Pendahuluan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ponsel
2.1.1 Definisi
Telepon genggam sering disebut handphone (HP) atau telepon
selular (ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional
saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana (portabel, mobile) dan
tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.
Handphone tersebut, merupakan pengembangan teknologi telepon yang
dari masa ke masa mengalami perkembangan, yang di mana perangkat
handphone tersebut dapat digunakan sebagai perangkat mobile atau
berpindah-pindah sebagai sarana komunikasi, penyampaian informasi dari
suatu pihak kepihak lainnya menjadi semakin efektif dan efesien. Jadi, dari
pengertian di atas, alat komunikasi handphone dapat diartikan suatu barang
atau benda yang dipakai sebagai sarana komunikasi baik itu berupa, lisan
maupun tulisan, untuk penyampaian informasi atau pesan dari suatu pihak
kepihak lainnya secara efektif dan efesien karena perangkatnya yang bisa
dibawa kemana-mana dan dapat dipakai dimana saja.1
Ponsel atau handphone kini merupakan sahabat wajib yang tidak
bisa lepas dari diri masyarakat Indonesia. Berdasarkan paparan data
Consumer Lab Ericsson, selain sebagai alat komunikasi, handphone
memiliki fungsi lain. Dari riset ditahun 2009, terdapat lima fungsi
handphone yang ada di masyarakat. Handphone yang dulunya hanya
berfungsi sebagai alat komunikasi, kini pun telah berubah.1
Memang jelas manfaat handphone terbesar yaitu sebagai alat
Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, sesuai
dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas handphone tersebut bisa
bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan
untuk memperluas jaringan, dan handphone tersebut juga bisa sebagai
penghilang stress karena berbagai feature handphone yang beragam seperti
kamera, permainan, Mp3, video, radio, televisi bahakan jaringan internet
seperti yahoo, facebook, twitter, dan lain-lain.1
Beberapa peneliti telah mengemukakan bahwa frekuensi
penggunaan handphone dapat menyebabkan postur leher yang tidak normal
dan dapat berkembang menjadi kelainan muskuloskeletal. Berolo, Wells,
dan Amick melakukan survei pada populasi di Canadian University dan
melaporkan bahwa durasi dan frekuensi dari penggunaan smartphone
mempunyai hubungan prevelensi nyeri leher. Banyak orang menggunakan
handphone dengan posisi kepala yang condong kedepan dan handphone
yang diposisikan di dekat pinggang atau pangkuan saat dalam posisi duduk.
Postur leher yang terfleksi ini dapat meningkatkan momen tulang belakang
servikal dan menginduksi ketegangan otot di bagian yang berdekatan dari
tulang belakang servikal.2
2.1.2 Dampak Positif dan Negatif
Dampak Positif
Banyaknya fasilitas pendukung di dalamnya serta mampu terkoneksi
dengan jaringan internet.3
Dampak Negatif
Dimana ketika seseorang sudah semakin terikat dengan hal ini diduga
bahwa tingkat komunikasi interpersonalnya dengan orang lain secara
tatap muka akan menurun. Terbukti dengan berbagai fenomena yang
diamati penulis bahwa sangat sering kita menemui orang yang selalu
“melirik” smartphonenya tidak peduli saat ia sedang berjalan atau
makan bahkan saat sedang berada dengan orang lain dalam suatu
kegiatan sehingga tidak menyadari lagi bahwa ia sedang berada dalam
suatu kelompok atau kumpulan orang. Dan malah ada suatu saat dimana
dalam suatu kelompok atau kumpulan orang-orang yang sedang hang
out, masing-masing dari mereka hanya sibuk dengan smartphone-nya
sendiri sehingga tidak terjadi komunikasi yang berlangsung secara tatap
muka; antar pribadi maupun antar kelompok.3
2.1.3 Frekuensi dan Durasi Penggunaan Smartphone
Peningkatan penggunaan smartphone dianggap sebagai penyebab
utama nyeri leher dan gangguan leher. Oleh karena itu, nyeri leher dapat
menyebabkan deformitas postural disekitar vertebra servikal dengan
kebanyakan orang dengan riwayat nyeri leher secara biomekanik akan
terjadi perubahan struktur vertebra servikal, karena postur yang abnormal.
