Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANAJEMEN OPERASI

PERENCANAAN BAHAN BAKU (EOQ)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Operasi yang dibimbing oleh :

Drs. Eka Bambang Gusminto, M.M.

Disusun Oleh:

Kelompok 7

JURUSAN S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2018 / 2019
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayahnya-Nya kami dapat menyusun makalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Operasi dengan judul “Perencanaan Bahan Baku (EOQ)”. Dalam penyusunan makalah ini, kami
tidak dapat menyelesaikannya tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami sangat berterima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen Operasi yaitu Bapak
Drs. Eka Bambang Gusminto, M.M. dan teman-teman kelas E mata kuliah Manajemen Operasi
yang telah mendukung pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Namun, dikarenakankami memiliki keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, mungkin masih banyak kekurangan maupun kesalahan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun daripembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 26 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian EOQ (Economic Order Quantity)

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu model manajemen persediaan.
EOQ sangat berguna untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang dapat
meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. EOQ juga berguna untuk
mengatasi masalah berkaitan dengan ketidakpastian melalui persediaan pengaman (safety
stock).

Untuk memperjelas pengertian tentang Economic order Quantity (EOQ),ada beberapa


pendapat tentang Economic Order Quantity diantaranya adalah :

1. Menurut Gitosudarmo, (2002: 101)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah merupakan volume atau jumlah pembelian yang
paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan
itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) yang paling ekonomis
yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian denganmenggunakan
biaya yang minimal.

2. Menurut Yamit, (1999: 47)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah pesanan yang dapat meminimumkan total
biaya persediaan, pembelian yang optimal. Untuk mecari berapa total bahan yang tetap untuk
dibeli dalam setiap kali pembelian untuk menutup kebutuhan selama satu periode.

3. Menurut Riyanto (2001)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barangyang dapat diperoleh dengan
biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.

EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal,
atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Pada pendekatan Economic
Order Quantity (EOQ), tingkat ekonomis dicapai pada keseimbangan antara biaya pemesanan
dan biaya penyimpanan.
Jika persediaan besar maka biaya pemesanan akan turun tetapi biaya penyimpanan naik.
Sebaliknya, jika persediaan kecil maka biaya pemesanan akan naik tetapi biaya penyimpanan
turun. Dalam menentukan EOQ sangat dipengaruhi oleh faktor tinggi rendahnya tingkat
permintaan bahan baku hingga datangnya pesanan.

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu model manajemen persediaan,
model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang dapat
meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Economic Order
Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang
minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.

Dalam kegiatan normal Model Economic Order Quantity memiliki beberapa karakteristik
antara lain :

a. jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan,

b.permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi dan waktu antara


pemesanan barang sampai barang tersebut dikirim dapat diketahui secara pasti, dan
bersifat konstan,

c. harga per unit barang adalah konstan dan tidak mempengaruhi jumlah barang yang akan
dipesan nantinya, dengan asumsi ini maka harga beli menjadi tidak relevan untuk
menghitung EOQ, karena ditakutkan pada nantinya harga barang akan ikut
dipertimbangkan dalam pemesanan barang,

d. pada saat pemesanan barang, tidak terjadi kehabisan barang atau back order yang
menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat. Oleh karena itu, manajemen harus
menjaga jumlah pemesanan agar tidak terjadi kehabisan barang,

e. pada saat penentuan jumlah pemesanan barang kita tidak boleh mempertimbangkan
biaya kualitas barang,

f. biaya penyimpanan per unit pertahun konstan.


2.2 Kekurangan dan Kelebihan Metode EOQ

Kartika Hendra (2009) mengemukakan bahwa keunggulan metode EOQ adalah:

1) Dapat digunakan untuk mengetahui berapa banyak persediaan yang harus dipesan, dalam
hal ini bahan baku, dan kapan seharusnya pemesanan dilakukan,

2) Dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan adanya persediaan pengaman (safety


stock),

3) Mudah diaplikasikan pada proses produksi secara massal,

4) Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat.

Kelemahan Metode EOQ

1) Permintaan diasumsikan secara konstan, sedangkan dalam banyak situasi yang nyata
permintaan bervariasi secara substansial. Dalam bagian berikutnya, permintaan acak akan
dipertimbangkan.

