Anda di halaman 1dari 6

Idea Nursing Journal Vol. V No.

1 2014
ISSN : 2087 – 2879

EFEK PAPARAN PARTIKEL TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT PARU


OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

The Relationship Between Injury Healing Factors And Perineum Injury Healing Time
Of Parturition Women

Saminan1
1
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
1
Fisiology Department Faculty of Medicine, Syiah Kuala University, Banda Aceh.
Email: saminanfis @gmail.com

ABSTRAK
Faktor risiko sebagai penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yaitu, merokok, usia, paparan asap
polusi lingkungan atau pekerjaan, alpha-1 antitripsin, riwayat infeksi pernapasan dan riwayat keluarga yang
mengalami PPOK. Penulisan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin supaya tidak mudah mengalami
PPOK. Setiap individu pasti akan terpapar oleh beberapa partikel inhalasi selama hidupnya yang ditandai
dengan hambatan aliran udara disaluran napas sehingga fungsi paru menurun dengan terjadinya restriktif dan
obstruktif.

Kata kunci: Paparan partikel, kejadian PPOK, fungsi paru.

ABSTRACT
Risk factor cause of COPD are smoke, age, exposure by polluted area or work, alfha-1 antitripsin, story of
respiratory infection and story of COPD in family. This a research to aimed early prevent not easy exposure
by COPD. Every body can be exposured by inhalation particle during life sign obstruction of respiratory
way can decreased of lung fungtion its caused by restrictive and obstructive.

Keywords: Injury healing factors, perineum injury, parturition women.

PENDAHULUAN 20 kali/detik dan mendorong lapisan tipis


Pencemaran udara dapat mukosa pada kecepatan sekitar 1 cm/menit.
menimbulkan dampak terhadap kesehatan, Mukus yang dihasilkan pada kecepatan
harta benda, ekosistem maupun iklim. sekitar 10-100 ml/hari tergantung pada
Umumnya gangguan kesehatan sebagai iritasi setempat (misalnya, asap) dan
akibat pencemaran udara terjadi pada perangsangan vagal. Mukus biasanya ditelan
saluran pernapasan dan organ penglihatan. dan cairannya diabsrobsi pada traktus
Salah satu dampak kronis dari pencemaran gastrointestinal (Handojo Y, 1990).
udara adalah bronchitis dan emphysema. Obstruktif adalah penurunan
Saluran pernapasan merupakan jalur kecepatan aliran ekspirasi (ekspiratory flow)
pernapasan yang paling penting pada (Harrison’s, 2000). Penyakit Paru
lingkungan industri. Berbagai jenis zat dapat Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan
terbawa dalam udara lingkungan kerja. Efek penyebab utama dari morbiditas di seluruh
paparan zat melalui saluran pernapasan dunia yang ditandai dengan keterbatasan
sangat beragam, tergantung pada konsentrasi aliran udara yang progesif dan sebagian
dan lamanya pemaparan serta status besar yang irreversible (Macnee, 2006).
kesehatan orang yang terpapar (Mulia, Gejala klinis pada PPOK berupa batuk,
2005). produksi sputum yang meningkat dan
Banyak partikel kotoran dalam udara adanya gejala sesak. Beberapa faktor risiko
inspirasi ditangkap oleh mukus yang sebagai penyebab PPOK yaitu merokok,
menutupi rongga nasal dan faring, maupun usia, paparan asap populasi lingkungan atau
trakea dan percabangan bronkus. Pada pekerjaan, alpha-1 antitripsin, riwayat
percabangan bronkus, partikel difagositosis infeksi pernapasan dan riwayat keluarga
dengan segera atau dikembalikan ke arah yang mengalami PPOK (Stephen and yew,
glotis oleh silia epitel trakeobronkial 2008).
(pergerakan mukosiliar). Silia bergetar 12-

