Anda di halaman 1dari 7

7.

1 Pengertian dan ruang lingkup pemeriksaan

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (24) UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 16 tahun 2000 (UU KUP),
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk
mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pelaksanaan pemeriksaan pajak dilakukan oleh pemeriksa pajak yang telah ditunjuk dan
buktikan dengan suatu tanda pengenal pemeriksaan pajak. Sementara itu, terhadap Wajib Pajak
yang akan diperiksa sebaiknya juga mengetahui adanya hak dan kewajiban dalam proses
pemeriksaan untuk menghindarkan adanya kemungkinan terjadi kesalahpahaman antara
pemeriksa pajak dengan wajib pajak. Konsep pemeriksaan pajak menurut undang-undang pajak
merupakan salah satu hak yang dimiliki fiskus dengan tujuan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban pembayaran pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan perundang-undangan pajak.

7.2 Pedoman pemeriksaan, Norma pemeriksaan dan pelaksanaan pemeriksaan

7.2.1 Pedoman Pemeriksaan Pajak

Dalam melaksanakan pemeriksaaan, pemeriksa pajak harus mengetahui pedoman


pemeriksaan pajak yang meliputi tiga hal, yaitu:

1. Pedoman Umum Pemeriksaan Pajak


Yang diatur dalam pedoman umum ini berkaitan dengan masalah sumber daya manusia
(kemampuan) pemeriksa pajak yang selengkapnya ditentukan yaitu :
a. telah mendapatkan pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai
pemeriksa pajak;
b. bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengabdian, bersikap terbuka, sopan,
dan objektif, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela; dan
c. menggunakan keahliannya secara cermat dan saksama serta memberikan gambaran
yang sesuai dengan keadaan sebenarnya tentang Wajib Pajak;

1
d. menuangkan hasil pemeriksaan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) sebagai
bahan untuk menyusun Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP).
2. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan
Yang diatur dalam pedoman pelaksanaan ini adalah :
a. pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan
tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang saksama;
b. luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh harus
dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, tanya jawab, dan tindakan lain
berkenaan dengan pemeriksaan;
c. pendapat dan kesimpulan pemeriksa pajak harus didasarkan pada temuan yang kuat
dan berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak
Yang diatur dalam pedoman laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang
lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan pemeriksa pajak yang
didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap
peraturan perundang-undangan perpajakan, yang memuat pola pengungkapan
informasi lain yang terkait.
b. LPP yang berkaitan dengan pengungkapan Surat Pemberitahuan harus
memperhatikan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), antara lain mengenai berbagai
faktor perbandingan, nilai absolut dari penyimpangan, sifat dari penyimpangan,
petunjuk atau temuan adanya penyimpangan, pengaruh penyimpangan, dan hubungan
adanya permasalahan lainnya.
c. LPP harus didukung oleh daftar yang lengkap dan rinci sesuai dengan tujuan
pemeriksaan.

7.2.2 Norma Pemeriksaan

Norma pemeriksaan dibuat dimaksudkan agar pemeriksa pajak dan Wajib Pajak yang
akan diperiksa masing-masing mengetahui hak dan kewajibannya dalam pemeriksaan serta
adanya kepastian hukum dalam rangka pelaksanaan undang-undang perpajakan. Norma
pemeriksaan dimaksud adalah seperti diuraikan di bawah ini.

2
1. Norma Pemeriksaan Pemeriksa Pajak dalam Rangka Pemeriksaan Lapangan
a. Pemeriksa pajak harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan dilengkapi dengan
Surat Perintah Pemeriksaan pada waktu melakukan pemeriksaan.
b. Pemeriksa pajak wajb memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukannya
pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
c. Pemeriksa pajak wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat
Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak
d. Pemeriksa pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib
Pajak yang akan diperiksa.
e. Pemeriksa pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaaan Pajak.
f. Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang
hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara Surat Pemberitahuan dengan
hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib Pajak.
g. Pemeriksa pajak wajib memberi petunjuk kepada WP mengenai penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban
perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan
dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Pemeriksa pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 14 (empat belas) hari
sejak selesainya pemeriksaan.
i. Pemeriksa pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak
segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib Pajak dalam
rangka pemeriksaan.
2. Norma Pemeriksaan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan Kantor
a. Pemeriksa pajak, dengan menggunakan surat panggilan yang ditandatangani oleh
kepala kantor yang bersangkutan, memanggil Wajib untuk datang ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk dalam rangka pemeriksaan.
b. Pemeriksa pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib
Pajak yang akan diperiksa.
c. Pemeriksa pajak wajib membuat laporan pemeriksaan pajak.

3
d. Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang
hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara surat pemberitahuan dengan
hasil pemeriksaan.
e. Pemeriksa pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai
pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan pemeriksaaan yang dilakukan
dengan tujuan agar penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan
kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
f. Pemeriksa pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak
diselesaikannya pemeriksaan.
g. Pemeriksa pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak
segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam
rangka pemeriksaan.
3. Norma Pemeriksaan Berkaitan dengan Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang atau lebih pemeriksa pajak.
b. Pemeriksaan dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, di kantor Wajib Pajak
atau di kantor lainnya/di pabrik/di tempat usaha/di tempat pekerjaan bebas/di tempat
tinggal Wajib Pajak/di tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
c. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila dipandang perlu dapat
dilanjutkan di luar jam kerja.
d. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan.
e. Laporan Pemeriksaan Pajak disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan.
f. Hasil Pemeriksaan Lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak atau kuasanya,
dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuan tersebut dan ditandatangani oleh
Wajib Pajak yang bersangkutan atau kuasanya
g. Terhadap temuan berbagai hasil pemeriksaan lengkap yang tidak atau tidak
seluruhnya disetujui oleh Wajib Pajak, dilakukan pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dan dibuatkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan.