2) Biaya diasumsikan menjadi konstan, tetapi dalam prakteknya seringkali ada potongan
kuantitas untuk pembelian yang besar, kasus ini membutuhkan suatu modifikasi dari model
EOQ

3) Bahan dalam partai diasumsikan semuanya sekali diterima, tetapi dalam beberapa kasus
akan ditempatkan dalam persediaan secara continue selama di produksi.

4) Diasumsikan produk tunggal, tetapi terkadang satuan-satuan beragam dibeli dari satu
pemasok tunggal dan semuanya dikirim pada waktu yang sama.

5) Biaya persiapan diasumsikan tetap meskipun pada kenyataannya biaya ini sering dapat
dikurangi
2.3 Perhitungan dengan Metode EOQ

Rumus EOQ :

EOQ =

TC = D x C + x S + x H

TC = Total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

D = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu, misalnya satu tahun.

S = Biaya pesanan setiap kali pesan.

C = Harga pembelian per unit yang dibayar.

I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang dinyatakan dalam persentase dari nilai
rata-rata dalam rupiah dari persediaan.

H = Biaya Penyimpanan per unit barang per tahun (Rp/unit/tahun)

= Jumlah (berapa kali) pesanan periode waktu (jumlah/pesanan/tahun)

= Persediaan rata-rata

Dengan adanya hal diatas, maka persediaan pengaman merupakan suatu sarana pencegah
terjadinya kekurangan persediaan. Persediaan pengaman yang paling optimal adalah jumlah
yang menghasilkan biaya paling rendah dalam suatu periode.

 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point/ROP)

Reorder Point ialah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa
sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan itu tepat pada waktu dimana
persediaan diatas safety stock sama dengan nol. Dalam penentuan/penetapan Reorder Point
haruslah kita memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

a. penggunaan barang selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time),

b. besarnya safety stock.

Reorder Point dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain dengan :
1) menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan persentase tertentu.
Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama lead time dan
dtetapkan bahwa lead timenya adalah 6 hari, sedangkan kebutuhan barang setiap harinya
adalah 3 unit/hari.

ROP = (6 x 3) + 50% (6 x 3)

= 18 + 9

= 27 unit,

2) dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 hari.

ROP = (6 x 3) + (4 x 3)

= 18 + 12

= 30 unit

Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa “reorder point”-nya adalah pada
jumlah 30 unit, ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan
tinggal 30 unit.

 Penentuan Pemesanan Persediaan Barang Dagangan dengan Metode Economic Order


Quantity (EOQ)

Pada bagian ini akan dibahas mengenai perhitungan persediaan barang dagangan dengan
Metode Economic Order Quantity (EOQ) yang dapat meminimalkan biaya persediaan
nantinya untuk barang Pepsi Cola.

a. Penentuan Pemesanan Persediaan Barang dagangan dengan Metode EOQ terhadap Pepsi
Cola.

Perhitungan Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ) Pepsi Cola adalah ;

Jumlah penggunaan Pepsi Cola selama 1 tahun = 1100 BIB

BIB adalah Bag In the Box (1 BIB = 23,55 kg)


Biaya pemesanan setiap kali pesan = Rp. 4.625,-

Harga pembelian per unit yang dibayar = Rp. 70.650,-

Biaya penyimpanan setiap tahunnya (70.650 x 25%) = Rp. 17.662,5,-

Diketahui ;

D = 1100 BIB

S = Rp. 4.625,-

C = Rp. 70.650,-

H = Rp. 17.662,5,- (70.650 x 25%)

Jawaban ;

Pemesanan Pepsi Cola dalam 1 tahun : = 45,8 kali

Total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan Pepsi Cola yang paling ekonomis yang
dibutuhkan dalam 1 tahun adalah :

TC = D x C + x S + x H

TC24 = (1100 x 70.650) + x 4.625 + x 17.662,5

= Rp. 77.715.000 + Rp. 211.979 + Rp. 211.950

= Rp.

