat hubungan antara
Palaran ukuran butir dengan proses selama
Parameter statistik dengan metode grafis pengendapan. Dalam suatu mekanisme
berupa mean, sortasi, skewness, dan kurtosis sedimentasi ideal akan terdapat subpopulasi
disusun berdasarkan urutan sampel G.01-G.16. surface creep (rolling), saltasi, dan suspensi.
Pada lapisan tertua di daerah Palaran, fasies Secara umum pada daerah Palaran (Gambar 8)
BSL, diinterpretasikan sebagai bagian dari mekanisme rolling, saltasi, dan suspensi
delta front yang tersusun atas lanau ditemui hampir ditemui disetiap sampel. Akan
terbioturbasi. Pada fasies BCBS (sampel G.01- tetapi, pada sampel G.12-G.16, kurva tidak
G.08) kurva mean, sortasi, dan skewness tidak memiliki mekanisme lengkap. Hal tersebut
mengalami fluktuasi yang besar, hanya nilai diakibatkan oleh adaya mekanisme lokal
kurtosis yang lebih fluktuatif (Gambar 7 kiri). akibat pengaruh laut yang semakin dominan
Fasies BCBS diinterpretasikan sebagai sehingga menyebabkan sedimen sungai dapat
distributary channel dan abandoned channel. tertransportasi ulang. Pada kurva di daerah
Fasies SCC (sampel G.09-G.13) memliki kurva. Sanga-Sanga (Gambar 9), mekanisme
Nilai mean, skewness, dan kurtosis mengalami sedimentasi menunjukkan proses yang
fluktuasi kenaikan dan penurunan sedangkan lengkap dari rolling, saltasi, dan suspensi.
nilai sortasi relatif mengalami kenaikan. Grain Size Distribution Curve (GSDC)
Berdasarkan analisis tersebut, fasies SCC ini
diinterpretasikan sebagai tidal channel yang
731
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Kurva distribusi frekuensi ukuran butir (GSDC) Hasil pengeplotan antara deviasi standar
di daerah Palaran dikelompokkan berdasarkan (sortasi) dengan skewness menunjukkan
keberadaan sampel, fasies dan lingkungan bahwa daerah Palaran lebih didominasi oleh
pengendapannya. Pengelompokkan kurva ini pasir sungai sedangkan di daerah Sanga-Sanga
bertujuan untuk mengetahui pola umum dari didominasi oleh pasir pantai dengan nilai
bentukan kurva. sortasi yang lebih kecil atau semakin bagus
sortasinya (Gambar 12a).
Kelompok pertama (Gambar 10a) merupakan
channel bagian bawah yang tediri dari 5 Pengaruh lingkungan pantai dan sungai
sampel (G.02-G.06) menunjukkan suatu ditunjukkan juga oleh hasil plot Y2 vs Y3 (Sahu,
dominasi ukuran butir yang lebih kasar. 1964) dengan persamaan sebaga berikut;
Kepuncakan kurva dari 7 sampel menunjukkan
Y2 = 15,6534 mean + 65,7091 sortasi +
suatu keadaan yang bervariasi, tetapi
18,1071 skewness + 18,5043 kurtosis
semuanya termasuk ke dalam kelompok
unimodal atau hanya memiliki satu puncak (Jika <63,3650 beach, tapi jika >63,3650
kurva dengan titik puncak berada pada nilai 2 shallow marine)
phi. Kelompok kedua (Gambar 10b) yaitu
channel bagian atas terdiri dari 3 sampel Y3 = 0,2852 mean – 8,7604 sortasi – 4,8932
memiliki kurva yang unimodal dengan nilai skewness + 0,0482 kurtosis
puncak pada nilai 3 phi (pasir halus). Bagian (Jika > -7,4190 termasuk shallow marine, tapi
channel atas memiliki ukuran butir yang lebih jika < -7,4190 termasuk fluvial)
halus jika dibandingkan dengan channel
bawah karena pola geometri dalam suatu Berdasarkan plot Y2 vs Y3 daerah Palaran
tubuh channel yang akan menghalus ke atas. didominasi oleh proses fluvial sedangkan
Kelompok ketiga yang diinterpretasikan Sanga-Sanga sudah masuk mendapat
sebagai mouth bar (Gambar 10c) terdiri dari 5 pengaruh laut dangkal (Gambar 12b).
sampel (G.12-G.16) memiliki kurva Implikasi Tektonik Terhadap Tipe Batuan Asal
kepuncakan bimodal dengan tren yang cukup
seragam. Formasi Balikpapan yang ada di daerah
penelitian bukan merupakan bagian dari
GSDC di daerah Sanga-Sanga dikelompokkan Kompleks Meratus, hal ini ditunjukkan dengan
menjadi distributary channel 1 (Gambar 11a) ketidakhadiran sedimen laut dalam dan ofiolit.
dengan kepuncakan kurva berada nilai 3 phi Meratus ini merupakan alas batuan yang
dan distributary channel 2 (Gambar 11b) yang mengalami pengangkatan akibat proses
seragam memiliki titik puncak pada nilai 2 phi. tumbukan, tersusun oleh ofiolit. Meratus
Interpretasi dari kurva GSDC ini dapat merupakan hasil orogen kolisi antara
menggambarkan bahwa secara umum Schwaner dan Paternoster yang terjadi pada