Perubahan itu, yang paling menonjol salah satunya adalah postur kepala
depan yang telah dilaporkan pada sebagian besar pasien dengan nyeri
leher.4
Menurut statistik nasional, dengan semakin banyak orang memiliki
gadget dan jaringan internet yang luas. Maka, waktu rata-rata mingguan
yang akan dihabiskan untuk bermain computer secara dramatis dari 5,9 jam
pada tahun 1997 hingga 14,6 jam pada tahun 2003. Selain itu, 56,2 %
pengguna computer menggunakannya selama 10 jam dalam seminggu atau
lebih. Oleh karena itu organisasi kesehatan dunia mendefinisikan gangguan
muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai cedera di
otot, tendon, saraf perifer dan vaskular. Kemungkinan disebabkan oleh
suatu tindakan atau diperburuk oleh penggunaan berulang atau terus
menerus dari bagian tubuh tertentu. Beberapa hal yang harus dilakukan
untuk mencegah gangguan pada leher diantaranya adalah menjaga postur
agar tetap menatap monitor, posisi mata dan layar harus terletak sejajar
dengan penglihatan. Untuk waktu yang lama membuat kepala akan
bergerak maju yang menyebabkan kurva anterior di vertebra servikal bawah
dan kurva posterior di vertebra untuk menjaga keseimbangan akan
meregang secara berlebihan, keadaan ini dikenal sebagai postur kepala ke
depan (postur leher kura-kura). Postur leher kura-kura ini akan menjadi
semakin umum, postur dengan posisi condong ke depan ini biasa di lakukan
oleh orang-orang pengguna smartphone.5
2.1.4 Posisi yang Baik Menggunakan Handphone6
Memegang ponsel dan perangkat seluler lainnya sejajar dengan mata.
Posisi melihat kebawah lebih baik dibandingkan dengan melihat dan
menekuk leher saat menjelajah media sosial, membaca online, atau
memeriksa email
Gunakan fitur pengenalan suara ke teks dan lakukan panggilan
Melakukan istirahat setiap 20 menit .
Melakukan latihan untuk menguatkan otot leher dan punggung melalui
olahraga secara teratur dan latihan fleksibilitas
2.2 Nyeri
2.2.1 Definisi
Nyeri adalah sensasi yang penting bagi tubuh. Provokasi saraf-
saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi ke tidaknyamanan, distress, atau
penderitaan.7
Nyeri berbeda dari sensasi lain, yaitu bahwa nyeri memberi
peringatan bahwa ada sesuatu yang salah, nyeri mendahului sinyal lain dan
nyeri berkaitan dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Nyeri ternyata
merupakan sensasi yang sangat rumit karena jika nyeri berkepanjangan dan
jaringan rusak, jalur-jalur nonsiseptor sentral mengalami fasilitasi dan
reorganisasi. Adanya dua jalur nyeri, satu lambay dan yang lain cepat,
menjelaskan pengamatan fisiologis bahwa terdapat dua jenis nyeri.