Ini berarti, cara pemesanan yang paling ekonomis ialah pemesanan Pepsi Cola sebanyak 24
BIB setiap kali pesan, yang ini berarti bahwa kebutuhan akan Pepsi Cola sebanyak 1100 BIB
selama 1 tahun akan dipenuhi dengan 46 kali pesanan dengan jumlah pesanan 24 BIB. Pada
jumlah pesanan inilah tercapainya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang minimal.
Dari hasil perhitungan diatas penulis akan mencoba menganalisa hasil perhitungannya,
apakah total biaya persediaan tersebut merupakan biaya yang paling rendah, apabila setiap
kali pesan jumlah persediaan Pepsi Cola yang dipesan di bawah atau diatas EOQ (24 BIB).

Jika, Perhitungan TC pada pemesanan Pepsi Cola = 20 BIB

TC20 = (1100 x 70.650) + x 4.625 + x 17.662,5

= Rp. 77.715.000 + Rp. 254.375 + Rp. 176.625

= Rp.

Jika, Perhitungan TC pada pemesanan Pepsi Cola = 27 BIB

TC27 = (1100 x 70.650) + x 4.625 + x 17.662,5

= Rp. 77.715.000 + Rp. 188.426 + Rp. 238.444

= Rp.

Dari data diatas, terlihat bahwa perhitungan pesanan persediaan barang dengan menggunakan
metode Economic Order Quantity (EOQ) akan meminimalkan pengeluaran biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Total biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang
juga dapat digunakan seefisien mungkin dan menghindarkan terjadinya persediaan yang
menumpuk dan mengantisipasi kekurangan persediaan. Dari contoh Pepsi Cola diatas, total
biaya pada pesanan 20 BIB Rp. 78.146.000,- lebih rendah Rp. 7.071,- (Rp. 78.146.000 - Rp.
78.138.929) dari total biaya pada pesanan 27 BIB Rp. 78.141.870,- juga lebih rendah Rp.
2.941,- (Rp. 78.141.870 - Rp. 78.138.929). Artinya bahwa jumlah pesanan sebanyak 24 BIB
dan dengan 46 kali pesanan dalam 1 tahun dengan total biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan persediaan sebesar Rp. 78.138.929,- akan meminimalkan biaya – biaya
persediaan, dimana barang yang dipesan sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan.

 Penentuan Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) Persediaan Barang Dagangan

Dilihat dari contoh masalah pada PT. FastFood Indonesia cabang Medan, diketahui juga
bahwa permintaan persediaan Pepsi Cola setiap penggunaannya di asumsikan 3 BIB dan
waktu tunggunya adalah 5 hari, maka titik pemesanan ulangnya dapat ditentukan yaitu :
d = 3 BIB

L = 5 hari

Reorder Point dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain dengan :

a. menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan persentase tertentu.
Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 60% dari penggunaan selama lead time dan
dtetapkan bahwa lead timenya adalah 5 hari, sedangkan kebutuhan barang setiap harinya
adalah 3 BIB/hari.

ROP = (5 x 3) + 60% (5 x 3)

= 15 + 9

= 24 BIB

b. dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 hari,

ROP = (5 x 3) + (4 x 3)

= 15 + 12

= 27 BIB

Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa “reorder point”-nya adalah pada
jumlah 27 BIB, ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan
tinggal 27 BIB. Untuk titik pemesanan ulang atau Reorder Point seperti pembahasan diatas
yaitu pada saat Pepsi Cola tinggal 27 BIB artinya adalah pesanan persediaan barang akan
dilakukan kembali ketika tingkat persediaan Pepsi Cola tersisa 27 BIB.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang
minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Pada
pendekatan Economic Order Quantity (EOQ), tingkat ekonomis dicapai pada
keseimbangan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

EOQ merupakan salah satu model tradisional yang dipergunakan untuk


menentukan jumlah persediaan yang ekonomis dengan menggunakan biaya yang
minimal, adapun syarat persediaan ekonomis adalah terjadinya keseimbangan antar
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Dengan menyeimbangkan dua biaya tersebut,
maka dapat diformulasikan persmaan EOQ. Keterbatasan penggunaan model EOQ
karena ada beberapa asumsi yang menyebabkan EOQ dianggap sebagai model yang
konvensional.
DAFTAR PUSTAKA

Render,Barry and jay heizer, Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi Edisi 9 Buku 2, PT.
Salemba Emban Patria, Jakarta, 2011

Zulfikarijah, Fien. Manajemen Persediaan Cetakan Kedua, UMM Press, Malang, 2005

Anda mungkin juga menyukai