terdapat 2 channel yang terbentuk Kapur Awal-Kapur Tengah (Satyana dkk, 2008).
berdasarkan kemiripan kurvanya. Kurva GSDC Karakter batuan asal daerah penelitian
yang ditunjukkan pada distributary channel 1 bersifat granitik ditandai dengan dominasi
dan 2 semuanya termasuk ke dalam kurva kuarsa monokristalin yang diinterpretasikan
unimodal tetapi berbeda pada nilai berasal dari kompleks Schwaner.
kepuncakan kurva. Dari hal tersebut, dapat
diinterpretasikan bahwa kepuncakan kurva Formasi yang pertama terbentuk saat awal
pada distributary channel akan sangat pemekaran adalah Formasi Kiham Haloq,
bervariasi tergantung kepada kondisi Formasi Batu Kelau, dan Formasi Batu Ayau
hidrodinamika dari suatu agen transportasi. (Gambar 13a, 13b, dan 13c). Kompleks
Schwaner yang tersusun atas batuan granitik,
Bivariate Plot menjadi sumber utama dari terbentuknya
732
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Formasi Kiham Haloq pada saat awal karbonat, sehingga Formasi Ujoh Bilang ini
pemekaran. Formasi Kiham Haloq didominasi bukan termasuk ke dalam batuan asal dari
oleh batupasir silang siur dan konglomerat batupasir di daerah penelitian.
yang terendapakan di atas basal konglomerat
Batupasir kuarsa dapat bersifat multi siklus.
rijang merah. Sedimen ini menggambarkan
Siklus awal akan menggambarkan bentuk butir
lingkungan kipas aluvial (Wain dan Berod,
yang kurang well rounded dan masih
1989). Batuan asal dari formasi ini
mengandung kuarsa polikristalin yang
diinterpretasikan masih berada di dekat
melimpah (Pettijohn, dkk, 1987). Batupasir
sumber yang terosi dan kemudian mengalami
kuarsa di daerah penelitian menunjukkan
sedimentasi akibat proses gravitasi
bahwa batuan tersebut sudah mengalami
membentuk kipas aluvial.
siklus lanjutan yang ditandai dengan morfologi
Formasi Batu Kelau menggambarkan suatu butir subangular-well rounded dan persentase
keadaan yang lebih transgresi (Gambar 13b), kuarsa polikristalin yang sedikit melimpah
dicirikan oleh fasies batulanau karbonatan, akibat proses reworked selama proses
terbioturbasi, dengan struktur laminasi dan progradasi delta Mahakam yang terjadi
flaser. Pembentukan Formasi Batu Ayau semenjak Miosen Awal (Gambar 13e).
(Gambar 13c) menggambarkan suatu keadaan
yang regresif dengan tipe fasies batupasir yang VI. KESIMPULAN
didominasi oleh adalah fasies batupasir 1. Batupasir Formasi Balikpapan di daerah
konglomeratan dengan lingkungan transisi penelitian memiliki nilai rerata ukuran butir
(Wain dan Berod, 1989). dominan pasir sedang, kelas sortasi
Sedimen syn-rift yang menjadi batuan asal dari moderately sorted-very poorly sorted,
Formasi Balikpapan di daerah penelitian skewness didominasi oleh very coarse
diinterpretasikan berasal dari Formasi Kiham skewed, dan kurtosis very leptokurtic -
Haloq. Formasi Batu Kelau yang extremely leptokurtic.
menggambarkan kondisi transgresif tersusun 2. Bentuk butir pasir didominasi oleh kelas
oleh sedimen halus (Moss dan Chambers, equant dan bladed, nilai kebolaan dominan
1999), sedangkan Formasi Batu Ayau berada pada kelas equent, dan nilai
kemungkinan juga merupakan hasil kebundaran dominan adalah subangular-
transportasi kembali dari Formasi Kiham Haloq subrounded.
yang lebih tua. 3. Formasi Balikpapan termasuk ke dalam
tatanan tektonik orogen terdaurkan.
Pembentukan batuan karbonat pada Formasi Sumber dari batupasir Formasi Balikpapan
Ujoh Bilang Bawah dan Ujoh Bilang Atas yang berasal dari batuan dasar yang tersusun
terjadi pada Oligosen Awal hingga Oligosen oleh batuan granitik, serta sedimen syn-rift
Akhir (Gambar 13d) menggambarkan kondisi (Formasi Kiham Haloq) yang mengalami
transgresi maksimum. Formasi tersebut transportasi ulang oleh Delta Makakam
membentuk batugamping terumbu yang purba.
berubah menjadi batupasir volkaniklastik pada
bagian atas (Ujoh Bilang Bawah) dan VII. UCAPAN TERIMA KASIH
batugamping olistolithic serta volkaniklastik Penulis ingin mengucapkan terima kasih
aliran debris pada Ujoh Bilang Atas (Moss dan kepada pihak Pertamina EP Asset 5 yang telah
Chambers, 1999). Pada batupasir di daerah membantu dalam proses penyediaan data
penelitian tidak dijumpai kandungan material penelitian.