64
Idea Nursing Journal Vol. V No. 1 2014
ISSN : 2087 – 2879

Menurut World Health Organization b. Volume cadangan inspirasi (VCI) yaitu


(WHO) (2008) PPOK merupakan salah satu jumlah udara yang masih dapat masuk ke
penyebab utama kematian di dunia dan akan dalam paru pada saat inspirasi maksimal
menempati urutan ke-tiga setelah penyakit setelah inspirasi biasa. Pada orang
kardiovaskuler dan kanker. Pada tahun 2002, dewasa dengan berat badan 70 kg
2004 dan 2005 Proportional Mortality Ratio besarnya sekitar 3 liter.
(PMR) akibat PPOK di beberapa negara c. Volume cadangan ekspirasi (VCE)
maju masing-masing sebesar 3,9%, 3,5% yaitu jumlah udara yang dikeluarkan
dan 3,9%. Di negara berkembang masing- secara aktif dari dalam paru setelah
masing sebesar 7,6%, 7,45% dan 8,1% serta ekspirasi biasa. Pada orang dewasa
di negara miskin masing-masing sebasar dengan berat 70 kg besarnya sekitar 1,5
3,1%, 3,6% dan 3,4%. Angka-angka tersebut liter.
menunjukkan semakin meningkatnya d. Volume residu (VR) yaitu jumlah udara
kematian akibat PPOK di dunia. Laporan yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi
terbaru WHO menyatakan bahwa sebanyak maksimal. Pada orang dewasa dengan
201 juta manusia mengalami PPOK dan berat badan 70 kg besarnya 1 liter.
hampir 3 juta manusia meninggal akibat
PPOK pada tahun 2005. Diperkirakan pada Kapasitas Paru
tahun 2030, PPOK akan menjadi penyebab a. Kapasitas paru total (KPT) yaitu
ke-tiga kematian di seluruh dunia (WHO, jumlah total udara dalam paru setelah
2008). inspirasi maksimal atau merupakan
Tujuan penulisan efek paparan penjumlahan keempat volume utama
partikel terhadap kejadian PPOK adalah paru. Pada orang dewasa dengan berat
untuk mencegah sedini mungkin supaya badan 70 kg besarnya sekitar 6 liter.
tidak mudah mengalami fungsi paru b. Kapasitas vital (KV) yaitu jumlah udara
menurun akibat paparan partikel yang yang dapat diekspirasi maksimal setelah
berefek perubahan faal paru akibat inspirasi maksimal atau merupakan
pencemaran udara partikel. penjumlahan VT, VCI, dan VCE. Pada
orang dewasa normal dengan berat badan
TUJUAN KEPUSTAKAAN 70 kg besarnya sekitar 5 liter.
Fungsi Faal Paru c. Kapasitas inspirasi (KI) yaitu jumlah
Fungsi paru yang utama adalah untuk udara maksimal yang dapat masuk ke
proses respirasi, yaitu pengambilan O2 dari dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa
luar masuk ke dalam saluran napas dan terus atau merupakan penjumlahan VT dan
ke dalam darah. Oksigen digunakan untuk VCI. Pada orang dewasa normal dengan
proses metabolisme dan CO2 yang terbentuk berat badan 70 kg besarnya sekitar 4 liter.
pada proses tersebut dikeluarkan dari dalam d. Kapasitas residu fungsional (KRF)
darah ke udara luar. Proses respirasi terdiri yaitu jumlah udara dalam paru pada akhir
atas tiga tahap yaitu ventilasi, difusi, dan ekspirasi biasa atau merupakan
perfusi. Ventilasi adalah proses keluar dan penjumlahan VCE dan VR. Pada orang
masuknya udara ke dalam paru serta dewasa normal dengan berat badan 70 kg
keluarnya CO2 dari alveoli ke udara luar besarnya sekitar 2,5 liter.
(Martini, 2001).
Menurut Otter (2000), ada empat Nilai normal untuk setiap volume dan
volume paru utama dan 4 kapasiti paru kapasitas paru sangat bervariasi dan
utama yang merupakan penjumlahan 2 atau dipengaruhi oleh usia, tinggi badan, jenis
lebih volume paru adalah sebagai berikut : kelamin, suku, berat badan dan bentuk tubuh
(Hicks, 2000).
Volume Tidal
a. Volume tidal (VT) yaitu jumlah udara Paparan Partikel Inhalasi
yang masuk ke dalam dan ke luar dari Parikel adalah pencemar udara yang
paru pada pernapasan biasa. Pada orang dapat berada bersama-sama dengan bahan
normal dengan berat badan 70 kg dalam atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat
keadaan istirahat biasanya mempunyai diartikan secara murni atau sempit sebagai
VT sebesar 500 ml.