Rangsangan nyeri akan menimbulkan sensasi yang “jelas”, tajam dan
terlokalisasi, yang kemudian diikuti oleh sesnsasi yang tumpul, difus, kuat
(intens) dan tidak menyenangkan. Kedua sensasi ini diberi nama nyeri cepat
dan lambat atau nyeri pertama dan kedua. Rangsangan yang semakin jauh
dari otak, menimbulkan perbedaan waktu yang semakin besar diantara
kedua komponen nyeri tersebut. Hal ini dan bukti lain menjelaskan bahwa
nyeri cepat disebabkan oleh aktivitas di serabut nyeri A teta, sedangkan
nyeri lambat disebabkan oleh aktivitas di serabut C.8
2.2.2 Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri Dalam
Perbedaan utama antara sensibilitas superfisial dan dalam adalah
perbedaan sifat nyeri yang dicetuskan oleh rangsangan yang
membahayakan. Hal ini mungkin disebabkan oleh defisiensi relatif
serabut saraf A teta di struktur dalam, sehingga hanya sedikit terdapat
nyeri yang cepat dan jelas. Selain itu, nyeri dalam dan nyeri visera tidak
memiliki lokalisasi yang jelas, “menyebalkan” dan sering disertai
pengeluaran keringat dan perubahan tekanan darah. Nyeri dapat
dicetuskan secara eksperimental dan periosteum dan ligament dengan
menyuntikkan larutan salin hipertonik ke dalamnya. Nyeri yang
ditimbulkan dengan cara ini, akan mencetuskan kontraksi refleks otot-
otot rangka disekitarnya. Kontraksi refleks ini serupa dengan kejang
otot yang berkaitan dengan cedera tulang tendon dan sendi. Otot yang
terus menerus berkontraksi menjadi iskemik, dan iskemia merangsang
reseptor nyeri di otot. Nyeri kemudian menyebabkan kejang semakin
bertambah, sehingga terjadi (lingkaran setan).8
2. Nyeri Otot
Bila otot berkontraksi secara ritmis, tetapi suplai darah tetap
adekuat, biasanya tidak akan timbul nyeri. Namun, apabila suplai darah
ke otot tersumbat, kontraksi dengan segera akan menimbulkan nyeri.
Setelah kontraksi berhenti, nyeri tetap ada sampai aliran darah kembali
pulih. Pengamatan ini sulit diinterpretasikan kecuali dengan pelepasan
bahan kimia (“Faktor P” Lewis) sewaktu kontraksi, yang menyebabkan
nyeri apabila konsentrasi lokalnya cukup tinggi. Apabila suplai darah
telah pulih, bahan kimia ini dapat dibersihkan atau dimetabolisasi.
Identitas faktor P ini masih belum dipastikan, tetapi mungkin adalah
K+.8
Secara klinis, nyeri substernum yang timbul apabila miokardium
mengalami iskemia selama olahraga (angina pectoris) adalah contoh
klasik penimbunan faktor P didalam otot. Angina menghilang dengan
istirahat karena hal ini menurunkan kebutuhan oksigen miokardium dan
memungkinkan aliran darah membersihkan faktor ini. Klaudikasio
intermitten, nyeri yang timbul di otot-otot betis pada orang yang
menderita penyakit pembuluh darah oklusi, adalah contoh yang lain.
Nyeri ini biasanya muncul saat pasien berjalan dan menghilang apabila
ia berhenti.8
3. Nyeri Visera
Selain tidak memiliki lokalisasi yang baik, menimbulkan rasa tidak
menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan gejala otonom, nyeri
visera sering menyebar atau dialihkan ke daerah lain. Sistem saraf
otonom, seperti somatik, memiliki komponen aferen, pusat integrasi di
sentral dan jalur efektor. Reseptor untuk nyeri dan modalitas sensorik
lain yang terdapat di visera serupa dengan yang terdapat di kulit, tetapi
terdapat perbedaan mencolok dalam distribusinya. Tidak terdapat
proprioseptor di alat dalam dan hanya sedikit dijumpai reseptor suhu
dan raba. Reseptor nyeri dapat dijumpai, walaupun distribusinya lebih
jarang apabila dibandingkan dengan yang terdapat di struktur somatik.8
4. Nyeri Peradangan
Setelah mengalami cedera yang tidak ringan, timbul nyeri
peradangan yang menetap hingga cederanya sembuh. Rangsangan di
daerah yang cedera yang dalam keadaan normal biasanya hanya
menyebabkan nyeri ringan menimbulkan respons yang berlebihan
(hiperalgesia) dan rangsangan yang biasanya tidak berbahaya misalnya
sentuhan menimbulakn rasa nyeri (alodinia). Semua jenis peradangan
menyebabkan pelepasan berbagai sitokin dan faktor pertumbuhan
(“adonan peradangan”) di daerah yang mengalami inflamasi. Banyak
dari zat ini bekerja meningkatkan persepsi dan penyaluran sensasi di
daerah kulit dan di kornu dorsalis. Hal inilah yang menyebabkan
hiperalgesia dan alodinia.8
5. Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik terjadi akibat disfungsi sistem saraf. Nyeri
neuropatik bertanggung jawab pada 40% nyeri kronik dalam praktik
seharihari dan memberikan dampak yang signifi kan bagi
penyandangnya berupa gangguan tidur, depresi, dan gangguan dalam
aktivitas sosial. Penatalaksanaan yang lebih baik diharapkan mampu
memperbaiki kualitas hidup penderitanya. Penatalaksanaan yang
rasional adalah yang mempertimbangkan efektivitas, keamanan
pengobatan, dan biaya pengobatan.9
6. Nyeri Alih
Iritasi pada organ dalam sering menimbulkan nyeri yang dirasakan
tidak pada organ tersebut tetapi pada beberapa struktur somatik yang
mungkin terletak cukup jauh. Nyeri seperti ini dikatakan dialihkan
(referred) ke struktur somatic. Nyeri somatic dalam juga dapat
dialihkan, tetapi nyeri superfisial tidak. Bila nyeri bersifat bersifat lokal
dan dialihkan, kadang-kadang nyeri tersebut tampak seperti menyebar
(radiasi) dari tempat lokal ke tempat yang jauh. Jelaslah, pengetahuan
mengenai nyeri alih dan tempat yang sering menjadi tempat pengalihan
nyeri untuk tiap-tiap organ dalam sangat penting bagi dokter.8
2.2.3 Fisiologi
4) Ekstensi adalah posisi bahu menjauhi arah vertikal tubuh, atau lengan
berada di belakang badan.
Postur janggal pada lengan:19
1) Fleksi adalah posisi lengan bawah diangkat menuju kearah vertikal
tubuh, depan dada. Fleksi penuh pada siku terkuat pada sudut 90o.
2) Ekstensi adalah posisi lengan bawah menjauhi arah vertikal tubuh,
atau lengan berada dibelakang badan. Ekstensi penuh pada siku adalah
besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu lengan atas dan sumbu
lengan bawah >135o.
Postur janggal pada pergelangan tangan :19
1) Deviasi radial adalah postur tangan yang miring ke arah ibu jari.
2) Deviasi ulnar adalah postur tangan yang mering ke arah kelingking.
3) Ekstensi pergelangan tangan adalah posisi tangan yang menekuk ke
arah punggung tangan di ukur dari sudut yang dibentuk oleh lengan
bawah dan sumbu tangan sebesar > 45o.
4) Fleksi pergelangan tangan adalah posisi tangan yang menekuk kearah
telapak, diukur dari sudut yang dibentuk oleh lengan bawah dan
sumbu tangan sebesar >45o.
Perputaran (rotasi) pergelangan tangan yang berisiko adalah
melakukan perputaran keluar (supinasi) daripada perputaran ke dalam
(pronasi)19
b) Postur Statis
Postur statis yaitu pada saat persendian tidak bergerak. Hal tersebut
tidak hanya membatasi pemasukan nutrisi dan oksigen, tetapi juga
membatasi pembuangan metabolisme. Oleh sebab itu, postur statis sangat
dianjurkan untuk dihindari.19
Postur statis merupakan postur saat kerja fisik dalam posisi yang
sama dimana pergerakan yang terjadi sangat minimal. Kondisi ini
memberikan peningkatan beban pada otot dan tendon yang menyebabkan
kelelahan. Aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen, serta
pengangkutan sisa metabolisme pada otot terhalang. Gerakan yang
dipertahankan > 10 detik dinyatakan sebagai postur statis.19
Posisi tubuh dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan kelelahan
jika dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Berdiri misalnya,
adalah postur tubuh alami, dan dengan sendirinya tidak menimbulkan
bahaya kesehatan tertentu. Namun, bekerja untuk waktu lama dalam posisi
berdiri dapat menyebabkan sakit kaki, kelelahan otot umum, dan sakit
punggung.19
c) Penggunaan Tenaga
Pekerjaan membutuhkan penggunaan tenaga untuk menempatkan
beban yang tinggi untuk otot, tendon, ligamen, dan sendi. Pekerjaa yang
menggunakan tenaga besar dapat membebani otot, tendon, ligamen, dan
sendi. Peregangan otot yang berlebihan pada ummumnya sering dikeluhkan
oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang
besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan
beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena
pengerahan tennaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.
Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko
terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan cideranya otot
skeletal.19
Dalam banyak peristiwa, tenaga akan menjadi paling besar jika
sebanyak-banyaknya otot berkontraksi. Sikap tubuh yang bertalian
dengan pengerahan tenaga yang paling besar dengan pengerahan tenaga
yang paling besar bagi gerakan-gerakan tertentu adalah sebagai berikut:19
A) Rotasi (perputaran) tangan ke arah dalam paling kuat jika dimulai
dengan telapak tangan berada pada keadaan rotasi ke luar secara penuh
(supsinasi penuh)
B) Rotasi tangan ke arah luar paling kuat jika dimulai dengan telapak
tangan berada pada keadaan rotasi ke dalam secara penuh (rotasi
penuh)
C) Ekstensi siku (perentangan lengan terhadap siku) paling kuat jika
dimulai pada posisi fleksi penuh
D) Fleksi siku (dengan tangan terbuka) terkuat pada sudut 90° (efek
pengungkit)
E) Pada pekerjaan mendorong dengan tangan sambil duduk, kekuatan
terbesar didapat pada keadaan siku bersudut 150-160° dan dengan
pegangan tangan pada jarak kira-kira 66 cm dari daratan sandaran
pinggang
F) Sambil duduk, kekuatan mendorong lebih besar dari pada menarik,
apabila sandaran pinggang dan injakan kaki disediakan dengan
memadai. Kekuatan menarik terbesar didapat dengan lengan pada
keadaan ekstensi dan pegangan tangan diantara 18-23 cm di atas
dataran duduk
G) Secara ungkitan, tenaga terbesar dalam posisi duduk diperoleh jika
pegangan tangan berada pada ketinggian diantara bahu dan siku,
sedangkan pada posisi berdiri pegangan harus setinggi bahu.
H) Pada posisi berdiri, kekuatan lebih besar pada menarik ke belakang
daripada mendorong ke depan. Gerakan-gerakan ke depan lebih kuat
pada kegiatan mendorong daripada kegiatan menarik.
I) Sambil duduk, kekuatan terhadap pedal terbesar didapat pada fleksi
lutut 160° dan fleksi sendi kaki 120°. Sikap istirahat terbesar diperoleh
dengan fleksi lutut 105-135°.
Penggunaan tenaga akan semakin besar, jika gerakan tubuh yang
membutuhkan pengerahan tenaga ditambah dengan berat beban objek
yang harus diangkat. Menurut ILO, beban maksimum yang diperbolehkan
untuk diangkat oleh seseorang adalah 23-25 Kg. Mengangkat beban yang
terlalu berat akan mengakibatkan tekanan diskus pada tulang belakang.
Selain itu, berat beban juga dapat menyebabkan kelelahan karena dipicu
peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis.19
Risiko yang berkaitan dengan berat beban perlu memperhatikan
durasi dan frekuensi beban yang akan ditangani. Tangan, siku, bahu dan
kaki hanya diperbolehkan mengangkat beban kurang dari 4,5 kg.
Sedangkan beban yang dijepit pada tangan tidak boleh melebihi 0,9 kg
dengan durasi tidak lebih dari 10 detik. Durasi pada kaki tidak boleh
dilakukan lebih dari 30% per hari.19
d) Pergerakan repetitif
Pergerakan repetitif pada aktifitas pekerjaan yang sama dapat
memperburuk akibat dari postur kerja janggal dan gangguan tenaga. Tendon
dan otot dapat memperbaiki efek peregangan tenaga jika waktu yang
dibagikan cukup dalam penggunaannya. Bagaimanapun jika pergerakan
meliputi otot yang sama sering diulang, tanpa istirahat, kelelahan, dan
ketegangan, dapat terakumulasi menghasilkan kerusakan jaringan.19
Pekerjaan repetitif dapat menyebabkan nyeri akibat akumulasi sampah
metabolisme dalam otot. Otot akan melemah dan spasme, yang biasanya
terjadi pada tangan/lengan bawah ketika melakukan pekerjaan repetitif.
Dengan demikian pekerjaan yang mengharuskan melakukan kegiatan
berulang, gerakan yang kasar dan kuat termasuk pekerjaan yang berisiko
tinggi.19
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-
angkut dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat
beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk
relaksasi.19
Menurut Sue Hignett dan Mc. Atamney (2000) penggunaan otot
berisiko apabila diindikasikan melakukan gerakan statis lebih dari 1 menit
atau gerakan yang dilakukan berulang-ulang sebanyak 4x atau lebih dalam
satu menit. Oleh karena itu, perlu diatur waktu-waktu istirahat khusus agar
kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tetap dapat dipertahankan dalam
batas-batas toleransi untuk mencegah terjadinya kelelahan, penurunan
kemampuan fisik dan memberi kesempatan tubuh untuk melakukan
pemulihan atau penyegaran.19
2.3.6 Penyebab
Cervical root syndrome sendiri bisa diakibatkan oleh beberapa sebab, antara
lain:12,18
1. Spondilosis cervicalis/Spondiloarthrosis cervical
Ini merupakan proses degeneratif pada vertebra cervical yang sering terjadi
pada orang berusia lebih dari 55 tahun. Perubahan degeneraif mula-mula pada
diskus intervertebralis, dan kemudian pada sendi intervertebral posterior (facet)
dan bisa terjadi pada uncovertebral joint of von Luschka, penyempitan diskus
intervertebralis dan pembentukan spur (osteofit) pada tepi persendian. Pada
diskus intervertebralis akan terjadi destruksi dan menipisnya kartilago vertebra.
Sklerosis dan rusaknya lapisan tulang dibawah kartilago menyebabkan ruang
intervertebralis menyempit. Selain itu akan terjadi reaksi pada pinggir
persendian yang mengakibatkan pembentukan osteofit (spur). Karena
kombinasi antara mobilitas pada weight bearing dan adanya ketidakstabilan,
maka sering didapatkan strain pada daerah ini. Sehingga proses degenerasi pada
daerah cervical tidak dapat dihindari akibat proses “wear and tear”. Pada daerah
cervical, yang sering terjadi adalah pada tiga bagian terbawah, dengan C5 dan
C6 yang memiliki insidensi tertinggi.
Somatic
Nyeri Nosiseptik
Viceral
Fisiologi Psikogenik
Transmisi
Neuropatik Perifer
Modulasi
Cervical syndrome
Persepsi
Faktor muskuloskeletal
Saraf yang mengalami penekanan akan mengalami peningkatan kepekaan saraf dan
terjadi perubahan fisiologis
Nyeri
2.5 Kerangka Konsep
- Frekuensi - Usia
- Durasi - Jenis kelamin
- Posisi
- Pekerjaan
- Rata-rata
waktu
Daftar Pustaka
1) Fadilah A. Pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas
belajar siswa smp negeri 66 jakarta selatan. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah; 2011.h. 10-12
2) Kim MS. Influence of neck pain on cervical movement in the sagittal plane during
smartphone use. 2015.h. 15-17
3) Daeng ITM, Mewengkang NN, Kalesaran ER. Penggunaan smartphone dalam
menunjang aktivitas perkuliahan oleh mahasiswa fispol unsrat manado. E-journal “Acta
Diurna” vol.VI no. 1. 2017
4) Shin.Y, Kim W, Kim S. Correlations among visual analogue scale, neck disability
index, shoulder joint range of motion, and muscle strength in young women with
forward head posture. Department of Physical Therapy, College of Rehabilitation
Sciences, Daegu University, Daegu, Korea. Journal of Exercise Rehabilitation. Korea:
2009;13(4):413-7
5) Kang J, Park R.et.al. The Effect of The Forward Head Posture on Postural Balance in
Long Time Computer Based Worker. Department of Rehabilitation Medicine, Gwangju
Veterans Hospital. Ann Rehabil Med. Korea: 2012; 36: 98-104
6) Hoeger WWK, Hoeger SA, Fawson AL, dan Hoeger CI. Fitness and wellness. United
States: Cengage. 2018.h. 86
7) Yudiyanta, Khoirunnisa N, Novitasari R.W. Assessment Nyeri. Departemen Neurologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: 2015;3(42)
8) Barret E.K, Barman S.M. et.al. Ganong’s Review of Medical Physiology. Mc Graw
Hill Companies Inc. Singapore: 2005;1(23):147-150
9) Pinzon R. Terapi Rasional Nyeri Neuropatik. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta: 2014;3(41)
10) Bahrudin M. Patofisiologi nyeri (pain). Jurnal Universitas Muhammadiyah Malang vol.
13 no.1. 2017
11) Sanjaya P. Cervical Root Syndrome. Bagian Penyakit Saraf RSU Unit Swadana Pare-
Kediri. 2012.
12) Tulaar AB. Nyeri Leher dan Punggung. Studi Tinjauan Pustaka. Departemen
Kedoktteran Fisik dan Rehabilitasi. Majalah Kedokteran Indonesia. 5 (5); Mei. 2008.
13) Jackson R. 2010. The Classic: The Cervical Syndrome.
http://www.springerlink.com/content/1r7004736x033820/fulltext.html
14) Noerjanto M. 1996. Nyeri Tengkuk. Dalam: Hardinoto S, Setiawan, Soetedjo. Nyeri
Pengenalan dan Tatalaksana. Semarang: Badan Penerbit UNDIP
15) Emil R. 2004. Sindroma Servikal. Semarang: FK UNDIP
16) Malanga G. 2009. Cervical Radiculopathy Clinical Presentation.
http://emedicine.medscape.com/article/94118-clinical#showall
17) Mardjono M. dan Sidharta P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat
18) Susilo WA. Pengaruh terapi modalitas dan terapi latihan terhadap penurunan rasa nyeri
pada pasien cervical root syndrome di RSUD. DR. Moewardi Surakarta. Skripsi. FK
Universitas Sebelas Maret.
19) CDC. Cumulative trauma disorders in workplace. Diunduh dari
https://www.cdc.gov/niosh/docs/95-119/default.html. 10 november 2018.
20) Tejo B. 2009. Cervical Root Syndrome.
http://bimaariotejo.wordpress.com/2009/05/31/cervical-root-syndrome/
21) Kanw KWMK, Putra IGNP, Purwata TE. Hubungan antara penggunaan telepon pintar
dengan kejadian nyeri leher pada individu dewasa muda. 2018. Udayana
22) Iqbal MH, Gilani SA, Hanifka Iqbal Z. Association of neck pain with use of android
phone and its daily usage among student of university of lahore