733
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

DAFTAR PUSTAKA
Dickinson, W.R., Suczek, C.A, 1979, Plate Tectonics and Sandstone Composition, The American
Association of Petroleum Geologist Bulletin, V.63, No.12, P.2164-2182.
Satyana, A.H., Armandita, C., 2008, On the Origin of the Meratus Uplift, Southeast Kalimantan –
Tectonic and Gravity Constraints : A Model for Exhumation of Collisional Orogen in Indonesia.
Indonesian Association of Geophysicists (HAGI) 33rd Annual Convention and Exhibition, Bandung.
Supriatna, S., Sukardi., Rustandi, E., 1995, Peta Geologi Lembar Samarinda, Kalimantan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Allen, G.P., dan Chambers, J.L.C., 1998, Sedimentation in The Modern and Miocene Mahakam Delta.,
Proceeding Indonesian Petroleum Association, 27th Annual Convention, Jakarta.
Moss, S.J., dan Chambers, J.L.C., 1999, Tertiary Facies Architecture in The Kutai Basin, Kalimantan,
Indonesia. Journal of Asian Earth Sciences, p.157-181.
Pettijohn, F.J., Potter, P.E., Siever, R., 1987, Sand and Sandstone. Springer, New York, 580p.
Sahu, B.K., 1964, Depositional mechanisms from the size analysis of clastic sediments. J sed petrol
34:73–83
Visher, G.S., 1969. Grain Size Distributrion and Depositional Processes. Journal of Sedimentary
Petrology, V.39, No.3, p.1074-1106, Tulsa.
Wain, T., Berod, B., 1989. The Tectonic Framework And Paleogeographic Evolution Of The Upper
Kutei Basin. Indonesian Petroleum Association.

TABEL
Tabel 1. Tabulasi perhitungan nilai kebolaan

Very Intermediete Very


Elongate Subelongate Subequent Equent Jumlah
Elongate Shape Equent
Palaran 0 2 38 262 263 537 498 1600

Sanga-
0 0 0 93 88 216 203 600
Sanga

Tabel 2. Tabulasi perhitungan nilai kebundaran

Very Well
Angular Subangular Subrounded Rounded Jumlah
Angular Rounded
Palaran 49 268 741 478 61 4 1600
Sanga-
0 44 232 196 28 0 600
Sanga

734
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Lokasi penelitian berada di Palaran dan Sanga-Sanga, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Peta geologi modifikasi dari Supriatna dkk, (1995).

735
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Kolom stratigrafi Cekungan Kutai Atas dan Cekungan Kutai Bawah. Daerah penelitian
berada pada Formasi Balikpapan.

736
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Titik pengambilan sampel granulometri dan petrografi pada kolom stratigrafi terukur (a) daerah Palaran dan (b) daerah Sanga-Sanga.

737
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 4. Grafik perhitungan analisis ukuran butir secara matematis dan grafis di daerah Palaran. (a)
Mean (b) Sortasi (c) Skewness (d) Kurtosis.

Gambar 5. Grafik perhitungan analisis ukuran butir secara matematis dan grafis di daerah Sanga-
Sanga. (a) Mean (b) Sortasi (c) Skewness (d) Kurtosis.

738
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 6. (A) Kenampakan sampel sayatan tipis MRS.P1-MRS.P7, (B) Penentuan nama batuan dan perhitungan QFL (C) Analisis QFL batupasir Formasi
Balikpapan.

739
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 7. Hubungan antara litologi dengan parameter statistik daerah Palaran (kiri) dan daerah Sanga-Sanga (kanan).

740
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 8. Analisis mekanisme sedimentasi di daerah Palaran dengan menggunakan kurva frekuensi
kumulatif (skala probabilistik).

Gambar 9. Analisis mekanisme sedimentasi di daerah Sanga-Sanga dengan menggunakan kurva


frekuensi kumulatif (skala probabilistik).

741
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 10. Pengelompokkan kurva distribusi ukuran butir daerah Palaran A) Channel bawah B)
Channel atas C) Mouth Bar.

Gambar 11. Pengelompokkan kurva distribusi ukuran butir di daerah Sanga-Sanga A) Distributary
channel 1 B) Distributary channel 2.

Gambar 12. Plot bivariat (a)deviasi standar vs skewness (b) Y2 vs Y3


742
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 13. Interpretasi pembentukkan Formasi Balikpapan. (a) Pembentukkan Formasi Kiham Haloq
(b) Pembentukkan Formasi Batu Kelau (c) Pembentukkan Formasi Batu Ayau (d)Fase transgresi
maksimum yang terjadi selama proses pembentukkan Formasi Ujoh Bilang (e) Pembentukkan
Formasi Balikpapan.

743

Anda mungkin juga menyukai