65
Idea Nursing Journal Vol. V No. 1 2014
ISSN : 2087 – 2879

bahan pencemar yang berbentuk padatan penyakit saluran pernapasan, sisanya tidak
(Mulia, 2005). diketahui bahwa mereka menderita penyakit
Setiap individu pasti akan terpapar paru dan tetap merokok. Status merokok
oleh beragam partikel inhalasi selama justru didapatkan pada penderita PPOK
hidupnya. Setiap partikel berdasarkan sedang dibandingkan dengan derajat
komposisi dan ukurannya akan memberikan keparahan yang lain. Begitu juga mengenai
pengaruh yang bermakna. Pada PPOK, riwayat merokok yang ada, ternyata
paparan rokok, debu-debu pada tempat kerja prevalensinya tetap lebih tinggi pada
dan zat-zat kimia yang bersifat iritan penderita PPOK yang sedang (7,1%,
merupakan penyebab PPOK yang utama. p<0.02).
Paparan rokok yang saat ini paling banyak Penyakit Paru Obstruktif Kronik tidak
diteliti dan diketahui merupakan faktor hanya menyebabkan respon inflamasi paru
risiko terhadap meningkatnya prevalensi yang abnormal tapi juga menimbulkan
PPOK itu sendiri. Paparan itu sendiri tidak inflamasi sistemik termasuk stress oksidatif
hanya mengenai mereka yang merupakan sistemik, aktivasi sel-sel inflamasi di
perokok aktif, bahkan pada perokok pasif sirkulasi sistemik dan peningkatan sitokin
atau dengan kata lain enviromental smokers proinflamasi (Agusti et al, 2003).
itu sendiri pun ternyata risiko menderita Stres oksidatif disebabkan karena paru
PPOK menjadi tinggi juga (Gan, 2005). yang selalu terpajan oleh oksidan endogen
Obstruktif adalah penurunan dan eksogen. Oksidan endogen timbul dari
kecepatan aliran ekspirasi (ekspiratory flow) sel fagosit dan tipe sel lainnya sedangkan
(Harrison’s, 2000). Penyakit Paru oksidan eksogen dari polutan dan asap rokok
Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan (PDPI,2011). Stres oksidatif dapat
penyebab utama dari morbiditas di seluruh menimbulkan efek kerusakan pada paru dan
dunia yang ditandai dengan keterbatasan juga menimbulkan efek kerusakan sebagai
aliran udara yang progesif dan sebagian awal inflamasi paru. Jadi,
besar yang irreversible (Macnee, 2006). ketidakseimbangan antara oksidan dan anti
Gejala klinis pada PPOK berupa batuk, oksidan memegang peranan penting pada
produksi sputum yang meningkat dan PPOK (PDPI, 2011).
adanya gejala sesak. Beberapa faktor risiko
sebagai penyebab PPOK yaitu merokok, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
usia, paparan asap populasi lingkungan atau PPOK adalah penyakit paru kronik
pekerjaan, alpha-1 antitripsin, riwayat yang ditandai dengan hambatan aliran udara
infeksi pernapasan dan riwayat keluarga di saluran napas yang tidak sepenuhnya
yang mengalami PPOK (Stephen and yew, reversible. Hambatan udara ini bersifat
2008). progresif dan berhubungan dengan respon
Pada perokok pasif didapati inflamasi paru terhadap partikel atau gas
penurunan VEP1 tahunan yang cukup racun yang berbahaya (GOLD, 2010 ;
bermakna pada orang muda bukan perokok. Robbins et al., 2010).
Bahkan yang lebih menarik adalah pengaruh PPOK merupakan suatu sindrom yang
rokok pada bayi jika ibunya perokok aktif ditandai dengan gejala dan tanda pernapasan
atau bapaknya perokok aktif dan ibunya yaitu batuk kronik, berdahak, dispnea
menjadi perokok pasif, selain didapati berat dengan derajat yang bervariasi, dan
bayi lahir rendah, maka insidensi anak untuk penurunan aliran udara ekspirasi yang
menderita penyakit saluran napas pada 3 signifikan dan progresif (Meyer et al.,
tahun pertama menjadi meningkat (Klaus et 2010). Menurut Anthonisen (2004) istilah
al., 2007). Menurut Shahab et al., (2006), PPOK mencakup tiga patologi spesifik yaitu
melaporkan hal yang juga amat menarik bronkhitis kronik, penyakit saluran napas
bahwa ternyata mereka mendapatkan perifer dan emfisema. Definisi PPOK
besarnya insidensi PPOK yang telah menurut American Thoracic Society (ATS)
terlambat didiagnosis, memiliki kebiasaan adalah suatu gangguan dengan karakteristik
merokok yang tinggi. PPOK yang berat adanya obstruksi dari jalan napas karena
berdasarkan derajat spirometri, didapatkan bronkitis kronik atau emfisema; obstruksi
hanya sebesar 46,8% (95% Cl 39, 1-54,6) jalan napas umumnya progresif dan dapat
yang menyatakan bahwa mereka menderita