4
h. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak, diterbitkan surat ketetapan pajak dan surat
tagihan pajak, kecuali pemeriksaan dilanjutkan dengan tindakan penyidikan.
4. Norma Pemeriksan Berkaitan dengan Wajib Pajak
a. Dalam hal pemeriksaan lapangan, Wajib Pajak meminta kepada pemeriksa pajak
untuk memperlihatkan surat perintah pemeriksaan dan tanda pengenal pemeriksa.
b. Wajib Pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan
tentang maskud dan tujuan pemeriksaan.
c. Dalam hal pemeriksaan kantor, Wajib Pajak wajib memenuhi panggilan untuk datang
menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
d. Wajib Pajak memenuhi permintaan peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan dan memberikan
keterangan dalam jangka waktu paling lama tujuh hari sejak tanggal surat permintaan,
dan apabila surat permintaan tersebut tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak, maka pajak
yang terutang dapat dihitung secara jabatan.
e. Wajib Pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak rincian yang berkenaan dengan
hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan surat pemberiatahuan.
f. Wajib Pajak atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan persetujuan
apabila seluruh hasil pemeriksaan disetujuinya.
g. Dalam hal pemeriksaan lengkap, Wajib Pajak dan kuasanya wajib menandatangani
Berita Acara Hasil Pemeriksaan apabila hasil pemeriksaan tersebut tidak atau tidak
seluruhnya disetujui
h. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan, Wajib Pajak wajib melaksanakan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 29 UU No. 6 tahun 1983 tentang KUP sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2000.
7.2.3 Pelaksanaan Pemeriksaan

Dalam pelaksanaan pemeriksaan, Keputusan Menteri Keuangan No. 545/KMK.04/2000


juga telah menetapkan adanya wewenang pemeriksa pajak, pemeriksa lapangan maupun
pemeriksaan kantor, yaitu sebagai berikut.

1. Wewenang Pemeriksa Pajak dalam melakukan Pemeriksaan lapangan

5
a. Memeriksa dan/atau meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen
pendukung lainnya termasuk keluaran atau media komputer.
b. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa.
c. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat menyimpan
dokumen, uang, barang, yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha Wajib
Pajak dan/atau tempat-tempat lain yang dianggap penting serta melakukan
pemeriksaan di tempat-tempat tersebut.
d. Melakukan penyegelan tempat/ruangan apabila Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya
tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat/ruangan dimaksud atau tidak
ada di tempat pada saat pemeriksaan dilakukan.
e. Meminta keterangan dan/atau data yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa.
2. Wewenang Pemeriksa Pajak dalam melakukan Pemeriksaan Kantor
a. Memeriksa dan/atau meminjam buku-buku dan catatan-catatan Wajib Pajak.
b. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa.
c. Meminta keterangan dan/atau data yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak

7.3 Pengertian tindak pidana pajak

Pengertian tindak pidana sering kali disebut juga dengan istilah ‘delik’. Kata delik berasal
dari bahasa Latin yaitu ‘delictum’ dan dalam bahasa Belanda disebut ‘delict’. Sementara itu
dalam bahasa Indonesia delik diartikan sebagai perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena
merupakan pelanggaran terhadap UU. Kaat delik itu sendiri oleh beberapa pakar hukum
diartikan dalam beberapa pengertian, yaitu perbuatan pidana (Prof. Mulyanto), pelanggaran
pidana (Mr. M.H Tirtaamidjaja), peristiwa pidana (E. Utrect). Pengertian kata ‘tindak menurut
Prof. Mulyanto lebih sempit daripada perbuatan karena tidak menunjukan pada hal yang abstrak
seperti perbuatan, tetapi hanya menyatakan keadaan yang konkret.

Sekalipun demikian, kata tindak nyatanya menjadi hal yang lazim diperbincangkan dan
masyarakat memahaminya. Menurut paka hukum Prof.Simen, delik diartikan sebagai suatu
tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja atau pun tidak sengaja oleh

6
seseorang yang tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh UU dan telah
dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang dapat dihukum. Dalam konteks hukum pajak,
pengertian tindak pidana pajak mempunyai arti suatu peristiwa atau tindakan melanggar hukum
atau UU pajak yang dilakukan oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat dihukum.

7.4 Penuntutan tindak pidana pajak

Penuntutan tindak pidana pajak merupakan rangkaian hukum berikutnya sesudah proses
hukum penyidikan berjalan tuntas. Proses penuntutan dalam tindak pidana pajak adalah sama
dengan tindak pidana umum lainnya. Setelah proses penyidikan pajak selesai dilakukan, maka
penyidik pajak akan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum. Sesuai hukum
acara pidana, penuntut umumlah yang menentukan kebijakan suatu penuntutan, termasuk
penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan. Dengan kata lain, penuntut umum yang
menentukan apakah hasil penyidikan yang dilakukan oleh penyidik pajak (Penyidik Pegawai
Negeri Sipil/PPNS Ditjen Pajak) sudah lengkap atau belum. Apabila penuntut umum belum
menyatakan lengkap, maka penyidik pajak harus melengkapi berkas penyidikannya.
Pertanyaannya, siapa yang dimaksud dengan penuntut umum?

Sesuai Pasal 1 butir 6 KUHAP, penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Jaksa adalah
pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum
serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dengan
demikian, yang bertindak melakukan penuntutan tindak pidana perpajakan adalah jaksa yang
diberi wewenang oleh UU. Pengertian penuntutan itu sendiri adalah tindakan penuntut umum
untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam UU dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai