Anda di halaman 1dari 26

Bab.

1 PENDAHULUAN
1.1. PERENCANAAN STRUKTUR

Perencanaan struktur bisa didefenisikan sebagai perpaduan dari seni dan ilmu, yang
menggabungkan intuitif dari seorang insinyur berpengalaman dalam kelakuan struktur
dengan pengetahuan mendalam dalam ilmu statika,dinamika,mekanika bahan dan analisa
struktur, untuk mendapatkan struktur yang ekonomis dana man serta sesuai dengan tujuan
pembuatannya.

1.2. PRINSIP – PRINSIP PERENCANAAN


Perencanaan adalah suatu proses untuk menghasilkan penyelesaian optimum. Jika
kriteria obyektif tertentu dapat dinyatakan secara matematis,maka teknik optimasi bisa
diterapkan untuk mendapatkan fungsi obyektif maksimum dan minimum.
 Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan bisa dianggap terdiri atas dua pembagian perencanaan
fungsional dan struktur perencanaan kerangka structural.

1.3. LATAR BELAKANG SEJARAH STRUKTUR BAJA


Pemakaian logam dalam struktur dimulai dengan besi tuang yang digunakan dalam
pelengkung dengan bentang 100 ft (30 meter) yang dibangun di Inggris 1777 – 1779.
Besi tempa mulai menggantikan besi tuang setelah tahun 1840. Contoh tertua yang
penting adalah Jembatan Britania di selat Manai , Wales yang dibangun pada tahun 1846 –
1850. Ini merupakan Jembatan balok tubular (berpenampang tertutup) dengan bentang 230-
460-460-230 ft (70-140-140-70 meter).

1.4. BEBAN
Penentuan beban yang bekerja pada suatu elemen struktur secara tepat tidak selalu
bisa dilakukan.
 Beban Mati
Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap pada posisinya ; disebut
demikian karena bekerja terus menerus dengan arah kebumi tempat struktur didirikan.
Beban mati umumnya diketahui secara tepat setelah perencanaan selesai. Beban mati
dari perlengkapan biasanya diketahui dengan cukup tepat sebelum perencanaan.
 Beban Hidup
Beban Gravitasi pada struktur, yang beban dan lokasinya bervariasi, disebut beban
hidup. Contoh dari beban hidup adalah manusia, meubel, furniture, peralatan yang dapat
bergerak, dan kendaraan. Karena berat, lokasi, dan kepadatan beban hidup sifatnya tidak
diketahui, maka sangat sulit perencanaannya.
Oleh karena masyarakat menghendaki keamanan yang memadai, beban hidup yang
digunakan sebagai beban kerja dalam perencanaan biasanya ditetapkan oleh peraturan
bangunan dari badan pemerintah. Salah satu peraturan yang sering dipakai adalah American
Nasional Standard Building Code dari American National Standars Institute (ANSI), untuk
Indonesia adalah Peraturan Muatan Indonesia (PMI).

 Beban Hidup Jalan Raya


Pembebanan kendaraan jalan raya di Amerika telah distandarisasi oleh American
Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) menjadi beban truk dan
beban jalur standar yang mendekati beban suatu rangkaian truk.
 Kejut
Istilah Kejut (Impact) seperti yang biasanya digunakan dalam perencanaan struktur
menyatakan pengaruh dinamis dari beban yang diberikan secara tiba – tiba. Sembarang
beban hidup yang bisa menimbulkan pengaruh dinamis harus diperbesar dengan factor kejut.
 Beban Salju
Sebagian atau seluruh beban atap dapat berupa beban salju. Karena salju mempunyai
berat jenis yang variable, walaupun jika tebal salju pada atap dalam perencanaan diketahui,
beban per satuan atap hanyalah taksiran belaka.
Secara umum beban salju dasar yang dipakai dalam perencanaan berkisar antara 30
sampai 40 psf (1400 – 1900 MPa) pada daerah utara dan timur Amerika, serta 20 psf atau
kurang pada daerah selatan.
Atap datar pada iklim normal harus direncanakan sebesar 20 psf (960 MPa) walaupun
timbunan salju sebesar ini cenderung tidak terjadi.
 Beban Angin
Semua struktur memikul beban angina tetapi umumnya hanya pada bangunan yang
tingginya lebih dari tiga atau empat tingkat dan jembatan yang panjang , peninjauan angin
secara khusus diperlukan. Pada bangunan tipikal dengan denah dan tampak segi empat,
angina menimbulkan tekanan pada sisi pihak angina (windward) dan hisapan pada sisi
belakang angina (leeward), serta tekanan ke atas atau kebawah pada atap.
Berdasarkan dalil Bernoulli untuk cairan ideal yang menerpa suatu benda, kenaikan
tekanan statis sama dengan tekanan dinamis, atau

Dengan q adalah tekanan dinamis pada benda tersebut , ⍴ adalah kerapatan massa
udara (berat jenis w = 0,07651 psf pada ketinggian permukaan laut pada suhu 15 o), dan V
adalah kecepatan angin.
 Beban Gempa
Gempa bumi menimbulkan pergerakan dalam arah mendatar atau vertical, dengan
besar gerak vertical yang umumnya jauh lebih kecil. Kebanyakan peraturan bangunan yang
memiliki ketentuan mengenai gempa bumi mengharuskan perencana meninjau gaya lateral
CW yang biasanya ditentukan secara empiris.

Salah satu peraturan yang paling sering digunakan ialah peraturan dari Structural
Engineers Association of California (SEAOC). Gaya geser dasar (base shear force) yang harus
digunakan adalah
1.5. JENIS BATANG BAJA STRUKTURAL

 Batang Tarik
Batang Tarik sering dijumpai sebagai batang pada rangka batang, batang pengaku
pada pelbagai jenis struktur, tumpuan langsung untuk balkon, kabel pada system atap
gantung serta kabel utama dan penggantung pada jembatan pada jembatan gantung yang
menyanggah jalan raya.
 Batang Tekan
Oleh karena kekuatan batang tekan merupakan fungsi dari bentuk penampang lintang
(jari – jari inersia), maka luas biasanya disebar sejauh mungkin dalam batas batas praktis.
 Balok
Balok adalah batang yang mengalami beban transversal dan paling efisien bila luasnya
disebar sedemikian rupa hingga jaraknya jauh dari garis netral. Penampang balok yang paling
umum ialah penampang sayap lebar (W), dan balok I (S), serta penampang I yang lebih kecil
yang disebut “Profil Campuran” (miscellaneous shape/M).
1.6. STRUKTUR BAJA
Struktur bisa dibagi atas tiga kategori umum : struktur rangka, struktur selaput dan
struktur gantung.

1.7. SPESIFIKASI DAN PERATURAN BANGUNAN


Peraturan struktur bangunan baja di Amerika umumnya berdasarkan spesifikasi
American Institute Of Stee Construction (AISC). AISC merupakan lembaga gabungan dari
pabrik baja dan perusahaan konstruksi baja, serta perorangan yang tertarik pada penelitian
dan perencanaan struktur baja.

1.8. FILOSOFI PERENCANAAN


Ada dua filosofi yang perencanaan yang dipakai dewasa ini. Filosofi perencanaan
tegangan kerja/elastis (working stress design) adalah yang paling umum selama 90 tahun
terakhir. Filosofi perencanaan lainnya sering disebut perencanaan keadaan batas (limit state).
Istilah yang relative baru ini meliputi metoda yang umumnya disebut “perencanaan kekuatan
batas”, “Perencanaan Kekuatan”, “Perencanaan Plastis”, dan lainnya.

1.9. FAKTOR KEAMANAN


Struktur dan batang structural harus selalu direncanakan memikul beban yang lebih
besar dari pada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Kapasitas cadangan ini
disediakan terutama untuk memperhitungkan kemungkinan beban yang berlebihan; selain
itu hal ini ditujukan untuk memperhitungkan kemungkinan pengurangan Kekuatan. Biasanya
perubahan pemakaian yang drastic tidak ditinjau secara eksplisit atau tidak dicakup oleh
factor keamanan; namun, prosedur pemasangan yang diketahui menimbulkan kondisi
tegangan tertentu harus diperhitungkan secara eksplisit.
Keamanan yang diperlukan untuk perencanaan hakekatnya adalah gabungan dari
factor ekonomi dan statistic.
Mendefenisikan istilah “Faktor Keamanan” yang kelihatannya sederhana ialah tujuan
utama ASCE Task Committee On Factory Safety selama periode 1956 – 1966.
Bab. II BAJA DAN SIFAT – SIFATNYA
2.1. BAJA STRUKTURAL
Selama periode pengenalan baja structural sebagai bahan bangunan utama hingga
tahun 1960, baja yang dipakai adalah baja karbon (carbon steel) dengan sebutan baja ASTM
(American Society for Testing and Materials) A7, dan mempunyai tegangan leleh minimum
yang ditetapkan (minimum specified yield stress) sebesar 33 ksi.
Sekarang (1979) banyaknya baja yang tersedia memungkinkan seseorang perencana
menaikkan kekuatan bahan pada daerah yang tegangannya besar, sehingga tidak perlu
menaikkan ukuran batang.
Baja Struktural ditunjukkan dengan identifikasi ASTM, dan juga dengan banyak
sebutan lain. Untuk tujuan perencanaan, tegangan leleh Tarik adalah besaran yang digunakan
oleh spesifikasi, sepert AISC, sebagai variable sifat bahan untuk menetapkan tegangan ijin
terhadap pelbagai macam pembebanan.
 Baja Karbon
Sebutan baja Karbon berlaku untuk baja yang mengandung unsur bukan besi dengan
persentasi maksimum sebagai berikut : a. karbon 1,7 b. Mangan 1,65 c. silicon 0,60 d.
Tembaga 0,60 dan Mangan adalah unsur utama untuk menaikkan kekuatan besi murni.
 Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi
Kategori ini meliputi baja yang tegangan lelehnya berkisar antara 40 dan 70 ksi (275
dan 480 MPa).
Baja ini diperolaeh dari baja karbon dengan menambah unsur bagian seperti chrom,
columbium, tembaga, mangan, molybdenum, nikel, fosfor, vanadium, zirconium agar
beberapa sifat mekanisnya lebih baik.
 Baja Paduan
Baja paduan rendah dapat didinginkan dalam air (quenched) dan dipanasi kembali
(tempered) untuk memperoleh kekuatan leleh sebesar 80 sampai 110 ksi (550 sampai 760
MPa).

2.2. BAJA ALAT PENYAMBUNG


 A307 Alat Penyambung Standar Berulir luar dan dalam yang Terbuat dari Baja Karbon
Rendah
Bahan ini digunakan untuk baut yang biasa disebut “baut mesin”.
 A325, Baut Kekuatan Tinggi untuk Sambungan Baja Struktural Termasuk Kepala baut dan
Cincin Pengeras Polos yang Sesuai.
Baut ini dibuat dari baja karbon sedang yang dicelup dan dipanasi kembali, dan
biasanya dikenal sebgai “Baut structural kekuatan tinggi” atau baut kekuatan tinggi
(high strength bolt).
 A449, Baut dan Stud yang dicelup dan dipanasi Kembali
Baut ini memiliki kekuatan Tarik dan tegangan leleh (kekuatan pada regangan tetap
0,2 %) yang sama seperti baut A325 untuk diameter 1 ½ inchi dan lebih kecil ; namun
baut A449 mempunyai kepala segi enam beraturan dan panjang ulir yang lebih
panjang dari pada baut A307.

2.3. ELEKTRODA LAS DAN BAHAN PENGISI


2.4. KELAKUAN TEGANGAN – REGANGAN (UJI TARIK) PADA SUHU ATMOSFIR

2.5. KELIATAN DAN KEKENYALAN


Keliatan (Toughness) dan kekenyalan (resilience) merupakan ukuran kemampuan
logam untuk menyerap energy mekanis. Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan
energy elastis suatu bahan.
Keliatan berhubungan dengan energy total baik elastis maupun inelastic, yang dapat
diserap oleh satu satuan volume bahan sebelum patah.

2.6. KEADAAN LELEH UNTUK KEADAAN TEGANGAN MULTIAKSIAL


2.7. KELAKUAN PADA SUHU TINGGI
Perencanaan Struktur yang hanya berada pada suhu atmosfir jarang meninjau
kelakuan pada suhu tinggi.
Bila suhu melampaui 200o F (93o C), kurva tegangan-regangan mulai menjadi tak linear
dan secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang.
2.8. KERJA DINGIN DAN PENGERASAN REGANGAN
Bila Profil Struktural dibentuk dari plat dalam keadaan dingin dan pada suhu atmosfir,
didaerah dekat bengkokan (bend) akan mengalami deformasi inelastic. Pengerjaan dingin
pada daerah pengerasan regangan ditempat bengkokan menaikkan kekuatan leleh yang
boleh diperhitungkan sesuai dengan spesifikasi perencanaan.

2.9. PATAH GETAS


Seperti dibahas pada bagian sebelumnya, baja yang biasanya daktil dapat menjadi
Getas akibat pelbagai kondisi. Perencana harus memahami penyebabnya agar patah getas
dapat dihindari.
Rolfe [6] menjabarkan ringkasan mengenai pengontrolan patah dan kelelahan untuk
ahli struktur. Patah Getas didefenisikannya sebagai “jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi
tanpa deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang singkat.”
Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran
cacat, tebal atau pembatas plat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan.

2.10. SOBEKAN LAMELA


Sobekan Lamela (lamellar tearing) merupakan salah satu bentuk Patah Getas. Dalam
kasus ini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang (restrained) pecah (sobek)
akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang timbul karena penyusutan logam las.

2.11. KEKUATAN LELAH


Pembebanan dan Penghilangan beban yang berulang – ulang walaupun tidak
melampaui titik leleh dapat mengakibatkan keruntuhan.
2.12. BAJA LAPUK DAN TAHAN KARAT
Sejak pemakaian baja pertama, salah satu kelemahan utama adalah dibutuhkannya
pengecatan untuk mencegah kerusakan logam akibat karat (korosi). Baja Karbon yang
kekuatannya rendah tidak mahal tetapi sangat mudah berkarat.
Baja Paduan rendah kekuatan tinggi memiliki sifat tahan karat yang berapa kali [11]
lebih besar dari baja karbon structural, baik dengan atau tanpa penambahan tembaga, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.12.1. Permukaan baja paduan rendah kekuatan tinggi tidak
sekasar baja karbon, dan karat yang terbentuk menjadi lapisan pelindung yang mencegah
korosi lebih lanjut.
Bab. III BATANG TARIK

3.1. PENDAHULUAN
Batang Tarik sering dijumpai pada struktur baja sebagai batang structural pada rangka
jembatan dana atap, serta pada struktur rangka batang seperti menara transmisi dan system
pengaku terhadap angin pada gedung bertingkat banyak.

3.2. KEKUATAN SEBAGAI KRITERIA PERENCANAAN


Perencanaan Batang Tarik merupakan salah satu masalah teknik struktur yang paling
sederhana dan bersifat langsung. Karena stabilitas bukan merupakan hal utama, perancangan
batang Tarik pada hakikatnya menentukan luas penampang lintang batang yang cukup untuk
menahan beban (yang diberikan) dengan factor keamanan yang memadai terhadap
keruntuhan.
3.3. LUAS NETTO
Bila batang Tarik disambung dengan baut atau paku keling (rivet), lubang-lubang harus
disediakan pada sambungan. Akibatnya, luas penampang lintang batang di sambungan
mengencil dan beban Tarik yang diijinkan pada batang juga bisa berkurang sesuai dengan
ukuran dan letak lubang.

3.4. PENGARUH LUBANG YANG TERSELING PADA LUAS NETTO


Bila pada suatu batang terdapat lebih dari satu lubang dan lubang – lubang tersebut tidak
terletak pada satu garis yang tegak lurus arah pembebanan, maka banyaknya garis
keruntuhan yang potensial akan lebih dari satu. Garis keruntuhan yang menentukan adalah
garis yang menghasilkan luas netto terkecil.
Luas netto minimum kemudian ditentukan dengan mengalikan panjang netto
minimum dan tebal plat.
Sejak Cochrane mengusulkan factor S2/4g yang sederhana, banyak peneliti
mengusulkan prosedur lain [3-6] tetapi tidak satupun memberikan hasil jauh lebih baik dan
semuanya lebih kompleks.

3.5. LUAS NETTO EFEKTIF


Luas Netto seperti yang dihitung dalam Bab 3.3 dan 3.4 mengahasilkan penampang
yang diredusir untuk menahan tarikan tetapi tidak mencerminkan kekuatan secara tepat. Hal
ini terutama terjadi bila penampang batang Tarik terbentuk dari elemen – elemen yang tidak
sebidang dan bila beban Tarik di ujung batang disalurkan oleh sambungan pada beberapa
(tetapi tidak semua) elemen.

3.6. BATANG TARIK BULAT


Batang Tarik yang umum dan sederhana adalah batang bulat berulir. Batang ini
biasanya merupakan batang sekunder dengan tegangan rencana yang kecil.
Batang Tarik bulat sering digunakan dengan tarikan awal sebagai ikutan angin diagonal
pada dinding, atap dan menara.

3.7. KEKAKUAN SEBAGAI KRITERIA PERENCANAAN


Walaupun stabilitas bukan merupakan kriteria dalam perencanaan batang Tarik, kita
tetap perlu membatasi panjangnya untuk mencegah batang terlalu fleksibel (mudah
melentur). Batang Tarik yang terlalu panjang bisa melendut secara berlebihan akibat berat
sendiri.
Untuk mengurangi masalah yang berkaitan dengan lendutan yang berlebihan dan
getaran, kriteria kekakuan ditetapkan. Angka kelangsingan maksimum yang dapat diterima
untuk batang Tarik (lihat AISC -1.8.4 dan AASHTO -1.17.11) ialah :

Dalam menerapkan kriteria kekakuan pada batang Tarik, angka kelangsingan terbesar
dari dua sumbu utama harus digunakan.

3.8. PEMINDAHAN BEBAN DI SAMBUNGAN


Biasanya lubang – lubang yang harus diperhitungkan pada batang Tarik adalah lubang
untuk paku keling atau baut yang memindahkan beban dari batang Tarik tersebut kebatang
lainnya.
3.9. CONTOH – CONTOH PROSEDUR AISC
BAB 6
BAGIAN II : PLAT
6.14. PENDAHULUAN
Semua penampang kolom, baik penampang profil giling ataupun penampang
tersusun, terdiri atas elemen – elemen plat.
Teori Lentur plat dan stabilitas elastis plat merupakan bagian yang sebaiknya dipelajari
secara mendalam oleh mahasiswa tingkat lanjut dalam teknik struktur. Pembahasan ringkas
berikut menjabarkan gagasan umum tekuk plat yang diperlukan untuk memakai dan
memahami secara tepat spesifikasi baja dewasa ini. Pendekatan umum dan terminologinya
diambil dari Timoshenko [40,41].
 Persamaan Diferensial untuk Lenturan Plat Homogen
Pertama, regangan akan dinyatakan dalam perpindahan. Misalkan h = tebal plat serta
u, v dan w masing – masing adalah perpindahan dalam arah x, y, dan z.
6.15. KEKUATAN PLAT YANG MEMIKUL TEKANAN TEPI MERATA
Oleh karena profil giling ataupun profil tersusun terdiri dari elemen-elemen plat,
kekuatan penampang kolom yang didasarkan pada angka kelangsingan keseluruhan hanya
dapat tercapai jika elemen plat tersebut tidak tertekuk setempat. Tekuk setempat elemen
plat dapat mengakibatkan kehancuran penampang keseluruhan yang terlalu dini, atau paling
sedikit menyebabkan tegangan menjadi tak merata dan mengurangi kekuatan keseluruhan.
Pada bab 6.14, rumus dasar bagi stabilitas elastis plat dikembangkan. Tegangan tekuk
elastis teoritis untuk plat dapat dinyatakan sebagai

Dengan k adalah konstanta yang tergantung pada jenis tegangan, kondisi tumpuan
tepi, dan rasio panjang lebar (rasio segi) plat, modulus elastis E, angka Poisson 𝜇, dan rasio
lebar dengan ketebalan b/t.
Secara umum elemen tekan Plat dapat dibedakan atas dua kategori : (1) elemen yang
diperkuat, yakni elemen yang bertumpu pada dua tepi yang sejajar arah tegangan tekan ; dan
(2) elemen yang tidak diperkuat, yakni elemen yang bertumpu pada satu tepi dan bebas di
tepi lain yang sejajar arah tegangan tekan.
Kekuatan batas plat yang sesungguhnya terhadap tekanan bergantung pada banyak
factor yang sama seperti yang mempengaruhi kekuatan kolom keseluruhan, terutama
tegangan residu.

6.16. PERSYARATAN DASAR AISC UNTUK MENCEGAH TEKUK PLAT DALAM PERENCANAAN
TEGANGAN KERJA
Untuk lebih memahami latar belakang AISC, pembaca dipersilahkan melihat
pembahasan stabilitas dan kekuatan plat pada Bab 6.14 dan 6.15. Namun, dalam banyak ha
pembaca cukup mengetahui bahwa hanya komponen seperti sayap, badan, siku dan plat
rangkap (cover plate), yang membentuk penampang kolom dapat tertekuk setempat sebelum
kapasitas maksimum penampang keseluruhan tercapai.

6.17. PERSYARATAN AISC UNTUK KEKUATAN PLASTIS PLAT TERTEKUK


Oleh karena perencanaan Plastis tidak dibahas sampai Bab 7, disini perlu disebutkan
bahwa syarat penampilan pada perencanaan plastis elemen plat dengan tekanan tepi ialah
elemen harus mampu mengalami regangan yang lebih besar dari regangan pertama.
6.18. PERSYARATAN AISC UNTUK MEMPERHITUNGKAN KEKUATAN TEKUK DAN PURNA –
TEKUK ELEMEN PLAT
Sebelum AISC 1969, bila rasio lebar dengan ketebalan melampaui batasan AISC-1.9,
kelebihan lebar dapat diabaikan dalam perhitungan luas dan jari – jari inersia penampang
lintang. Kekuatan yang dihitung pada penampang ayng diredusir ini biasanya lebih rendah
dari kekuatan yang sesungguhnya walaupun ada beberapa kekecualian.
Seperti yang dibahas pada Bab 6.15 dan 6.16 elemen plat tertekan, baik yang
diperkuat ataupun tidak diperkuat, masih memiliki kekuatan walaupun tekuk telah terjadi,
yaitu kekuatan purna-tekuk. Elemen yang diperkuat memiliki kekuatan purna tekuk yang
besar, sedang kekuatan purna tekuk elemen yang tidak diperkuat sangat kecil.

6.19. PERENCANAAN BATANG TEKAN YANG DIPENGARUHI PERSYARATAN TEKUK


SETEMPAT
Perencanaan batang desak siku tunggal dan ganda, profil T structural, profil bentukan
I yang dilas, serta penampang tersusun lainnya, termasuk penampang tersusun jenis boks,
memerlukan peninjauan batasan tekuk setempat.
Bab. 7
BALOK : DENGAN SOKONGAN SAMPING (LATERAL)

7.1. PENDAHULUAN
Balok umumnya dipandang sebagai batang yang terutama memikul beban gravitasi
transversal, termasuk momen ujung. Balok pada struktur dapat disebut sebagai gelagar
(biasanya balok terpenting dengan jarak antara yang lebar); balok anak (joist/biasanya balok
yang kurang penting dengan jarak antara yang rapat dan sering berbentuk seperti rangka
batang) ; gording ( balok atap yang membentang antara rangka batang); balok dawai
(stringer/balok jembatan longitudinal yang membentang antara balok – balok lantai); rusuk
(girt/balok horizontal pada dinding yang terutama dipakai untuk menahan momen lentur
akibat angina pada sisi bangunan industry; umumnya menyanggah dinding diatas lubang
jendela atau pintu); dan lainnya.
Balok adalah gabungan dari elemen Tarik dan elemen tekan. Konsep batang Tarik dan
tekan sekarang akan digabungkan dalam pembahasan balok.

7.2. LENTUR SEDERHANA PADA PROFIL SIMETRIS


Situasi Perencanaan yang paling umum melibatkan pemilihan profil giling sayap lebar
dari tabel AISC, yang sering menjadi rutin dan dapat membuat perencana terlalu yakin dalam
perencanaan balok. Kita tahu bahwa rumus lentur (f = Mc/I) berlaku pada keadaan yang biasa.

7.3. KRITERIA PERENCANAAN UNTUK KEKUATAN


Dengan menganggap stabilitas lateral sayap tekan memadai, perencanaan balok
didasarkan pada pencapaian kekuatan lentur penampang maksimum. Distribusi tegangan
pada profil sayap lebar tipikal yang mengalami momen lentur yang semakin besar
diperlihatkan pada Gambar 7.3.1 Kelakuan ini didasarkan pada bahan yang tetap elastis
sampai titik leleh tercapai; setelah itu, tambahan regangan tidak menimbulkan kenaikan pada
tegangan.
 Metode tegangan Kerja (atau Perencanaan Elastis)
Pada metode tegangan kerja, momen lentur akibat beban kerja di pelbagai penapang
dihitung dengan konsep elastis tradisional, termasuk analisa struktur statis tek tentu bila tidak
dapat diselesaikan hanya dengan persamaan statika. Perencanaan dibuat sedemikian rupa
hingga tegangan yang dihitung pada aksi momen beban kerja tidak melampaui tegangan ijin
yang ditetapkan.

Harga ini memberikan factor keamanan terhadap pencapaian leleh pertama sebesar
1,67 untuk AISC dan 1,82 untuk AASHTO. Namun, jika leleh pertama diserat terluar tidak
berkaitan langsung dengan kekuatan batas penampang lintang, maka factor keamanan yang
sebenarnya terhadap keruntuhan akan bervariasi tergantung pada besarnya kapasitas batas
yang melampaui leleh pertama.
Spesifikasi AISC mengakui kemampuan kebanyakan balok profil giling (rolled)
mencapai momen plastis; penampang balok seperti ini disebut “penampang terpadu
(compact section),” serta tegangan ijinnya dinaikkan sebesar 10 persen dan 25 persen masing
– masing untuk lentur terhadap sumbu kuat dan lemah.
 Metode Perencanaan Pastis
Dalam Metode perencanaan Plastis, beban kerja dikalikan dengan factor beban LF
untuk memperoleh beban atas yang harus dipikul oleh struktur pada keruntuhan Plastis .
Momen baas kemudian ditentukan pada saat runtuh. Pada struktur statis tertentu,
pencapaian momen Plastis pada satu lokasi cukup untuk menimbulkan mekanisme
keruntuhan.
Jadi, pada keadaan runtuh, struktur dapat dianalisis sebagai dua benda tegar (rigid
body) dengan diskontinuitas anguler ditengah bentang.
Menurut AISC, persyaratan stabilitas lateral harus dipenuhi dalam perencanaan plastis
karena hal ini sangat penting bagi metode yang memerlukan pencapaian momen plastis pada
beban batas . Faktor beban yang ditetapkan untuk beban gravitasi adalah 1,70.

7.4. LENDUTAN (DEFLECTION)


Bila bentangan balok sangat panjang (yaitu bila rasio panjang bentang dengan tinggi
penampang besar) atau penampang baja berkekuatan tinggi yang lebih pendek dipakai,
pembatasan lendutan dapat menentukan perencanaan.
Lendutan system lantai atau atap yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan
pada elemen tak structural yang berhubungan dengan system tersebut, seperti partisi. Juga,
kegunaan struktur dapat berkurang, misalnya pintu yang berubah bentuk mebuatnya tidak
dapat ditutup atau dibuka, dan lantai dapat “memantul”. Semua hal ini termasuk dalam syarat
daya layan (serviceability), dan dalam banyak hal tidak berkaitan dengan kekuatan system
lantai.
 Penggenangan air pada atap datar
Bila batang pada system atap datar melendut , bentuk seperti mangkuk akan terjadi
dan air dapat tergenang di daerah tersebut. Ketika air mulai menggenang, lendutan
bertambah besar sehingga kapasitas genangan menjadi lebih besar.
Masalah penggenangan air jauh lebih rumit dari pada pembahasan yang sudah
dilakukan sebelumnya.

7.5. GAYA GESER PADA BALOK PROFIL GILING


Sementara Perencanaan balok yang panjang dipengaruhi oleh pembatasan lendutan
dan balok dengan panjang sedang sedang biasanya ditentukan oleh tegangan lentur, balok
yang pendek bentangannya dapat ditentukan oleh gaya geser.

7.6. PELIPATAN BADAN DAN PLAT DUKUNG


Pelipatan Badan (web crippling) merupakan leleh setempat akibat tegangan yang
besar disekitar beban pusat.
Anggapan Konservatif yang dipakai dalam AISC -1.10.10.1 ialah beban disebar dengan
sudut 45 derajat ke penampang kritis di akhir bagian lurus badan (kaki lengkungan)
yang berjarak k dari muka balok, seperti yang ditunjukkan gambar 7.6.1.
 Persyaratan Tegangan Kerja – AISC
AISC – 1.10.10.1 didasarkan secara empiris pada penelitian yang dilakukan Lyse dan
Godfrey [14] pada tahun 1935, yang menyadari bahwa fenomena pelipatan ini tidak sama
seperti tekuk badan keseluruhan. Sejak saat itu banyak peneliti menunjukkan bahwa prosedur
AISC bersifat konservatif.
 Syarat Perencanaan Plastis – AISC
AISC-2.6 menetapkan bahwa di setiap titik pemusatan beban tempat momen plastis
diperkirakan terjadi pada saat runtuh harus diberi pengaku badan.

7.7. LUBANG – LUBANG PADA BALOK


 Lubang Pada Sayap
Pengaruh lubang alat penyambung untuk batang Tarik telah dibahas dalam Bab. 3.
Pengaruh ini disertakan dengan deduksi untuk lubang dan pemakaian penampang netto.
Untuk batang tekan, karena lubang hamper terisi sepenuhnya oleh alat penyambung, maka
dalam praktek alat penyambung dianggap mengisi lubang sepenuhnya dan deduksi untuk
lubang tidak dilakukan.
Jelas bahwa pengaruh lubang alat penyambung memperlemah balok dan tidak
memperkuatnya.
Dalam batas – batas ketepatan metode perencanaan yang digunakan, perpindahan
garis netral akibat lubang pada sayap Tarik tidak perlu diperhitungkan.
Spesifikasi AISC sekarang (AISC-1.10.1) mengabaikan perubahan letak garis netral, dan
deduksi luas untuk lubang alat penyambung hanya dilakukan bila luas lubang melampaui 15
persen luas sayap bruto; jadi, hanya kelebihan luas dari 15 persen luas sayap bruto yang perlu
dideduksi.
Reduksi pada kasus ini nampaknya beralasan karena adanya lubang pada sayap Tarik
mengurangi kapasitas momen plastis penampang.
 Lubang Pada Badan
Spesifikasi AISC mengijinkan pengabaian lubang alat penyambung yang terletak pada
badan berdasarkan alasan yang sama seperti unutk lubang alat penyambung pada sayap.

7.8. TEORI LENTUR UMUM


Sejauh ini kita hanya membahas profil simetris dengan beban simetris yang
tegangannya dapat dihitung sebagai f = Mc/I.
 Sumbu Utama
Sumbu – sumbu utama adalah pasangan sumbu pusat tegak lurus terhadap mana
momen inersia berharga maksimum atau minimum.
 Inklinasi Garis Netral
Bila beban yang bekerja pada batang lentur melalui pusat penampang lintang tetapi
membuat sudut terhadap salah satu sumbu utama.

7.9. LENTUR BIAKSIAL PADA PENAMPANG SIMETRIS


Tegangan lentur pada penamang yang memiliki paling sedikit satu sumbu simetri dan
dibebani melalui titik beratnya dapat dihitung dengan persamaan yang telah ada.

7.10. PENAMPANG TAK SIMETRIS


Dengan meningkatnya pemakaian pelbagai jenis baja dan konstruksi komposit yang
menggabungkan kekuatan tekan beton dan kekuatan Tarik baja, penampang tak
simetris menjadi perlu dipelajari.
BAB. 10
BALOK MENERUS
10.1. PENDAHULUAN
Pembahasan dalam Bab ini meliputi konsep teoritis dari metode perencanaan
tegangan kerja (working stress) dan perencanaan plastis yang telah dijabarkan pada bab 7
dan 9. Selain itu, bab ini menjabarkan prosedur analisis metode perencanaan plastis pada
struktur menerus (continuous).

10.2. KEKUATAN PLASTIS DARI SISTEM TAK TENTU

 Beban Batas Plastis – Metode Keseimbangan


Pada keadaan batas dengan beban batas Plastis Pu, syarat keseimbangan masih
berlaku. Pertama, tinjaulah balok bertumpuan sederhana statis tertentu.
 Beban Batas Plastis – Metode Energi
Prinsip Kerja maya (virtual work) juga dapat diterapkan untuk memperoleh beban
batas Pu dalam analisis suatu struktur, atau untuk mencari momen plastis yang diperlukan
dalam masalah perencanaan.
Anggaplah ketika beban batas tercapai balok mengalami perpindahan maya. Agar
seimbang, kerja luar yang harus dilakukan oleh beban yang bergerak sepanjang perpindahan
maya harus sama dengan energy regangan dalam akibat momen plastis yang berputar
sebesar sudut yang kecil (rotasi sendi).
10.3. CONTOH PERENCANAAN PLASTIS
Metode tegangan kerja dapat dipakai untuk keadaan dengan jarak antara sokongan
samping (lateral support) yang besar.
Sebagai ganti dari pembatasan tegangan, dasar dari perencanaan plastis adalah
kekuatan plastis.

Contoh 10.3.1.

Pilihlah Penampang W teringan untuk balok menerus 2 bentang pada Gambar 10.3.1.
dengan perencanaan plastis . pakailah Baja A36. Sokongan samping eksternal diberikan di
ujung – ujung dan ditengah – tengah setiap bentang.

10.4. CONTOH PERENCANAAN TEGANGAN KERJA


Untuk balok menerus yang umum dengan jarak antara sokongan samping yang rapat,
metode perencanaan plastis lebih disukai. Perencanaan tegangan kerja pada dasarnya
menggunakan beberapa penyesuaian sembarang untuk memperhitungkan kelakuan plastis
dan redistribusi momen.
10.5. SAMBUNGAN
Sementara Perencanaan Sambungan dibahas dalam bab lainnya, persyaratan
kekuatan dan letak sambungan balok akan dijabarkan disini. Jelas bahwa jika sambungan
direncanakan untuk kapasitas momen dan geser dari batang yang disambung, kita akan
mendapatkan kontinuitas penuh dan pertimbangan khusus tidak diperlukan. Beberapa
perencana sering memakai sambungan geser di titik belok lentur untuk menghasilkan sendi
riil dititik momen nol. Namun, hal ini sebaiknya dihindari karena : (1) Titik belok lentur pada
beban kerja tidak sama letaknya seperti yang terjadi pada beban batas rencana (yakni, pada
kondisi mekanisme); (2) momen yang diperoleh berdasarkan kontinuitas penuh tidak berlaku
jika sendi sesungguhnya diberikan. Hart dan Milek [11] menjabarkan masalah ini dengan
lengkap.
Menurut AISC, sambungan harus direncanakan untuk momen, gaya geser, dan beban
aksial yang dipikul.

Anda mungkin juga menyukai