66
Idea Nursing Journal Vol. V No. 1 2014
ISSN : 2087 – 2879

disertai hiper-reaksi dan mungkin kembali KV jauh lebih rendah daripada nilai normal
normal sebagian. sebesar 80% yaitu, jumlah yang dapat
Menurut Klaus et al., (2007), PPOK dihembuskan ke luar selama detik pertama
adalah penyakit yang dapat dicegah dan jauh lebih kecil daripada 80% KV
diobati dengan beberapa efek (Sherwood, 2001).
ekstrapulmonal yang signifikan yang dapat Interpretasi hasil pemeriksaan
berkontribusi terhadap keparahan pada spirometri biasanya langsung dapat dibaca
individu; yang ditandai dengan keterbatasan setelah hasil yang didapat dibandingkan
jalan napas yang tidak sepenuhnya dengan nilai prediksi sesuai dengan tinggi
reversibel dan bersifat progresif serta badan, umur, berat badan, jenis kelamin dan
berhubungan dengan respon inflamasi yang ras yang datanya telah terlebih dahulu
abnormal dalam paru dari partikel berbahaya dimasukkan ke dalam spirometer sebelum
atau gas beracun. pemeriksaan dimulai (Antaruddin, 2002).
Pada hakekatnya keluhan-keluhan Interpretasi Hasil Pemeriksaan
disebabkan oleh adanya hipersekresi mucus Spirometri dapat dikategorikan sebagai
dan sesak, maka penderita mengeluh berikut:
terutama pada batuk dan dahak serta a. Restriktif (sindrom pembatasan)
mengeluh sesak napas. Bila tidak disertai Restriktif (sindrom pembatasan) adalah
infeksi sekunder, dahak akan berwarna gangguan pengembangan paru.Parameter
keputih-putihan yang mungkin sampai yang dilihat adalah Kapasitas Vital (KV)
kelabu (karena partikel-partikel debu bila dan Kapasitas Vital Paksa (KVP) < 80%
ada polusi udara). Pada stadium dini, nilai prediksi (Antaruddin, 2002).
keluhan sesak napas dirasakan jika sedang b. Obstruktif (sindrom penyumbatan)
melakukan pekerjaan fisik ekstra (dyspnoe Obstruktif adalah setiap keadaan
d’effort) yang masih dapat ditoleransi hambatan aliran udara karena adanya
penderita dengan mudah, namun lama sumbatan atau penyempitan saluran
kelamaan sesak itu semakin progresif. Pada napas.Sindrom penyumbatan ini terjadi
stadium berikutnya penderita secara fisik tak apabila kapasitas ventilasi menurun
mampu melakukan aktivitas apapun tanpa akibat menyempitnya saluran udara
bantuan oksigen, karena sambil duduk pun pernapasan. Biasanya ditandai dengan
pasien akan tetap merasakan sesak napas terjadi penurunan VEP1 yang lebih besar
(Gan, 2005). dibandingkan dengan KVP sehingga
rasio VEP1/KVP kurang dari 80%
Interpretasi Pemeriksaan Spirometri (Antaruddin, 2002).
Pada corak obtruksi, ciri utamanya
adalah penurunan kecepatan aliran ekspirasi Tabel 1.1 Interpretasi hasil spirometri
(expiratory flow) (Harrison’s, 2000). Pasien Restriktif Obstruktif
penyakit obstruksi mengalami kesulitan KVP/nilai Penggolongan VEP1/KVP
prediksi (%) (%)
mengosongkan paru mereka daripada ≥80 Normal ≥ 75
mengisinya, oleh karena itu kapasitas paru 60-79 Ringan 60-74
total (KPT) pada dasarnya normal, tetapi 30-59 Sedang 30-59
kapasitas residual fungsional (KRF) dan <30 Berat <30
volume residual (VR) meningkat akibat
bertambahnya udara yang terperangkap di KESIMPULAN DAN SARAN
dalam paru setelah ekspirasi karena VR Kesimpulan
meningkat, kapasitas vital (KV) berkurang. Paparan partikel melalui pencemaran
Dengan lebih banyak udara yang tertinggal udara dapat menimbulkan gangguan
di paru, KPT yang tersedia untuk pertukaran kesehatan terutama pada saluran pernapasan,
gas antara udara dan atmosfer berkurang. salah satu kronis dari paparan partikel
Hal ini yang sering ditemukan adalah adalah bronchitis dan emphysema.
penurunan mencolok FEV1, karena laju Bronchitis merupakan peradangan menetap
(kecepatan) aliran udara berkurang akibat dari bronchi dan bronchioles (saluran udara
obstruksi saluran pernapasan.Walaupun baik besar dan kecil dari paru-paru) yang
KV maupun FEV1 lebih besar dibandingkan menyebabkan batuk.
KV. Akibatnya perbandingan FEV1 terhadap

67
Idea Nursing Journal Vol. V No. 1 2014
ISSN : 2087 – 2879

Penyakit paru obstruktif kronik Hicks GH. 2000. Ventilation.


(PPOK) merupakan penyakit yang ditandai In:Cardiopulmonary Anatomy And
dengan hambatan aliran udara disaluran Physiology. Philadelpia: W.B.
napas yang bersifat progresif dan tidak Saunders Company. H. 311-37.
sepenuhnya reversible. Salah satu dampak
kronis dari pencemaran udara adalah Klaus FR, Suzanne H, Antonio A et al.
bronchitis dan emphysema. 2007. Global strategy for the
Merokok menyebabkan perubahan diagnosis, management, and
struktur dan fungsi saluran pernapasan dan prevention of chronic obtstructive
jaringan paru. Merokok merupakan faktor pulmonary disease.American journal
risiko yang dapat mencetus terjadinya of respiratory and critical care
PPOK. medicine vol 176.GOLD Executive
summary.
Saran http:171.66.122.149/cgi/content/abstr
Diharapkan kepada institusi act/176/6/532 [diakses pada 27 Mei
pendidikan agar dapat memberikan 2011].
informasi mengenai pengetahuan terhadap
paparan partikel seperti rokok terhadap Macnee, W. 2006. ABC Of Chronic
penurunan fungsi paru. Obstructive Pulmonary Disease.
Diharapkan kepada pemerintah dan Pathology, Pathogenesis, and
dinas kesehatan agar lebih meningkatkan Pathophisiology. BMJ 2006:
peran sertanya dalam mengurangi angka 332:1202-1204.
kematian akibat PPOK. http://www.bmj.com/content/332/755
Bagi civitas akademik hendaknya 1/1202.full.pdf[diakses: 31Mei 2011]
dapat meneruskan penelitian ini lebih lanjut.
Martini FH. 2001. The respinatory system.
KEPUSTAKAAN In: fundamentals of antomy &
Agusti AGN, et al. 2003. Systemic effect of physiology. 5thed. New Jersey:
chronic obstructive pulmonary Prentice-Hall. H. 297-844.
disease. Eur Respir J ; 21:347-60.
Mulia R.M.2005. Kesehatan Lingkungan.
Antaruddin.2003. Pengaruh Debu Padi Yogyakarta. Graha Ilmu.
Pada Faal Paru Pekerja Kilang Padi
Meyer, P.A et al. 2002. Characteristic of
Yang Merokok Dan Tidak
Adulth Dying with COPD. CHEST
Merokok.Skripsi.FK USU. Medan.
122: 2003-2008.
Anthonisen, N.R. 2004. Epidemiology of
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PDPI).
Chronic Obstruttive Pulmonary
2011. Pedoman Diagnosis &
Disease, In: Crapo JD, J Glassroth, JB
Penatalaksanaan di Indonesia.
Karlinksky, TE King: Baum’s
Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Textbook of Pulmonary Disease 7thed,
Robbins et al. 2010. Pathologic Basis of
Gan WQ, Paul Man SF, Sin DD. 2005. The Disaese.Eight edition. Saunders
Interaction Between Cigarrette Elsevier. Philadepia.
Smoking And Reduced Lung Function
On Systemic Inflammation. Chest; Shahab L, Jarvis MJ, Britton J, West R.
127: 558-564. 2006. Prevalence, Diagnosis And
Relation To Tobacco Dependence Of
Global Intiative for Chronic Obstructive Chronic Obstruktive Pulmonary
Lung Disease (GOLD) Disease Is A Nationally
Spirometric.2010. Ispirometric Health Representative Population Sample.
Care for Provider. Thorax 1043-1047.

68
Idea Nursing Journal Vol. V No. 1 2014
ISSN : 2087 – 2879

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi


Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 2.
Alih bahasa: Brahm U. pendit.
Jakarta. EGC.

Stephen, B.M., and yew S.K.


2008.Diagnosis of Chronic
Pulmonary Disease. American Family
Physician 78(1): 87-92.

WHO (World Health Organisation). 2008.


The Top Ten Causes of Death 2004.
http://www.who.int/whr/ [diakses 10
Juli 2011].

69

Anda mungkin juga menyukai